Pov authorSuasana hati Jihan dan Azam sedang tidak baik-baik saja, tapi keduanya berusaha untuk tetap terlihat tenang. Apalagi Azam, dialah yang paling stres dan kalut menghadapi situasi ini.Ketika tanpa sengaja Azam bertatap muka dengan Jihan di dapur, Azam mencoba untuk membujuk dan menyapanya, tapi Jihan sengaja menghindar. Azam semakin merasa bersalah, tapi ia hanya bisa pasrah, Jihan memang pantas marah padanya. Setelah itu, Jihan tak keluar kamar hingga malam harinya. Karena merasa kawatir, Azam menemui Jihan di kamarnya."Jihan, Jihan kamu tidak apa-apa, kan?" Ucapnya sambil mengetuk pintu kamarnya perlahan, namun tak ada jawaban, sehingga Azam mengetuknya lebih keras, tapi tetap tak di jawab. Karena cemas, Azam mengambil kunci cadangan dan segera membukanya.Ternyata, Jihan sedang tertidur sambil mendengarkan lagu dengan headset. Awalnya Azam ingin membiarkannya, tapi ia cemas, sebab kemarin malam Jihan demam. Ia pun meraba kening Jihan."Keningya sudah tidak panas, sepertin
"Aku mohon, jangan sebut namanya ketika kita sedang berdua, karena aku tak mau moment malam pertama kita ini terganggu lagi," bisik Azam di telinga Jihan hingga hembusan nafasnya dapat di rasakan Jihan.Tanpa ragu dan malu, kini Azam memeluk Jihan dan hendak menci*m bibirnya, tapi lagi-lagi Jihan menghindar, seolah enggan, ia berusaha melepaskan pelukan Azam, kemudian ia membelakanginya.Azam tak putus asa, ia justru merangkul Jihan dari belakang."Aku tahu kamu marah padaku, tapi saat ini aku ingin mendatangimu sebagai suami dengan cinta dan hasr4t yang selama ini aku pendam padamu. Sekali lagi aku mohon padamu, jangan ada orang lain di antara kita, jangan ada keraguan di hatimu, aku suamimu dan kamu adalah istriku!" Bisik Azam.Jihan memejamkan mata, meresapi setiap kata-kata Azam yang mampu menusuk ke hatinya dan hembusan nafas Azam di telinganya yang membhat hasr4tnya juga mulai bangkit.Meski berkali-kali Jihan berusaha menghindar, dengan sentuhan cinta Azam yang sedang membara d
POV JihanPukul delapan, aku sudah memasak. Kali ini aku memang sedang semangat belajar masak, meski masakanku tidak seenak masakan mas Azam, tapi sebagai istri yang baik, aku akan tetap memasak untuknya. Setelah semuanya selesai, akupun memanggil mas Azam di kamarnya.Ku ketuk pintunya, tak ada sahutan hingga berkali-kali, hingga akhirnya aku putuskan untuk masuk ke kamarnya dan ini untuk pertama kalinya bagiku masuk ke kamar suamiku ini.Ternyata, tak ada mas Azam dimanapun. Sepintas aku tertarik menyisiri kamar kakak sepupuku itu yang ternyata tidak lebih rapi dari kamarku dan ada hal yang menarik perhatianku. Yaitu di lacinya, terlihat sebuah pigura foto yang sengaja di balik. Karena penasaran, aku buka figura itu, ternyata itu adalah foto mas Azam dan ci Agnes.Seketika nafasku terasa sesak, foto itu hanya foto biasa, tapi bagiku tidak. Keduanya memakai almamater mahasiswa. Di foto itu, mereka tampak masih terlihat muda, tampan dan cantik. Pasti itu adalah foto saat pertamakali m
