Home / Mafia / Love Under Mafia Rule / 69. Bukan Bab Asli

Share

69. Bukan Bab Asli

Author: Rich Ghali
last update Last Updated: 2025-01-31 23:41:37

Marco yang sedang mencoba mengalahkan anak buah Leo tampak cukup syok saat melihat Caterina keluar dari tempatnya bersembunyi. Dia menyayangkan keputusan Caterina untuk menyerahkan diri, dan mencoba melumpuhkan pasukan Leo yang tersisa agar dia bisa secepatnya menghampiri Caterina.

“Jangan, Kate!” pinta Marco dengan penuh harap. Namun, dia tak berani berteriak. Mengakui perasaannya di depan wanita itu sudah cukup membuat hubungan mereka menjadi canggung. Marco hanya tak mau membuat Caterina semakin tak nyaman karenanya. Meski begitu, dia juga tak siap jika harus kehilangan Caterina sekarang.

Leo mengangkat tangannya ke udara, memberi isyarat pada anak buahnya untuk menghentikan penyerangan sebab sudah banyak pasukan Marco yang tewas. Selain itu, serangan dihentikan karena Caterina sudah keluar dari tempatnya bersembunyi.

Caterina menjaga jarak dari Leo. Dia sengaja berdiri di samping vas bunga besar di sudut ruangan agar jika sewaktu-waktu merasa terancam, Caterina bisa menggunakan vas bunga sebagai senjata. Matanya juga sibuk mengawasi sekeliling, memastikan tak ada satu orang pun yang berani mendekatinya.

“Apa yang kau mau dariku?” tanya Caterina. Matanya melotot tajam dan kedua tangannya terkepal kuat di samping tubuhnya. Mengetahui kondisi Gabriel yang terbaring koma dengan bantuan alat medis di tubuhnya membuat wanita itu makin benci dan marah. Kini wanita itu tak hanya membawa dendam sang ayah, tapi juga dendam atas apa yang Leo perbuat kepada Gabriel.

“Kau harus ikut pulang bersamaku,” jawab Leo.

Marco menggeleng. Karena pasukan Leo sudah tak lagi menyerang, pria itu pun langsung berlari menghampiri Caterina dan berdiri di depan Caterina.

“Jangan, Kate!” pinta Marco.

Caterina menatap sepasang mata Marco, banyak ketulusan yang dia lihat di sana. Namun, Caterina tak bisa lagi menerima itu. Jika Marco terus melindunginya, maka Leo akan membunuh Marco. Sama seperti apa yang dilakukan Leo kepada Gabriel saat itu. Caterina meminta Marco untuk minggir dengan gerakan kepala.

“Kau berjanji akan menghentikan kekacauan ini jika aku pergi bersamamu?”  tanya Caterina.

“Ya. Kita akan berdamai dan memulai semuanya dari awal lagi, Kate.”

Caterina tertawa dengan sumbang.  “Kau kira aku akan percaya? Setelah apa yang kau lakukan kepadaku sebelumnya? Aku pernah percaya padamu, tapi kau melecehkanku. Kau juga membunuh Ayahku. Kau bukan manusia, kau adalah iblis! Kau sangat berbeda dengan Marco.”

Marco pun terkejut dengan apa yang diucapkan oleh Caterina. Mengetahui bahwa Leo sudah merenggut keperawanan Caterina membuat Marco sangat marah. Dia tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika Caterina dibawa pulang oleh Leo. Dengan sigap, Marco menarik tangan Caterina dan mengambil langkah maju, memosisikan dirinya di depan wanita yang ingin dia jaga.

“Berdiri di belakangku,” katanya dengan suara yang lembut tapi tegas.

Tangan kiri Marco masih menggenggam tangan Caterina. Hal itu membuat Leo terbakar cemburu dan sangat murka.

“Minggir, Bedebah! Ini bukan urusan bisnis dan tidak ada hubungannya dengan dunia mafia. Aku ingin Kate kembali karena dia adalah dokter di La Vendetta. Jangan membuatku marah karena sikap sok pahlawan yang sedang kau lakukan!” seru Leo kepada Marco.

“Aku melindunginya atas dasar sikap kemanusiaan. Lihat, betapa takutnya Kate denganmu. Mengapa kau masih memaksanya pulang jika dia tidak mau?” Marco menyela.

“Kau lihat? Marco sangat berbeda denganmu. Aku tidak perlu merasa khawatir saat berada di dekatnya. Dia menjagaku dengan baik,” ujar Caterina, sambil memegang lengan Marco.

Tak hanya Leo, tapi Rossie juga muak melihat Marco dan Caterina berpegangan tangan. Darahnya seolah-olah mendidih. Tangannya terkepal kuat dan napasnya naik turun.

“Ish, si brengsek itu seharusnya sudah kubunuh! Aku muak sekali melihat wajah iblisnya,” desis Rossie dari kejauhan.

“Jangan bicara konyol, Kate. Kau lupa siapa Marco sebenarnya?” desis Leo.

“Kau jauh lebih buruk daripada Marco!”

Leo melotot tajam mendengar ucapan Caterina. Giginya bergemeletuk, dan rahangnya mengeras seketika. Melihat kemarahan di mata Leo justru membuat Caterina menyeringai tipis. Dia ingin membuktikan kepada pria itu bahwa dia juga bisa berbuat jahat.

“Kau bukan manusia yang bisa kupercaya! Kau tak layak hidup.”

“Kau lebih percaya pada musuh, Kate?”

“Benar. Karena Marco jauh lebih bisa dipercaya daripada kau.”

Marco menatap Caterina dengan debaran tak menentu dalam dadanya. Dia senang mendengar ungkapan Caterina, tak menyangka jika wanita itu benar-benar luluh karena sikap baiknya.

“Kau dengar sendiri apa yang dia ucapkan? Sekarang tinggalkan dia dan jangan pernah kembali ke sini,” ujar Marco, penuh penekanan.

“Sudah kubilang ini bukan urusanmu.” Leo menyeringai tipis, kemudian bergerak maju dengan cepat dan menghajar Marco.

Perkelahian tak bisa dihindari. Leo dan Marco mencoba saling membunuh karena keduanya sama-sama ingin mendapatkan Caterina. Marco berhasil dikalahkan. Kini, Leo berjalan mendekati Caterina dan menyeringai sinis.

“Jangan membuatku memukulmu, Kate. Apakah kau harus dibuat pingsan dulu agar aku bisa membawamu, hm?” Leo semakin mendekat, tapi kemarahan di mata Caterina masih belum reda.

Marco bangkit dengan susah payah, kemudian menendang punggung Leo dari belakang sehingga pria itu terjerembap. Anak buah Leo langsung menyerang Marco, tapi Rossie membantu melawan mereka. Saat Rossie dan Marco berhasil mengalahkan pasukan Leo, Rossie pun menampar sang kakak.

“Lihat kekacauan yang wanita itu buat! Sudah kukatakan berulang kali untuk segera membunuhnya, tapi kau malah membantunya. Sekarang kaku lihat, dia membuat kita semua harus berhadapan dengan Leo, kan, Bang?”

Rossie akhirnya meluapkan kemarahannya kepada Marco. Gadis itu sudah tidak bisa menahannya lagi. Dia sudah memendam kemarahan kepada Marco sejak berhari-hari yang lalu. Namun, dia masih berharap Marco akan sadar. Puncaknya malam ini, Rossie menyalahkan Marco atas penyerangan Leo malam ini. Selain mengalami kerugian komersial karena banyak kerusakan di markasnya, Rossie dan Marco juga kehilangan banyak anak buah. Banyak anak buah mereka yang tewas di tangan pasukan La Vendetta.

“Cukup, Rossie. Ini bukan waktunya berdebat.” Marco mencoba menenangkan adiknya.

Melihat tatapan Marco yang tak lepas dari Caterina membuat Rossie semakin marah.

“Apa yang akan kau lakukan? Biarkan Leo membawa dia pergi, Bang!”

“Jangan sentuh dia!” teriak Marco. Walaupun wajahnya sudah babak belur, tapi dia berusaha untuk bangkit dan berbicara dengan Leo.

“Aku sepakat berdamai. Tapi, tolong jangan bawa Caterina,” kata Marco.

Leo yang baru saja bangkit langsung tertawa terbahak-bahak.

“Apa itu akan menguntungkan bagiku? Tidak. Bermusuhan denganmu tidak membuatku rugi. Untuk apa aku berdamai denganmu?” Leo terkekeh.

Marco hanya bisa menggertakkan gigi-giginya. Sebab, dia hanya ingin hidup damai. Marco bahkan punya keinginan untuk menikah dengan Caterina. Namun, bibirnya tak bisa mengungkapkan hal itu.

“Aku membutuhkan Kate, tidak membutuhkan apa pun darimu. Berdamai atau tidak denganmu tak akan membuatku meninggalkan Kate di sini karena aku akan membawanya pergi dengan cara apa pun!” tegas Leo.

Related chapters

  • Love Under Mafia Rule   69. Jangan Lupa Ganti

    “Aku tidak percaya selama ini kau tinggal bersama pria seperti Leo. Ayahmu, yang sudah jelas mengabdi bertahun-tahun dengannya saja bisa dibunuhnya dengan begitu mudah. Dia benar-benar iblis!” Marco datang membawakan sebotol yoghurt untuk Caterina.“Dia menembak kepala ayahmu karena dia gagal membunuhku. Dia benar-benar psikopat.”Caterina yang duduk termenung sambil memikirkan Dante seketika terkesiap dan mengusap air matanya. Amarah dan dendam yang membara di hatinya membuat Caterina meneteskan air mata. Kebenciannya kepada Leonardo kini sudah berada di puncak paling atas. Tidak ada kata maaf lagi yang akan dia berikan kepada pria itu. Pria yang dulu sangat dicintainya, kini berubah menjadi sosok yang paling dibencinya. Waktu mengubahnya dengan sangat cepat. Caterina merasa kesal karena dulu pernah mencintai orang seperti Leonardo.“Kau tenang saja, Kate. Aku berada di pihakmu sekarang. Kita harus bersatu untuk membalaskan dendam masing-masing kepada Leo. Kalau kita bersatu, bukanka

    Last Updated : 2025-01-31
  • Love Under Mafia Rule   70. Ubah

    “Ayo bercerai!” Nathan berucap dengan dingin ketika ia menyodorkan sebuah map berisi kertas pada Elise. Pria itu bahkan tidak ingin menoleh menatap istrinya. Baginya, kehadiran Elise di sana hanya akan merusak pandangan matanya.Ini adalah permintaan ke sepuluh ketika Nathan menyodorkan kertas itu untuk pengurusan perceraian. Ia hanya membutuhkan tanda tangan Elise, maka mereka akan resmi bercerai. Biasanya Elise akan menolak dan memohon agar Nathan tidak menceraikannya. Ia akan berlutut, mengemis cinta pada pria berhati dingin itu.Namun, kali ini responsnya berbeda. Ia meraih kertas itu tanpa ragu, lalu memberikan tanda tangannya. Ia bahkan tidak mengucapkan satu kata pun ketika Nathan menghampirinya dan meminta untuk bercerai.Bukan tanpa alasan. Elise bersikap seperti ini karena ini adalah kehidupan keduanya. Di masa lalu, ia menolak untuk bercerai. Semakin ia berusaha untuk mendapatkan cinta Nathan, semakin Nathan membencinya. Ia telah memberikan segalanya pada lelaki yang ia cin

    Last Updated : 2025-01-31
  • Love Under Mafia Rule   71. Ganti

    “Coba sebutkan satu saja perlakuan baik yang aku terima?” Elise memberikan tantangan.Belum sempat Madison membuka mulutnya untuk menjawab pertanyaan Elise, perhatian mereka teralihkan ketika ponsel Elise berdenting.‘Aku sudah sampai.’ Sebuah pesan masuk dari Julian, abang Elise. Setelah dua tahun hidup dalam penderitaan, akhirnya Elise meminta abangnya untuk menjemputnya agar ia bisa kembali tinggal bersama keluarganya. Ia baru sadar sebodoh apa dirinya, meninggalkan status sebagai putri keluarga konglomerat hanya untuk menjadi istri rumah tangga yang tidak dihargai oleh keluarga suaminya.“Aku tidak ada waktu untuk berdebat dengan kalian.” Elise berucap dengan tegas, lalu beranjak pergi.Di depan sana, Julian menunggu dengan perasaan senang. Ia senang, sebab akhirnya sang adik tersadar. Mereka berpelukan ketika akhirnya bertemu kembali setelah 2 tahun lamanya. Mereka saling meluapkan perasaan rindu yang selama ini terpendam.“Dia dijemput oleh seorang pria.” Brooke yang mengintip m

    Last Updated : 2025-01-31
  • Love Under Mafia Rule   72. Nathan

    “Panggil aku jika kau sudah selesai. Jika aku tidak sempat menjemputmu, aku akan meminta supir untuk menjemputmu. Hubungi aku jika ada yang berusaha untuk mengganggumu.” Julian berpesan setelah ia menurunkan adiknya di depan sebuah salon kecantikan paling bergengsi di kota LA. Hanya orang-orang dari kelas atas yang bisa ke sana, sebab harganya tidak terjangkau bagi kalangan menengah ke bawah.Elise tersenyum kecil. “Jangan khawatirkan aku, aku bisa menjaga diri.”“Baiklah kalau begitu, aku harus pergi sekarang.” Julian berucap dengan lembut, menit berikutnya mobil yang ia kendarai mulai melaju pergi dengan kecepatan tinggi.Elise berbalik, lalu melangkah dengan santai menuju gedung mewah di depan sana. Sudah lama ia tidak memiliki waktu untuk dirinya sendiri. Ia bahkan sudah lupa seperti apa rasanya pergi ke salon kecantikan. Sudah saatnya kini ia kembali bersinar.“Wah, kakak ipar, ternyata setelah bercerai dari abangku kau bekerja di sini? Kau bekerja di bagian apa? Petugas kebersih

    Last Updated : 2025-01-31
  • Love Under Mafia Rule   73. Apa Ini?

    “What are you doing here?” Nathan asked sharply when he arrived at the salon. He looked at Elise with an unusual look.“I'm doing things I couldn't do when I was your wife.” Elise replied casually. She did not seem afraid at all, as the love had disappeared from her heart. She had always given in and dared not speak up because she was afraid of being divorced. However, now she was not afraid of anything. Her only goal in life now was to please herself.“You can always do whatever you want when you are my wife. You had a lot of free time; I always gave you a lot of money. It's just that you don't want to beautify yourself.” Nathan came to her defense. He felt that he had done his best to provide for her while she was living in his house. He thought she couldn't take care of herself.Elise laughed bitterly.“Is that so, Brooke?” Elise turned to look at Brooke; she looked at the woman with a look that demanded an answer.“Of course.” Brooke replied nervously, trying to cover something up

    Last Updated : 2025-01-31
  • Love Under Mafia Rule   74. Meet Marco

    Caterina turned to the source of the voice. She glared, visibly displeased by Leonardo's presence there. She didn't say a word. After chuckling, she went to the garage and pulled out Alex's car.“Why does it have to be Alex? You could have borrowed my car.” Leonardo commented when he saw Caterina busy getting Alex's car out. He felt annoyed and jealous because Caterina chose Alex over him.The orange sports car started driving at a moderate speed out of the gate. At the gate he was intercepted by the gatekeeper. No matter how hard Caterina tried to explain, the gatekeeper did not allow Caterina to get out of the fence.“I allowed her to go to buy medicine; just open the gate.” Leonardo gave the order through a handy talky.After getting the order, the guard opened the gate. Caterina immediately drove her car onto the highway. The car was traveling at breakneck speed.Leonardo followed. He drove a normal car so as not to attract attention. He also drove his car without being followed b

    Last Updated : 2025-02-03
  • Love Under Mafia Rule   1. She is My Girlfriend

    “Sir, Kate's have been found. She works at a hospital in Puerto Vallarta.” A man informed Leo as he handed over several photos showing Kate treating patients in the emergency department.Leonardo Bianchi was his name. A leader of the biggest mafia organization in Mexico. He was very handsome; the lines of his face were so firm, and he had such a sharp and deadly look in his eyes.“Prepare the car; we're going there now!” Leonardo gave the order. He squeezed the photo sheet very hard. His jaw hardened; his breathing sounded heavy.It had been six months since Kate had left the base. He couldn't wait to see her again. Six months was not a short time to endure longing.Leonardo rose to his feet as the car was prepared. Together with some of his men, they sped off to the neighboring town where Kate was known to be working.Some of the cars stopped and parked haphazardly when they arrived at their destination. Their aura was dominating, especially Leonardo, who looked so scary.People ran

    Last Updated : 2024-12-17
  • Love Under Mafia Rule   2. Confession Of Disaster

    Leonardo stopped his steps after he heard that sentence. He turned around, looking at the man in the doctor's suit standing before him. He looked at the man carefully. Gabriel looked very handsome with soft facial lines. His eyeballs were so beautiful; his body was also quite muscular for a doctor. Leonardo felt that the man was handsome enough to be his rival.“What did you say?” Leonardo asked for confirmation.“Kate is my girlfriend; face me first if you want to take her away.” Gabriel said firmly.“Gabriel, don't mess with him. Do you know who he is? Don't sacrifice yourself for a woman who doesn't want you.” Rossie warned. That woman had liked her coworker first, but Caterina's presence there had defeated her position. She had liked Gabriel for the past two years, but Caterina had stolen Gabriel's heart since the first day she started working there.Leonardo smiled sarcastically. “So that's it, one-sided love, huh?” He said in a sarcastic and condescending tone.“Gabriel, he's no

    Last Updated : 2024-12-17

Latest chapter

  • Love Under Mafia Rule   74. Meet Marco

    Caterina turned to the source of the voice. She glared, visibly displeased by Leonardo's presence there. She didn't say a word. After chuckling, she went to the garage and pulled out Alex's car.“Why does it have to be Alex? You could have borrowed my car.” Leonardo commented when he saw Caterina busy getting Alex's car out. He felt annoyed and jealous because Caterina chose Alex over him.The orange sports car started driving at a moderate speed out of the gate. At the gate he was intercepted by the gatekeeper. No matter how hard Caterina tried to explain, the gatekeeper did not allow Caterina to get out of the fence.“I allowed her to go to buy medicine; just open the gate.” Leonardo gave the order through a handy talky.After getting the order, the guard opened the gate. Caterina immediately drove her car onto the highway. The car was traveling at breakneck speed.Leonardo followed. He drove a normal car so as not to attract attention. He also drove his car without being followed b

  • Love Under Mafia Rule   73. Apa Ini?

    “What are you doing here?” Nathan asked sharply when he arrived at the salon. He looked at Elise with an unusual look.“I'm doing things I couldn't do when I was your wife.” Elise replied casually. She did not seem afraid at all, as the love had disappeared from her heart. She had always given in and dared not speak up because she was afraid of being divorced. However, now she was not afraid of anything. Her only goal in life now was to please herself.“You can always do whatever you want when you are my wife. You had a lot of free time; I always gave you a lot of money. It's just that you don't want to beautify yourself.” Nathan came to her defense. He felt that he had done his best to provide for her while she was living in his house. He thought she couldn't take care of herself.Elise laughed bitterly.“Is that so, Brooke?” Elise turned to look at Brooke; she looked at the woman with a look that demanded an answer.“Of course.” Brooke replied nervously, trying to cover something up

  • Love Under Mafia Rule   72. Nathan

    “Panggil aku jika kau sudah selesai. Jika aku tidak sempat menjemputmu, aku akan meminta supir untuk menjemputmu. Hubungi aku jika ada yang berusaha untuk mengganggumu.” Julian berpesan setelah ia menurunkan adiknya di depan sebuah salon kecantikan paling bergengsi di kota LA. Hanya orang-orang dari kelas atas yang bisa ke sana, sebab harganya tidak terjangkau bagi kalangan menengah ke bawah.Elise tersenyum kecil. “Jangan khawatirkan aku, aku bisa menjaga diri.”“Baiklah kalau begitu, aku harus pergi sekarang.” Julian berucap dengan lembut, menit berikutnya mobil yang ia kendarai mulai melaju pergi dengan kecepatan tinggi.Elise berbalik, lalu melangkah dengan santai menuju gedung mewah di depan sana. Sudah lama ia tidak memiliki waktu untuk dirinya sendiri. Ia bahkan sudah lupa seperti apa rasanya pergi ke salon kecantikan. Sudah saatnya kini ia kembali bersinar.“Wah, kakak ipar, ternyata setelah bercerai dari abangku kau bekerja di sini? Kau bekerja di bagian apa? Petugas kebersih

  • Love Under Mafia Rule   71. Ganti

    “Coba sebutkan satu saja perlakuan baik yang aku terima?” Elise memberikan tantangan.Belum sempat Madison membuka mulutnya untuk menjawab pertanyaan Elise, perhatian mereka teralihkan ketika ponsel Elise berdenting.‘Aku sudah sampai.’ Sebuah pesan masuk dari Julian, abang Elise. Setelah dua tahun hidup dalam penderitaan, akhirnya Elise meminta abangnya untuk menjemputnya agar ia bisa kembali tinggal bersama keluarganya. Ia baru sadar sebodoh apa dirinya, meninggalkan status sebagai putri keluarga konglomerat hanya untuk menjadi istri rumah tangga yang tidak dihargai oleh keluarga suaminya.“Aku tidak ada waktu untuk berdebat dengan kalian.” Elise berucap dengan tegas, lalu beranjak pergi.Di depan sana, Julian menunggu dengan perasaan senang. Ia senang, sebab akhirnya sang adik tersadar. Mereka berpelukan ketika akhirnya bertemu kembali setelah 2 tahun lamanya. Mereka saling meluapkan perasaan rindu yang selama ini terpendam.“Dia dijemput oleh seorang pria.” Brooke yang mengintip m

  • Love Under Mafia Rule   70. Ubah

    “Ayo bercerai!” Nathan berucap dengan dingin ketika ia menyodorkan sebuah map berisi kertas pada Elise. Pria itu bahkan tidak ingin menoleh menatap istrinya. Baginya, kehadiran Elise di sana hanya akan merusak pandangan matanya.Ini adalah permintaan ke sepuluh ketika Nathan menyodorkan kertas itu untuk pengurusan perceraian. Ia hanya membutuhkan tanda tangan Elise, maka mereka akan resmi bercerai. Biasanya Elise akan menolak dan memohon agar Nathan tidak menceraikannya. Ia akan berlutut, mengemis cinta pada pria berhati dingin itu.Namun, kali ini responsnya berbeda. Ia meraih kertas itu tanpa ragu, lalu memberikan tanda tangannya. Ia bahkan tidak mengucapkan satu kata pun ketika Nathan menghampirinya dan meminta untuk bercerai.Bukan tanpa alasan. Elise bersikap seperti ini karena ini adalah kehidupan keduanya. Di masa lalu, ia menolak untuk bercerai. Semakin ia berusaha untuk mendapatkan cinta Nathan, semakin Nathan membencinya. Ia telah memberikan segalanya pada lelaki yang ia cin

  • Love Under Mafia Rule   69. Jangan Lupa Ganti

    “Aku tidak percaya selama ini kau tinggal bersama pria seperti Leo. Ayahmu, yang sudah jelas mengabdi bertahun-tahun dengannya saja bisa dibunuhnya dengan begitu mudah. Dia benar-benar iblis!” Marco datang membawakan sebotol yoghurt untuk Caterina.“Dia menembak kepala ayahmu karena dia gagal membunuhku. Dia benar-benar psikopat.”Caterina yang duduk termenung sambil memikirkan Dante seketika terkesiap dan mengusap air matanya. Amarah dan dendam yang membara di hatinya membuat Caterina meneteskan air mata. Kebenciannya kepada Leonardo kini sudah berada di puncak paling atas. Tidak ada kata maaf lagi yang akan dia berikan kepada pria itu. Pria yang dulu sangat dicintainya, kini berubah menjadi sosok yang paling dibencinya. Waktu mengubahnya dengan sangat cepat. Caterina merasa kesal karena dulu pernah mencintai orang seperti Leonardo.“Kau tenang saja, Kate. Aku berada di pihakmu sekarang. Kita harus bersatu untuk membalaskan dendam masing-masing kepada Leo. Kalau kita bersatu, bukanka

  • Love Under Mafia Rule   69. Bukan Bab Asli

    Marco yang sedang mencoba mengalahkan anak buah Leo tampak cukup syok saat melihat Caterina keluar dari tempatnya bersembunyi. Dia menyayangkan keputusan Caterina untuk menyerahkan diri, dan mencoba melumpuhkan pasukan Leo yang tersisa agar dia bisa secepatnya menghampiri Caterina.“Jangan, Kate!” pinta Marco dengan penuh harap. Namun, dia tak berani berteriak. Mengakui perasaannya di depan wanita itu sudah cukup membuat hubungan mereka menjadi canggung. Marco hanya tak mau membuat Caterina semakin tak nyaman karenanya. Meski begitu, dia juga tak siap jika harus kehilangan Caterina sekarang.Leo mengangkat tangannya ke udara, memberi isyarat pada anak buahnya untuk menghentikan penyerangan sebab sudah banyak pasukan Marco yang tewas. Selain itu, serangan dihentikan karena Caterina sudah keluar dari tempatnya bersembunyi.Caterina menjaga jarak dari Leo. Dia sengaja berdiri di samping vas bunga besar di sudut ruangan agar jika sewaktu-waktu merasa terancam, Caterina bisa menggunakan va

  • Love Under Mafia Rule   68. Penjelasan Alex

    “Kenapa kau ingin aku membunuh Alex?”“Dia tidak layak menjadi tangan kananmu. Kau tidak sadar kalau ada orang yang lebih layak di posisi itu daripada dia,” jawabnya.Alex mengerutkan kening saat mendengar jawaban dari musuh. Mengapa ada orang yang sangat ingin menyingkirkan dirinya, Alex benar-benar ingin tahu siapa orangnya. Namun, karena keadaan sedang genting, dia pun tak berani bertanya.“Pemimpin macam apa kau, sampai-sampai tidak sadar kalau di markas ini ada pengkhianat?” cibir Marco.Leo mengacungkan pistolnya tepat ke wajah Marco. Dia muak sekali mendengar suara Marco dan ingin segera menghabisi nya.“Jangan main-main dengan senjatamu kalau tidak mau aku menembak wanita ini!” musuh Leo kembali memberikan peringatan.Leo sudah sangat muak dengan masalah ini. Dia pun tak mau berbasa-basi lagi dan ingin tahu motif dari penyerangan tersebut.“Katakan apa yang kalian inginkan! Kau mau uang?”Leo tak ingin membuat Caterina semakin ketakutan jika terus-menerus dijadikan sandera. Ji

  • Love Under Mafia Rule   67. Bantuan

    Leo berlari sambil melepaskan kancing jasnya saat turun dari helikopter. Dia melepas jas dan melemparnya begitu saja saat melihat kekacauan di markasnya. Dia marah saat mengetahui penyerangan itu ulah Marco. Setelah mengokang senjata api, dia menarik pelatuk dan menembak semua orang yang menghalangi jalannya.Orang-orang berjatuhan dengan darah berceceran. Jiwa pemburu seorang Leonardo kembali merasukinya. Tak peduli dengan rasa kemanusiaan, Leo menghabisi semua musuh dengan sekali tarikan pelatuk. Dia bergerak cepat mengisi magasin dengan amunisi, kemudian menembak semua musuh dengan membabi buta. Musuh-musuh berjatuhan. La Vendetta menjadi lautan darah karena banyaknya musuh yang tewas akibat kekejaman Leo.Mengabaikan kekacauan di luar sana, Leo bergerak menuju aula dan menemukan Marco di sana. Melihat Alex terbaring lemas di lantai membuat Leo mengarahkan senjata apinya ke arah Marco yang juga kehabisan tenaga.“Selamat datang. Kau suka dengan kejutan yang kusiapkan?” ejek Marco

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status