Home / Mafia / Love Under Mafia Rule / 64. Masalah di Pengiriman Paket

Share

64. Masalah di Pengiriman Paket

Author: Rich Ghali
last update Last Updated: 2025-01-31 23:34:43

Wajah Leo langsung memerah saat mendapatkan laporan dari Ben. Paket narkoba dan puluhan senjata yang mereka kirim ke luar kota hari ini mengalami masalah di perjalanan. Ben bilang, mereka diserang di tengah jalan dan paketnya dibawa kabur. Leo langsung panik dan marah. Mau tidak mau dia harus turun tangan dan pergi sendiri ke luar kota untuk menyelesaikan masalah itu.

 

"Bodoh! Aku sudah memberi peringatan agar pergi dengan pengamanan, tapi kau bilang semuanya akan aman." Leo murka kepada Ben yang dinilai tidak profesional dalam pekerjaan.

 

"Maaf, Tuan. Saya tidak bisa mempertahankan barang-barang itu karena mereka sangat banyak. Mereka meninggalkan saya di tepi jalan bersama sopir." Ben langsung mengirimkan lokasi terbarunya.

 

 

"Brengsek. Kau mengenal mereka? Adakah nama dan wajah mereka di daftar musuh kita?" Tanya Leo.

 

"Maaf, Tuan. Kami diserang menggunakan gas air mata, dan mereka semua menggunakan masker. Saya tak begitu melihatnya."

 

 

"Ya. Aku akan segera ke sana."

 

 

Setelah mendapatkan lokasi di mana Ben diturunkan di pinggir jalan, Leo menelepon anak buahnya yang ditugaskan di luar kota untuk segera datang ke lokasi tersebut. Leo mengenal banyak komplotan mafia dari berbagai kota. Dia memint tolong kepada mereka untuk membantu menangkap musuh yang membawa kabur paket narkoba dan senjata, dengan iming-iming imbalan uang. 

 

 

"Lacak lokasi mobilnya juga dan kirimkan orang untuk mencegah mereka!" perintah Leo kepada Alex.

 

Tangan Alex bergerak cepat di atas keybord dan melacak posisi mobil kontener yang dibawa kabur oleh musuh. Dalam satu menit, lokasi pun sudah ditemukan.

 

"Lokasinya masih tak jauh dari lokasi Ben, Tuan. Sepertinya kita masih ada peluang untuk mengejar."

 

"Tugaskan pasukan La Vendetta di kota itu untuk mengepung mereka! Kirim lokasinya ke semua grup agar mereka bisa datang dari berbagai arah."

 

"Baik."

 

"Siapkan helikopter, aku akan turun langsung karena ini masalah darurat. Dan, Alex, kau tidak boleh beranjak sedikit pun dari markas. Kau harus memastikan Kate tidak membawa Dante kabur. Jika sampai kesalahanmu terulang dua kali, maka aku tidak akan membiarkanmu hidup!" Ancam Leo.

 

"Baik, Tuan."

 

Alex bergerak cepat menyiapkan semua perintah dari Leo. Setelah helikopter diturunkan, Leo pun segera meninggalkan markas. Dia mempercayakan semuanya kepada Alex dan memastikan Alex tidak berbuat kesalahan.

 

 

Leo cukup gelisah. Selain memikirkan masalah yang terjadi, dia juga merasa berat meninggalkan Kate di markasnya. Mengingat masalah diantara mereka belum sepenuhnya selesai, tapi dia tetap harus pergi karena paket narkoba dan puluhan senjata yang dibawa kabur itu adalah pesanan seorang ketua mafia terkenal di kota tersebut. Tak mau membuat jaringan bisnis nya melemah, Leo pun harus menbereskan masalah yang datang dengan cepat.

 

 

Caterina yang belum melihat kedatangan Leo ke ruangan perawatan pun menjadi penasaran. Karena sudah terbiasa melihat Leo di jam-jam tertentu, dia jadi merasa aneh saat Leo tidak datang dan ingin tahu ke mana perginya pria itu. Caterina meninggalkan sang ayah saat dokter sedang memeriksa kondisi terbaru Dante.

 

"Ke mana perginya manusia berhati iblis itu?" Tanya Caterina sebab masih tak menemukan keberadaan Leo. Dia bahkan sengaja masuk ke ruang kerja Leo, dan pria yang dicarinya pun tak terlihat sedang berada di sana.

