Home / Mafia / Love Under Mafia Rule / 63. Merawat Dante

Share

63. Merawat Dante

Author: Rich Ghali
last update Last Updated: 2025-01-31 23:33:57

Caterina menghabiskan hari-harinya untuk merawat dan menemani Dante yang masih koma. Melihat ayahnya terbaring tak berdaya dengan alat medis yang menempel di tubuhnya, mengingatkan Caterina dengan Gabriel. Sembari merawat Dante, wanita itu juga tak lupa mendoakan keselamatan untuk Gabriel. Dia berharap Gabriel dan ayahnya akan segera sadar dan bisa menjalani hidup dengan normal seperti sebelumnya. 

 

Diam-diam, Caterina juga memikirkan ucapan Leo. Dia enggan percaya begitu saja, dan berencana untuk mencari tahu sendiri kebenarannya. Namun, dia ingin menunda hal itu sampai Dante sadar. Caterina tak mau meninggalkan ayahnya sendirian lagi karena dia tak bisa mempercayai siapa pun selain dirinya sendiri. 

 

 

Dua kali dalam sehari, Caterina selalu mengusap tangan dan kaki Dante menggunakan air hangat. Dia juga mendampingi dokter yang ditugaskan untuk merawat Dante secara langsung. Wanita itu selalu mengajak Dante bicara dan membicarakan banyak hal seperti saran dokter yang merawat Dante. Berharap dengan itu, keajaiban akan muncul dan Dante bisa segera sadar.

 

 

Leo memasuki ruangan saat mengetahui Caterina menolak makan sejak pagi. Dia khawatir, tapi tidak tahu cara menunjukkan rasa khawatirnya dengan benar. Alih-alih memberikan perhatian atau mengajak Caterina makan, Leo malah marah-marah. 

 

"Kau ingin segera menyusul ayahmu dengan tidak makan selama berhari-hari. Rupanya kau sangat ingin terbaring koma seperti dia," sindir Leo.

 

Mendengar sindiran Leo membuat Caterina kesal. Namun, karena tak mau melihat wajah Leo lagi, Caterina tetap bergeming di tempatnya dan mengabaikan kehadiran Leo di sana.

 

"Kenapa kau tidak menembak kepalamu sendiri jika ingin tertidur tanpa makan dan minum seperti ayahmu?"

 

Caterina mengepalkan tangannya dengan kuat, lantas berdiri dan melotor tajam kepada Leo.

 

"PERGI!"

 

"Dasar, wanita keras kepala."

 

Leo meninggalkan ruangan itu dan menjadi uring-uringan sendiri. Caterina benar-benar tidak menghargai usahanya untuk berbaikan, padahal dia selalu meluangkan waktu untuk menengok kondisi Dante. 

 

Leo menggebrak meja saat tiba di ruangannya dan membuat Alex kaget.

 

"Wanita keras kepala itu benar-benar menyebalkan!" umpatnya.

 

Alex yang pandai membaca situasi hanya tersenyum tipis sambil menjatuhkan pandangannya ke lantai. Meski sebagai sesama pria dia mengerti perasaan Leo dan punya banyak saran yang bisa dikatakan, Alex tak berani membuka mulutnya. Dia takut membuat Leo marah karena dia terlalu ikut campur dengan urusan pribadi. Jika menyangkut pekerjaan, mungkin Alex akan dengan mudah memberikan saran dan masukan. Tetapi, kali ini kasusnya berbeda.

 

Sikap keras dan dingin yang sudah melekat dalam diri Leo membuatnya terlihat kejam. Leo hanya tak tahu caranya mengungkapkan perasaan. Meski sebenarnya dia adalah manusia biasa yang juga bisa jatuh cinta. Bisa berdebar saat berdekatan dengan wanita yang dicintainya, dan bisa merasakan cemburu saat melihat wanita yang dia cintai bersama pria lain. Sayangnya Leo tak tahu cara menunjukkannya. Setiap kali dia mencoba, dia hanya akan membuat Caterina marah dan terluka.

