Bagaimana jadinya jika atma yang masih di duniawi bereinkarnasi pada wadah bayi dari dimensi lain. Lucifer Guardian hanyalah anak kecil yang bernasib kurang beruntung kala itu.
View MoreMalam itu hujan mampir beberapa saat membasahi jalanan kota Boras yang mulai menyepi. Hanya ada beberapa pejalan kaki dan petugas keamanan yang berkeliling. Si kembar Gillenhart dengan Ibunya tampak terduduk di lantai kamar Sasha beralaskan tikar merah muda. Pintu balkon yang tadi terbuka sudah tertutup untuk menghindari angin dingin memasuki ruangan. Tubuh Lucifer pun terbalut selimut yang lebih tebal dari sebelumnya. Sarah mendekati Lucifer yang terbaring dalam tidurnya, tangannya mengusap pelan surai hitam laki-laki itu. senyum simpul terulas dari wajah cantiknya yang menampilkan ketulusan seoranng ibu. Alih-alih peduli, si kembar lebih menunjukkan rasa tak nyamannya di dalam kamar itu. “Dia bisa bangun kapan saja.” Tayas menundukkan kepalanya dalam lututnya yang ia peluk. “Tinggal diam saja,” sahut Teyas yang berusaha tenang.“Aku rindu Sasha,” ucap Tayas dengan suara yang agak serak seolah menahan dirinya tak menangis terisak. Teyas hanya bisa melirik saudarinya dengan tatapan
“Anak-anak nakal!” teriak sebuah suara laki-laki yang cukup berat dari dalam menara suci. Sasha yang sudah berada di luar jendela, berdiri tepat di depan menara dengan wajah terheran-heran. Tak lama Sasha menengok ke belakang tempat si kembar masih berdiri mematung memandangi dirinya dari dalam kamar.“Ini bukan menaramu, Tayas.” Ucap Sasha dengan wajah menunjukkan kekesalan. Diana yang merasakan tatapan Sasha bergidik ngeri, badannya seolah menegang karena merasa takut. Diam-diam Diane bergeser perlahan menjaga jarak dari saudarinya seolah tak ingin terkena imbas.“Tentu saja, ini menaraku.” Suara yang sama lagi dari dalam menara. Sontak Sasha mengembalikan pandangannya pada pintu menara berwarna coklat mengkilap yang menjulang cukup tinggi di hadapannya. Dua sisi pintu tersebut terbuka secara perlahan, menampilkan apa yang terdapat dalam menara tersebut.“Oi, jangan seenaknya memanggil hanya karena kalian bisa melakukannya!” Seru seorang pria tinggi dengan jubah hitam yang tampak me
“Ternyata cantik ya,” gumam Lucifer pelan menatap bulan penuh yang bersinar malam itu. Hutan malam itu terasa lebih nyaman meski sunyinya penuh oleh suara jangkrik dan suara hewan lain yang terdengar sesekali. Anak itu tampak tenang duduk sendiri di kursi panjang tersebut. Kakinya yang menggantung berayun pelan seolah menikmati ketenangannya sendiri. “Lucifer,” panggil ayahnya yang berdiri di ambang pintu rumah mereka. Wajahnya mengukirkan senyum saat anaknya menengok mendengar namanya dipanggil. Tak perlu aba-aba anak itu bergegas turun dari kursi tersebut dengan susah payah karena cukup tinggi dari pada panjang kakinya. Ia berlari kecil menghampiri ayahnya yang siap menyambut lompatan Luci dalam gendongannya. Dari dalam terdengar suara wanita yang sudah memanggil anak dan suaminya untuk makan malam bersama. Lucifer yang mendengar suara ibunya berteriak mengiyakan bahwa mereka akan segera datang.Bulan penuh memang cantik, namun bulan sabit memiliki pesonanya tersendiri. Lain halnya
