Share

2

Author: Wupi Verlouna
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Surganya Lucifer kini dalam keadaan tidak memungkinkan untuk dinikmati dalam jangka waktu dekat. Kasur kapuk itu kini sedang dijemur di atas tumpukan kayu di halaman belakang rumah mereka. Di sana juga terlihat jemuran kayu yang menjemur pakaian dua saudara yang tinggal di rumah itu. Lucifer tampak terduduk bersandar di bawah pohon tepat di samping rumah anjing yang tidak ada anjingnya. Manik-maniknya menatap sendu kasur di depannya, helaan nafasnya seolah ia mendapat cobaan yang teramat berat saat itu. Anak laki-laki itu mungkin akan menangis tersedu-sedu jika cobaan yang lebih berat datang padanya.

Setelah makan siang bersama Sasha dan Herman, perut kenyang dan udara sejuk siang itu membuat Lucifer menguap karena rasa kantuk yang menghampirinya. Ia bisa saja meminta seorang hada untuk mengeringkan kasurnya, namun Sasha tidak akan tinggal diam. Bahkan ayah Herman pun tak ingin ikut campur dengan perselisihan anak-anak yang menakutkan seperti Sasha. 

''Lucifer!'' teriak Sasha dari dalam rumah yang membuat Lucifer bergidik ngeri. Ia sudah tau kali ini alasan teriakan maut adiknya itu. ''Kusuruh mencuci piring, bukan?!'' teriak Sasha lagi di lantai dua yang menatap Lucifer dengan kesal dari jendela.

''Aku harus membantu Mario,'' elak Lucifer yang langsung menghilang seperti angin. 

Mario yang dimaksud adalah pria berumur empat puluhan yang memelihara sapi. Rumahnya bersebelahan dengan Lucifer dan sangat dekat dengannya seperti seorang paman kepada keponakannya. Mario tentunya sudah paham kenapa anak laki-laki lima belas tahun itu melarikan diri ke rumahnya. Tak ingin bertanya Mario membawakan Lucifer seekor sapi betina yang diberi nama Beti. Dengan wajah bertanya-tanya Lucifer menatap heran sapi itu.

''Mario, aku mengantuk,'' ucap Lucifer dengan kiat menolak halus. Pria itu tersenyum tipis.

''Bawa Beti ke tempat yang rumputnya lezat, ikat di pohon lalu kau bisa tidur saat dia makan,'' saran Mario yang tentunya sulit ditolak oleh Lucifer. Ia mengambil alih tali yang dipegang Mario lalu naik ke punggung Beti dengan bantuan Mario. Beti memang sangat besar sebagai sapi betina, tapi dia termasuk sapi pemalas yang tidak suka berjalan jauh. Jadi sangat sulit mengembalanya.

''Yo, Beti. Kita tamasya!'' seru Lucifer kini berwajah cerah seolah memikirkan sesuatu yang sangat menyenangkan. Lucifer menunjuk gunung Sayan yang berada di seberang pulau lalu menarik telunjuknya ke atas dan mereka menghilang dari hadapan Mario.

Pulau Nariti memang terkenal dengan gunung dan bukitnya yang hijau dan cantik, pedesaan dengan pertanian yang tumbuh subur. Gunung Sayan pun merupakan gunung tertinggi Nariti sekaligus gunung tertinggi di Zois. Pemandangan yang layaknya dunia dongeng membuat siapapun penikmatnya terhipnotis. Tak terkecuali Lucifer dan Beti. Keduanya menatap takjub melihat hamparan hutan hijau dari kaki gunung itu. 

''Ayo Beti, kita keatas!'' seruan Lucifer terdengar sangat nyaring seolah dirinya sangat senang. Dengan sekejap mata, anak laki-laki dan sapi itu sudah berada di dataran yang lebih tinggi. 

''Ini lebih mirip bukit daripada gunung,'' ucap Lucifer asal sembari turun dari Beti dan mengikatnya pada sebuah batang pohon. Beti pun langsung melahap rumput hijau di depannya. Melihatnya membuat Lucifer gemas mengelus-elus kepala sapi itu.