 

"Ada yang bisa saya bantu, Tuan?" Alex bertanya dengan hati-hati. 

 

 

"Kau, pergi dan suruh Kate untuk makan. Pelayan bilang dia sudah tiga hari tidak makan. Sepertinya dia ingin cepat menyusul ayahnya. Menyebalkan sekali."

 

Alex mengangguk dan langsung meninggalkan ruang kerja. Sebelum itu, Alex pergi ke dapur dan menyiapkan makanan serta minuman di dalam baki, kemudian membawanya ke ruangan tempat di mana Dante dirawat. 

 

"Kudengar kau belum makan selama tiga hari. Apa kau menyimpan cadangan makanan di dalam perut seperti seekor unta?" tanya Alex begitu tiba di ruang perawatan. Pria itu tertawa kecil saat melihat Caterina meliriknya dengan tajam.

 

Caterina berdecak, kemudian tersenyum saat Alex meletakkan baki berisi makanan lengkap di depannya. 

 

"Dokter bilang, yoghurt sangat bagus untuk pencernaan. Habiskan makanan itu begitu juga dengan yoghurt-nya karena perutmu kosong selama berhari-hari, Kate."

 

 

"Ck. Seharusnya kau tidak perlu repot-repot membawakan ini," jawab Caterina. 

 

"Kalau aku jadi kau, aku akan memakan makanan itu dengan lahap sebagai tanda terima kasih. Makanlah, Kate. Kau harus punya kekuatan untuk menjaga Dante. Kau harus tampak sehat saat melihatnya sadar nanti. Dan, bukannya kau ingin jadi orang pertama yang dilihatnya saat dia membuka mata?"

 

Caterina menjatuhkan pandangannya ke bawah, kemudian mengucap terima kasih dengan lirih kepada Alex. 

 

"Kamu benar. Aku bertahan hidup karena ingin melihat ayah membuka mata. Jika aku sakit, aku tidak bisa jadi orang pertama yang dia lihat saat sadar nanti." Caterina menatap Dante yang semakin kurus setiap harinya dengan mata menghangat. 

 

"Entah kapan dia akan membuka matanya. Aku ragu dia akan mengingat semuanya, Lex. Aku juga takut dia akan melupakan aku saat sadar nanti." Caterina mengatakan soal kekhawatiran yang dipendamnya.

 

 

"Itu sebabnya kau harus tetap sehat dan cantik agar dia tidak melupakanmu, Kate." Alex tersenyum sedikit menggoda, tapi hal itu justru membuat Caterina ikut tertawa.

 

 

Di balik tirai, Leo mengintip dan mendengarkan obrolan mereka sambil berpikir: mengapa Caterina selalu bersikap keras kepadanya, padahal dia bersikap lembut di depan Alex. Leo mengembuskan napasnya dengan kasar, kemudian meninggalkan ruangan Dante setelah memastikan Caterina menikmati makanan yang dibawa oleh Alex.

 

 

"Dia mengkhawatirkanmu, Kate."

 

Caterina sontak mengangkat kepalanya dengan mata menyipit, mencari tahu maksud ucapan Alex yang sangat menggantung di telinga.

 

"Apa yang kau bicarakan?"

 

"Tuan Bianchi. Dia mengkhawatirkan kondisimu saat mengetahui kau tidak makan berhari-hari."

 

"Huh, Bajingan itu? Yang benar saja. Dia akan senang melihatku mati di sini."

 

"Dia uring-uringan di ruangan kerja dan memintaku datang ke sini. Dia sepertinya masih mencintaimu."

 

Caterina meletakkan baki walaupun makanannya belum sepenuhnya habis. Dia mendadak tak nafsu makan saat membahas soal Leo.