Mungkin malam ini Herman masih tertidur dan bermimpi di dalam kamar Lucifer yang hampir tak pernah ditiduri tiga tahun terakhir. Lain halnya Lucifer yang hampir tak pernah bermimpi tiga tahun terakhir. Tubuhnya yang terbaring dengan mata tertutup, nafasnya teratur seakan tidurnya teramat nyenyak bermimpikan surga yang tak tergapai, begitulah yang tampak jika hanya dilihat dari luar. Badannya hanya mengisyaratkan bahwa jiwanya masih hidup, masih berkelana dalam mimpi nyata di dimensi lain. Tak pernah tak mengeluh jika Lucifer ingin menyampaikan kejujurannya. Jiwanya terasa lelah, saat tertidur ia terbangun pada tubuhnya yang lain. Ia mungkin melupakan bagaimana nikmatnya terbangun setelah bermimpi sesuatu yang indah namun tak mampu ia ingat. Ia mungkin juga melupakan bagaimana rasa malas menyerbu di pagi hari, saat terbangun oleh omelan adik kecilnya yang kembali dari rumah Herman dengan rantang makanan buatan ibu Herman untuk mereka yang hanya tinggal berdua tanpa orang tua. Kebiasaan
Di dalam hutan yang damai beberapa hewan kecil berlarian. Seperti kelinci, tupai, bahkan kancil yang amat cepat tak mau kalah berlari dari kejaran Lucifer. Entah bagaimana hutan tersebut tampak sangat bersahabat dengannya. Tak terlihat satupun hewan buas. Pohon-pohon tinggi yang menjulang, bunga-bunga yang tumbuh di sekitar batangnya membuat hutan tersebut bagai surganya duniawi. Terasa nyaman dan aman.Sesekali kicau burung dan gemericik air dari air terjun di dekat sana terdengar amat memanjakan. Tak ada yang akan menolak kenyamanan hutan tersebut. Hewan buas yang tak terlihat bukan berarti mereka tak ada. Hutan tersebut ditinggali berbagai macam makhluk dan hewan, tak ada yang tau makhluk apa saja yang tinggal selain sebuah keluarga kecil yang terdiri dari tiga manusia, dan hewan-hewan kecil yang bersahabat dengan si anak manusia."Luci, jangan berlari!" Seru sang ibu yang sedang duduk di bawah pohon besar dengan tangan yang sibuk merajut benang berwarna coklat. Tak menghiraukan te
"Dia harus kuhajar." Sasha merenggut masih berusaha melayangkan pukulannya pada pria tersebut."Lucifer," panggil sebuah suara lembut yang entah datangnya dari mana. Suara tersebut menggema beberapa kali, layaknya suara ibu yang memanggil anaknya. Pria tersebut terduduk dengan mata terpejam. Ia mengusap rambutnya yang acak-acakan, berusaha merapikan namun tak tampak lebih rapi. Diane dan Diana melepaskan tangannya dari Sasha, tangan Sasha yang hendak melayangkan pukulan pun melemas. Si kembar hanya menatap temannya itu dengan tatapan sendu yang tampak mengasihani. Namun, Sasha hanya memasang wajah kesalnya. Wajah kesal yang tak ingin ia tunjukkan pada pria itu. Gadis itu membalik badannya memunggungi yang lainnya. Pandangannya lagi-lagi menatap layar besar yang menampilkan bulatnya planet hijau tersebut. "Apakah semenyenangkan itu tinggal bersama mereka?" Gumam Sasha hampir tak terdengar."Dia bicara apa?" Tanya Diana yang hanya mendapat gelengan dari saudaranya. Mereka hanya menatap
Manusia itu bagaikan makhluk lemah berjiwa kuat. Walaupun berumur singkat, namun keinginan untuk bertahan hidupnya tidak bisa dianggap remeh. Mereka terlalu sulit untuk dijatuhkan dengan kenyataan, namun mudah dibangkitkan dengan kata-kata. Memang aneh dan tak mudah dimengerti. Bahkan pengetahuan mereka yang tak seberapa tak memungkinkan bagi mereka untuk menyerah pada Bumi kecil ini. Rasa haus akan pengetahuan, rasa penasaran yang tak ada habisnya, manusia cukup berbahaya jika soal rasa ingin tahu. "Jauh di timur ada planet yang sedang meneliti kita." Begitulah kata Lucifer kecil dengan jari yang menunjuk lurus ke langit timur. Hanya ada bintang-bintang yang menghiasi malam itu, bahkan bulan pun tak tampak. Entah planet apa yang dimaksud anak itu, sang ibu yang berdiri di sebelahnya hanya tertawa kecil seolah menanggapi lelucon yang ia percayai dari anaknya. "Ibu percaya?" Tanya Lucifer menatap ragu kepada ibunya. Sang ibu menunduk menatap kembali manik mata anaknya yang berbinar p
