Share

40

Penulis: Ria Abdullah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-15 09:23:12

Setelah menyadari bahwa tidak ada yang bisa dilakukan di buku untukku maka aku mulai merasa bahwa di dunia ini aku benar-benar sendiri saja menghadapi orang-orang yang sudah gila. Aku harus berjuang untuk tetap bertahan dengan harga diri yang ada sementara pada kenyataannya kami sudah jatuh dalam segala hal.

Kini aku sendiri, merenungi takdir di kamarku, merenungi kiranya apa yang harus aku lakukan, jika terus melawan aku akan lemah, mentalku lelah, tapi jika aku menyerah, maka Tante Priska akan merasa di atas angin.

"Inilah satu-satunya hal yang bisa aku lakukan," gumamku sambil mematut diri di depan kaca.

Kepada Bunda agar beliau membiarkan aku untuk pergi ke rumah Tante priska. Bunda sendiri Mang Ya kan keinginanku lalu memintaku untuk berhati-hati setelah mencium tangannya aku pun naik ke motor dan berangkat.

*

Aku masuk ke dalam rumah Tante Riska dan mendapati dia dan ayah sedang makan malam ku ucapkan salam dan kedua sejoli itu langsung menatap padaku dengan raut heran tapi lang
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • MALAIKAT PENCURI AYAH   41

    "Bunda, ayah sakit," ucapku begitu bunda mengangkat telepon, kutemani ayah ke rumah sakit setelah sebelumnya minta izin dulu pada guru yang ada di sekolah. Aku tak akan bisa fokus belajar jika salah satu orang tuaku sakit."Sakit, sakit apa?" tanya Bunda dengan nada terkejut."Entahlah, mungkin asam lambung ayah naik," jawabku."Kalau begitu beritahu bunda rumah sakit mana tujuanmu, biar bunda bisa datang untuk merawat dan membawakan ayah sarapan," ujar bunda yang mulai terdengar setengah panik."Ayah lemah dan muntah muntah, cuma bunda yang tahu cara merawat ayah," ujarku."Iya Nak."Kuakhiri panggilan, kusimpan kembali ponselku dan memandang ayah yang masih terbaring di atas brankar ambulan yang melaju. Pagi mulai panas, keadaan jalan mulai macet karena orang orang yang berangkat ke kantor dan aktivitas masing masing. Kugenggam tangan ayah yang terasa dingin dan gemetar."Apa Ayah telat makan kemarin?" tanyaku memandang matanya."Ya, Tante Priska telat pulang untuk masak," jawabnya.

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-15
  • MALAIKAT PENCURI AYAH   42

    "Cukup hentikan! Apa kalian tidak lihat kalau aku sedang sakit," tanya ayah sambil mulai menahan rasa sesak dari napasnya."Entah kenapa keluargamu selalu mengajakku bertengkar padahal aku selalu berusaha untuk bersikap baik dan mengalah kejar tentang peristiwa dengan wajah yang dibuat sesedih mungkin di hadapan ayah."Dan entah kenapa istri barumu ini selalu saja memamerkan kemampuannya, padahal tidak perlu dipamer pun kami sudah tahu! Dia memang rese' dan kurang ajar," balas Bunda."Iri tanda tak mampu," ujar wanita itu dengan tatapan mendelik."Siapa yang bilang kami tidak mampu kalau kamu mau kamu bisa merebut kembali Ayah dan tidak akan membiarkan dia bertemu lagi denganmu, apa kau mau seperti itu!""Kalian tidak akan kuasa menolak takdir. Apapun yang terjadi saat ini aku adalah istrinya Mas Hafiz dan tidak ada manusia yang mampu menolak ikatan yang sudah dibuat dihadapan Tuhan!""Oh ya, ikatan tanpa restu dan keikhlasan orang lain? Kau lupa keberadaanku sebagai istri pertama?""

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-15
  • MALAIKAT PENCURI AYAH   43

    "Atau begini saja, bagaimana kalau kuberi penawaran..." Wanita itu menahan langkah bunda dengan ucapannya."Apa?""Kalau kamu tidak merasa bahagia lagi dengan Mas Hafiz maka biarkan dia denganku, aku akan memberimu ganti rugi.""Berapa yang kau bisa, satu milyar, dua milyar, bisa kah?" tanya Bunda sambil berkacak pinggang."Akan aku usahakan yang penting kau tidak mengusik dan menuntut apapun lagi.""Bagaimana dengan anakku?""Dia tetap anak Mas Hafiz, sudah kubilang alana akan selalu kami sayangi.""Cih, pintar sekali mulut itu mengumbar janji, padahal, belum tentu semua yang kau katakan akan kau lakukan, belum pernah aku mendapati wanita yang tidak tahu malu serendah dirimu," jawab Bunda sambil meludahi wanita itu ke tanah. Meski Bunda sudah bilang akan mengalah, tapi tetap saja, kebencian bunda semakin menjadi dan menyeruak ke permukaan, bunda sudah tak mampu menahan sakit hati. Andai bisa, aku ingin sekali memisahkan bunda dengan wanita itu. Atau kalau bisa aku ingin sekali men