 

"Dia punya sisi yang sama dengan pria pada umumnya. Dia merasakan cinta, tapi tidak tahu cara mengungkapkannya sebab dia tidak pernah belajar untuk itu. Kau tahu, dia sangat gelisah dan panik saat kau menghilang. Hanya saja, dia tak tahu cara menunjukkannya. Tuan Bianchi dididik menjadi orang yang keras agar tidak ada orang yang bisa meremehkannya. Namun, dia tetap manusia biasa yang bisa jatuh cinta."

 

 

"Dia selalu marah saat melihatku, bagaimana mungkin orang jatuh cinta bersikap seperti itu? Sudahlah, Lex, jangan bahas dia lagi. Aku sudah cukup muak."

 

 

"Percaya padaku, Kate. Dia sebenarnya sangat mencintaimu."

 

Carerina hanya menyeringai tipis dan menghabiskan sisa yoghurt di gelasnya.

 

"Dengarkan, Lex. Aku sudah tidak percaya siapa pun lagi di tempat ini. Maaf kalau ucapan ku terdengar menyinggung, tapi aku hanya percaya diriku sendiri di sini. Aku tidak mau memercayaimu soal pria Bajingan itu. Sebab apa? Terakhir kali aku percaya padamu, dia malah melecehkanku!"

 

 

 

 

 

Related chapters

  • Love Under Mafia Rule   64. Masalah di Pengiriman Paket

    Wajah Leo langsung memerah saat mendapatkan laporan dari Ben. Paket narkoba dan puluhan senjata yang mereka kirim ke luar kota hari ini mengalami masalah di perjalanan. Ben bilang, mereka diserang di tengah jalan dan paketnya dibawa kabur. Leo langsung panik dan marah. Mau tidak mau dia harus turun tangan dan pergi sendiri ke luar kota untuk menyelesaikan masalah itu."Bodoh! Aku sudah memberi peringatan agar pergi dengan pengamanan, tapi kau bilang semuanya akan aman." Leo murka kepada Ben yang dinilai tidak profesional dalam pekerjaan."Maaf, Tuan. Saya tidak bisa mempertahankan barang-barang itu karena mereka sangat banyak. Mereka meninggalkan saya di tepi jalan bersama sopir." Ben langsung mengirimkan lokasi terbarunya."Brengsek. Kau mengenal mereka? Adakah nama dan wajah mereka di daftar musuh kita?" Tanya Leo."Maaf, Tuan. Kami diserang menggunakan gas air mata, dan mereka semua menggunakan masker. Saya tak begitu melihatnya.""Ya. Aku akan segera ke sana."Setelah mendapatkan

    Last Updated : 2025-01-31
  • Love Under Mafia Rule   65. Taktik Musuh

    Suara ledakan dari luar membuat Caterina dan Alex terkejut. Mereka berlari ke luar untuk mencari tahu situasi apa yang terjadi. Alex yang mengetahui bahaya sedang mengancam langsung mengaktifkan sinyal tanda bahaya agar semua pasukan berkumpul dan mempertahankan markas dari musuh.Mata Alex terbuka lebar saat melihat layar komputer. Dia mendesis, dan mencoba menelepon Leo, tapi teleponnya tak juga diangkat.“Ini gawat.”“Ada apa?”“Kita terjebak.”“Apa maksudmu?”“Tuan Bianchi pergi ke luar kota untuk menyelesaikan masalah pengiriman barang. Ben memberi kabar kalau paket narkoba yang dia bawa diambil alih oleh musuh di perjalanan. Tuan Bianchi pergi untuk membereskan hal itu, tapi lihat ... mobil yang membawa paket narkoba itu hanya berputar-putar di lokasi ini.” Alex menunjuk sebuah titik merah di layar komputernya.“Ben menipu kalian?”“Aku tidak yakin apakah dia terlibat. Aku akan mencoba menghubunginya.”Karena Leo dan Ben tak ada yang menjawab telepon, Alex pun menjadi panik. Dia

