Share

72. Nathan

Author: Rich Ghali
last update Last Updated: 2025-01-31 23:44:59

“Panggil aku jika kau sudah selesai. Jika aku tidak sempat menjemputmu, aku akan meminta supir untuk menjemputmu. Hubungi aku jika ada yang berusaha untuk mengganggumu.” Julian berpesan setelah ia menurunkan adiknya di depan sebuah salon kecantikan paling bergengsi di kota LA. Hanya orang-orang dari kelas atas yang bisa ke sana, sebab harganya tidak terjangkau bagi kalangan menengah ke bawah.

Elise tersenyum kecil. “Jangan khawatirkan aku, aku bisa menjaga diri.”

“Baiklah kalau begitu, aku harus pergi sekarang.” Julian berucap dengan lembut, menit berikutnya mobil yang ia kendarai mulai melaju pergi dengan kecepatan tinggi.

Elise berbalik, lalu melangkah dengan santai menuju gedung mewah di depan sana. Sudah lama ia tidak memiliki waktu untuk dirinya sendiri. Ia bahkan sudah lupa seperti apa rasanya pergi ke salon kecantikan. Sudah saatnya kini ia kembali bersinar.

“Wah, kakak ipar, ternyata setelah bercerai dari abangku kau bekerja di sini? Kau bekerja di bagian apa? Petugas kebersihan atau pesuruh? Ups, kurasa bahkan keduanya tidak pantas untukmu. Salon ini seharusnya tidak menerimamu sebegai pekerja di sini.”

Baru saja Elise melangkahkan kakinya memasuki gedung itu, Brooke langsung menyambut dengan kata-kata tajamnya.

Elise tidak ingin menanggapi, jadi ia berusaha untuk mengabaikan. Ia tidak ingin menghabiskan energinya hanya untuk berdebat dengan orang tidak penting.

“Elise, ambilkan minuman untukku. Aku ingin minuman dingin.” Brooke memberikan perintah seolah ia adalah majikan yang harus dilayani.

“Kau punya tangan dan kaki, kau ambil saja sendiri.” Elise manggapi dengan tegas.

Brooke sangat kesal setelah mendapatkan penolakan yang Elise berikan. Ia bangkit berdiri dengan wajah memerah, ia tatap Elise dengan begitu tajam.

“Ambilkan air minum untukku!” Brooke mengulangi perintahnya.

“Mengapa aku harus mendengarkan perintahmu?” Elise menatap dengan santai. Ia terlihat tidak takut sama sekali.

Brooke menghela napas dengan dalam, tampaknya ia tidak lagi bisa menahan semua ini.

“Panggilkan manajer salon ini!” Brooke berteriak dengan kesal.

“Ada apa, Nona?” Seorang pekerja mendatangi Brooke.

“Panggilkan manajer, aku ingin bicara dengan manajer salon ini.”

“Apa yang salah? Barangkali saya bisa bantu.”

“Apa kau manajer?”

“Bukan.”

“Kalau begitu enyahlah dari pandanganku! Panggilkan manajer untukku!” Brooke mulai kesetanan karena perintahnya tidak dilaksanakan.

Para pekerja itu mulai ketar-ketir, salah satu dari mereka akhirnya memanggil manajer untuk menyelesaikan masalah itu.

“Saya manajer di sini, ada yang bisa saya bantu?” Seorang pria menghampiri Brooke dan memperkenalkan diri pada akhirnya.

“Aku ingin kau memecatnya.” Brooke menunjuk Elise yang tengah sibuk memilih model rambut.

“Mengapa saya harus memecatnya?” Pria itu bertanya dengan bingung.

“Karyawanmu yang itu berperilaku tidak baik. Aku memintanya untuk mengambil air minum, tapi dia mengabaikan perintahku.” Brooke mengungkapkan kekesalannya.