Pov Azam"Terus, kenapa dia hanya diam saja saat aku bilang aku akan menikah denganmu, bahkan dia menemuiku di rumahmu dengan senyuman ramah?"Pertanyaan Agnes membuatku bimbang."Aku tak tahu kenapa dia bisa seperti itu!""Kalau begitu, aku akan menemuinya, aku akan mengatakan padanya kalau aku akan mempertahankan cinta kita!" Ujarnya tegas."A-pa maksudmu?" Aku khawatir."Zam, hubungan kita itu sudah lama terjalin, kau pikir aku akan melepasmu begitu saja? Tidak, Zam. Pernikahanmu itu hanya perjodohan, sedangkan kita sudah lama saling mencintai. Cinta itu lebih agung dari perjodohan!" Aku tak menyangka respon Agnes akan seperti ini. Iya, aku menyadari, hubungan kami memang sudah lama terjalin, jelas tak mudah untuk kami melupakannya begitu saja.Sementara itu, aku melihat ustad Taufiq dan istrinya hanya bisa jadi saksi perdebatan kita, sebab pasti beliau merasa tidak enak jika harus ikut campur."Agnes, aku tahu semuai ini tidak mudah. Tapi pernikahnku dengan Jihan juga tak bisa an
"Azam, setelah sekian lama kita menjalin cinta, akhirnya sekarang kita halal, terima kasih karena kamu mau mempertahankanku, mempertahankan cinta kita!" Ucap Agnes setelah melakukan sholat magrib pertamanya dan menjadi makmumku, dengan Mukena pemberian dari istri Ustad Taufiq.Iya, sebelum ke hotel ini, istri ustad Taufiq menghadiahkan mukena untuk Agnes serta beberapa gamis milik putri mereka."Sudah seharusnya kamu dipertahankan karena kaulah cintaku. Aku sangat mencintaimu!" Jawabku yang kemudian mengecup ubun-ubunnya kemudian membaca doa khusus untuk pengantin baru, sebagaimana yang di sunnatkan oleh Rosulullah. Setelah perbincangan ringan, aku membimbingnya membaca doa sebelum penyatuan cinta kami."Bismillah, Allahumma jannibnaassyyaithaana wa jannibi syaithoona maarazaqtanaa."Gelora cinta dan hasrat yang kami pendam selama bertahun-tahun, kini telah bermuara dalam hubungan suami istri yang halal.Sejenak dalam pikiranku teringat Jihan, tapi kucoba tepis dengan rasa hasratku p
Pov Agnes"Busyet dah! Kamu itu orangnya kok ngeyel ya, andai hanya ada kamu satu-satunya lelaki di kampus ini, aku tak akan menyukaimu!" Ucapku dengan angkuh."Tapi aku tetap mencintaimu," dia masih ngeyel."Aku jijik lelaki sepertimu! Yang tak punya muka. Sudah berkali-kali di tolak tapi tetap tak tahu diri. Dasar orang kampung!" Ujarku kemudia aku meludah di depannya. Aku terpaksa menghinanya, agar dia menjauh. Karena aku sudah bosan dengan ulahnya.Setelah kejadian itu, hari-hariku tiba-tiba terasa berbeda, aku yang biasanya merasa diganggu di perhatikan atau bahkan di sapa serta dikirimi bunga maupun puisi, kini terasa hampa. Seperti ada sessuatu yang hilang padaku.Seminggu sudah Azam, seperti menghilang seperti di telan bumi.Aku kebingungan seperti anak ayam kehilangan induknya. Aku tiba-tiba merasa bersalah.Akupun memberanikan diri bertanya pada temannya, ternyata ia sedang sakit. Karena merasa bersalah dan malu, aku menitipksn surat untuknya dan kuselipkan di bawah buah-bua
Pov AgnesSaat orang yang kita cintai menyebutkan nama kita dalam prosesi ijab qabul, di acara yang sakral pernikahan, sungguh bahagianya luar biasa tak bisa di ungkapkan dengan kata-kata.Aku sangat bahagia dan terharu sampai menangis karena pernikahanku di saksikan puluhan jamaah masjid yang biasa sholat di masjid pimpinan ustad Taufiq di saat tidak ada satu orangpun yang datang dari pihak keluargaku maupun keluarga Azam.Iya, saat ini kami benar-benar seperti sebatangkara, bahkan Ayahku juga tidak boleh menjadi waliku.Setelah sah menjadi suami istri, Azam mengajakku ke hotel yang sebelumnya ia sudah menyewa kamar untuk kita, juga sebagai tempat tinggalku sementara, karena dia merasa tidak enak jika masih menumpang di kediaman ustad Taufiq.Di sebuah hotel terkemuka di kota Surabaya ini, rupanya Azam menyewa kamar khusus pengantin baru. Ada taburan mawar merah di kasur kami, sehingga harum semerbak memenuhi ruangan. Aroma terapi dari beberapa lilin juga menambah suasana romantis pe