    Last Updated : 2025-01-31
  • Love Under Mafia Rule   66. Serangan

    Marco meminta pasukannya untuk menyerang Alex. Selagi tak ada yang menghalanginya, Marco berusaha untuk mencari keberadaan Caterina. Dia membuka pintu markas satu per satu , tapi tetap tak ketemu. Banyaknya ruangan di La Vendetta tak membuat Marco menyerah dan terus berusaha menemukan wanita yang dicintainya itu.“Kate, ini aku. Katakan di mana kau bersembunyi dan keluarlah. Kita harus pergi dari sini,” panggil Marco.“Apa kau di sini?” tanya Marco sebelum mendobrak pintu secara paksa. Namun, sayangnya lagi-lagi nihil. Dia tak menemukan jejak Caterina di semua ruangan yang sudah dibuka.Marco mencoba mengingat struktur bangunan dan juga soal seluk beluk markas. Sebab saat itu Caterina pernah bercerita mengenai La Vendetta. Setelah berhasil menemukan aula, Marco berjalan sendirian menuju satu-satunya ruangan yang ada di sana. Ruang kerja Leonardo Bianchi.Saat Marco tiba di depan ruang kerja Leo, Alex yang sudah susah payah menghajar banyak pasukan musuh pun berlari menghampiri dan men

    Last Updated : 2025-01-31
  • Love Under Mafia Rule   67. Bantuan

    Leo berlari sambil melepaskan kancing jasnya saat turun dari helikopter. Dia melepas jas dan melemparnya begitu saja saat melihat kekacauan di markasnya. Dia marah saat mengetahui penyerangan itu ulah Marco. Setelah mengokang senjata api, dia menarik pelatuk dan menembak semua orang yang menghalangi jalannya.Orang-orang berjatuhan dengan darah berceceran. Jiwa pemburu seorang Leonardo kembali merasukinya. Tak peduli dengan rasa kemanusiaan, Leo menghabisi semua musuh dengan sekali tarikan pelatuk. Dia bergerak cepat mengisi magasin dengan amunisi, kemudian menembak semua musuh dengan membabi buta. Musuh-musuh berjatuhan. La Vendetta menjadi lautan darah karena banyaknya musuh yang tewas akibat kekejaman Leo.Mengabaikan kekacauan di luar sana, Leo bergerak menuju aula dan menemukan Marco di sana. Melihat Alex terbaring lemas di lantai membuat Leo mengarahkan senjata apinya ke arah Marco yang juga kehabisan tenaga.“Selamat datang. Kau suka dengan kejutan yang kusiapkan?” ejek Marco

    Last Updated : 2025-01-31
  • Love Under Mafia Rule   68. Penjelasan Alex

    “Kenapa kau ingin aku membunuh Alex?”“Dia tidak layak menjadi tangan kananmu. Kau tidak sadar kalau ada orang yang lebih layak di posisi itu daripada dia,” jawabnya.Alex mengerutkan kening saat mendengar jawaban dari musuh. Mengapa ada orang yang sangat ingin menyingkirkan dirinya, Alex benar-benar ingin tahu siapa orangnya. Namun, karena keadaan sedang genting, dia pun tak berani bertanya.“Pemimpin macam apa kau, sampai-sampai tidak sadar kalau di markas ini ada pengkhianat?” cibir Marco.Leo mengacungkan pistolnya tepat ke wajah Marco. Dia muak sekali mendengar suara Marco dan ingin segera menghabisi nya.“Jangan main-main dengan senjatamu kalau tidak mau aku menembak wanita ini!” musuh Leo kembali memberikan peringatan.Leo sudah sangat muak dengan masalah ini. Dia pun tak mau berbasa-basi lagi dan ingin tahu motif dari penyerangan tersebut.“Katakan apa yang kalian inginkan! Kau mau uang?”Leo tak ingin membuat Caterina semakin ketakutan jika terus-menerus dijadikan sandera. Ji