“Tapi dia bukan karyawan di sini, jadi saya tidak berhak untuk memecatnya.” Manajer itu menjawab dengan sopan.

“Dia bukan pekerja di sini? Lalu, untuk apa dia berada di sini?”

“Ini salon kecantikan, semua orang bisa datang ke sini.” Elise menjawab dengan santai.

“Lebih baik kalian usir dia sekarang, dia hanya istri rumah tangga yang tidak bisa apa-apa. Dia bahkan tidak punya uang, bagaimana mungkin kalian mengizinkannya untuk masuk? Dia hanya akan membuang-buang waktu kalian. Uangnya bahkan tidak akan cukup meski itu hanya untuk cuci rambut.” Brooke berucap dengan nada yang begitu merendahkan.

Elise hanya tersenyum kecil. Ia mengeluarkan sebuah kartu dari dalam tasnya, lalu memberikan kartu itu pada sang manajer.

Manajer yang menerima kartu itu, tampak begitu syok dan keringat dingin. Tangannya gemetar, sebab itu adalah kartu super VVIP, hanya orang terkaya di kota yang bisa memiliki kartu itu.

“Cepat layani wanita ini, dia adalah tamu terhormat kita. Berikan pelayan yang maksimal, jangan biarkan dia merasa kesal. Buat dia puas dengan pelayanan kita.” Manajer itu langsung memanggil para karyawannya agar mereka lebih terfokus pada Elise.

“Apa yang sedang kau lakukan? Bukannya mengusir dia, kau malah meminta banyak pekerja untuk melayaninya.” Brooke semakin kesal dibuatnya.

“Sebaiknya kau cepat pergi dari sini. Kami tidak melayani orang yang membuat tamu terhormat kami menjadi tersinggung.” Manajer itu menarik Brooke dengan kasar, lalu mendorongnya menuju pintu keluar.

Kali ini emosi Brooke sudah tidak tertahan. Wajahnya memerah menahan amarah. Ia benar-benar sangat kesal.

“Apa yang kau lakukan? Kau tidak tahu siapa aku? Kau sudah menyinggungku, bersiap saja kau akan dipecat dari pekerjaanmu!” Brooke mulai memberikan ancaman.

“Aku tidak takut. Kau sudah menyinggung tamu super VVIP, dia adalah salah satu orang terkaya di kota. Jika kau membuatnya tersinggung, bukan hanya kau yang akan mendapat masalah, tapi seluruh keluargamu juga.” Manajer itu memberikan peringatan.

“Apa yang kau katakan? Dia hanya orang miskin, bagiamana mungkin dia menjadi tamu super VVIP. Kau pasti salah mengenali orang. Tamu yang kamu maksud itu pasti aku, aku adalah anggota keluarga Forest. Kekayaan keluarga kami bisa membeli harga dirimu.”

“Keluarga Forest bukan apa-apa, dia adalah anggota keluarga Whitmore. Kekayaan keluarga Forest hanya seujung kuku baginya.”

“Apa katamu? D-dia anggota keluarga Whitmore?” Brooke tertawa mendengar kalimat itu. Baginya itu mustahil, sebab yang mereka tahu Elise hanyalah wanita yatim piatu yang tidak bisa apa-apa. Bagaimana mungkin dia tiba-tiba menjadi bagian dari keluarga Whitmore?

“Ah, aku mengerti. Pasti ini ada kaitannya dengan lelaki yang menjemputnya tadi malam. Oh, jadi dia menjadi simpanan salah satu keluarga Whitmore dan mengandalkan pria itu untuk hidup mewahnya? Kau sudah main-main denganku, Elise. Tunggu saja kehancuranmu.” Brooke berucap dengan penuh penekanan. Ia merogoh tasnya untuk mengeluarkan ponsel, setelahnya ia mencari nomor Nathan dan menekan icon memanggil.

“Ada apa?” Nathan langsung menerima panggilan.

“Abang, aku bertemu dengan Elise di salon kecantikan kelas atas yang menjadi langgananku. Dia menindasku dan membuatku menjadi terusir.” Brooke merengek, ia mengarang cerita agar terlihat sebagai korban.

“Bagimana mungkin dia bisa melakukan itu? Dia hanya wanita lemah yang tidak bisa apa-apa.” Nathan menolak untuk percaya.

“Percayalah padaku. Kau ingat pria selingkuhannya yang menjemputnya tadi malam?”

“Ada apa dengannya?”

“Dia salah satu anggota keluarga Withmore. Aku tidak tahu bagaimana caranya ia bisa berhubungan dengan lelaki itu, tapi ia menggunakan powernya untuk menindasku karena ia merasa memiliki backingan yang kuat. Semua orang menertawakanku dan ikut menindasku.” Brooke berucap dengan manja, berharap abangnya akan memberikan simpati. “Datanglah ke sini dan bantu aku.”

“Baiklah, aku akan ke sana. Tidak akan kubiarkan dia bersikap semena-mena.”

Related chapters

  • Love Under Mafia Rule   73. Apa Ini?

    “What are you doing here?” Nathan asked sharply when he arrived at the salon. He looked at Elise with an unusual look.“I'm doing things I couldn't do when I was your wife.” Elise replied casually. She did not seem afraid at all, as the love had disappeared from her heart. She had always given in and dared not speak up because she was afraid of being divorced. However, now she was not afraid of anything. Her only goal in life now was to please herself.“You can always do whatever you want when you are my wife. You had a lot of free time; I always gave you a lot of money. It's just that you don't want to beautify yourself.” Nathan came to her defense. He felt that he had done his best to provide for her while she was living in his house. He thought she couldn't take care of herself.Elise laughed bitterly.“Is that so, Brooke?” Elise turned to look at Brooke; she looked at the woman with a look that demanded an answer.“Of course.” Brooke replied nervously, trying to cover something up

    Last Updated : 2025-01-31
  • Love Under Mafia Rule   74. Meet Marco

    Caterina turned to the source of the voice. She glared, visibly displeased by Leonardo's presence there. She didn't say a word. After chuckling, she went to the garage and pulled out Alex's car.“Why does it have to be Alex? You could have borrowed my car.” Leonardo commented when he saw Caterina busy getting Alex's car out. He felt annoyed and jealous because Caterina chose Alex over him.The orange sports car started driving at a moderate speed out of the gate. At the gate he was intercepted by the gatekeeper. No matter how hard Caterina tried to explain, the gatekeeper did not allow Caterina to get out of the fence.“I allowed her to go to buy medicine; just open the gate.” Leonardo gave the order through a handy talky.After getting the order, the guard opened the gate. Caterina immediately drove her car onto the highway. The car was traveling at breakneck speed.Leonardo followed. He drove a normal car so as not to attract attention. He also drove his car without being followed b

    Last Updated : 2025-02-03
  • Love Under Mafia Rule   1. She is My Girlfriend

    “Sir, Kate's have been found. She works at a hospital in Puerto Vallarta.” A man informed Leo as he handed over several photos showing Kate treating patients in the emergency department.Leonardo Bianchi was his name. A leader of the biggest mafia organization in Mexico. He was very handsome; the lines of his face were so firm, and he had such a sharp and deadly look in his eyes.“Prepare the car; we're going there now!” Leonardo gave the order. He squeezed the photo sheet very hard. His jaw hardened; his breathing sounded heavy.It had been six months since Kate had left the base. He couldn't wait to see her again. Six months was not a short time to endure longing.Leonardo rose to his feet as the car was prepared. Together with some of his men, they sped off to the neighboring town where Kate was known to be working.Some of the cars stopped and parked haphazardly when they arrived at their destination. Their aura was dominating, especially Leonardo, who looked so scary.People ran

    Last Updated : 2024-12-17
  • Love Under Mafia Rule   2. Confession Of Disaster

    Leonardo stopped his steps after he heard that sentence. He turned around, looking at the man in the doctor's suit standing before him. He looked at the man carefully. Gabriel looked very handsome with soft facial lines. His eyeballs were so beautiful; his body was also quite muscular for a doctor. Leonardo felt that the man was handsome enough to be his rival.“What did you say?” Leonardo asked for confirmation.“Kate is my girlfriend; face me first if you want to take her away.” Gabriel said firmly.“Gabriel, don't mess with him. Do you know who he is? Don't sacrifice yourself for a woman who doesn't want you.” Rossie warned. That woman had liked her coworker first, but Caterina's presence there had defeated her position. She had liked Gabriel for the past two years, but Caterina had stolen Gabriel's heart since the first day she started working there.Leonardo smiled sarcastically. “So that's it, one-sided love, huh?” He said in a sarcastic and condescending tone.“Gabriel, he's no

    Last Updated : 2024-12-17
  • Love Under Mafia Rule   3. Hate Became Love

    Caterina's cries echoed throughout the room. Her trembling hands embraced the bloodied body. She hugged Gabriel tightly, trying her best to wake him up.“No, Gabriel. Come on, wake up! Open your eyes!” Caterina patted Gabriel's cheek repeatedly, trying to wake the unconscious man.Leonardo clenched his hands hard when the woman he liked hugged another man right in front of him. Not just hugging, the woman even cried for the other man.“What the hell are you doing!” Rossie approached. She pushed Caterina so roughly that her embrace on Gabriel's body slipped away. She quickly tried to administer first aid. She tried to stop the bleeding. Although she looked calm, she was actually panicking right now.“Take him to the emergency room!” Rossie ordered her other coworkers. She didn't have much time, as Gabriel had received a fatal gunshot wound.Immediately, Gabriel's weak body was brought to the emergency room.Caterina got up; she was about to follow them to the emergency room so that she

    Last Updated : 2024-12-18
  • Love Under Mafia Rule   4. Escape Plan

    Caterina woke up with her head still feeling dizzy. She blinked repeatedly to clear her vision. She was very confused about the room she was in, as it was her first time there. The room was very spacious with expensive furniture. Even the mattress she was on was much more expensive than the usual mattress she used.Caterina looked around. All the objects there were completely foreign to her. They were all high-class items.The door opened with the presence of a maid. Caterina recognized the maid, so she understood where she was.“Lucy, why am I here? Does that bastard want me to spend my last moments in luxury before he kills me?” Caterina asked as the maid approached her with a glass of hot tea.“I don't know. He just asked me to serve you well.” Lucy answered as she was.No one knew what Leonardo's intentions were. Only he himself knew what he wanted. He didn't want to share his feelings, so he didn't want to tell everyone what his plans were.Caterina let out a deep breath and unin

    Last Updated : 2024-12-19
  • Love Under Mafia Rule   5. Are You Still A Virgin?

    Thanks to Caterina and Dante's experience in the mafia, they were able to leave the base safely. No one knew about Caterina's escape plan except Lucy. All the gatekeepers knew was that Dante had left the compound to buy stock medicine, as he was the only doctor in La Vendetta.Caterina asked her father to drive her to the hospital where she worked. She wants to make sure Gabriel survives the shot Leonardo gave him. At first Dante refused, because he was afraid that Caterina's presence there would be quickly discovered by Leonardo's other men. However, Caterina insisted, so Dante had no other choice.“Live well out there. Avoid fights with any groups. Never cause trouble for the sake of a safe life. I've sacrificed myself for your safety, so you should use your life well this time.” Dante gave his final message. It was hard for him to let go of his daughter, but he had to do it anyway.Caterina smiled faintly. She nodded, then gave him one last hug before getting out of the car.They w

    Last Updated : 2024-12-19
  • Love Under Mafia Rule   6. Leonardo's Anger

    Leonardo strode into Caterina's room with his heart beating wildly. He had just returned from taking care of sending a drug package out of town. The man couldn't wait to see Catrina. He inhaled roughly, trying to look his usual self. That face looked so flat and cold; a hostile aura seemed to radiate from him.When he opened the door to the room, he was left speechless. Because there was only an empty bed there. The bed looked a little messy, a sign that it had been used up and had not been tidied up. There was no beautiful figure of Caterina that he missed and craved.Leonardo looked around, finding nothing but emptiness.“Kate!” Leonardo called out. His baritone voice bounced around the room. “Are you in the bathroom?” He asked, but there was no answer.Leonardo stepped inside, his long legs guiding him steadily towards the bathroom door. When he turned the doorknob, the bathroom door opened and showed that there was no one there. His wild mind began to wander. He squeezed the doork

    Last Updated : 2025-01-03

Latest chapter

  • Love Under Mafia Rule   74. Meet Marco

    Caterina turned to the source of the voice. She glared, visibly displeased by Leonardo's presence there. She didn't say a word. After chuckling, she went to the garage and pulled out Alex's car.“Why does it have to be Alex? You could have borrowed my car.” Leonardo commented when he saw Caterina busy getting Alex's car out. He felt annoyed and jealous because Caterina chose Alex over him.The orange sports car started driving at a moderate speed out of the gate. At the gate he was intercepted by the gatekeeper. No matter how hard Caterina tried to explain, the gatekeeper did not allow Caterina to get out of the fence.“I allowed her to go to buy medicine; just open the gate.” Leonardo gave the order through a handy talky.After getting the order, the guard opened the gate. Caterina immediately drove her car onto the highway. The car was traveling at breakneck speed.Leonardo followed. He drove a normal car so as not to attract attention. He also drove his car without being followed b

  • Love Under Mafia Rule   73. Apa Ini?

    “What are you doing here?” Nathan asked sharply when he arrived at the salon. He looked at Elise with an unusual look.“I'm doing things I couldn't do when I was your wife.” Elise replied casually. She did not seem afraid at all, as the love had disappeared from her heart. She had always given in and dared not speak up because she was afraid of being divorced. However, now she was not afraid of anything. Her only goal in life now was to please herself.“You can always do whatever you want when you are my wife. You had a lot of free time; I always gave you a lot of money. It's just that you don't want to beautify yourself.” Nathan came to her defense. He felt that he had done his best to provide for her while she was living in his house. He thought she couldn't take care of herself.Elise laughed bitterly.“Is that so, Brooke?” Elise turned to look at Brooke; she looked at the woman with a look that demanded an answer.“Of course.” Brooke replied nervously, trying to cover something up

  • Love Under Mafia Rule   72. Nathan

    “Panggil aku jika kau sudah selesai. Jika aku tidak sempat menjemputmu, aku akan meminta supir untuk menjemputmu. Hubungi aku jika ada yang berusaha untuk mengganggumu.” Julian berpesan setelah ia menurunkan adiknya di depan sebuah salon kecantikan paling bergengsi di kota LA. Hanya orang-orang dari kelas atas yang bisa ke sana, sebab harganya tidak terjangkau bagi kalangan menengah ke bawah.Elise tersenyum kecil. “Jangan khawatirkan aku, aku bisa menjaga diri.”“Baiklah kalau begitu, aku harus pergi sekarang.” Julian berucap dengan lembut, menit berikutnya mobil yang ia kendarai mulai melaju pergi dengan kecepatan tinggi.Elise berbalik, lalu melangkah dengan santai menuju gedung mewah di depan sana. Sudah lama ia tidak memiliki waktu untuk dirinya sendiri. Ia bahkan sudah lupa seperti apa rasanya pergi ke salon kecantikan. Sudah saatnya kini ia kembali bersinar.“Wah, kakak ipar, ternyata setelah bercerai dari abangku kau bekerja di sini? Kau bekerja di bagian apa? Petugas kebersih