 

"Ah, kau mulai merindukannya, Kate?"

 

"Tidak! Jangan asal bicara. Aku hanya penasaran karena dia tidak terlihat masuk ke ruang perawatan. Apa dia sedang pergi?"

 

Alex mengangguk. Tangannya sibuk dengan tumpukan laporan di meja kerjanya.

 

"Apa sangat mendesak? Setahuku, dia tidak akan meninggalkan markas jika tak ada kepentingan yang mendesak."

 

"Wah, kau masih ingat semua tentang dia, Kate. Apa kau juga masih menyimpan rasa untuknya?"

 

"Hei, sekarang dia adalah manusia yang menduduki posisi paling atas sebagai musuh utama. Kebencianku padanya sudah di ambang batas, tidak ada yang bisa melampauinya." Caterina berkata dengan nada tinggi.

 

Alex hanya menganggukkan kepalanya, sambil sedikit tertawa.

 

"Dulu Tuan Bianchi juga seperti itu kepadamu, Kate. Tapi, sekarang dia sedang mendapatkan karma dan berakhir dengan jatuh cinta padamu."

 

 

"Kau menyamakan aku dengan dia?"

 

"Aku tidak berkata begitu."

 

"Katakan padaku, ada masalah apa sehingga dia harus meninggalkan markas?" selidik Caterina. 

 

 

"Kau berjanji tidak akan kabur lagi setelah kuberitahu alasannya?" Alex menyipitkan mata saat menatap Caterina. 

 

"Kau akan membantuku lagi, kan?"

 

Alex tertawa.

 

 

"Kau benar-benar tidak akan memaafkan Tuan Bianchi, Kate?"

 

 

"Untuk apa aku memaafkan Bajingan seperti dia?"

 

"Bukan Tuan Bianchi yang menembak kepala Dante."

 

"Kau percaya dengan bajingan itu?"

 

"Aku mengenalnya sangat lama, Kate. Dia memang kejam, tapi tidak pandai berbohong. Dia hanya keras dan sering marah, tapi cukup jujur."

 

"Kau benar-benar anak buah yang setia, Lex. Aku penasaran dengan gajimu, mengapa kau sangat menghormatinya seperti seorang penjilat."

 

Caterina mengejek Alex karena mulai kesal.

 

"Menurutku, Tuan Bianchi banyak berubah sejak kau menghilang. Aku melihatnya pulang membawa tubuh Dante yang penuh darah. Dia tidak bisa menutupi rasa panik dan khawatirnya saat itu. Ben ditugaskan untuk mencari dokter paling hebat di negara ini. Saat operasi darurat dilakukan, Tuan Bianchi bahkan tidak beranjak dari tempatnya berdiri. Dia mengawasi secara langsung karena takut dokter itu bertindak bodoh dan menghilangkan nyawa Dante," jelas Alex.

 

 

"Dia berkali-kali membuat rencana untuk menjemputmu, tapi berkali-kali pula dia menunda hal itu karena ingin memantau kondisi Dante. Dia ingin memastikan Dante baik-baik saja. Sayangnya Dante tak kunjung sadar dari koma, itu sebabnya dia merencanakan penyerangan ke markas Marco."

 

Caterina tetap bergeming. 

 

"Aku bersaksi atas usahanya selama ini. Dia mencarimu karena ingin meminta maaf atas kejadian hari itu. Dia bilang kepadaku bahwa dia sangat menyesal telah merenggut masa depanmu. Kusarankan dia meminta maaf kepadamu, tapi ternyata kau salah paham. Kau membencinya karena berpikir Tuan Bianchi membunuh ayahmu, kan?"

 

Caterina mengangguk. "Lantas, kenapa dia tak langsung saja meminta maaf dan bukannya malah menyerang Marco?"

 

"Karena dia tidak belajar untuk itu. Dia masih belum bisa menguasai emosinya. Dia mungkin cemburu melihat kedekatan kalian berdua dan menjadi tak terkendali. Maafkan dia, Kate. Beri dia kesempatan untuk menyampaikan secara langsung. Dia mencari waktu, tapi kau selalu marah saat dia datang. Jadi di selalu uring-uringan saat kembali ke ruangan ini."