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-15
  • MALAIKAT PENCURI AYAH   44

    "Jangan bersikap begitu, Nak, dia istrinya ayah," ujar ayah sambil memelas padaku."Dia istri ayah, harusnya ayah menghentikan semua perbuatannya yang sekiranya menyinggung atau menyakiti orang. Mentang mentang kaya, dia merasa bisa melakukan apapun yang dia inginkan." Aku mengoceh sambil melipat tangan di dada."Kalau Bunda dan Tante Priska sama sama marah pada ayah, lantas ayah harus bagaimana?""Ya, cari saja solusinya. Ujungnya ayah tidak akan mendapatkan siapapun karena keserakahan ayah dari awal," balasku."Baik, ayah memang salah, ayah minta maaf, maaf sekali," ucap ayah sambil menangkupkan tangan."Kondisikan dong istri ayah agar kami bisa saling damai dan rukun, terlebih dia yang datang paling akhir dalam keluarga ini," jawabku."Iyaa ayah berusaha, ayah akan memberinya pengertian.""Nyatanya, wanita angkuh itu memang menyebalkan," ujarku sambil melipat tangan di dada. Kududukkan diri di sofa sambil main ponsel dan mengabarkan pada Bunda kalau aku sedang bersama ayah.Tak lam

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-15
  • MALAIKAT PENCURI AYAH   45

    "Aku pulang karena keluarga tante Priska datang jadi karena aku juga sungkan bergaul dengan orang asing Jadi kuputuskan untuk kembali saja ke rumah," ujarku pada Bunda."Apa orang tua Priska ada di sana?""Iya, orang tuanya datang, kami berbincang-bincang sebentar lalu aku memutuskan pulang.""Apakah kau menjaga sikapmu dengan baik anakku?""Iya," jawabku sambil mendecak kecil."Bunda yakin kau marah marah.""Ya, aku memprotes tentang ketidak jujuran ayah dan Tante juga tentang keluarga mereka yang santai santai saja mengetahui fakta bahwa ayah punya anak dan adikku meninggal.""Untuk apa diceritakan Nak, siapa yang akan peduli ...." Bunda mendesah sambil terlihat bersedih, dibawah temaram lampu baca dengan kursi santai kesayangannya bunda terlihat sangat sedih tapi di atas kesedihan itu dia punya kepasrahan yang tulus."Setidaknya aku ingin tahu, apakah mereka punya empati atau tidak," jawabku dengan penuh keresahan dalam hati."Kalau dari awal seseorang memang tidak punya perasaan m

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-15
  • MALAIKAT PENCURI AYAH   46

    Entah apa yang membawa suasana pagi-pagi yang damai ini tiba-tiba dipenuhi dengan keriuhan. Aku yang sedang sarapan bersama Bunda dengan ketenangan hati kami setelah salat Subuh dan mandi tiba-tiba dikejutkan oleh ketukan di pintu utama.Tok tok."Permisi, assalamualaikum ...." Aku dan Bunda saling memandang saat mendengar suara wanita dewasa yang memanggil dari depan sana. Nenek dari ibuku tidak mungkin datang karena posisi beliau yang beda pulau dari kami. Aku yakin yang datang sekarang adalah orang lain yang belum pernah datang ke rumah ini."Sebentar ya Bunda bukakan," ucap Ibuku sambil bangkit dari meja makan dan segera bergegas menuju ke pintu utama.Aku Yang penasaran juga akhirnya meninggalkan sarapan dan pergi ke depan untuk melihat Siapa yang datang. Saat daun pintu terbuka bertambah terkejutnya aku karena ternyata yang datang adalah keluarga Ibu tiriku. Ada adiknya dan suaminya serta Ayah dan ibunya. Herannya, Tante tidak terlihat sama sekali."Assalamualaikum...." ucap Ay

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-15
  • MALAIKAT PENCURI AYAH   47