  • Love Under Mafia Rule   71. Ganti

    “Coba sebutkan satu saja perlakuan baik yang aku terima?” Elise memberikan tantangan.Belum sempat Madison membuka mulutnya untuk menjawab pertanyaan Elise, perhatian mereka teralihkan ketika ponsel Elise berdenting.‘Aku sudah sampai.’ Sebuah pesan masuk dari Julian, abang Elise. Setelah dua tahun hidup dalam penderitaan, akhirnya Elise meminta abangnya untuk menjemputnya agar ia bisa kembali tinggal bersama keluarganya. Ia baru sadar sebodoh apa dirinya, meninggalkan status sebagai putri keluarga konglomerat hanya untuk menjadi istri rumah tangga yang tidak dihargai oleh keluarga suaminya.“Aku tidak ada waktu untuk berdebat dengan kalian.” Elise berucap dengan tegas, lalu beranjak pergi.Di depan sana, Julian menunggu dengan perasaan senang. Ia senang, sebab akhirnya sang adik tersadar. Mereka berpelukan ketika akhirnya bertemu kembali setelah 2 tahun lamanya. Mereka saling meluapkan perasaan rindu yang selama ini terpendam.“Dia dijemput oleh seorang pria.” Brooke yang mengintip m

  • Love Under Mafia Rule   70. Ubah

    “Ayo bercerai!” Nathan berucap dengan dingin ketika ia menyodorkan sebuah map berisi kertas pada Elise. Pria itu bahkan tidak ingin menoleh menatap istrinya. Baginya, kehadiran Elise di sana hanya akan merusak pandangan matanya.Ini adalah permintaan ke sepuluh ketika Nathan menyodorkan kertas itu untuk pengurusan perceraian. Ia hanya membutuhkan tanda tangan Elise, maka mereka akan resmi bercerai. Biasanya Elise akan menolak dan memohon agar Nathan tidak menceraikannya. Ia akan berlutut, mengemis cinta pada pria berhati dingin itu.Namun, kali ini responsnya berbeda. Ia meraih kertas itu tanpa ragu, lalu memberikan tanda tangannya. Ia bahkan tidak mengucapkan satu kata pun ketika Nathan menghampirinya dan meminta untuk bercerai.Bukan tanpa alasan. Elise bersikap seperti ini karena ini adalah kehidupan keduanya. Di masa lalu, ia menolak untuk bercerai. Semakin ia berusaha untuk mendapatkan cinta Nathan, semakin Nathan membencinya. Ia telah memberikan segalanya pada lelaki yang ia cin

  • Love Under Mafia Rule   69. Jangan Lupa Ganti

    “Aku tidak percaya selama ini kau tinggal bersama pria seperti Leo. Ayahmu, yang sudah jelas mengabdi bertahun-tahun dengannya saja bisa dibunuhnya dengan begitu mudah. Dia benar-benar iblis!” Marco datang membawakan sebotol yoghurt untuk Caterina.“Dia menembak kepala ayahmu karena dia gagal membunuhku. Dia benar-benar psikopat.”Caterina yang duduk termenung sambil memikirkan Dante seketika terkesiap dan mengusap air matanya. Amarah dan dendam yang membara di hatinya membuat Caterina meneteskan air mata. Kebenciannya kepada Leonardo kini sudah berada di puncak paling atas. Tidak ada kata maaf lagi yang akan dia berikan kepada pria itu. Pria yang dulu sangat dicintainya, kini berubah menjadi sosok yang paling dibencinya. Waktu mengubahnya dengan sangat cepat. Caterina merasa kesal karena dulu pernah mencintai orang seperti Leonardo.“Kau tenang saja, Kate. Aku berada di pihakmu sekarang. Kita harus bersatu untuk membalaskan dendam masing-masing kepada Leo. Kalau kita bersatu, bukanka