 

Alex merasa kasihan kepada Leo dan mencoba meyakinkan Caterina. Meskipun dia tidak tahu apakah cara itu akan berhasil atau tidak, paling tidak Caterina sudah mendengar semuanya dari pihak ketiga. Alex tersenyum melihat Caterina yang cukup syok dengan pengakuannya. Dia berharap hubungan Caterina dan Leo akan membaik seperti sebelumnya.

 

 

Related chapters

  • Love Under Mafia Rule   65. Taktik Musuh

    Suara ledakan dari luar membuat Caterina dan Alex terkejut. Mereka berlari ke luar untuk mencari tahu situasi apa yang terjadi. Alex yang mengetahui bahaya sedang mengancam langsung mengaktifkan sinyal tanda bahaya agar semua pasukan berkumpul dan mempertahankan markas dari musuh.Mata Alex terbuka lebar saat melihat layar komputer. Dia mendesis, dan mencoba menelepon Leo, tapi teleponnya tak juga diangkat.“Ini gawat.”“Ada apa?”“Kita terjebak.”“Apa maksudmu?”“Tuan Bianchi pergi ke luar kota untuk menyelesaikan masalah pengiriman barang. Ben memberi kabar kalau paket narkoba yang dia bawa diambil alih oleh musuh di perjalanan. Tuan Bianchi pergi untuk membereskan hal itu, tapi lihat ... mobil yang membawa paket narkoba itu hanya berputar-putar di lokasi ini.” Alex menunjuk sebuah titik merah di layar komputernya.“Ben menipu kalian?”“Aku tidak yakin apakah dia terlibat. Aku akan mencoba menghubunginya.”Karena Leo dan Ben tak ada yang menjawab telepon, Alex pun menjadi panik. Dia

    Last Updated : 2025-01-31
  • Love Under Mafia Rule   66. Serangan

    Marco meminta pasukannya untuk menyerang Alex. Selagi tak ada yang menghalanginya, Marco berusaha untuk mencari keberadaan Caterina. Dia membuka pintu markas satu per satu , tapi tetap tak ketemu. Banyaknya ruangan di La Vendetta tak membuat Marco menyerah dan terus berusaha menemukan wanita yang dicintainya itu.“Kate, ini aku. Katakan di mana kau bersembunyi dan keluarlah. Kita harus pergi dari sini,” panggil Marco.“Apa kau di sini?” tanya Marco sebelum mendobrak pintu secara paksa. Namun, sayangnya lagi-lagi nihil. Dia tak menemukan jejak Caterina di semua ruangan yang sudah dibuka.Marco mencoba mengingat struktur bangunan dan juga soal seluk beluk markas. Sebab saat itu Caterina pernah bercerita mengenai La Vendetta. Setelah berhasil menemukan aula, Marco berjalan sendirian menuju satu-satunya ruangan yang ada di sana. Ruang kerja Leonardo Bianchi.Saat Marco tiba di depan ruang kerja Leo, Alex yang sudah susah payah menghajar banyak pasukan musuh pun berlari menghampiri dan men

    Last Updated : 2025-01-31
  • Love Under Mafia Rule   67. Bantuan

    Leo berlari sambil melepaskan kancing jasnya saat turun dari helikopter. Dia melepas jas dan melemparnya begitu saja saat melihat kekacauan di markasnya. Dia marah saat mengetahui penyerangan itu ulah Marco. Setelah mengokang senjata api, dia menarik pelatuk dan menembak semua orang yang menghalangi jalannya.Orang-orang berjatuhan dengan darah berceceran. Jiwa pemburu seorang Leonardo kembali merasukinya. Tak peduli dengan rasa kemanusiaan, Leo menghabisi semua musuh dengan sekali tarikan pelatuk. Dia bergerak cepat mengisi magasin dengan amunisi, kemudian menembak semua musuh dengan membabi buta. Musuh-musuh berjatuhan. La Vendetta menjadi lautan darah karena banyaknya musuh yang tewas akibat kekejaman Leo.Mengabaikan kekacauan di luar sana, Leo bergerak menuju aula dan menemukan Marco di sana. Melihat Alex terbaring lemas di lantai membuat Leo mengarahkan senjata apinya ke arah Marco yang juga kehabisan tenaga.“Selamat datang. Kau suka dengan kejutan yang kusiapkan?” ejek Marco

    Last Updated : 2025-01-31
  • Love Under Mafia Rule   68. Penjelasan Alex

    “Kenapa kau ingin aku membunuh Alex?”“Dia tidak layak menjadi tangan kananmu. Kau tidak sadar kalau ada orang yang lebih layak di posisi itu daripada dia,” jawabnya.Alex mengerutkan kening saat mendengar jawaban dari musuh. Mengapa ada orang yang sangat ingin menyingkirkan dirinya, Alex benar-benar ingin tahu siapa orangnya. Namun, karena keadaan sedang genting, dia pun tak berani bertanya.“Pemimpin macam apa kau, sampai-sampai tidak sadar kalau di markas ini ada pengkhianat?” cibir Marco.Leo mengacungkan pistolnya tepat ke wajah Marco. Dia muak sekali mendengar suara Marco dan ingin segera menghabisi nya.“Jangan main-main dengan senjatamu kalau tidak mau aku menembak wanita ini!” musuh Leo kembali memberikan peringatan.Leo sudah sangat muak dengan masalah ini. Dia pun tak mau berbasa-basi lagi dan ingin tahu motif dari penyerangan tersebut.“Katakan apa yang kalian inginkan! Kau mau uang?”Leo tak ingin membuat Caterina semakin ketakutan jika terus-menerus dijadikan sandera. Ji

    Last Updated : 2025-01-31
  • Love Under Mafia Rule   69. Bukan Bab Asli

    Marco yang sedang mencoba mengalahkan anak buah Leo tampak cukup syok saat melihat Caterina keluar dari tempatnya bersembunyi. Dia menyayangkan keputusan Caterina untuk menyerahkan diri, dan mencoba melumpuhkan pasukan Leo yang tersisa agar dia bisa secepatnya menghampiri Caterina.“Jangan, Kate!” pinta Marco dengan penuh harap. Namun, dia tak berani berteriak. Mengakui perasaannya di depan wanita itu sudah cukup membuat hubungan mereka menjadi canggung. Marco hanya tak mau membuat Caterina semakin tak nyaman karenanya. Meski begitu, dia juga tak siap jika harus kehilangan Caterina sekarang.Leo mengangkat tangannya ke udara, memberi isyarat pada anak buahnya untuk menghentikan penyerangan sebab sudah banyak pasukan Marco yang tewas. Selain itu, serangan dihentikan karena Caterina sudah keluar dari tempatnya bersembunyi.Caterina menjaga jarak dari Leo. Dia sengaja berdiri di samping vas bunga besar di sudut ruangan agar jika sewaktu-waktu merasa terancam, Caterina bisa menggunakan va

    Last Updated : 2025-01-31
  • Love Under Mafia Rule   69. Jangan Lupa Ganti

    “Aku tidak percaya selama ini kau tinggal bersama pria seperti Leo. Ayahmu, yang sudah jelas mengabdi bertahun-tahun dengannya saja bisa dibunuhnya dengan begitu mudah. Dia benar-benar iblis!” Marco datang membawakan sebotol yoghurt untuk Caterina.“Dia menembak kepala ayahmu karena dia gagal membunuhku. Dia benar-benar psikopat.”Caterina yang duduk termenung sambil memikirkan Dante seketika terkesiap dan mengusap air matanya. Amarah dan dendam yang membara di hatinya membuat Caterina meneteskan air mata. Kebenciannya kepada Leonardo kini sudah berada di puncak paling atas. Tidak ada kata maaf lagi yang akan dia berikan kepada pria itu. Pria yang dulu sangat dicintainya, kini berubah menjadi sosok yang paling dibencinya. Waktu mengubahnya dengan sangat cepat. Caterina merasa kesal karena dulu pernah mencintai orang seperti Leonardo.“Kau tenang saja, Kate. Aku berada di pihakmu sekarang. Kita harus bersatu untuk membalaskan dendam masing-masing kepada Leo. Kalau kita bersatu, bukanka