Rantang merah muda yang sudah tidak asing keluar masuk di ruang laboratorium Kael Smith hari ini hadir kembali. Menu makan siang hari ini adalah ikan goreng dengan bumbu special milik Nyonya Smith dan sayuran yang ditumis dengan rempah-rempah yang menguarkan bau harum nan gurih. Hoodie merah muda panjang kebesaran dan rok putih sepaha membuat gadis mungil itu tampak sangat lucu dengan rantang yang senada dengan pakaiannya. Sepatu vantopel putihnya mengetuk-ngetuk lantai bersih itu dengan langkah kecilnya.“Hai, Sasha,” sapa seorang peneliti cantik dengan tag nama Mio Sahy dari dalam ruangan tersebut, saat Sasha terlihat di ambang pintu masuk. Sasha hanya tersenyum. Matanya terlalu sibuk memperhatikan kakaknya yang tertidur lelap masih di tempat yang sama di atas sofa yang mulai lusuh setelah tiga tahun sofa itu menjadi surga kedua Lucifer. Semua peneliti di lab itu berkumpul di meja bundar, mengikuti Sasha yang mulai menyiapkan makanan untuk mereka.“
Hari-hari monoton yang membosankan berlalu layaknya kewajiban yang tak bisa dilewati dengan mudah. Lucifer tidak berhenti mencoba semua hal dalam tiga tahun terakhir. Barang-barang aneh yang coba ia pindahkan lintas dimensi tidak ada yang sampai dengan sempurna dan semakin hancur. Bahkan kadang ia kerap gagal memindahkannya.“Aku tidak bisa merasakannya,” keluh Lucifer menatap jemarinya yang tampak kurus dan putih pucat. Lucifer terbangun dengan rambut sebahunya yang cukup berantakkan, kumis tipisnya menunjukkan ia sudah memasuki masa remaja yang sebenarnya. Lucifer delapan belas tahun memiliki perubahan drastis dalam hal fisik. Badannya yang jauh lebih tinggi dan besar, garis rahang yang tegas, namun wajah remaja berlesung pipi itu masih tampak manis seperti Lucifer tiga tahun lalu.“Pakai bajumu.” Herman melempar sebuah kaos berawarna gelap ke wajah Lucifer. Tidak langsung memakainya, Lucifer kembali merebahkan badannya dan hanya menaruh asal
Alam semesta dan tuhan adalah dua misteri yang sangat rumit untuk dibahas. Beberapa kepercayaan menjelaskan tuhan mereka dengan sangat terperinci, namun selalu ada titik kosong dimana celah dari keraguan atas kepercayaan tersebut. Alam semesta tidak hanya terdiri dari planet dan bintang ataupun lubang hitam yang juga masih menjadi misteri. Tuhan tidak hanya berupa sang penguasa tak berwujud yang hanya ada satu di semesta ini. Kehidupan dari planet lain, tuhan dari semesta lain, terlalu luas jika ingin merobeknya menjadi potongan kecil yang dapat dipahami. Dikisahkan seorang anak yang katanya keturunan langsung dari tuhan akan dilahirkan untuk melindungi suatu planet. Tentunya kisah tersebut hanya berdasarkan kepercayaan pada sebuah ramalan penyihir agung pada zamannya. Entah ada atau tidaknya bukti tentang ramalan tersebut, kekuatan suci sang penyihir agung saat itu dianggap hukum paling tinggi yang tak terbantahkan. “Bagaimana bisa tuhan hanya menciptakan satu a
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments