Share

65. Taktik Musuh

Penulis: Rich Ghali
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-31 23:36:55

Suara ledakan dari luar membuat Caterina dan Alex terkejut. Mereka berlari ke luar untuk mencari tahu situasi apa yang terjadi. Alex yang mengetahui bahaya sedang mengancam langsung mengaktifkan sinyal tanda bahaya agar semua pasukan berkumpul dan mempertahankan markas dari musuh.

Mata Alex terbuka lebar saat melihat layar komputer. Dia mendesis, dan mencoba menelepon Leo, tapi teleponnya tak juga diangkat.

“Ini gawat.”

“Ada apa?”

“Kita terjebak.”

“Apa maksudmu?”

“Tuan Bianchi pergi ke luar kota untuk menyelesaikan masalah pengiriman barang. Ben memberi kabar kalau paket narkoba yang dia bawa diambil alih oleh musuh di perjalanan. Tuan Bianchi pergi untuk membereskan hal itu, tapi lihat ... mobil yang membawa paket narkoba itu hanya berputar-putar di lokasi ini.” Alex menunjuk sebuah titik merah di layar komputernya.

“Ben menipu kalian?”

“Aku tidak yakin apakah dia terlibat. Aku akan mencoba menghubunginya.”

Karena Leo dan Ben tak ada yang menjawab telepon, Alex pun menjadi panik. Dia tak mau membuang waktu, lantas menarik tangan Caterina dan membawa wanita itu mencari tempat bersembunyi.

“Markas ini diserang oleh musuh. Kate, ikut aku sekarang! Kau harus bersembunyi.”

Alex menarik tangan Caterina dan mengajak wanita itu berlari menuju ruang perawatan. Dibantu oleh dua orang dokter, mereka membawa Dante dan Caterina ke tempat persembunyian paling aman di markas tersebut.

“Kita akan ke mana?”

“Ruangan bawah tanah.”

“Tidak mungkin. Tempat itu sangat menyeramkan. Tidak ada yang pernah pergi ke sana karena tempat itu sangat gelap.”

“Tidak ada tempat lain yang lebih aman, Kate. Bertahanlah, itu tidak akan lama. Kau harus menemani ayahmu dan memastikan dia baik-baik saja.”

“Aku bisa bertarung. Aku akan membantu kalian melawan musuh. Jadi, aku tidak perlu bersembunyi. Dua dokter ini bisa menemani ayahku di sini.”

“Itu terlalu berisiko. Aku tahu kalau kau pandai bertarung, tapi ini bukan waktu yang tepat untuk menunjukkan kemampuanmu. Cepat, kita harus segera membawa ayahmu ke sana sebelum musuh menembus pertahanan markas dan memasuki aula.”

“Tidak! Aku akan tetap di sini dan membantu kalian melawan musuh.”

“Kau sangat keras kepala. Cepal, sebagian pasukan kita sudah kalah.”

Caterina hanya bisa pasrah saat ranjang Dante didorong menuju lift. Tombol basemen ditekan, dan lift mulai berjalan. Alex meminta dua dokter tersebut menemani Caterina di ruangan bawah tanah karena mereka juga harus memastikan kondisi Dante.

“Kumohon tetaplah bersembunyi di sini, Kate. Jangan pergi ke mana pun, di luar sangat berbahaya. Kalau kau membawa Dante kabur, kondisinya akan semakin buruk. Tetaplah di sini. Aku memohon dengan sangat.”

“Kenapa aku harus bersembunyi? Aku masih tidak mengerti.”

“Ini perintah dari Tuan Bianchi.”

“Aku bukan barang berharga, untuk apa aku disembunyikan?”

“Semua demi keselamatan kalian. Kau mau bertarung dan mempertaruhkan nyawa? Bagaimana jika kau tewas dan Ayahmu tidak bisa bertemu lagi denganmu saat dia sadar? Percayalah, ini semua demi kebaikan kalian.”

Caterina mengangguk paham. Ketika lift berhenti, dia segera mendorong ranjang beroda ayahnya dan masuk ke dalam satu ruangan kosong untuk bersembunyi bersama dua orang dokter yang tampak sibuk memastikan kondisi Dante.

“Berjanjilah padaku untuk tetap di sini sampai aku datang menjemput nanti,” pinta Alex.

“Baik.”

Alex meninggalkan Caterina dan Dante di ruang rahasia dan segera naik lift untuk membantu anak buah Leo yang lain mempertahankan markas.

Alex terkejut saat melihat Marco ada dalam barisan penyerang. Selagi masih banyak pasukan yang mencoba melawan musuh, Alex menggunakan waktu tersebut untuk menelepon Leo dan mengatakan bahwa musuh sudah mengepung markas. Untungnya Leo segera menjawab.

“Aku melihat Marco ada di barisan penyerang,” tambah Alex.

“Brengsek. Bagaimana dengan Kate? Kau bisa diandalkan, bukan?

“Aku sudah memintanya bersembunyi di ruang bawah tanah. Tuan, maaf karena terlambat memberitahu. Tetapi, sepertinya kita sudah tertipu.”

“Apa maksudku?”

“Perampokan di pengiriman barang itu ternyata hanya modus yang sengaja direncanakan agar bisa memancing Anda keluar. Aku baru sadar karena mobil pengiriman barang yang katanya diambil alih oleh musuh tersebut hanya berputar-putar di satu titik. Mobil itu tidak bergerak menjauh dari lokasi yang dikirimkan Ben.”

“Kau gila? Kenapa tak mengecek sejak awal?”

“Maafkan aku, Tuan. Aku mengobrol cukup lama dengan Kate karena dia berencana untuk kabur. Jadi, aku menghabiskan banyak waktu untuk menghalanginya.”

“Menyebalkan sekali. Bagaimana dengan Ben?”

“Dia tidak bisa dihubungi. Sementara Sopir yang pergi bersamanya bilang kalau Ben sudah pergi menggunakan mobil hitam.”

Leo merutuki kebodohannya dan meminta pilot untuk memutar arah. Dia sangat gelisah memikirkan Caterina. Jika Marco ikut menyerang, kemungkinan pria itu punya tujuan untuk membawa Caterina kabur. Leo tak bisa tinggal diam, dia meminta pilot untuk menambah kecepatan dan terus terhubung dengan Alex.

“Lindungi Kate dan Dante sekuat yang kau bisa. Aku mungkin akan tiba dalam lima belas menit,” kata Leo.

“Baik, Tuan.”

Alex meraih senapan laras panjang di lemari kaca dan berlari keluar untuk menemui musuh. Dia menembak semua musuh yang mendekat agar tak ada yang menemukan Caterina. Sementara Alex dan anak buah Leo yang lain berusaha buat melindungi markas, di tempat persembunyiannya, Caterina justru berencana untuk kabur. Dia memastikan semua alat medis masih menempel di tubuh Dante dan bersiap mendorong ranjang beroda itu.

“Kau akan pergi ke mana?” tanya dokter kepada Caterina.

“Aku akan membawa Ayahku pergi. Tempat ini tidak aman untuk kami.” Caterina menjawab dengan yakin.

“Kau sudah gila? Membawa pasien dalam keadaan koma akan sangat berbahaya.”

“Benar. Apa kau bisa memastikan sejauh mana tabung oksigen itu akan bertahan? Kau tahu kalau markas ini sangat jauh dari rumah sakit. Kau bisa tertangkap oleh musuh jika salah perhitungan.”

Caterina dilema. Di satu sisi dia punya kesempatan terakhir untuk kabur. Tetapi disisi lain, dia juga harus memastikan tabung oksigen ayahnya akan bertahan selama perjalanan.

“Pikirkan keselamatan ayahmu. Dia bisa saja kehabisan oksigen di tengah perjalanan.”

Caterina terduduk lemas di samping ranjang Dante.

“Kalian benar. Itu akan berakibat fatal.”

“Bagus lah. Tabung oksigen itu akan bertahan selama dua jam. Jika Alex tak segera turun, aku akan mencoba naik untuk mengambil tabung oksigen baru. Kau bisa tetap di sini seperti permintaan Tuan Bianchi.”

“Ya. Terima kasih atas bantuan kalian.” Caterina menggenggam tangan ayahnya.

Melihat ayahnya koma membuat Caterina mengurungkan niatnya untuk kabur. Dia masih butuh dokter yang bisa memulihkan kondisi sang ayah. Dia khawatir akan terjadi sesuatu kepada Dante di tengah pelarian mereka.

Alex menghadang Marco yang melangkah dengan berani menggunakan senapan panjang yang dia bawa.

“Di mana Kate disembunyikan?” tanya Marco.

“Dia sudah dibawa pergi oleh Tuan Bianchi.”

“Brengsek. Jangan membohongiku, Bedebah. Di mana kau sembunyikan Caterina?!”

Part 18

Marco meminta pasukannya untuk menyerang Alex. Selagi tak ada yang menghalanginya, Marco berusaha untuk mencari keberadaan Caterina. Dia membuka pintu markas satu per satu , tapi tetap tak ketemu. Banyaknya ruangan di La Vendetta tak membuat Marco menyerah dan terus berusaha menemukan wanita yang dicintainya itu.

“Kate, ini aku. Katakan di mana kau bersembunyi dan keluarlah. Kita harus pergi dari sini,” panggil Marco.

“Apa kau di sini?” tanya Marco sebelum mendobrak pintu secara paksa. Namun, sayangnya lagi-lagi nihil. Dia tak menemukan jejak Caterina di semua ruangan yang sudah dibuka.

Marco mencoba mengingat struktur bangunan dan juga soal seluk beluk markas. Sebab saat itu Caterina pernah bercerita mengenai La Vendetta. Setelah berhasil menemukan aula, Marco berjalan sendirian menuju satu-satunya ruangan yang ada di sana. Ruang kerja Leonardo Bianchi.

Saat Marco tiba di depan ruang kerja Leo, Alex yang sudah susah payah menghajar banyak pasukan musuh pun berlari menghampiri dan menendangnya dari belakang. Karena banyaknya musuh yang menyerang, Alex kehabisan amunisi sehingga senjata apinya tak lagi berfungsi. Terpaksa dia harus melawan Marco menggunakan tangan kosong.

Marco yang tak terima dengan penyerangan dari Alex pun menyerang balik. Mereka saling menghajar dan juga saling membela diri dari pukulan serta tendangan. Alex merasa diuntungkan karena Marco datang seorang diri, tak ada anak buah yang mengikutinya hingga di aula.

“Apa yang kau lakukan di sini?” tanya Alex saat melihat Marco mulai lemah.

Serangan Alex yang selalu tepat sasaran membuat Marco kewalahan dalam pertahanan diri. Dadanya terasa panas karena berkali-kali terkena tendangan kaki dari Alex.

“Katakan di mana Kate berada!” tanya Marco di sisa-sisa tenaganya.

“Berhenti mengusik hidup Kate karena rencanamu tak akan pernah berhasil. Kau bukan tandingan Tuan Bianchi. Menyerahlah sebelum dia datang!” ancam Alex dengan tegas.

“Aku tidak mengusiknya. Aku datang karena ingin membantu Kate kabur dari sini dan menyelamatkan ayahnya. Aku berjanji padanya untuk datang dan membawanya pergi.”

“Lucu sekali. Kau yang menembak kepala ayah Kate, tapi kau juga yang ingin menyelamatkannya? Kau benar-benar bermuka dua.”

“Kau asal bicara seperti atasanmu!” desis Marco.

“Jangan kira aku tidak tahu. Tuan Bianchi sudah mengatakan semuanya tentangmu. Kasihan sekali Kate harus terperdaya dengan omong kosongmu.”

“Jangan ikut campur. Kau hanya seorang bawahan. Aku tidak punya urusan denganmu. Jadi kau bisa pergi melindungi markas ini dari musuhmu dan biarkan aku mencari Kate.”

Alex menertawakan sikap Marco yang berlagak menjadi pahlawan untuk Caterina, padahal pria itu juga yang sudah membuat Dante koma.

“Aku ingin tahu kira-kira apa yang akan dilakukan Kate saat dia tahu kau seorang pembunuh?”

Marco terdiam waktu Alex bilang dia pembunuh. Namun, setelahnya dia langsung menyerang dan menghajar Alex. Perkelahian pun kembali berlangsung. Kini Marco tampak lebih siap dalam melawan karena tak terima dengan kalimat pembunuh yang Alex ucapkan. Pertarungan berlangsung sengit. Tampaknya tak ada tanda-tanda Marco atau pun Alex yang akan menyerah. Mereka saling menghabisi satu sama lain hingga tenaga keduanya habis.

Sementara itu di perjalanan, Leo terus meminta pilot untuk menambah kecepatan. Waktu lima belas menit terasa sangat lama sebab dia sudah gelisah. Dia menghubungi Alex, tapi karena anak buahnya itu sedang bertarung melawan Marco, jadi panggilan itu akhirnya diabaikan.

Leo merutuk dengan kesal. Dia marah kepada semua orang yang dirasa tidak becus dalam pekerjaan. Tiba-tiba dia teringat dengan Ben dan mencoba menghubunginya. Leo hanya ingin tahu apakah Ben terlibat di dalam penipuan ini atau juga sama-sama menjadi korban.

Namun, seperti apa yang diucapkan oleh Alex kepadanya, nomor Ben tidak bisa dihubungi. Lokasinya juga tidak bisa dilacak sebab ponselnya sengaja dimatikan. Setelah rencananya berhasil, Ben sengaja mematikan dan membuang ponselnya ke dalam laut agar tidak bisa dilacak. Ben tidak peduli jika Leo akan marah sebab dia sudah menyiapkan diri untuk menghadapi konsekuensi yang akan dia terima.

Saat sedang gelisah, telepon Leo berdering. Dia berharap itu panggilan dari Alex yang memberi kabar soal markas, tapi ternyata bukan.

“Tuan, kami berhasil menangkap dua orang yang mengambil alih mobil pengiriman. Kami menemukan keanehan,” kata seorang anak buah yang sudah tiba di lokasi lebih dulu.

“Apa yang kalian temukan?”

“Dua orang ini adalah orang suruhan. Mereka bukan musuh, melainkan sopir bus yang disuruh berputar-putar di lokasi.”

“Siapa yang menyuruh mereka?”

“Ben yang menyuruhnya.”

“Sialan. Bedebah itu benar-benar harus mati! Amankan mereka dan bawa ke markas dalam kondisi hidup. Cari juga di mana Ben berada! Aku tidak bisa melacak lokasinya. Kau bisa memikirkan cara lain, aku sedang tidak bisa berpikir untuk sekarang.

“Baik, Tuan. Lalu, bagaimana dengan paket narkoba dan senjatanya?”

“Kalian urus sisanya. Aku sedang dalam perjalanan pulang ke markas karena markas kita dikepung oleh musuh. Kalau masih ada waktu, kalian bisa mengantarnya sampai di tujuan. Namun, jika tidak, batalkan saja pengiriman dan pulang ke markas kalian. Lakukan pengiriman besok.”

“Baik, Tuan.”

Di dalam ruang bawah tanah, Caterina masih menggenggam tangan sang ayah. Dia mulai khawatir karena Alex tak kunjung datang. Dia gelisah tanpa alasan, selain itu dia juga takut tabung oksigen Dante akan segera habis jika tak segera kembali ke ruang perawatan.

“Periksa ayah secepatnya. Aku tidak tahu kita harus bersembunyi sampai kapan di sini.” Caterina mulai panik karena tidak ada jam di ruangan gelap itu. Dia tidak tahu sudah berapa lama dia bersembunyi di sana Karena terlalu mengkhawatirkan kondisi ayahnya.

“Dia baik-baik saja kan?”

“Dia masih bisa bertahan. Kau tidak perlu khawatir.”

“Bagaimana mungkin aku tidak khawatir. Aku tidak tahu kita sudah berapa lama bersembunyi di dalam sini.”

Suara pintu lift terbuka membuat Caterina mendekati daun pintu dan menempelkan telinganya. Mendengar suara langkah kaki membuat Caterina merasa lega.

“Alex, kau kah itu? Apa di luar sudah aman? Apa semua musuh sudah pergi?” tanya Caterina.

“Alex?”

Caterina melangkah mundur saat pintu dibuka dari luar. Namun, betapa terkejutnya dia saat pintu terbuka dan bukan Alex yang datang menjemput nya, melainkan orang lain yang langsung menangkap Caterina dan membawa wanita itu pergi. Dua orang dokter yang menjaga Dante ikut panik. Salah satu dari mereka mencoba melawan, tapi karena tak punya kemampuan bertarung, dia bisa dikalahkan dalam sekali tendangan.

Caterina disekap mulutnya hingga tak bersuara. Dia ditarik dengan paksa dan diajak naik lift oleh orang-orang asing itu.

Bab terkait

  • Love Under Mafia Rule   66. Serangan

    Marco meminta pasukannya untuk menyerang Alex. Selagi tak ada yang menghalanginya, Marco berusaha untuk mencari keberadaan Caterina. Dia membuka pintu markas satu per satu , tapi tetap tak ketemu. Banyaknya ruangan di La Vendetta tak membuat Marco menyerah dan terus berusaha menemukan wanita yang dicintainya itu.“Kate, ini aku. Katakan di mana kau bersembunyi dan keluarlah. Kita harus pergi dari sini,” panggil Marco.“Apa kau di sini?” tanya Marco sebelum mendobrak pintu secara paksa. Namun, sayangnya lagi-lagi nihil. Dia tak menemukan jejak Caterina di semua ruangan yang sudah dibuka.Marco mencoba mengingat struktur bangunan dan juga soal seluk beluk markas. Sebab saat itu Caterina pernah bercerita mengenai La Vendetta. Setelah berhasil menemukan aula, Marco berjalan sendirian menuju satu-satunya ruangan yang ada di sana. Ruang kerja Leonardo Bianchi.Saat Marco tiba di depan ruang kerja Leo, Alex yang sudah susah payah menghajar banyak pasukan musuh pun berlari menghampiri dan men

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-31
  • Love Under Mafia Rule   67. Bantuan

    Leo berlari sambil melepaskan kancing jasnya saat turun dari helikopter. Dia melepas jas dan melemparnya begitu saja saat melihat kekacauan di markasnya. Dia marah saat mengetahui penyerangan itu ulah Marco. Setelah mengokang senjata api, dia menarik pelatuk dan menembak semua orang yang menghalangi jalannya.Orang-orang berjatuhan dengan darah berceceran. Jiwa pemburu seorang Leonardo kembali merasukinya. Tak peduli dengan rasa kemanusiaan, Leo menghabisi semua musuh dengan sekali tarikan pelatuk. Dia bergerak cepat mengisi magasin dengan amunisi, kemudian menembak semua musuh dengan membabi buta. Musuh-musuh berjatuhan. La Vendetta menjadi lautan darah karena banyaknya musuh yang tewas akibat kekejaman Leo.Mengabaikan kekacauan di luar sana, Leo bergerak menuju aula dan menemukan Marco di sana. Melihat Alex terbaring lemas di lantai membuat Leo mengarahkan senjata apinya ke arah Marco yang juga kehabisan tenaga.“Selamat datang. Kau suka dengan kejutan yang kusiapkan?” ejek Marco

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-31
  • Love Under Mafia Rule   68. Penjelasan Alex

    “Kenapa kau ingin aku membunuh Alex?”“Dia tidak layak menjadi tangan kananmu. Kau tidak sadar kalau ada orang yang lebih layak di posisi itu daripada dia,” jawabnya.Alex mengerutkan kening saat mendengar jawaban dari musuh. Mengapa ada orang yang sangat ingin menyingkirkan dirinya, Alex benar-benar ingin tahu siapa orangnya. Namun, karena keadaan sedang genting, dia pun tak berani bertanya.“Pemimpin macam apa kau, sampai-sampai tidak sadar kalau di markas ini ada pengkhianat?” cibir Marco.Leo mengacungkan pistolnya tepat ke wajah Marco. Dia muak sekali mendengar suara Marco dan ingin segera menghabisi nya.“Jangan main-main dengan senjatamu kalau tidak mau aku menembak wanita ini!” musuh Leo kembali memberikan peringatan.Leo sudah sangat muak dengan masalah ini. Dia pun tak mau berbasa-basi lagi dan ingin tahu motif dari penyerangan tersebut.“Katakan apa yang kalian inginkan! Kau mau uang?”Leo tak ingin membuat Caterina semakin ketakutan jika terus-menerus dijadikan sandera. Ji

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-31
  • Love Under Mafia Rule   69. Bukan Bab Asli

    Marco yang sedang mencoba mengalahkan anak buah Leo tampak cukup syok saat melihat Caterina keluar dari tempatnya bersembunyi. Dia menyayangkan keputusan Caterina untuk menyerahkan diri, dan mencoba melumpuhkan pasukan Leo yang tersisa agar dia bisa secepatnya menghampiri Caterina.“Jangan, Kate!” pinta Marco dengan penuh harap. Namun, dia tak berani berteriak. Mengakui perasaannya di depan wanita itu sudah cukup membuat hubungan mereka menjadi canggung. Marco hanya tak mau membuat Caterina semakin tak nyaman karenanya. Meski begitu, dia juga tak siap jika harus kehilangan Caterina sekarang.Leo mengangkat tangannya ke udara, memberi isyarat pada anak buahnya untuk menghentikan penyerangan sebab sudah banyak pasukan Marco yang tewas. Selain itu, serangan dihentikan karena Caterina sudah keluar dari tempatnya bersembunyi.Caterina menjaga jarak dari Leo. Dia sengaja berdiri di samping vas bunga besar di sudut ruangan agar jika sewaktu-waktu merasa terancam, Caterina bisa menggunakan va

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-31
  • Love Under Mafia Rule   69. Jangan Lupa Ganti

    “Aku tidak percaya selama ini kau tinggal bersama pria seperti Leo. Ayahmu, yang sudah jelas mengabdi bertahun-tahun dengannya saja bisa dibunuhnya dengan begitu mudah. Dia benar-benar iblis!” Marco datang membawakan sebotol yoghurt untuk Caterina.“Dia menembak kepala ayahmu karena dia gagal membunuhku. Dia benar-benar psikopat.”Caterina yang duduk termenung sambil memikirkan Dante seketika terkesiap dan mengusap air matanya. Amarah dan dendam yang membara di hatinya membuat Caterina meneteskan air mata. Kebenciannya kepada Leonardo kini sudah berada di puncak paling atas. Tidak ada kata maaf lagi yang akan dia berikan kepada pria itu. Pria yang dulu sangat dicintainya, kini berubah menjadi sosok yang paling dibencinya. Waktu mengubahnya dengan sangat cepat. Caterina merasa kesal karena dulu pernah mencintai orang seperti Leonardo.“Kau tenang saja, Kate. Aku berada di pihakmu sekarang. Kita harus bersatu untuk membalaskan dendam masing-masing kepada Leo. Kalau kita bersatu, bukanka

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-31
  • Love Under Mafia Rule   70. Ubah

    “Ayo bercerai!” Nathan berucap dengan dingin ketika ia menyodorkan sebuah map berisi kertas pada Elise. Pria itu bahkan tidak ingin menoleh menatap istrinya. Baginya, kehadiran Elise di sana hanya akan merusak pandangan matanya.Ini adalah permintaan ke sepuluh ketika Nathan menyodorkan kertas itu untuk pengurusan perceraian. Ia hanya membutuhkan tanda tangan Elise, maka mereka akan resmi bercerai. Biasanya Elise akan menolak dan memohon agar Nathan tidak menceraikannya. Ia akan berlutut, mengemis cinta pada pria berhati dingin itu.Namun, kali ini responsnya berbeda. Ia meraih kertas itu tanpa ragu, lalu memberikan tanda tangannya. Ia bahkan tidak mengucapkan satu kata pun ketika Nathan menghampirinya dan meminta untuk bercerai.Bukan tanpa alasan. Elise bersikap seperti ini karena ini adalah kehidupan keduanya. Di masa lalu, ia menolak untuk bercerai. Semakin ia berusaha untuk mendapatkan cinta Nathan, semakin Nathan membencinya. Ia telah memberikan segalanya pada lelaki yang ia cin

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-31
  • Love Under Mafia Rule   71. Ganti

    “Coba sebutkan satu saja perlakuan baik yang aku terima?” Elise memberikan tantangan.Belum sempat Madison membuka mulutnya untuk menjawab pertanyaan Elise, perhatian mereka teralihkan ketika ponsel Elise berdenting.‘Aku sudah sampai.’ Sebuah pesan masuk dari Julian, abang Elise. Setelah dua tahun hidup dalam penderitaan, akhirnya Elise meminta abangnya untuk menjemputnya agar ia bisa kembali tinggal bersama keluarganya. Ia baru sadar sebodoh apa dirinya, meninggalkan status sebagai putri keluarga konglomerat hanya untuk menjadi istri rumah tangga yang tidak dihargai oleh keluarga suaminya.“Aku tidak ada waktu untuk berdebat dengan kalian.” Elise berucap dengan tegas, lalu beranjak pergi.Di depan sana, Julian menunggu dengan perasaan senang. Ia senang, sebab akhirnya sang adik tersadar. Mereka berpelukan ketika akhirnya bertemu kembali setelah 2 tahun lamanya. Mereka saling meluapkan perasaan rindu yang selama ini terpendam.“Dia dijemput oleh seorang pria.” Brooke yang mengintip m

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-31
  • Love Under Mafia Rule   72. Nathan

    “Panggil aku jika kau sudah selesai. Jika aku tidak sempat menjemputmu, aku akan meminta supir untuk menjemputmu. Hubungi aku jika ada yang berusaha untuk mengganggumu.” Julian berpesan setelah ia menurunkan adiknya di depan sebuah salon kecantikan paling bergengsi di kota LA. Hanya orang-orang dari kelas atas yang bisa ke sana, sebab harganya tidak terjangkau bagi kalangan menengah ke bawah.Elise tersenyum kecil. “Jangan khawatirkan aku, aku bisa menjaga diri.”“Baiklah kalau begitu, aku harus pergi sekarang.” Julian berucap dengan lembut, menit berikutnya mobil yang ia kendarai mulai melaju pergi dengan kecepatan tinggi.Elise berbalik, lalu melangkah dengan santai menuju gedung mewah di depan sana. Sudah lama ia tidak memiliki waktu untuk dirinya sendiri. Ia bahkan sudah lupa seperti apa rasanya pergi ke salon kecantikan. Sudah saatnya kini ia kembali bersinar.“Wah, kakak ipar, ternyata setelah bercerai dari abangku kau bekerja di sini? Kau bekerja di bagian apa? Petugas kebersih

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-31

Bab terbaru

  • Love Under Mafia Rule   74. Meet Marco

    Caterina turned to the source of the voice. She glared, visibly displeased by Leonardo's presence there. She didn't say a word. After chuckling, she went to the garage and pulled out Alex's car.“Why does it have to be Alex? You could have borrowed my car.” Leonardo commented when he saw Caterina busy getting Alex's car out. He felt annoyed and jealous because Caterina chose Alex over him.The orange sports car started driving at a moderate speed out of the gate. At the gate he was intercepted by the gatekeeper. No matter how hard Caterina tried to explain, the gatekeeper did not allow Caterina to get out of the fence.“I allowed her to go to buy medicine; just open the gate.” Leonardo gave the order through a handy talky.After getting the order, the guard opened the gate. Caterina immediately drove her car onto the highway. The car was traveling at breakneck speed.Leonardo followed. He drove a normal car so as not to attract attention. He also drove his car without being followed b

  • Love Under Mafia Rule   73. Apa Ini?