    Last Updated : 2025-01-31
  • Love Under Mafia Rule   70. Ubah

    “Ayo bercerai!” Nathan berucap dengan dingin ketika ia menyodorkan sebuah map berisi kertas pada Elise. Pria itu bahkan tidak ingin menoleh menatap istrinya. Baginya, kehadiran Elise di sana hanya akan merusak pandangan matanya.Ini adalah permintaan ke sepuluh ketika Nathan menyodorkan kertas itu untuk pengurusan perceraian. Ia hanya membutuhkan tanda tangan Elise, maka mereka akan resmi bercerai. Biasanya Elise akan menolak dan memohon agar Nathan tidak menceraikannya. Ia akan berlutut, mengemis cinta pada pria berhati dingin itu.Namun, kali ini responsnya berbeda. Ia meraih kertas itu tanpa ragu, lalu memberikan tanda tangannya. Ia bahkan tidak mengucapkan satu kata pun ketika Nathan menghampirinya dan meminta untuk bercerai.Bukan tanpa alasan. Elise bersikap seperti ini karena ini adalah kehidupan keduanya. Di masa lalu, ia menolak untuk bercerai. Semakin ia berusaha untuk mendapatkan cinta Nathan, semakin Nathan membencinya. Ia telah memberikan segalanya pada lelaki yang ia cin

    Last Updated : 2025-01-31
  • Love Under Mafia Rule   71. Ganti

    “Coba sebutkan satu saja perlakuan baik yang aku terima?” Elise memberikan tantangan.Belum sempat Madison membuka mulutnya untuk menjawab pertanyaan Elise, perhatian mereka teralihkan ketika ponsel Elise berdenting.‘Aku sudah sampai.’ Sebuah pesan masuk dari Julian, abang Elise. Setelah dua tahun hidup dalam penderitaan, akhirnya Elise meminta abangnya untuk menjemputnya agar ia bisa kembali tinggal bersama keluarganya. Ia baru sadar sebodoh apa dirinya, meninggalkan status sebagai putri keluarga konglomerat hanya untuk menjadi istri rumah tangga yang tidak dihargai oleh keluarga suaminya.“Aku tidak ada waktu untuk berdebat dengan kalian.” Elise berucap dengan tegas, lalu beranjak pergi.Di depan sana, Julian menunggu dengan perasaan senang. Ia senang, sebab akhirnya sang adik tersadar. Mereka berpelukan ketika akhirnya bertemu kembali setelah 2 tahun lamanya. Mereka saling meluapkan perasaan rindu yang selama ini terpendam.“Dia dijemput oleh seorang pria.” Brooke yang mengintip m

    Last Updated : 2025-01-31

Latest chapter

  • Love Under Mafia Rule   74. Meet Marco

    Caterina turned to the source of the voice. She glared, visibly displeased by Leonardo's presence there. She didn't say a word. After chuckling, she went to the garage and pulled out Alex's car.“Why does it have to be Alex? You could have borrowed my car.” Leonardo commented when he saw Caterina busy getting Alex's car out. He felt annoyed and jealous because Caterina chose Alex over him.The orange sports car started driving at a moderate speed out of the gate. At the gate he was intercepted by the gatekeeper. No matter how hard Caterina tried to explain, the gatekeeper did not allow Caterina to get out of the fence.“I allowed her to go to buy medicine; just open the gate.” Leonardo gave the order through a handy talky.After getting the order, the guard opened the gate. Caterina immediately drove her car onto the highway. The car was traveling at breakneck speed.Leonardo followed. He drove a normal car so as not to attract attention. He also drove his car without being followed b

  • Love Under Mafia Rule   73. Apa Ini?

    “What are you doing here?” Nathan asked sharply when he arrived at the salon. He looked at Elise with an unusual look.“I'm doing things I couldn't do when I was your wife.” Elise replied casually. She did not seem afraid at all, as the love had disappeared from her heart. She had always given in and dared not speak up because she was afraid of being divorced. However, now she was not afraid of anything. Her only goal in life now was to please herself.“You can always do whatever you want when you are my wife. You had a lot of free time; I always gave you a lot of money. It's just that you don't want to beautify yourself.” Nathan came to her defense. He felt that he had done his best to provide for her while she was living in his house. He thought she couldn't take care of herself.Elise laughed bitterly.“Is that so, Brooke?” Elise turned to look at Brooke; she looked at the woman with a look that demanded an answer.“Of course.” Brooke replied nervously, trying to cover something up

  • Love Under Mafia Rule   72. Nathan

    “Panggil aku jika kau sudah selesai. Jika aku tidak sempat menjemputmu, aku akan meminta supir untuk menjemputmu. Hubungi aku jika ada yang berusaha untuk mengganggumu.” Julian berpesan setelah ia menurunkan adiknya di depan sebuah salon kecantikan paling bergengsi di kota LA. Hanya orang-orang dari kelas atas yang bisa ke sana, sebab harganya tidak terjangkau bagi kalangan menengah ke bawah.Elise tersenyum kecil. “Jangan khawatirkan aku, aku bisa menjaga diri.”“Baiklah kalau begitu, aku harus pergi sekarang.” Julian berucap dengan lembut, menit berikutnya mobil yang ia kendarai mulai melaju pergi dengan kecepatan tinggi.Elise berbalik, lalu melangkah dengan santai menuju gedung mewah di depan sana. Sudah lama ia tidak memiliki waktu untuk dirinya sendiri. Ia bahkan sudah lupa seperti apa rasanya pergi ke salon kecantikan. Sudah saatnya kini ia kembali bersinar.“Wah, kakak ipar, ternyata setelah bercerai dari abangku kau bekerja di sini? Kau bekerja di bagian apa? Petugas kebersih

  • Love Under Mafia Rule   71. Ganti

    “Coba sebutkan satu saja perlakuan baik yang aku terima?” Elise memberikan tantangan.Belum sempat Madison membuka mulutnya untuk menjawab pertanyaan Elise, perhatian mereka teralihkan ketika ponsel Elise berdenting.‘Aku sudah sampai.’ Sebuah pesan masuk dari Julian, abang Elise. Setelah dua tahun hidup dalam penderitaan, akhirnya Elise meminta abangnya untuk menjemputnya agar ia bisa kembali tinggal bersama keluarganya. Ia baru sadar sebodoh apa dirinya, meninggalkan status sebagai putri keluarga konglomerat hanya untuk menjadi istri rumah tangga yang tidak dihargai oleh keluarga suaminya.“Aku tidak ada waktu untuk berdebat dengan kalian.” Elise berucap dengan tegas, lalu beranjak pergi.Di depan sana, Julian menunggu dengan perasaan senang. Ia senang, sebab akhirnya sang adik tersadar. Mereka berpelukan ketika akhirnya bertemu kembali setelah 2 tahun lamanya. Mereka saling meluapkan perasaan rindu yang selama ini terpendam.“Dia dijemput oleh seorang pria.” Brooke yang mengintip m

  • Love Under Mafia Rule   70. Ubah

    “Ayo bercerai!” Nathan berucap dengan dingin ketika ia menyodorkan sebuah map berisi kertas pada Elise. Pria itu bahkan tidak ingin menoleh menatap istrinya. Baginya, kehadiran Elise di sana hanya akan merusak pandangan matanya.Ini adalah permintaan ke sepuluh ketika Nathan menyodorkan kertas itu untuk pengurusan perceraian. Ia hanya membutuhkan tanda tangan Elise, maka mereka akan resmi bercerai. Biasanya Elise akan menolak dan memohon agar Nathan tidak menceraikannya. Ia akan berlutut, mengemis cinta pada pria berhati dingin itu.Namun, kali ini responsnya berbeda. Ia meraih kertas itu tanpa ragu, lalu memberikan tanda tangannya. Ia bahkan tidak mengucapkan satu kata pun ketika Nathan menghampirinya dan meminta untuk bercerai.Bukan tanpa alasan. Elise bersikap seperti ini karena ini adalah kehidupan keduanya. Di masa lalu, ia menolak untuk bercerai. Semakin ia berusaha untuk mendapatkan cinta Nathan, semakin Nathan membencinya. Ia telah memberikan segalanya pada lelaki yang ia cin

  • Love Under Mafia Rule   69. Jangan Lupa Ganti

    “Aku tidak percaya selama ini kau tinggal bersama pria seperti Leo. Ayahmu, yang sudah jelas mengabdi bertahun-tahun dengannya saja bisa dibunuhnya dengan begitu mudah. Dia benar-benar iblis!” Marco datang membawakan sebotol yoghurt untuk Caterina.“Dia menembak kepala ayahmu karena dia gagal membunuhku. Dia benar-benar psikopat.”Caterina yang duduk termenung sambil memikirkan Dante seketika terkesiap dan mengusap air matanya. Amarah dan dendam yang membara di hatinya membuat Caterina meneteskan air mata. Kebenciannya kepada Leonardo kini sudah berada di puncak paling atas. Tidak ada kata maaf lagi yang akan dia berikan kepada pria itu. Pria yang dulu sangat dicintainya, kini berubah menjadi sosok yang paling dibencinya. Waktu mengubahnya dengan sangat cepat. Caterina merasa kesal karena dulu pernah mencintai orang seperti Leonardo.“Kau tenang saja, Kate. Aku berada di pihakmu sekarang. Kita harus bersatu untuk membalaskan dendam masing-masing kepada Leo. Kalau kita bersatu, bukanka