  • Love Under Mafia Rule   69. Bukan Bab Asli

    Marco yang sedang mencoba mengalahkan anak buah Leo tampak cukup syok saat melihat Caterina keluar dari tempatnya bersembunyi. Dia menyayangkan keputusan Caterina untuk menyerahkan diri, dan mencoba melumpuhkan pasukan Leo yang tersisa agar dia bisa secepatnya menghampiri Caterina.“Jangan, Kate!” pinta Marco dengan penuh harap. Namun, dia tak berani berteriak. Mengakui perasaannya di depan wanita itu sudah cukup membuat hubungan mereka menjadi canggung. Marco hanya tak mau membuat Caterina semakin tak nyaman karenanya. Meski begitu, dia juga tak siap jika harus kehilangan Caterina sekarang.Leo mengangkat tangannya ke udara, memberi isyarat pada anak buahnya untuk menghentikan penyerangan sebab sudah banyak pasukan Marco yang tewas. Selain itu, serangan dihentikan karena Caterina sudah keluar dari tempatnya bersembunyi.Caterina menjaga jarak dari Leo. Dia sengaja berdiri di samping vas bunga besar di sudut ruangan agar jika sewaktu-waktu merasa terancam, Caterina bisa menggunakan va

  • Love Under Mafia Rule   68. Penjelasan Alex

    “Kenapa kau ingin aku membunuh Alex?”“Dia tidak layak menjadi tangan kananmu. Kau tidak sadar kalau ada orang yang lebih layak di posisi itu daripada dia,” jawabnya.Alex mengerutkan kening saat mendengar jawaban dari musuh. Mengapa ada orang yang sangat ingin menyingkirkan dirinya, Alex benar-benar ingin tahu siapa orangnya. Namun, karena keadaan sedang genting, dia pun tak berani bertanya.“Pemimpin macam apa kau, sampai-sampai tidak sadar kalau di markas ini ada pengkhianat?” cibir Marco.Leo mengacungkan pistolnya tepat ke wajah Marco. Dia muak sekali mendengar suara Marco dan ingin segera menghabisi nya.“Jangan main-main dengan senjatamu kalau tidak mau aku menembak wanita ini!” musuh Leo kembali memberikan peringatan.Leo sudah sangat muak dengan masalah ini. Dia pun tak mau berbasa-basi lagi dan ingin tahu motif dari penyerangan tersebut.“Katakan apa yang kalian inginkan! Kau mau uang?”Leo tak ingin membuat Caterina semakin ketakutan jika terus-menerus dijadikan sandera. Ji

  • Love Under Mafia Rule   67. Bantuan

    Leo berlari sambil melepaskan kancing jasnya saat turun dari helikopter. Dia melepas jas dan melemparnya begitu saja saat melihat kekacauan di markasnya. Dia marah saat mengetahui penyerangan itu ulah Marco. Setelah mengokang senjata api, dia menarik pelatuk dan menembak semua orang yang menghalangi jalannya.Orang-orang berjatuhan dengan darah berceceran. Jiwa pemburu seorang Leonardo kembali merasukinya. Tak peduli dengan rasa kemanusiaan, Leo menghabisi semua musuh dengan sekali tarikan pelatuk. Dia bergerak cepat mengisi magasin dengan amunisi, kemudian menembak semua musuh dengan membabi buta. Musuh-musuh berjatuhan. La Vendetta menjadi lautan darah karena banyaknya musuh yang tewas akibat kekejaman Leo.Mengabaikan kekacauan di luar sana, Leo bergerak menuju aula dan menemukan Marco di sana. Melihat Alex terbaring lemas di lantai membuat Leo mengarahkan senjata apinya ke arah Marco yang juga kehabisan tenaga.“Selamat datang. Kau suka dengan kejutan yang kusiapkan?” ejek Marco

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status