    “What are you doing here?” Nathan asked sharply when he arrived at the salon. He looked at Elise with an unusual look.“I'm doing things I couldn't do when I was your wife.” Elise replied casually. She did not seem afraid at all, as the love had disappeared from her heart. She had always given in and dared not speak up because she was afraid of being divorced. However, now she was not afraid of anything. Her only goal in life now was to please herself.“You can always do whatever you want when you are my wife. You had a lot of free time; I always gave you a lot of money. It's just that you don't want to beautify yourself.” Nathan came to her defense. He felt that he had done his best to provide for her while she was living in his house. He thought she couldn't take care of herself.Elise laughed bitterly.“Is that so, Brooke?” Elise turned to look at Brooke; she looked at the woman with a look that demanded an answer.“Of course.” Brooke replied nervously, trying to cover something up

  • Love Under Mafia Rule   72. Nathan

    “Panggil aku jika kau sudah selesai. Jika aku tidak sempat menjemputmu, aku akan meminta supir untuk menjemputmu. Hubungi aku jika ada yang berusaha untuk mengganggumu.” Julian berpesan setelah ia menurunkan adiknya di depan sebuah salon kecantikan paling bergengsi di kota LA. Hanya orang-orang dari kelas atas yang bisa ke sana, sebab harganya tidak terjangkau bagi kalangan menengah ke bawah.Elise tersenyum kecil. “Jangan khawatirkan aku, aku bisa menjaga diri.”“Baiklah kalau begitu, aku harus pergi sekarang.” Julian berucap dengan lembut, menit berikutnya mobil yang ia kendarai mulai melaju pergi dengan kecepatan tinggi.Elise berbalik, lalu melangkah dengan santai menuju gedung mewah di depan sana. Sudah lama ia tidak memiliki waktu untuk dirinya sendiri. Ia bahkan sudah lupa seperti apa rasanya pergi ke salon kecantikan. Sudah saatnya kini ia kembali bersinar.“Wah, kakak ipar, ternyata setelah bercerai dari abangku kau bekerja di sini? Kau bekerja di bagian apa? Petugas kebersih

  • Love Under Mafia Rule   71. Ganti

    “Coba sebutkan satu saja perlakuan baik yang aku terima?” Elise memberikan tantangan.Belum sempat Madison membuka mulutnya untuk menjawab pertanyaan Elise, perhatian mereka teralihkan ketika ponsel Elise berdenting.‘Aku sudah sampai.’ Sebuah pesan masuk dari Julian, abang Elise. Setelah dua tahun hidup dalam penderitaan, akhirnya Elise meminta abangnya untuk menjemputnya agar ia bisa kembali tinggal bersama keluarganya. Ia baru sadar sebodoh apa dirinya, meninggalkan status sebagai putri keluarga konglomerat hanya untuk menjadi istri rumah tangga yang tidak dihargai oleh keluarga suaminya.“Aku tidak ada waktu untuk berdebat dengan kalian.” Elise berucap dengan tegas, lalu beranjak pergi.Di depan sana, Julian menunggu dengan perasaan senang. Ia senang, sebab akhirnya sang adik tersadar. Mereka berpelukan ketika akhirnya bertemu kembali setelah 2 tahun lamanya. Mereka saling meluapkan perasaan rindu yang selama ini terpendam.“Dia dijemput oleh seorang pria.” Brooke yang mengintip m

  • Love Under Mafia Rule   70. Ubah

    “Ayo bercerai!” Nathan berucap dengan dingin ketika ia menyodorkan sebuah map berisi kertas pada Elise. Pria itu bahkan tidak ingin menoleh menatap istrinya. Baginya, kehadiran Elise di sana hanya akan merusak pandangan matanya.Ini adalah permintaan ke sepuluh ketika Nathan menyodorkan kertas itu untuk pengurusan perceraian. Ia hanya membutuhkan tanda tangan Elise, maka mereka akan resmi bercerai. Biasanya Elise akan menolak dan memohon agar Nathan tidak menceraikannya. Ia akan berlutut, mengemis cinta pada pria berhati dingin itu.Namun, kali ini responsnya berbeda. Ia meraih kertas itu tanpa ragu, lalu memberikan tanda tangannya. Ia bahkan tidak mengucapkan satu kata pun ketika Nathan menghampirinya dan meminta untuk bercerai.Bukan tanpa alasan. Elise bersikap seperti ini karena ini adalah kehidupan keduanya. Di masa lalu, ia menolak untuk bercerai. Semakin ia berusaha untuk mendapatkan cinta Nathan, semakin Nathan membencinya. Ia telah memberikan segalanya pada lelaki yang ia cin

  • Love Under Mafia Rule   69. Jangan Lupa Ganti

    “Aku tidak percaya selama ini kau tinggal bersama pria seperti Leo. Ayahmu, yang sudah jelas mengabdi bertahun-tahun dengannya saja bisa dibunuhnya dengan begitu mudah. Dia benar-benar iblis!” Marco datang membawakan sebotol yoghurt untuk Caterina.“Dia menembak kepala ayahmu karena dia gagal membunuhku. Dia benar-benar psikopat.”Caterina yang duduk termenung sambil memikirkan Dante seketika terkesiap dan mengusap air matanya. Amarah dan dendam yang membara di hatinya membuat Caterina meneteskan air mata. Kebenciannya kepada Leonardo kini sudah berada di puncak paling atas. Tidak ada kata maaf lagi yang akan dia berikan kepada pria itu. Pria yang dulu sangat dicintainya, kini berubah menjadi sosok yang paling dibencinya. Waktu mengubahnya dengan sangat cepat. Caterina merasa kesal karena dulu pernah mencintai orang seperti Leonardo.“Kau tenang saja, Kate. Aku berada di pihakmu sekarang. Kita harus bersatu untuk membalaskan dendam masing-masing kepada Leo. Kalau kita bersatu, bukanka

  • Love Under Mafia Rule   69. Bukan Bab Asli

    Marco yang sedang mencoba mengalahkan anak buah Leo tampak cukup syok saat melihat Caterina keluar dari tempatnya bersembunyi. Dia menyayangkan keputusan Caterina untuk menyerahkan diri, dan mencoba melumpuhkan pasukan Leo yang tersisa agar dia bisa secepatnya menghampiri Caterina.“Jangan, Kate!” pinta Marco dengan penuh harap. Namun, dia tak berani berteriak. Mengakui perasaannya di depan wanita itu sudah cukup membuat hubungan mereka menjadi canggung. Marco hanya tak mau membuat Caterina semakin tak nyaman karenanya. Meski begitu, dia juga tak siap jika harus kehilangan Caterina sekarang.Leo mengangkat tangannya ke udara, memberi isyarat pada anak buahnya untuk menghentikan penyerangan sebab sudah banyak pasukan Marco yang tewas. Selain itu, serangan dihentikan karena Caterina sudah keluar dari tempatnya bersembunyi.Caterina menjaga jarak dari Leo. Dia sengaja berdiri di samping vas bunga besar di sudut ruangan agar jika sewaktu-waktu merasa terancam, Caterina bisa menggunakan va

  • Love Under Mafia Rule   68. Penjelasan Alex

    “Kenapa kau ingin aku membunuh Alex?”“Dia tidak layak menjadi tangan kananmu. Kau tidak sadar kalau ada orang yang lebih layak di posisi itu daripada dia,” jawabnya.Alex mengerutkan kening saat mendengar jawaban dari musuh. Mengapa ada orang yang sangat ingin menyingkirkan dirinya, Alex benar-benar ingin tahu siapa orangnya. Namun, karena keadaan sedang genting, dia pun tak berani bertanya.“Pemimpin macam apa kau, sampai-sampai tidak sadar kalau di markas ini ada pengkhianat?” cibir Marco.Leo mengacungkan pistolnya tepat ke wajah Marco. Dia muak sekali mendengar suara Marco dan ingin segera menghabisi nya.“Jangan main-main dengan senjatamu kalau tidak mau aku menembak wanita ini!” musuh Leo kembali memberikan peringatan.Leo sudah sangat muak dengan masalah ini. Dia pun tak mau berbasa-basi lagi dan ingin tahu motif dari penyerangan tersebut.“Katakan apa yang kalian inginkan! Kau mau uang?”Leo tak ingin membuat Caterina semakin ketakutan jika terus-menerus dijadikan sandera. Ji

  • Love Under Mafia Rule   67. Bantuan

    Leo berlari sambil melepaskan kancing jasnya saat turun dari helikopter. Dia melepas jas dan melemparnya begitu saja saat melihat kekacauan di markasnya. Dia marah saat mengetahui penyerangan itu ulah Marco. Setelah mengokang senjata api, dia menarik pelatuk dan menembak semua orang yang menghalangi jalannya.Orang-orang berjatuhan dengan darah berceceran. Jiwa pemburu seorang Leonardo kembali merasukinya. Tak peduli dengan rasa kemanusiaan, Leo menghabisi semua musuh dengan sekali tarikan pelatuk. Dia bergerak cepat mengisi magasin dengan amunisi, kemudian menembak semua musuh dengan membabi buta. Musuh-musuh berjatuhan. La Vendetta menjadi lautan darah karena banyaknya musuh yang tewas akibat kekejaman Leo.Mengabaikan kekacauan di luar sana, Leo bergerak menuju aula dan menemukan Marco di sana. Melihat Alex terbaring lemas di lantai membuat Leo mengarahkan senjata apinya ke arah Marco yang juga kehabisan tenaga.“Selamat datang. Kau suka dengan kejutan yang kusiapkan?” ejek Marco

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status