''Lain kali kita ke puncaknya ya,'' ajak Lucifer terkekeh pelan. Ia menyapukan beberapa daunan kering dengan kakinya untuk mempersiapkan tidur siangnya setelah kehilangan cukup energi agar sampai di tempat itu. Badannya ia baringkan di dekat pohon hanya dengan beralaskan rumput dan lengan kanan yang menjadi bantalan kepalanya. Matanya menatap sebuah menara yang berdiri tak jauh dari kaki gunung.

''Menara suci di siang hari?'' gumam Lucifer yang kemudian terlelap bersama sejuknya angin pegunungan.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
yon lee
nama sapinya lucu ya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Lucifer Guardian   3

    📍Pusat Kota Boras “Malapetaka akan datang!” seru seorang pria kecil berwajah tua dengan penampilan menyedihkan. Pakaiannya kotor dan tampak tak layak pakai, tubuhnya penuh luka sayatan yang darahnya sudah mengering kecoklatan. Dengan suara nyaris serak ia berteriak lantang di jalanan kota. Aura seorang peri hada yang bertahan hidup tanpa guardiannya. Seorang bangsawan yang kini tak lebih dari seorang gelandangan. Begitulah pikiran para warga. Tak berapa lama ia menjadi tontonan warga, pria itu terjatuh tak sadarkan diri di tengah jalan. “Dia juga gagal,” ucap seorang gadis dari kejauhan. Dua gadis yang tampak seperti bocah berumur sepuluh tahun menatap kecewa tubuh pria tua yang kini sudah diangkat dengan tandu oleh pihak kesehatan. Mereka adalah Tayas dan Teyas yang sedang melakukan eksperimen dari buku sihir milik ayahnya. Buku tebal dengan sampul coklat yang tampak usang itu merangkum tentang berbagai hal yang telah Derry pelajari dari penyihir agung sebelum diri

    Last Updated : 2024-10-29
  • Lucifer Guardian   4

    “Tayas!” teriak Teya yang langsung dihampiri oleh Tayas yang datang dengan rambut berantakan. Siapapun tau jika gadis itu bangun dengan terburu-buru. ''Apa itu?” tanya Tayas dengan tatapan heran melihat hasil gambar milik Teyas. Sebuah ligkaran sihir yang cukup besar, di dalamnya tergambar beberapa planet besar serta enam bintang yang mengelilingi planet kecil. Teyas tersenyum dengan bangga melihat hasil gambarnya. “Nah sekarang kita hanya butuh target,” ucap Teyas yang sudah tak sabar. Tling! Sebuah lonceng terdengar samar dari kejauhan. Spontan kedua gadis itu mendekati jendela menara dan memperhatikan keluar. Anak pengembala tadi siang tampak masih tertidur di tempat yang sama bersama sapinya. Kedua gadis itu saling tatap tak percaya dengan apa yang mereka lihat. “Dia guardian.” Tayas memberitahu dengan senyum kemenangan di bibirnya. Tentunya sebuah keberuntungan menemukan anak guardian di pegunungan saat hari sudah gelap. Kedua gadis itu b

    Last Updated : 2024-10-29
  • Lucifer Guardian   5

    ''Paman!'' teriak Sasha yang melihat siluet Mario dengan tas belanja penuh sayuran. Setelah menarik perhatian beberapa orang dengan teriakannya, Sasha berlari menghampiri Mario diikuti oleh Herman di belakangnya. ''Sasha,'' gumam Mario pelan melihat gadis itu menghampirinya dengan wajah khawatir. “Lucifer, dia belum kembali,” ucap Sasha dengan nafas terengah-engah. Di sebelahnya berdiri Herman yang juga hadir dengan wajah khawatirnya. Semua mata memandang tak mengerti dari kekhawatiran dua anak itu. “Lucifer membawa sapi, mungkin itu dia.” Herman menjawab cepat menghilangkan perasaan tidak nyaman dari tatapan para orang dewasa tersebut. Mario sangat ingat melihat bagaimana Lucifer menghilang setelah menunggangi sapi yang seharusnya tak ia tunggangi sebagai seorang pengembala. Semua orang tau, Lucifer salah satu guardian dengan perkembangan pesat diumurnya saat ini. Dia sudah berada di kelas S saat baru berumur dua belass tahun. pencapaiannya menjadi keb

    Last Updated : 2024-10-29
  • Lucifer Guardian   6

    Lucifer perlahan memasuki menara tersebut dengan susah payah. Sudah sangat jelas anak itu kehabisan tenaganya dan terlihat lemah. Namun kedua bersaudara itu tampak panik dan kebingungan. Baru hendak melangkah ke dalam menara, Taya dengan cepat menaikkan tangan kanannya dan berteriak, “Havir, Move!” gadis itu berseru dan memejamkan matanya. Dalam sekejap menara itu menghilang meninggalkan Lucifer yang siap menghantam tanah. “Sial,” umpatnya yang berakhir kehilangan kesadaran di udara. Sebuah tangan besar menangkap tubuh Lucifer yang melemas. Udara dingin malam itu tentunya tak dapat dirasakan oleh Lucifer yang tertidur lelap dalam pelukkan hangat pria yang menangkapnya. Jubah hitamnya yang panjang nan mewah tampak menawan membalut badan tinggi besarnya yang menopang ketampanan dari wajah seorang penyihir agung. Derry masih mempertahankan posisinya di udara dengan Lucifer digendongannya. Matanya menatap lurus tepat pada sapi yang sudah tak mampu berdiri, namun hewan itu sepert

    Last Updated : 2024-10-29
  • Lucifer Guardian   7

    “Lucifer,” panggil Derry dengan lembut. Anak itu muncul dari belakang Derry dengan mata bengkak, seolah ia sudah menangis terlalu lama. Dari posturnya pun ia tampak lesu dan lemas. “Yo,” sapa Lucifer dengan tangan kanan terangkat. “Lucifer Guardian, memberi salam kepada Sasha tercinta.” Lucifer tersenyum lebar melihat adiknya yang menatap khawatir padanya. namun kekhawatiran tersebut langsung menghilang dari wajah gadis itu setelah melihat senyum lebar kakaknya yang tampak bodoh. Sebagian besar orang sana mengetahui bagaimana Lucifer bersikap dan bertindak. Bukan hal baru bagi mereka yang sudah mengenal Lucifer. Meski berada di kelas S, Lucifer hampir tidak pernah menghadiri kelas materi guardian lagi. Namun ia tetap memiliki banyak teman dan tak sedikit pula yang senang dengan kehadirannya. Sosok serius Lucifer adalah hal yang mustahil untuk ditemukan, bahkan Sasha sendiripun hampir tak pernah melihat sosok itu. Selain menunjukkan sikap pemalasnya, Lucifer s

    Last Updated : 2024-10-29
  • Lucifer Guardian   8

    Bumi adalah planet spirit dengan energi sihir putih, begitulah yang tertulis pada catatan Kael. Bumi adalah planet tujuan ekspedisi terakhir yang dikunjungi Dominiq, guardian kelas X yang menghilang 4 tahun lalu di Bumi bersama para krunya yang terdiri dari para peri hada keturunan Yume dan Orius.Lima hari telah berlalu, berita Lucifer adalah anak ramalan masih hangat menjadi pembicaraan warga Boras. Mayoritas penduduk mulai percaya mendengar cerita yang disampaikan dari mulut ke mulut. Bahkan saat Derry, sang penyihir agung tidak pernah mengonfirmasi kebenarannya, orang-orang menyimpulkan pendapat mereka sebagai kebenarannya.Bangunan kaca lab penelitian yang berdiri megah di pesisir kota Boras tampak sibuk pagi itu. Beberapa orang dengan jas lab berwarna putih tampak berlalu lalang di koridor bangunan dengan beberapa tumpuk kertas yang penuh akan coretan. "Letakkan di sana!" perintah Kael pada sepasang remaja perempuan yang membawakannya tumpukkan kertas. Mereka

    Last Updated : 2024-10-29
  • Lucifer Guardian   9

    Lucifer yang tak mampu mengunyah dan menelan makanannya menutup matanya yang berair dengan lengan kirinya. Badannya yang sedikit gemetar menunjukkan bahwa anak itu sedang menahan sesenggukan tangisnya. Kumi menatap gemas Lucifer dengan wajah yang tersenyum teduh. “Minum dulu.” Kumi mendorong gelas air minum di atas meja ke hadapan Lucifer. Dengan perasaan malu, Lucifer mengunyah makanannya dengan cepat dan segera menelannya dengan bantuan air minum. “Sudah merasa lebih baik?” tanya Kumi lembut. Lucifer hanya mengangguk kaku. Sasha membantunya menaruh gelas minum dan memberinya sapu tangan. Herman yang sedari tadi hanya memerhatikan mendekati Lucifer dan memegang tangannya. Lucifer tak bergeming dan hanya diam menunduk. “Sekarang lebih baik?” tanya Herman yang kini benar-benar diiyakan oleh Lucifer diikuti anggukan yang lebih meyakinkan dibandingkan tadi. Dia bisa merasakan energi Herman yang mengalir di setiap nadinya. Seolah darahnya berdesir seperti