  • Love Under Mafia Rule   69. Bukan Bab Asli

    Marco yang sedang mencoba mengalahkan anak buah Leo tampak cukup syok saat melihat Caterina keluar dari tempatnya bersembunyi. Dia menyayangkan keputusan Caterina untuk menyerahkan diri, dan mencoba melumpuhkan pasukan Leo yang tersisa agar dia bisa secepatnya menghampiri Caterina.“Jangan, Kate!” pinta Marco dengan penuh harap. Namun, dia tak berani berteriak. Mengakui perasaannya di depan wanita itu sudah cukup membuat hubungan mereka menjadi canggung. Marco hanya tak mau membuat Caterina semakin tak nyaman karenanya. Meski begitu, dia juga tak siap jika harus kehilangan Caterina sekarang.Leo mengangkat tangannya ke udara, memberi isyarat pada anak buahnya untuk menghentikan penyerangan sebab sudah banyak pasukan Marco yang tewas. Selain itu, serangan dihentikan karena Caterina sudah keluar dari tempatnya bersembunyi.Caterina menjaga jarak dari Leo. Dia sengaja berdiri di samping vas bunga besar di sudut ruangan agar jika sewaktu-waktu merasa terancam, Caterina bisa menggunakan va

  • Love Under Mafia Rule   68. Penjelasan Alex

    “Kenapa kau ingin aku membunuh Alex?”“Dia tidak layak menjadi tangan kananmu. Kau tidak sadar kalau ada orang yang lebih layak di posisi itu daripada dia,” jawabnya.Alex mengerutkan kening saat mendengar jawaban dari musuh. Mengapa ada orang yang sangat ingin menyingkirkan dirinya, Alex benar-benar ingin tahu siapa orangnya. Namun, karena keadaan sedang genting, dia pun tak berani bertanya.“Pemimpin macam apa kau, sampai-sampai tidak sadar kalau di markas ini ada pengkhianat?” cibir Marco.Leo mengacungkan pistolnya tepat ke wajah Marco. Dia muak sekali mendengar suara Marco dan ingin segera menghabisi nya.“Jangan main-main dengan senjatamu kalau tidak mau aku menembak wanita ini!” musuh Leo kembali memberikan peringatan.Leo sudah sangat muak dengan masalah ini. Dia pun tak mau berbasa-basi lagi dan ingin tahu motif dari penyerangan tersebut.“Katakan apa yang kalian inginkan! Kau mau uang?”Leo tak ingin membuat Caterina semakin ketakutan jika terus-menerus dijadikan sandera. Ji

  • Love Under Mafia Rule   67. Bantuan

    Leo berlari sambil melepaskan kancing jasnya saat turun dari helikopter. Dia melepas jas dan melemparnya begitu saja saat melihat kekacauan di markasnya. Dia marah saat mengetahui penyerangan itu ulah Marco. Setelah mengokang senjata api, dia menarik pelatuk dan menembak semua orang yang menghalangi jalannya.Orang-orang berjatuhan dengan darah berceceran. Jiwa pemburu seorang Leonardo kembali merasukinya. Tak peduli dengan rasa kemanusiaan, Leo menghabisi semua musuh dengan sekali tarikan pelatuk. Dia bergerak cepat mengisi magasin dengan amunisi, kemudian menembak semua musuh dengan membabi buta. Musuh-musuh berjatuhan. La Vendetta menjadi lautan darah karena banyaknya musuh yang tewas akibat kekejaman Leo.Mengabaikan kekacauan di luar sana, Leo bergerak menuju aula dan menemukan Marco di sana. Melihat Alex terbaring lemas di lantai membuat Leo mengarahkan senjata apinya ke arah Marco yang juga kehabisan tenaga.“Selamat datang. Kau suka dengan kejutan yang kusiapkan?” ejek Marco

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status