Home / Mafia / Love Under Mafia Rule / 68. Penjelasan Alex

Share

68. Penjelasan Alex

Author: Rich Ghali
last update Last Updated: 2025-01-31 23:40:46

“Kenapa kau ingin aku membunuh Alex?”

“Dia tidak layak menjadi tangan kananmu. Kau tidak sadar kalau ada orang yang lebih layak di posisi itu daripada dia,” jawabnya.

Alex mengerutkan kening saat mendengar jawaban dari musuh. Mengapa ada orang yang sangat ingin menyingkirkan dirinya, Alex benar-benar ingin tahu siapa orangnya. Namun, karena keadaan sedang genting, dia pun tak berani bertanya.

“Pemimpin macam apa kau, sampai-sampai tidak sadar kalau di markas ini ada pengkhianat?” cibir Marco.

Leo mengacungkan pistolnya tepat ke wajah Marco. Dia muak sekali mendengar suara Marco dan ingin segera menghabisi nya.

“Jangan main-main dengan senjatamu kalau tidak mau aku menembak wanita ini!” musuh Leo kembali memberikan peringatan.

Leo sudah sangat muak dengan masalah ini. Dia pun tak mau berbasa-basi lagi dan ingin tahu motif dari penyerangan tersebut.

“Katakan apa yang kalian inginkan! Kau mau uang?”

Leo tak ingin membuat Caterina semakin ketakutan jika terus-menerus dijadikan sandera. Jika memang mereka menginginkan harta, Leo akan menyerahkannya asal Caterina selamat.

“Cepat katakan. Jangan membuatku kehabisan kesabaran!” teriak Leo.

“Serahkan pabrik senjata terbesar di Meksiko kepadaku, maka akan kubebaskan wanita tak berguna ini,” ancam musuh Leo.

Leo mengumpat dengan sengit. Ternyata tak hanya menginginkan uang, tapi juga wilayah kekuasaan. Leo tak mungkin menyerahkan wilayah kekuasaan yang dia perjuangan selama bertahun-tahun begitu saja kepada musuh. Pabrik senjata itu merupakan sumber penghasilan terbesarnya. Dalam satu bulan, mereka bisa menghasilkan uang ratusan trilyun dari penjualan senjata ke berbagai negara. Jika pabrik itu diserahkan ke musuh, La Vendetta benar-benar akan mengalami kerugian besar.

“Kalian sangat serakah!” desis Leo.

“Masa kejayaanmu sudah berakhir, Bianchi. Kau harus merelakan salah satu hal terbesar yang kau miliki agar wanita yang kau cintai bisa selamat. Itu adalah tawaran yang sangat adil.”

Leo menyeringai dan melotot dengan tajam. Tak mungkin dia akan menyerahkan pabrik itu begitu saja. Bahkan jika dia harus kehilangan wilayah pun, pabrik itu adalah satu-satunya aset yang akan dia pertahankan kekuasannya.

Rupanya musuh Leo sangat pintar membaca situasi. Mereka membuat Leo terpojok dengan pilihan yang sangat sulit. Caterina sendiri sudah kehilangan harapan. Tidak mungkin Leo akan menyerahkan pabrik senjata terbesar demi menyelamatkan dirinya.

Leo memerhatikan letak pistol yang musuhnya pegang, kemudian mengacungkan pistolnya ke arah Caterina. Sontak saja Caterina membulatkan mata, wajahnya pucat dan panik. Dia langsung teringat ayahnya yang masih terbaring koma di ruangan bawah tanah.

“Untuk apa aku menyerahkan hal terbesar yang kuperjuangkan demi seorang wanita? Kalian pikir itu adalah pilihan yang sulit? Kalian salah ambil perhitungan.”

Caterina melebarkan matanya. Dia tak terima dengan keputusan Leo dan memakinya. Tak hanya Caterina yang kaget dengan keputusan Leo, tapi juga Alex. Dia tak menyangka Leo akan membunuh Caterina demi mempertahankan pabrik senjata.

“APA KAU SUDAH GILA?” teriak Caterina.

“Apa kau akan bertanggung jawab dengan kesembuhan Ayahku jika aku mati? Apa kau bersumpah akan menjaganya?” Caterina mulai menangis. Dia marah, tapi tidak bisa berbuat apa-apa.

Sementara itu musuh Leo malah tertawa melihat perdebatan di depannya.

“Kukira wanita ini sangat berharga bagimu, Bianchi. Ternyata kau memang berhati iblis dan haus kekuasaan. Kau sungguh akan menembak wanita ini sendiri?” Musuh Leo cukup terkejut dengan keputusan Leo.

“Tuan, apa kau sudah memikirkan hal ini dengan matang?” Alex pun mencoba memperingatkan

Leo menutup salah satu matanya agar bisa  memutuskan target tembakan. Melihat Caterina dalam bahaya membuat Marco ikut panik. Namun, dia tak bisa melakukan apa pun dan hanya bisa memejamkan mata saat Leo menggerakkan tangan untuk menarik pelatuknya. Peluru yang ditembakkan itu melewati wajah Caterina dengan jarak yang sangat tipis sehingga mengenai bahu musuh yang menyandera Caterina. Karena kaget, musuh Leo tak sadar melepaskan pistol dan Caterina berhasil terlepas.

“Lari, Kate!” teriak Alex.

Sebelum musuhnya mengambil pistol yang jatuh, Leo sudah menembakkan peluru hingga membuat dua orang yang lainnya tewas di tempat. Satu orang yang tersisa seketika mengangkat kedua tangannya dan menyerah. Alex memanggil pasukannya untuk mengamankan musuh-musuh Leo, termasuk Marco.

“Kau sudah tahu jawabanku, kan?” tanya Leo sambil melangkah maju.

Caterina yang berhasil melepaskan diri dari musuh Leo justru berlari ke arah Marco. Melihat itu, Leo menjadi kesal sekaligus marah. Dia hampir saja mengarahkan pistol ke arah Marco jika Caterina tak segera menghalanginya.

“Kenapa kau lari ke arahnya, padahal yang menyelamatkan nyawamu bukan dia?” tanya Leo dengan lantang. Dia tak terima, tapi terlalu keras dalam bertanya.

“Biarkan aku bicara dengannya sebentar,” pinta Caterina.

Leo langsung menurunkan arah senjatanya dan membiarkan Caterina berbicara dengan Marco, sambil sesekali mengawasi musuh.

Marco senang melihat Caterina menghampirinya, tapi dia juga merasa bersalah atas apa yang menimpa wanita itu. Marco tak berani menatap Caterina dan hanya menundukkan kepalanya.

“Kate, maafkan aku.”

“Aku masih memercayaimu saat semua orang mengatakan bahwa kau menembak kepala ayah hingga membuatnya koma. Tapi, kau mematahkan kepercayaanku  dengan membiarkanku menjadi tawanan mereka. Aku sangat marah sekarang, tapi aku tidak akan melakukan apa pun. Kau pasti tidak akan bisa hidup dengan tenang karena membawa rasa bersalah seumur hidup.”

“Terima kasih karena sudah menunjukkan siapa dirimu yang sebenarnya secara langsung kepadaku. “

Caterina berpindah posisi dengan berdiri di samping Alex. Sementara Leo masih berpikir apa yang harus dia lakukan kepada Marco, tiba-tiba saja Alex memarahi Caterina.

“Kenapa kau keluar dari tempat persembunyian, Kate? Bukankah sudah kukatakan untuk tetap di sana sampai aku datang menjemput?” Alex merutuki kebodohan Caterina. Terkadang pria itu juga membenarkan ucapan Leo yang mengatakan bahwa Caterina sangat keras kepala.

“Aku tidak keluar! Orang-orang itu menemukan kami di sana. Aku mendengar suara langkah kaki, jadi aku berpikir itu adalah kau karena kau bilang tidak ada orang yang tahu tempat itu selain anggota La Vendetta!” sanggah Caterina.

“Dua dokter yang menjaga ayah akan bersaksi untukku. Aku memanggilmu dari balik pintu dan pintu terbuka. Aku pun terkejut saat melihat bukan kau yang membuka pintunya,” lanjut Caterina.

“Mustahil. Mereka tidak mungkin menemukan tempat itu jika kau benar-benar bersembunyi di ruang bawah tanah.” Leo menyambungi.

“Benar. Hanya anggota La Vendetta yang tahu tempat persembunyian itu,” tambah Alex.

Tiba-tiba musuh Leo tertawa.

“Kalian mafia terkejam di Meksiko, tapi sangat bodoh. Kami mendapatkan semua informasi soal markas ini dari Ben. Ben sudah berkhianat sejak awal, bahkan perampokan itu juga sebagian dari rencana Ben.”

Leo melotot tajam dan mengacungkan pistolnya ke arah mata musuh.

“Di mana dia sekarang?”

“Dia mungkin sudah kabur ke luar negeri sekarang. Dia sangat membenci Alex dan sangat menginginkan posisi Alex. Itu sebabnya dia merencanakan penyerangan ini dan mengajak Marco bergabung. Kalau rencananya berhasil, dia bisa dengan mudah menggantikan posisi Alex.”

Related chapters

  • Love Under Mafia Rule   69. Bukan Bab Asli

    Marco yang sedang mencoba mengalahkan anak buah Leo tampak cukup syok saat melihat Caterina keluar dari tempatnya bersembunyi. Dia menyayangkan keputusan Caterina untuk menyerahkan diri, dan mencoba melumpuhkan pasukan Leo yang tersisa agar dia bisa secepatnya menghampiri Caterina.“Jangan, Kate!” pinta Marco dengan penuh harap. Namun, dia tak berani berteriak. Mengakui perasaannya di depan wanita itu sudah cukup membuat hubungan mereka menjadi canggung. Marco hanya tak mau membuat Caterina semakin tak nyaman karenanya. Meski begitu, dia juga tak siap jika harus kehilangan Caterina sekarang.Leo mengangkat tangannya ke udara, memberi isyarat pada anak buahnya untuk menghentikan penyerangan sebab sudah banyak pasukan Marco yang tewas. Selain itu, serangan dihentikan karena Caterina sudah keluar dari tempatnya bersembunyi.Caterina menjaga jarak dari Leo. Dia sengaja berdiri di samping vas bunga besar di sudut ruangan agar jika sewaktu-waktu merasa terancam, Caterina bisa menggunakan va

    Last Updated : 2025-01-31
  • Love Under Mafia Rule   69. Jangan Lupa Ganti

    “Aku tidak percaya selama ini kau tinggal bersama pria seperti Leo. Ayahmu, yang sudah jelas mengabdi bertahun-tahun dengannya saja bisa dibunuhnya dengan begitu mudah. Dia benar-benar iblis!” Marco datang membawakan sebotol yoghurt untuk Caterina.“Dia menembak kepala ayahmu karena dia gagal membunuhku. Dia benar-benar psikopat.”Caterina yang duduk termenung sambil memikirkan Dante seketika terkesiap dan mengusap air matanya. Amarah dan dendam yang membara di hatinya membuat Caterina meneteskan air mata. Kebenciannya kepada Leonardo kini sudah berada di puncak paling atas. Tidak ada kata maaf lagi yang akan dia berikan kepada pria itu. Pria yang dulu sangat dicintainya, kini berubah menjadi sosok yang paling dibencinya. Waktu mengubahnya dengan sangat cepat. Caterina merasa kesal karena dulu pernah mencintai orang seperti Leonardo.“Kau tenang saja, Kate. Aku berada di pihakmu sekarang. Kita harus bersatu untuk membalaskan dendam masing-masing kepada Leo. Kalau kita bersatu, bukanka

    Last Updated : 2025-01-31
  • Love Under Mafia Rule   70. Ubah

    “Ayo bercerai!” Nathan berucap dengan dingin ketika ia menyodorkan sebuah map berisi kertas pada Elise. Pria itu bahkan tidak ingin menoleh menatap istrinya. Baginya, kehadiran Elise di sana hanya akan merusak pandangan matanya.Ini adalah permintaan ke sepuluh ketika Nathan menyodorkan kertas itu untuk pengurusan perceraian. Ia hanya membutuhkan tanda tangan Elise, maka mereka akan resmi bercerai. Biasanya Elise akan menolak dan memohon agar Nathan tidak menceraikannya. Ia akan berlutut, mengemis cinta pada pria berhati dingin itu.Namun, kali ini responsnya berbeda. Ia meraih kertas itu tanpa ragu, lalu memberikan tanda tangannya. Ia bahkan tidak mengucapkan satu kata pun ketika Nathan menghampirinya dan meminta untuk bercerai.Bukan tanpa alasan. Elise bersikap seperti ini karena ini adalah kehidupan keduanya. Di masa lalu, ia menolak untuk bercerai. Semakin ia berusaha untuk mendapatkan cinta Nathan, semakin Nathan membencinya. Ia telah memberikan segalanya pada lelaki yang ia cin

    Last Updated : 2025-01-31
  • Love Under Mafia Rule   71. Ganti

    “Coba sebutkan satu saja perlakuan baik yang aku terima?” Elise memberikan tantangan.Belum sempat Madison membuka mulutnya untuk menjawab pertanyaan Elise, perhatian mereka teralihkan ketika ponsel Elise berdenting.‘Aku sudah sampai.’ Sebuah pesan masuk dari Julian, abang Elise. Setelah dua tahun hidup dalam penderitaan, akhirnya Elise meminta abangnya untuk menjemputnya agar ia bisa kembali tinggal bersama keluarganya. Ia baru sadar sebodoh apa dirinya, meninggalkan status sebagai putri keluarga konglomerat hanya untuk menjadi istri rumah tangga yang tidak dihargai oleh keluarga suaminya.“Aku tidak ada waktu untuk berdebat dengan kalian.” Elise berucap dengan tegas, lalu beranjak pergi.Di depan sana, Julian menunggu dengan perasaan senang. Ia senang, sebab akhirnya sang adik tersadar. Mereka berpelukan ketika akhirnya bertemu kembali setelah 2 tahun lamanya. Mereka saling meluapkan perasaan rindu yang selama ini terpendam.“Dia dijemput oleh seorang pria.” Brooke yang mengintip m

    Last Updated : 2025-01-31
  • Love Under Mafia Rule   72. Nathan

    “Panggil aku jika kau sudah selesai. Jika aku tidak sempat menjemputmu, aku akan meminta supir untuk menjemputmu. Hubungi aku jika ada yang berusaha untuk mengganggumu.” Julian berpesan setelah ia menurunkan adiknya di depan sebuah salon kecantikan paling bergengsi di kota LA. Hanya orang-orang dari kelas atas yang bisa ke sana, sebab harganya tidak terjangkau bagi kalangan menengah ke bawah.Elise tersenyum kecil. “Jangan khawatirkan aku, aku bisa menjaga diri.”“Baiklah kalau begitu, aku harus pergi sekarang.” Julian berucap dengan lembut, menit berikutnya mobil yang ia kendarai mulai melaju pergi dengan kecepatan tinggi.Elise berbalik, lalu melangkah dengan santai menuju gedung mewah di depan sana. Sudah lama ia tidak memiliki waktu untuk dirinya sendiri. Ia bahkan sudah lupa seperti apa rasanya pergi ke salon kecantikan. Sudah saatnya kini ia kembali bersinar.“Wah, kakak ipar, ternyata setelah bercerai dari abangku kau bekerja di sini? Kau bekerja di bagian apa? Petugas kebersih

    Last Updated : 2025-01-31
  • Love Under Mafia Rule   73. Apa Ini?

    “What are you doing here?” Nathan asked sharply when he arrived at the salon. He looked at Elise with an unusual look.“I'm doing things I couldn't do when I was your wife.” Elise replied casually. She did not seem afraid at all, as the love had disappeared from her heart. She had always given in and dared not speak up because she was afraid of being divorced. However, now she was not afraid of anything. Her only goal in life now was to please herself.“You can always do whatever you want when you are my wife. You had a lot of free time; I always gave you a lot of money. It's just that you don't want to beautify yourself.” Nathan came to her defense. He felt that he had done his best to provide for her while she was living in his house. He thought she couldn't take care of herself.Elise laughed bitterly.“Is that so, Brooke?” Elise turned to look at Brooke; she looked at the woman with a look that demanded an answer.“Of course.” Brooke replied nervously, trying to cover something up

    Last Updated : 2025-01-31
  • Love Under Mafia Rule   74. Meet Marco

    Caterina turned to the source of the voice. She glared, visibly displeased by Leonardo's presence there. She didn't say a word. After chuckling, she went to the garage and pulled out Alex's car.“Why does it have to be Alex? You could have borrowed my car.” Leonardo commented when he saw Caterina busy getting Alex's car out. He felt annoyed and jealous because Caterina chose Alex over him.The orange sports car started driving at a moderate speed out of the gate. At the gate he was intercepted by the gatekeeper. No matter how hard Caterina tried to explain, the gatekeeper did not allow Caterina to get out of the fence.“I allowed her to go to buy medicine; just open the gate.” Leonardo gave the order through a handy talky.After getting the order, the guard opened the gate. Caterina immediately drove her car onto the highway. The car was traveling at breakneck speed.Leonardo followed. He drove a normal car so as not to attract attention. He also drove his car without being followed b

    Last Updated : 2025-02-03
  • Love Under Mafia Rule   1. She is My Girlfriend

    “Sir, Kate's have been found. She works at a hospital in Puerto Vallarta.” A man informed Leo as he handed over several photos showing Kate treating patients in the emergency department.Leonardo Bianchi was his name. A leader of the biggest mafia organization in Mexico. He was very handsome; the lines of his face were so firm, and he had such a sharp and deadly look in his eyes.“Prepare the car; we're going there now!” Leonardo gave the order. He squeezed the photo sheet very hard. His jaw hardened; his breathing sounded heavy.It had been six months since Kate had left the base. He couldn't wait to see her again. Six months was not a short time to endure longing.Leonardo rose to his feet as the car was prepared. Together with some of his men, they sped off to the neighboring town where Kate was known to be working.Some of the cars stopped and parked haphazardly when they arrived at their destination. Their aura was dominating, especially Leonardo, who looked so scary.People ran

    Last Updated : 2024-12-17

Latest chapter

  • Love Under Mafia Rule   74. Meet Marco

    Caterina turned to the source of the voice. She glared, visibly displeased by Leonardo's presence there. She didn't say a word. After chuckling, she went to the garage and pulled out Alex's car.“Why does it have to be Alex? You could have borrowed my car.” Leonardo commented when he saw Caterina busy getting Alex's car out. He felt annoyed and jealous because Caterina chose Alex over him.The orange sports car started driving at a moderate speed out of the gate. At the gate he was intercepted by the gatekeeper. No matter how hard Caterina tried to explain, the gatekeeper did not allow Caterina to get out of the fence.“I allowed her to go to buy medicine; just open the gate.” Leonardo gave the order through a handy talky.After getting the order, the guard opened the gate. Caterina immediately drove her car onto the highway. The car was traveling at breakneck speed.Leonardo followed. He drove a normal car so as not to attract attention. He also drove his car without being followed b

  • Love Under Mafia Rule   73. Apa Ini?

    “What are you doing here?” Nathan asked sharply when he arrived at the salon. He looked at Elise with an unusual look.“I'm doing things I couldn't do when I was your wife.” Elise replied casually. She did not seem afraid at all, as the love had disappeared from her heart. She had always given in and dared not speak up because she was afraid of being divorced. However, now she was not afraid of anything. Her only goal in life now was to please herself.“You can always do whatever you want when you are my wife. You had a lot of free time; I always gave you a lot of money. It's just that you don't want to beautify yourself.” Nathan came to her defense. He felt that he had done his best to provide for her while she was living in his house. He thought she couldn't take care of herself.Elise laughed bitterly.“Is that so, Brooke?” Elise turned to look at Brooke; she looked at the woman with a look that demanded an answer.“Of course.” Brooke replied nervously, trying to cover something up

  • Love Under Mafia Rule   72. Nathan

    “Panggil aku jika kau sudah selesai. Jika aku tidak sempat menjemputmu, aku akan meminta supir untuk menjemputmu. Hubungi aku jika ada yang berusaha untuk mengganggumu.” Julian berpesan setelah ia menurunkan adiknya di depan sebuah salon kecantikan paling bergengsi di kota LA. Hanya orang-orang dari kelas atas yang bisa ke sana, sebab harganya tidak terjangkau bagi kalangan menengah ke bawah.Elise tersenyum kecil. “Jangan khawatirkan aku, aku bisa menjaga diri.”“Baiklah kalau begitu, aku harus pergi sekarang.” Julian berucap dengan lembut, menit berikutnya mobil yang ia kendarai mulai melaju pergi dengan kecepatan tinggi.Elise berbalik, lalu melangkah dengan santai menuju gedung mewah di depan sana. Sudah lama ia tidak memiliki waktu untuk dirinya sendiri. Ia bahkan sudah lupa seperti apa rasanya pergi ke salon kecantikan. Sudah saatnya kini ia kembali bersinar.“Wah, kakak ipar, ternyata setelah bercerai dari abangku kau bekerja di sini? Kau bekerja di bagian apa? Petugas kebersih

  • Love Under Mafia Rule   71. Ganti

    “Coba sebutkan satu saja perlakuan baik yang aku terima?” Elise memberikan tantangan.Belum sempat Madison membuka mulutnya untuk menjawab pertanyaan Elise, perhatian mereka teralihkan ketika ponsel Elise berdenting.‘Aku sudah sampai.’ Sebuah pesan masuk dari Julian, abang Elise. Setelah dua tahun hidup dalam penderitaan, akhirnya Elise meminta abangnya untuk menjemputnya agar ia bisa kembali tinggal bersama keluarganya. Ia baru sadar sebodoh apa dirinya, meninggalkan status sebagai putri keluarga konglomerat hanya untuk menjadi istri rumah tangga yang tidak dihargai oleh keluarga suaminya.“Aku tidak ada waktu untuk berdebat dengan kalian.” Elise berucap dengan tegas, lalu beranjak pergi.Di depan sana, Julian menunggu dengan perasaan senang. Ia senang, sebab akhirnya sang adik tersadar. Mereka berpelukan ketika akhirnya bertemu kembali setelah 2 tahun lamanya. Mereka saling meluapkan perasaan rindu yang selama ini terpendam.“Dia dijemput oleh seorang pria.” Brooke yang mengintip m

  • Love Under Mafia Rule   70. Ubah

    “Ayo bercerai!” Nathan berucap dengan dingin ketika ia menyodorkan sebuah map berisi kertas pada Elise. Pria itu bahkan tidak ingin menoleh menatap istrinya. Baginya, kehadiran Elise di sana hanya akan merusak pandangan matanya.Ini adalah permintaan ke sepuluh ketika Nathan menyodorkan kertas itu untuk pengurusan perceraian. Ia hanya membutuhkan tanda tangan Elise, maka mereka akan resmi bercerai. Biasanya Elise akan menolak dan memohon agar Nathan tidak menceraikannya. Ia akan berlutut, mengemis cinta pada pria berhati dingin itu.Namun, kali ini responsnya berbeda. Ia meraih kertas itu tanpa ragu, lalu memberikan tanda tangannya. Ia bahkan tidak mengucapkan satu kata pun ketika Nathan menghampirinya dan meminta untuk bercerai.Bukan tanpa alasan. Elise bersikap seperti ini karena ini adalah kehidupan keduanya. Di masa lalu, ia menolak untuk bercerai. Semakin ia berusaha untuk mendapatkan cinta Nathan, semakin Nathan membencinya. Ia telah memberikan segalanya pada lelaki yang ia cin

  • Love Under Mafia Rule   69. Jangan Lupa Ganti

    “Aku tidak percaya selama ini kau tinggal bersama pria seperti Leo. Ayahmu, yang sudah jelas mengabdi bertahun-tahun dengannya saja bisa dibunuhnya dengan begitu mudah. Dia benar-benar iblis!” Marco datang membawakan sebotol yoghurt untuk Caterina.“Dia menembak kepala ayahmu karena dia gagal membunuhku. Dia benar-benar psikopat.”Caterina yang duduk termenung sambil memikirkan Dante seketika terkesiap dan mengusap air matanya. Amarah dan dendam yang membara di hatinya membuat Caterina meneteskan air mata. Kebenciannya kepada Leonardo kini sudah berada di puncak paling atas. Tidak ada kata maaf lagi yang akan dia berikan kepada pria itu. Pria yang dulu sangat dicintainya, kini berubah menjadi sosok yang paling dibencinya. Waktu mengubahnya dengan sangat cepat. Caterina merasa kesal karena dulu pernah mencintai orang seperti Leonardo.“Kau tenang saja, Kate. Aku berada di pihakmu sekarang. Kita harus bersatu untuk membalaskan dendam masing-masing kepada Leo. Kalau kita bersatu, bukanka

  • Love Under Mafia Rule   69. Bukan Bab Asli

    Marco yang sedang mencoba mengalahkan anak buah Leo tampak cukup syok saat melihat Caterina keluar dari tempatnya bersembunyi. Dia menyayangkan keputusan Caterina untuk menyerahkan diri, dan mencoba melumpuhkan pasukan Leo yang tersisa agar dia bisa secepatnya menghampiri Caterina.“Jangan, Kate!” pinta Marco dengan penuh harap. Namun, dia tak berani berteriak. Mengakui perasaannya di depan wanita itu sudah cukup membuat hubungan mereka menjadi canggung. Marco hanya tak mau membuat Caterina semakin tak nyaman karenanya. Meski begitu, dia juga tak siap jika harus kehilangan Caterina sekarang.Leo mengangkat tangannya ke udara, memberi isyarat pada anak buahnya untuk menghentikan penyerangan sebab sudah banyak pasukan Marco yang tewas. Selain itu, serangan dihentikan karena Caterina sudah keluar dari tempatnya bersembunyi.Caterina menjaga jarak dari Leo. Dia sengaja berdiri di samping vas bunga besar di sudut ruangan agar jika sewaktu-waktu merasa terancam, Caterina bisa menggunakan va

  • Love Under Mafia Rule   68. Penjelasan Alex

    “Kenapa kau ingin aku membunuh Alex?”“Dia tidak layak menjadi tangan kananmu. Kau tidak sadar kalau ada orang yang lebih layak di posisi itu daripada dia,” jawabnya.Alex mengerutkan kening saat mendengar jawaban dari musuh. Mengapa ada orang yang sangat ingin menyingkirkan dirinya, Alex benar-benar ingin tahu siapa orangnya. Namun, karena keadaan sedang genting, dia pun tak berani bertanya.“Pemimpin macam apa kau, sampai-sampai tidak sadar kalau di markas ini ada pengkhianat?” cibir Marco.Leo mengacungkan pistolnya tepat ke wajah Marco. Dia muak sekali mendengar suara Marco dan ingin segera menghabisi nya.“Jangan main-main dengan senjatamu kalau tidak mau aku menembak wanita ini!” musuh Leo kembali memberikan peringatan.Leo sudah sangat muak dengan masalah ini. Dia pun tak mau berbasa-basi lagi dan ingin tahu motif dari penyerangan tersebut.“Katakan apa yang kalian inginkan! Kau mau uang?”Leo tak ingin membuat Caterina semakin ketakutan jika terus-menerus dijadikan sandera. Ji

  • Love Under Mafia Rule   67. Bantuan

    Leo berlari sambil melepaskan kancing jasnya saat turun dari helikopter. Dia melepas jas dan melemparnya begitu saja saat melihat kekacauan di markasnya. Dia marah saat mengetahui penyerangan itu ulah Marco. Setelah mengokang senjata api, dia menarik pelatuk dan menembak semua orang yang menghalangi jalannya.Orang-orang berjatuhan dengan darah berceceran. Jiwa pemburu seorang Leonardo kembali merasukinya. Tak peduli dengan rasa kemanusiaan, Leo menghabisi semua musuh dengan sekali tarikan pelatuk. Dia bergerak cepat mengisi magasin dengan amunisi, kemudian menembak semua musuh dengan membabi buta. Musuh-musuh berjatuhan. La Vendetta menjadi lautan darah karena banyaknya musuh yang tewas akibat kekejaman Leo.Mengabaikan kekacauan di luar sana, Leo bergerak menuju aula dan menemukan Marco di sana. Melihat Alex terbaring lemas di lantai membuat Leo mengarahkan senjata apinya ke arah Marco yang juga kehabisan tenaga.“Selamat datang. Kau suka dengan kejutan yang kusiapkan?” ejek Marco

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status