    Last Updated : 2024-10-29
  • Lucifer Guardian   10

    Malam hari tepat di depan rumah keluarga Smith, Menara suci milik penyihir agung berdiri dengan cantiknya. Di dalam menara, Derry sedang memeluk manja istrinya, Sarah. Tangan wanita itu mengelus lembut rambut Derry yang bersandar di dadanya. Tiga pasang mata yang menyaksikan saat itu tentunya menatap dengan heran tingkah pemimpin planet yang dipuji-puji gagah nan hebat. Derry hanyalah suami pada umumnya yang bertingkah manja pada sang istri. “Ada anak-anak disini, Ayah.” Tayas bersuara dengan sangat malas. Gadis dengan bando putih itu sudah cukup bosan melihat kemesraan orang tuanya. “Tapi kita sudah berumur ....” belum usai Teyas menyelesaikan kalimatnya, Tayas sudah menatap tajam saudarinya itu. Gadis yang mengikat rambutnya seperti ekor kuda itu tampak cemberut usai menerima tatapan Tayas. “Aku mengerti jika hanya kalian yang melihatnya, tapi kenapa aku juga harus?” Kali ini Kael menyuarakan keluhannya. Dia bukan bagian dari keluarga Gillenhart yang

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • Lucifer Guardian   21

    Malam itu hujan mampir beberapa saat membasahi jalanan kota Boras yang mulai menyepi. Hanya ada beberapa pejalan kaki dan petugas keamanan yang berkeliling. Si kembar Gillenhart dengan Ibunya tampak terduduk di lantai kamar Sasha beralaskan tikar merah muda. Pintu balkon yang tadi terbuka sudah tertutup untuk menghindari angin dingin memasuki ruangan. Tubuh Lucifer pun terbalut selimut yang lebih tebal dari sebelumnya. Sarah mendekati Lucifer yang terbaring dalam tidurnya, tangannya mengusap pelan surai hitam laki-laki itu. senyum simpul terulas dari wajah cantiknya yang menampilkan ketulusan seoranng ibu. Alih-alih peduli, si kembar lebih menunjukkan rasa tak nyamannya di dalam kamar itu. “Dia bisa bangun kapan saja.” Tayas menundukkan kepalanya dalam lututnya yang ia peluk. “Tinggal diam saja,” sahut Teyas yang berusaha tenang.“Aku rindu Sasha,” ucap Tayas dengan suara yang agak serak seolah menahan dirinya tak menangis terisak. Teyas hanya bisa melirik saudarinya dengan tatapan

  • Lucifer Guardian   20

    “Anak-anak nakal!” teriak sebuah suara laki-laki yang cukup berat dari dalam menara suci. Sasha yang sudah berada di luar jendela, berdiri tepat di depan menara dengan wajah terheran-heran. Tak lama Sasha menengok ke belakang tempat si kembar masih berdiri mematung memandangi dirinya dari dalam kamar.“Ini bukan menaramu, Tayas.” Ucap Sasha dengan wajah menunjukkan kekesalan. Diana yang merasakan tatapan Sasha bergidik ngeri, badannya seolah menegang karena merasa takut. Diam-diam Diane bergeser perlahan menjaga jarak dari saudarinya seolah tak ingin terkena imbas.“Tentu saja, ini menaraku.” Suara yang sama lagi dari dalam menara. Sontak Sasha mengembalikan pandangannya pada pintu menara berwarna coklat mengkilap yang menjulang cukup tinggi di hadapannya. Dua sisi pintu tersebut terbuka secara perlahan, menampilkan apa yang terdapat dalam menara tersebut.“Oi, jangan seenaknya memanggil hanya karena kalian bisa melakukannya!” Seru seorang pria tinggi dengan jubah hitam yang tampak me

  • Lucifer Guardian   19

    “Ternyata cantik ya,” gumam Lucifer pelan menatap bulan penuh yang bersinar malam itu. Hutan malam itu terasa lebih nyaman meski sunyinya penuh oleh suara jangkrik dan suara hewan lain yang terdengar sesekali. Anak itu tampak tenang duduk sendiri di kursi panjang tersebut. Kakinya yang menggantung berayun pelan seolah menikmati ketenangannya sendiri. “Lucifer,” panggil ayahnya yang berdiri di ambang pintu rumah mereka. Wajahnya mengukirkan senyum saat anaknya menengok mendengar namanya dipanggil. Tak perlu aba-aba anak itu bergegas turun dari kursi tersebut dengan susah payah karena cukup tinggi dari pada panjang kakinya. Ia berlari kecil menghampiri ayahnya yang siap menyambut lompatan Luci dalam gendongannya. Dari dalam terdengar suara wanita yang sudah memanggil anak dan suaminya untuk makan malam bersama. Lucifer yang mendengar suara ibunya berteriak mengiyakan bahwa mereka akan segera datang.Bulan penuh memang cantik, namun bulan sabit memiliki pesonanya tersendiri. Lain halnya

  • Lucifer Guardian   18

    Mungkin malam ini Herman masih tertidur dan bermimpi di dalam kamar Lucifer yang hampir tak pernah ditiduri tiga tahun terakhir. Lain halnya Lucifer yang hampir tak pernah bermimpi tiga tahun terakhir. Tubuhnya yang terbaring dengan mata tertutup, nafasnya teratur seakan tidurnya teramat nyenyak bermimpikan surga yang tak tergapai, begitulah yang tampak jika hanya dilihat dari luar. Badannya hanya mengisyaratkan bahwa jiwanya masih hidup, masih berkelana dalam mimpi nyata di dimensi lain. Tak pernah tak mengeluh jika Lucifer ingin menyampaikan kejujurannya. Jiwanya terasa lelah, saat tertidur ia terbangun pada tubuhnya yang lain. Ia mungkin melupakan bagaimana nikmatnya terbangun setelah bermimpi sesuatu yang indah namun tak mampu ia ingat. Ia mungkin juga melupakan bagaimana rasa malas menyerbu di pagi hari, saat terbangun oleh omelan adik kecilnya yang kembali dari rumah Herman dengan rantang makanan buatan ibu Herman untuk mereka yang hanya tinggal berdua tanpa orang tua. Kebiasaan

  • Lucifer Guardian   17

    Di dalam hutan yang damai beberapa hewan kecil berlarian. Seperti kelinci, tupai, bahkan kancil yang amat cepat tak mau kalah berlari dari kejaran Lucifer. Entah bagaimana hutan tersebut tampak sangat bersahabat dengannya. Tak terlihat satupun hewan buas. Pohon-pohon tinggi yang menjulang, bunga-bunga yang tumbuh di sekitar batangnya membuat hutan tersebut bagai surganya duniawi. Terasa nyaman dan aman.Sesekali kicau burung dan gemericik air dari air terjun di dekat sana terdengar amat memanjakan. Tak ada yang akan menolak kenyamanan hutan tersebut. Hewan buas yang tak terlihat bukan berarti mereka tak ada. Hutan tersebut ditinggali berbagai macam makhluk dan hewan, tak ada yang tau makhluk apa saja yang tinggal selain sebuah keluarga kecil yang terdiri dari tiga manusia, dan hewan-hewan kecil yang bersahabat dengan si anak manusia."Luci, jangan berlari!" Seru sang ibu yang sedang duduk di bawah pohon besar dengan tangan yang sibuk merajut benang berwarna coklat. Tak menghiraukan te

  • Lucifer Guardian   16

    "Dia harus kuhajar." Sasha merenggut masih berusaha melayangkan pukulannya pada pria tersebut."Lucifer," panggil sebuah suara lembut yang entah datangnya dari mana. Suara tersebut menggema beberapa kali, layaknya suara ibu yang memanggil anaknya. Pria tersebut terduduk dengan mata terpejam. Ia mengusap rambutnya yang acak-acakan, berusaha merapikan namun tak tampak lebih rapi. Diane dan Diana melepaskan tangannya dari Sasha, tangan Sasha yang hendak melayangkan pukulan pun melemas. Si kembar hanya menatap temannya itu dengan tatapan sendu yang tampak mengasihani. Namun, Sasha hanya memasang wajah kesalnya. Wajah kesal yang tak ingin ia tunjukkan pada pria itu. Gadis itu membalik badannya memunggungi yang lainnya. Pandangannya lagi-lagi menatap layar besar yang menampilkan bulatnya planet hijau tersebut. "Apakah semenyenangkan itu tinggal bersama mereka?" Gumam Sasha hampir tak terdengar."Dia bicara apa?" Tanya Diana yang hanya mendapat gelengan dari saudaranya. Mereka hanya menatap

  • Lucifer Guardian   15

    Manusia itu bagaikan makhluk lemah berjiwa kuat. Walaupun berumur singkat, namun keinginan untuk bertahan hidupnya tidak bisa dianggap remeh. Mereka terlalu sulit untuk dijatuhkan dengan kenyataan, namun mudah dibangkitkan dengan kata-kata. Memang aneh dan tak mudah dimengerti. Bahkan pengetahuan mereka yang tak seberapa tak memungkinkan bagi mereka untuk menyerah pada Bumi kecil ini. Rasa haus akan pengetahuan, rasa penasaran yang tak ada habisnya, manusia cukup berbahaya jika soal rasa ingin tahu. "Jauh di timur ada planet yang sedang meneliti kita." Begitulah kata Lucifer kecil dengan jari yang menunjuk lurus ke langit timur. Hanya ada bintang-bintang yang menghiasi malam itu, bahkan bulan pun tak tampak. Entah planet apa yang dimaksud anak itu, sang ibu yang berdiri di sebelahnya hanya tertawa kecil seolah menanggapi lelucon yang ia percayai dari anaknya. "Ibu percaya?" Tanya Lucifer menatap ragu kepada ibunya. Sang ibu menunduk menatap kembali manik mata anaknya yang berbinar p

  • Lucifer Guardian   14

    Rantang merah muda yang sudah tidak asing keluar masuk di ruang laboratorium Kael Smith hari ini hadir kembali. Menu makan siang hari ini adalah ikan goreng dengan bumbu special milik Nyonya Smith dan sayuran yang ditumis dengan rempah-rempah yang menguarkan bau harum nan gurih. Hoodie merah muda panjang kebesaran dan rok putih sepaha membuat gadis mungil itu tampak sangat lucu dengan rantang yang senada dengan pakaiannya. Sepatu vantopel putihnya mengetuk-ngetuk lantai bersih itu dengan langkah kecilnya.“Hai, Sasha,” sapa seorang peneliti cantik dengan tag nama Mio Sahy dari dalam ruangan tersebut, saat Sasha terlihat di ambang pintu masuk. Sasha hanya tersenyum. Matanya terlalu sibuk memperhatikan kakaknya yang tertidur lelap masih di tempat yang sama di atas sofa yang mulai lusuh setelah tiga tahun sofa itu menjadi surga kedua Lucifer. Semua peneliti di lab itu berkumpul di meja bundar, mengikuti Sasha yang mulai menyiapkan makanan untuk mereka.“

  • Lucifer Guardian   13

    Hari-hari monoton yang membosankan berlalu layaknya kewajiban yang tak bisa dilewati dengan mudah. Lucifer tidak berhenti mencoba semua hal dalam tiga tahun terakhir. Barang-barang aneh yang coba ia pindahkan lintas dimensi tidak ada yang sampai dengan sempurna dan semakin hancur. Bahkan kadang ia kerap gagal memindahkannya.“Aku tidak bisa merasakannya,” keluh Lucifer menatap jemarinya yang tampak kurus dan putih pucat. Lucifer terbangun dengan rambut sebahunya yang cukup berantakkan, kumis tipisnya menunjukkan ia sudah memasuki masa remaja yang sebenarnya. Lucifer delapan belas tahun memiliki perubahan drastis dalam hal fisik. Badannya yang jauh lebih tinggi dan besar, garis rahang yang tegas, namun wajah remaja berlesung pipi itu masih tampak manis seperti Lucifer tiga tahun lalu.“Pakai bajumu.” Herman melempar sebuah kaos berawarna gelap ke wajah Lucifer. Tidak langsung memakainya, Lucifer kembali merebahkan badannya dan hanya menaruh asal

DMCA.com Protection Status