    Usai mengatakan itu keluarga Tante Riska mengeluarkan sejumlah uang untuk kami, mereka meletakkan amplop coklat yang begitu tebalnya entah untuk apa tujuannya."Kalian juga bisa mendapatkan penawaran lebih Kalau tidak mau tinggal dengan Priska, kami akan membayar kalian berapapun kalian inginkan.""Bagaimana kalau aku minta uang miliaran Apa kalian bisa?""Maka pertanyaan harus dikembalikan padamu, Apakah setelah menjual suamimu miliaran rupiah, apakah kau akan merasa puas dan ikhlas melupakannya?" tanya ayah Tante Priska.".... Jika di dalam hati kalian masih tersisa cinta maka janganlah bersikap munafik dan menahan perasaan. Kenapa tidak hidup berdampingan dan mencoba menjadi saudara lalu saling berbagi dalam suka dan duka. Apa susahnya semua itu?" tanya Kakek Hamid."Jika demikian aturlah caranya," ujar Bunda sambil menutup percakapan."Kalau begitu terimalah uang ini dari kami sebagai bentuk permintaan maaf dan bela sungkawa. Kami tidak bermaksud membeli harga diri kalian, tapi ka

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-15
  • MALAIKAT PENCURI AYAH   48

    "Ada apa lagi Rindi?" ibunda tante Priska bertanya kepada tante Rindi perihal Mengapa Tante Riri terlihat begitu panik dan tante Priska terdengar menangis dari seberang sana."Ini ... Kakak nggak sengaja nabrak orang dan orangnya lagi gawat di rumah sakit, dia lagi ditahan di pos pengamanan, karena warga sekitar sedang mengamuk.""Apa?! Ayo bergegas ke sana dan hubungi polisi jangan sampai ada terjadi sesuatu kepada Priska," jawab ayahnya sambil mengajak anggota keluarganya.Tanpa mengatakan apapun kepada ayah mereka berempat langsung pergi bergegas begitu saja meninggalkan aku dan Bunda serta Ayah yang terkapar dengan wajah bingung.Melihat kepergian mereka Ayah hanya bisa menghalalkan nafas sambil menggelengkan kepala dan berdecak kecil."Ayah nggak mau ikut?" kepada ayah yang terlihat ingin bangun tapi tidak sanggup."Pertanyaanmu rasanya tidak perlu Ayah jawab.""Baguslah, sekarang hanya tersisa kami berdua yang akan menjaga dan mengurusi ayah. Faktanya keluarga kedua tidak akan l

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-15

Bab terbaru

  • MALAIKAT PENCURI AYAH   100

    Pada akhirnya setelah diskusi panjang lebar dan keluargaku membujukku, maka aku pun setuju untuk pulang ke rumah keluarga dan ahli warisku. Sebetulnya aku tidak terlalu ingin bersama mereka tapi bagi mereka tidak aman diriku untuk tinggal sendiri di tengah teror dan ancaman keluarga Tante Priska.Meski nantinya keluarga Priska tidak akan lagi menemuiku, tapi tetap saja keluargaku khawatir tentang diri ini yang sendirian karena aku adalah anak perempuan. Belum lagi usaha kedai yang mungkin tak akan bisa kukelola dengan maksimal. Kedai itu terancam gulung tikar sebentar lagi.*Aku pindah ke rumah nenekku, tinggal di sebuah kamar di lantai dua bersebelahan dengan kamar oma. Sikap Oma berubah drastis, dia yang tadinya biasa saja, jadi sangat perhatian dan sayang. Mungkin karena besarnya rasa bersalah padaku dan Bunda. Nenek jadi sangat lembut, penuh kasih sayang dan berusaha memenuhi kebutuhanku.Om dan tanteku juga sama, mereka mendukung dan menyayangiku, mereka mencarikan kampus yang

  • MALAIKAT PENCURI AYAH   99

    Hari itu kutemani ayah pergi ke rumah sakit jiwa di mana Bunda dirawat sekaligus ditahan. Saat pertama kali mendaftar di lorong rumah sakit dan bilang kalau kami ingin bertemu Bunda naifa, aroma khas rumah sakit serta sedikit aroma busuk mulai menguar di penciumanku.Aku juga mendengar teriakan dan suara tawa melengking yang berasal dari para pasien yang mungkin sedang berhalusinasi atau teringat dengan peristiwa traumatis mereka. Aku bisa merasakan betul tekanan dan prihatin dengan nasib pasien yang ada di situ. Aku yakin bukan keinginan mereka untuk ada di sana tapi keadaan dan mental mereka yang membuat mereka tertahan.Kami diantarkan oleh dua orang perawat ke sebuah kamar yang berada di lantai 2 dan jauh di ujung lorong sayap timur. Saat melewati koridor, aku bisa melihat di sebelah kanan dan kiri, ruang pasien yang dilapisi kaca dan jaring jeruji, berisi mereka dengan aneka tingkah laku dan keluhan. Ada yang hanya duduk di ranjang sambil menerawang menatap jendela, ada yang b

  • MALAIKAT PENCURI AYAH   98

    "Aku tidak akan ikut campur kalau Tante ingin berpisah atau tetap bersama ayah, tapi ada sedikit yang mengganjal hatiku karena tiba-tiba tante ingin mendapat permintaan maaf dari ibuku. Kalian berdua sama-sama salah dan sama-sama kena getahnya, kenapa tidak saling merangkul dan saling memaafkan satu sama lain saja, tanpa harus menuntut satu harus bersujud kepada yang lain?""Maaf, ibumu telah membunuh anakku.""Kehadiranmu juga telah membunuh adikku.""Ia membuatku mendapatkan kesialan bertubi-tubi.""Karena kehadiranmu kami kehilangan ayah dan rumah, keluarga kami hancur hubungan kami dengan nenek kami juga hancur, apa Tante ingin kita mengadu nasib?""Baiklah kau menang!"wanita itu akhirnya menyerah dan hanya mendengkuskan nafas sambil terlihat kesal padaku. Dia dalam keadaan sakit dan sedih sementara dia kesal dan tidak mau menatap wajahku. Dia benahi selimutnya sendiri karena hawa AC yang mulai dingin.Kuhampiri wanita itu, lalu kubantu dia untuk memperbaiki selimut, ku tawarkan j

  • MALAIKAT PENCURI AYAH   97

    "Dengar anak suamiku! Aku sedang sakit, bersedih dan ditimpa kesulitan bertubi-tubi. Aku tidak mau kehadiranmu mengeruhkan suasana dan membuat diriku makin depresi. jadi dengan penuh hormat, aku memintamu untuk meninggalkanku sendiri saja,"ucapnya sambil mengarahkan tangan ke pintu yang pertama bahwa dia mau tidak mau terpaksa mengusirku."Aduh Tante, kalau aku tidak menjaga lantas siapa yang akan membantumu pergi ke kamar mandi dan mengawasimu, kau bisa pingsan dan saluran infus itu bisa terlepas dari tanganmu dan berdarah. Harus menjagamu Demi rasa baktiku kepada ayahku. Aku tidak akan tahan terus bicara dan menatap wajahmu jadi aku akan mengawasimu dari luar, kataka. Saja kalau kamu butuh sesuatu," ucapku ketika hendak membalikkan badan dan pergi."Kau tidak perlu susah payah, urus saja ibumu yang pembunuh itu," jawabnya dengan sombong, aku tersentak saat wanita itu menyebut ibuku dengan sebutan pembunuh. Emosiku tiba-tiba ingin naik kepala Andai saja aku tidak berusaha mengendali

  • MALAIKAT PENCURI AYAH   96

    Aku menelpon ayah dalam perjalanan pulang dari persidangan Bunda. Aku ingin tahu Ayah sedang apa. Apakah dia sudah sampai di rumah atau belum. Kalau belum Aku ingin sekalian pergi menjemputnya karena Ayah tidak membawa motor melainkan dia menggunakan ojek online."Halo assalamualaikum ayah...""Ya, walaikum salam."Suasana di sekitar Ayah terdengar sangat ramai dan lalu lalang orang serta keriuhan yang sulit kujelaskan, aku tidak bisa berasumsi kalau dia sedang di kantor karena tidak mungkin suasana di kantor sampai seperti pasar. Ada suara jeritan orang yang menangis dan beberapa yang lain terdengar bicara dan sulit dimengerti Apa yang sedang mereka katakan."Ayah di mana sekarang, apa yang sedang Ayah lakukan?""Ayah sedang di rumah sakit, Tante Priska menelpon ayah dan meminta ayah datang ke sini," jawabnya dengan suara pelan.Tadinya aku ingin menceritakan tentang keadaan Bunda dan putusan apa yang bunda dapatkan tapi mendengar nama tante Priska disebutkan aku jadi kesal dan mengu

  • MALAIKAT PENCURI AYAH   95

    "Lalu apa pilihan Ayah, apa Ayah akan pulang dengan kami atau kembali ke Tante Priska?"Pertanyaanku itu cukup membuat ayah terhenyak dan diam saja. Dia menggeleng lalu mendesah pelan."Tidak keduanya." Ayah mendesah dan memilih beranjak dari tempat duduknya, ia trtatih pelan dengan tongkatnya menuju ke kamar.Dari belakang siluet tubuh ayah terlihat kurus, sedikit bungkuk, hilang semua wibawa dan ketegapan dirinya sejak musibah yang menimpa. Pun Tante Priska yang kini babak belur dihujam masalah demi masalah. Kasihan, tapi harus bagaimana lagi.Kini, yang harus kufokuskan adalah tentang ibuku yang menjalani hukumannya, entah berapa tahun dia di penjara aku tak tahu. Semoga hakim mempertimbangkan ketidak stabilan mentalnya agar ibuku bisa diampuni dan diberi keringanan. Meski menurut orang lain egois bahwa aku berharap ibuku yang seorang pembunuh berencana tidak dihukum berat karena gangguan jiwa, tapi aku tetap berharap itu terjadi. Semoga ada keajaiban.*Seminggu kemudian.Pagi se

  • MALAIKAT PENCURI AYAH   94

    Sepanjang malam Ayah Hanya duduk di depan rumah sambil membiarkan tubuhnya ditiupkan angin malam yang datang dari lautan, libur ombak yang membentur pantai seakan seperti perasaan ayah yang saat ini merasa sangat sedih dan bersalah.Dari jendela kamar aku melihat tatapan Ayah yang menerawang, sesekali ia mengusap air matanya, sekali ia menangis sampai bahunya terguncang dan akhirnya ia kembali terdiam dalam lamunan panjang.Apa yang beliau katakan memang benar, kalau ada orang yang paling pantas menanggung kesalahan maka dialah orangnya, dialah penyebab semua masalah dan petaka yang terjadi. Kedua istrinya harus mengalami gangguan kejiwaan dan mental karena terlalu depresi memikirkan kehidupan mereka yang hancur karena ayah. Satu dikecewakan karena cintanya dan satu kecewa karena kehilangan anaknya. Puncak dari semua itu ayahlah penyebab utamanya. Anak tante Priska tidak akan mati kalau bukan disebabkan oleh ibuku yang mengalami gangguan kejiwaan dan tega berbuat hal yang nekat. Tapi

  • MALAIKAT PENCURI AYAH   93

    Hal yang paling mengejutkan dan tidak pernah kuduga adalah ternyata Ibu tiriku ada di antara mereka, kupikir dia tidak ikut tapi saat ku dengar dia lama-lamat menangis dan terus merintis saat diangkat oleh orang-orang maka pahamlah aku kalau dia sudah ikut.Kulihat wajahnya yang pucat karena syok serta tangannya yang berdarah karena pecahan kaca, aku jadi merasa miris sekaligus kasihan tapi lebih banyak puasnya. Aku ingin tertawa karena pelakor itu selalu mendapatkan kesialan dan kemalangan setiap kali berkendara di jalan raya. Baru saja ia sembuh dari cedera tulang yang berkepanjangan. Kini ia harus tabrakan dan malah lebih mengenaskan lagi."Siapa yang meninggal Pak, keponakanku?" tanyanya lemas, saat ia ditandu oleh empat orang, wanita itu sempat berpapasan denganku. Ia membulatkan mata tepat saat tatapan bola mata kami saling bertautan. Aku yang masih mengenakan helm dan tidak sadar kalau tidak pakai masker segera menghindar dari wanita itu, karena aku tidak mau hal itu menimbulka

  • MALAIKAT PENCURI AYAH   92

    Hari demi hari kulalui dengan penuh perjuangan yang cukup berat. Sisa uang yang ditinggalkan oleh Bunda mati-matianku kuperjuangkan untuk tetap cukup membeli bahan baku dan mengelola kedai. Aku berusaha hidup hemat dan prihatin tidak membeli kecuali sesuatu yang sangat kuperlukan. Pagi aku pergi mengambil kursus komputer dan coding, sementara sore hari aku akan sibuk di kedai untuk melayani para tamu.Sekarang Ayah tinggal bersamaku tapi aku tidak mau terlalu akrab dengannya, dia kerap menyapa dan mengajakku bercanda tapi aku menanggapinya dengan ekspresi datar dan memilih untuk menyibukkan diri dan kembali ke pekerjaanku. Jika sudah begitu, maka ayah akan dia, kemudian pergi mengerjakan apa saja yang rasa mampu ia kerjakan.Aku tetap memasak dan menyediakan makanan untuk ayah, aku tetap mencuci pakaian dan membersihkan kamarnya, tapi aku tidak banyak mengatakan apa-apa. Sesekali aku menjenguk Bunda, Tapi itu tidak terlalu sering karena bunda sendiri melarangku untuk selalu datang. B

DMCA.com Protection Status