POV AgnesKaminpun duduk berhadapan berdua. "Jihan, kamu setuju gak kalau aku nikah sama Azam? Aku kemarin sudah muallaf!" Ucapku yang sengaja memancing reaksinya."Benarkah? Selamat ya! Cici sudah menjadi saudara kami skarang!" Ucapnya dengan senyuman."Kalau untuk menikah, itu sih terserah cici sama Mas Azam," ucapnya lagi dengan kesedihan yang tahan, aku bisa melihat dari sorot matanya."Kira-kira kalau aku menikah dengan Azam, keluarganya bakal setuju nggak, ya?" Aku sengaja bertanya seperti itu bukan untuk memanas-manasi dia, tapi aku ingin tahu seberapa besar cintanya pada Azam."Aku tak tahu," jawabnya dengan mata yang mulai mengembun, tapi ia segera mengalihkan pandangannya agar aku tak melihatnya."Kamu, kan dekat dengan mereka?""Iya, tapi aku tak pernah tahu dengan keinginan orang tua mas Azam, maunya menantu seperti apa.""Sepupumu itu laki-laki yang baik, aku ingin sekali menikah dengannya. Kamu setuju, nggak?""Aku setuju saja, cici sama mas Azam kan memang sudah lama p
Sudah takdir(Masih flashback)Hati Agnes selalu merasa bersalah karena menjadi orang ketiga dalam hubungan Azam dan Jihan seperti yang bicarakan Jihan padanya.Apalagi saat ia bertemu ayah Azam, ada rasa bersalah yang selalu menyergap di setiap langkahnya."Meski ayah Azam tidak mempermasalahkan keberadaanku sebagai istri kedua Azam, tapi dari tatapannya sangat jelas menyiratkan bahwa dia berharap aku pergi sebagaimana Jihan sangat mengharapkan aku pergi dari kehidupan mereka. Sedikit banyak, aku bisa membaca ekpresi orang lain apalagi orang itu berbicara padaku secara langsung, jadi aku tahu apa yang di harapkan Jihan maupun Ayah nya Azam.Sepertinya aku memang harus pergi dari kehidupan mereka, meskipun sebenarnya aku tahu aku sangat mencintai Azam, apalagi dia adalah cinta pertamaku. Ya, aku memang harus pergi dari mereka, cukup buah hati kami ini yang menemaniku. Karena aku ingin Azam bahagia dengan Jihan. Aku ingin melihat orang yang aku cintai bahagia.Aku tak bisa bayangkan
Pertemuan Agnes dan Jihan.Ada rasa sesal yang tiba-tiba mendera hatiku saat kembali bertemu dengan seseorang yang pernah ada dalam bagian hidupku, yaitu orang yang pernah dicintai suamiku. ~~~~~♡♡♡~~~~(POV author)"Mas, aku ijin mau keluar!" Ucap Jihan pada Azam yang sedang duduk di kursi kesayangannya di studio miliknya."Mau kemana, biar aku anter!" "Tidak usah, aku biasa sendiri, aku cuma beli sesuatu di minimarket, kemarin kelupaan.""Tapi kamu itu jarang keluar sendiri, loh!" Azam merasa kawatir."Nggakpapa, deket sini kok, palingan nanti cuma mau mampir beli seblak atau mi ayam. Mas jangan kawatir, aku sudah bisa naik motor lagi, kok!""Tapi...,""Aku ini bukan anak kecil lagi, Mas!" Jihan merasa kesal."Ya sudah, hati-hati ya!" Dengan berat hati, Azam akhirnya mengijinkannya, Azam masih kawatir pada Jihan, sebab saat itu dia masih nifas karena tiga minggu sebelumnya habis keguguran.Setelah salim pada suaminya, Jihan pun segera berangkat dengan senyu
Masih ada rinduAgnes terdiam, bibirnya yang masih ranum itu seakan berat untuk menjawabnya, sementara tatapan matanya terlihat sedang berusaha menghindari tatapan mataku. Selain itu, aku juga merasa bahagia, karena ternyata dia masih mengenakan hijab bahkan gamis yang dikenakannya gamis yang lebar dan longgar."Alhamdulillah, ternyata dia masih memeluk agama islam, dan aku bisa melihat dia semakin cantik dan anggun, dan..., ya Allah, aku benar-benar sangat terpesona padanya, saat ini, aku sangat merindukanya," guman batinku."Kamu di sini sama Jihan?" Ucapnya padaku, tapi aku tak segera menjawabnya karena aku masih terjebak oleh rasa yang tiba-tiba muncul lagi. Iya, aku sedang terpesona padanya.Bagaimana aku tidak terpesona, di depanku ada seorang wanita chindo yang cantik mengenakan jilbab dan gamis syar'i, terlebih lagi dia adalah wanita yang pernah menjadi kekasih bahkan pernah menjadi istriku. Andai dia masih halal untukku, sungguh aku ingin memeluknya lebih lama dengan erat da
Kota baruPov AzamDua tahun sudah, aku dan Jihan pindah ke kota Jakarta, meskipun pada awalnya kepindahan kami di tentang oleh keluarga, tapi setelah melalui perdebatan yang alot, akhirnya dengan berat hati keluarga pun mengijinkan. Sementara itu rumah yang di kota Surabaya sudah kujual.Selain karena untuk menghindari dari orang-orang yang Hasad, aku juga ingin menghindari kenangan-kenanganku bersama Agnes.Rumah yang di Jakarta memang tidak sebesar di Surabaya, tapi aku sangat bahagia dan kami selalu harmonis.Aku sangat bersyukur, hubungan kami selalu dipenuhi cinta, keluarga yang sangat menyayangi keadaan ekonomi juga sangat mendukung, tapi ternyata kami tak luput dari ujian, yaitu sampai sekarang kami masih belum dikaruniai anak. Terhitung sudah lima kali dalam empat tahun pernikahan kami, Jihan selalu mengalami keguguran. Hati Jihan sangat hancur, tapi aku dan keluarga selalu memberi dukungan dan selalu menghiburnya sehingga kegundahan hatinya tak begitu berarti.Sehari-hari J
Kehilangan"Sore tante!" Setelah dirasa cukup, akhirnya Azam menampakkan diri di hadapan mereka. Sontak keduanya terperanjat, seperti seorang pencuri yang ketahuan oleh pemiliknya."Azam?" Tante Monica shock, tapi ia tetap berusaha tenang agar tidak terlihat lemah di hadapan Azam."Aku tahu apa yang kalian bicarakan. Dan kamu Randi, aku tak menyangka ada orang yang begitu buruk nya memperlakukan wanita. Jka kamu iri dan dengki pada pencapaianku, cukup dengan fitnah saja mampu membuat karier dan namamu hancur seperti yang telah kamu lakukan, tapi perlakuanmu pada Jihan, itu sungguh tak bisa ku maafkan," ujarnya dengan mengepalkan tangan karena geram. Namun, Azam berusaha meredam emosinya agar tidak melakukan kekerasan, sebab ia tahu di cafe itu ada cctv dan itu tidak baik untuknya dan kariernya, tapi ia masih menganktifkan perekam ."Baguslah kalau kamu tahu. Berarti kamu sudah menyadari dosa-dosamu, dong!" Ujar Tante Monica dengan melipat tangan di dada nya dengan raut wajah angkuh d
Luka Jihan.Jihan menangis sedih, bukan karena merasa sakit di t4ampar, tapi ia justru merasa kawatir dan takut kalau Azam mengetahui dirinya di sakiti oleh orang lain, ia akan marah dan nantinya akan menimbulkan masalah yang semakin besar.Karena rasa kawatirnya itu, ia pun menghubungi Azam dan minta ijin bahwa dia akan menginap di tempat kosan-nya Hera.Awalnya Azam tidak setuju, tapi karena Jihan terus membujuk, akhirnya diperbolehkan, tapi prasaan Azam merasa tidak enak, sehingga ba'da maghrib dia mengunjungi kos-an Hera tanpa sepengetahuan Jihan."Sebaiknya kamu pulang, apalagi kamu sedang hamil!" Ucap Azam saat tanpa sengaja Jihan keluar bersama Hera menemui tamu yang ternyata adalah Azam, di tempat kos-an Hera tersebut."Tapi, Mas. Aku sedang ingin menginap di sini."Jihan berusaha menunduk, takut Azam melihat pipinya yang sedikit merah. Kulit Jihan memang sensitif, sehingga saat Randy men4mparnya bekasnya sedikit terlihat, meski samar-samar. Tapi, justru karena sikap Jihan yan
Kabar gembiraHuek, huek! Lagi-lagi Jihan seperti mau muntah, dia tidak tahu mengapa tiba-tiba perutnya terasa tidak enak dan mual, wajahnya juga terlihat pucat. Kedua orang tua mereka yang menatap penuh tanda tanya pada Jihan mendadak menjadi sumringah kemudian mereka saling berpelukan, hingga mereka lupa kalau mereka sedang ingin membicarakan hal serius tentang vidio viral Azam."Selamat ya dek!" Ujar Wardah yang memeluk Fatimah, begitu juga Hasan yang memeluk Ahmad, ayah Jihan.Melihat itu, Azam dan Jihan saling berpandangan keheranan."Kalian kenapa?" Azam melongo."Selamat ya sayang, sebentar lagi kamu akan menjadi ayah!" Ujar Wardah yang memeluk Azam."Ayah? Maksudnya?" Azam melongo."Jihan, kapan terakhir kamu telat datang bulan?" Seru Fatimah."Kayaknya tanggal 15 bulan kemarin aku sudah tidak haid, deh padahal sekarang sudah tanggal duapuluh lima!" Jihan mengingat-ingat dan seketika terperanjat. "Tapi, kan aku belum tes, mi?"Tapi Umi yakin, kamu itu sudah isi, sayang!" Uja
RenggangDalam setiap pernikahan pasti akan ada badai yang menerjang, baik itu hanya ombak kecil maupun ombak besar. Tapi, ombak kecil maupun besar, tidak akan berarti apa-apa jika di hadapi dengan kepercayaan, keyakinan serta kesabaran menghadapinya.~~~Azam dan Rozi sempat bersitegang saat penangkapan Rozi di rumahnya, hingga ibu Rozi yang mengetahui hal itu menangis dan memohon pada Azam agar Rozi di bebaskan, tapi karena kesalahan Rozi benar-benar fatal bukan hanya pada kehidupan rumah tanga Azam, tapi juga terhadap kariernya, dimana teamnya juga terkena imbasnya, sehingga ia tak bisa memaafkan Rozi.Setelah penangkapan itu kemudian sepuluh jam kemudian, Rozi dibebaskan karena ternyata Rozi tak terbukti bersalah. Ia mungkin memiliki vidionya yang ia serahkan pada Jihan, tapi ternyata bukan Rozi yang menyebarkannya ataupun yang merencanakan kejadian di Hotel Angkasa.Indira, yang juga dimintai keterangan juga terbebas dari tuntutan, bisa dipastikan ada pihak lain yang sengaja menj
Badai"Mas, coba jelaskan, ini bukan editan, kan?" Dengan penuh amarah, Jihan memperlihatkan vidio mes*m Azam yang ia dapatkan dari Rozi.Azam yang tengah sibuk dengan laptop di kamarnya itu seketika terperanjat dan shock. Sjenak ia tak bisa menjawab, ingatannya langsung tertuju pada kejadian di Hotel Angkasa dua hari yang lalu bersama Indira.Dalam vidio tanpa suara itu, terlihat jelas, Azam dan Indira sedang berci*man, dengan posisi Indira di atas tubuh Azam. Saat itu, Indira mengenakan dress warna merah dan posisi pengambilan vidionya berasal dari arah kiri."Darimana kamu mendapatkan vidio ini?" "Ini vidio asli, kan Mas, dan Mas adalah pemeran laki-laki di vidio mes*m ini?" Suara Jihan terdengar serik karena menangis."Ini bisa aku jelaskan!" Azam berdiri sembari memegang kedua bahu Jihan."Astaghfirullahal adzim, Mas. Berarti laki-laki di vidio ini benar Mas?" Jihan semakin shock dan tak bisa menyembunyikan kemarahan serta kekecewaannya. "Aku kira, Mas itu suami baik-baik kare