    Last Updated : 2025-01-31
  • Love Under Mafia Rule   69. Bukan Bab Asli

    Marco yang sedang mencoba mengalahkan anak buah Leo tampak cukup syok saat melihat Caterina keluar dari tempatnya bersembunyi. Dia menyayangkan keputusan Caterina untuk menyerahkan diri, dan mencoba melumpuhkan pasukan Leo yang tersisa agar dia bisa secepatnya menghampiri Caterina.“Jangan, Kate!” pinta Marco dengan penuh harap. Namun, dia tak berani berteriak. Mengakui perasaannya di depan wanita itu sudah cukup membuat hubungan mereka menjadi canggung. Marco hanya tak mau membuat Caterina semakin tak nyaman karenanya. Meski begitu, dia juga tak siap jika harus kehilangan Caterina sekarang.Leo mengangkat tangannya ke udara, memberi isyarat pada anak buahnya untuk menghentikan penyerangan sebab sudah banyak pasukan Marco yang tewas. Selain itu, serangan dihentikan karena Caterina sudah keluar dari tempatnya bersembunyi.Caterina menjaga jarak dari Leo. Dia sengaja berdiri di samping vas bunga besar di sudut ruangan agar jika sewaktu-waktu merasa terancam, Caterina bisa menggunakan va

    Last Updated : 2025-01-31
  • Love Under Mafia Rule   69. Jangan Lupa Ganti

    “Aku tidak percaya selama ini kau tinggal bersama pria seperti Leo. Ayahmu, yang sudah jelas mengabdi bertahun-tahun dengannya saja bisa dibunuhnya dengan begitu mudah. Dia benar-benar iblis!” Marco datang membawakan sebotol yoghurt untuk Caterina.“Dia menembak kepala ayahmu karena dia gagal membunuhku. Dia benar-benar psikopat.”Caterina yang duduk termenung sambil memikirkan Dante seketika terkesiap dan mengusap air matanya. Amarah dan dendam yang membara di hatinya membuat Caterina meneteskan air mata. Kebenciannya kepada Leonardo kini sudah berada di puncak paling atas. Tidak ada kata maaf lagi yang akan dia berikan kepada pria itu. Pria yang dulu sangat dicintainya, kini berubah menjadi sosok yang paling dibencinya. Waktu mengubahnya dengan sangat cepat. Caterina merasa kesal karena dulu pernah mencintai orang seperti Leonardo.“Kau tenang saja, Kate. Aku berada di pihakmu sekarang. Kita harus bersatu untuk membalaskan dendam masing-masing kepada Leo. Kalau kita bersatu, bukanka

    Last Updated : 2025-01-31
  • Love Under Mafia Rule   70. Ubah

    “Ayo bercerai!” Nathan berucap dengan dingin ketika ia menyodorkan sebuah map berisi kertas pada Elise. Pria itu bahkan tidak ingin menoleh menatap istrinya. Baginya, kehadiran Elise di sana hanya akan merusak pandangan matanya.Ini adalah permintaan ke sepuluh ketika Nathan menyodorkan kertas itu untuk pengurusan perceraian. Ia hanya membutuhkan tanda tangan Elise, maka mereka akan resmi bercerai. Biasanya Elise akan menolak dan memohon agar Nathan tidak menceraikannya. Ia akan berlutut, mengemis cinta pada pria berhati dingin itu.Namun, kali ini responsnya berbeda. Ia meraih kertas itu tanpa ragu, lalu memberikan tanda tangannya. Ia bahkan tidak mengucapkan satu kata pun ketika Nathan menghampirinya dan meminta untuk bercerai.Bukan tanpa alasan. Elise bersikap seperti ini karena ini adalah kehidupan keduanya. Di masa lalu, ia menolak untuk bercerai. Semakin ia berusaha untuk mendapatkan cinta Nathan, semakin Nathan membencinya. Ia telah memberikan segalanya pada lelaki yang ia cin

    Last Updated : 2025-01-31

Latest chapter

  • Love Under Mafia Rule   74. Meet Marco

    Caterina turned to the source of the voice. She glared, visibly displeased by Leonardo's presence there. She didn't say a word. After chuckling, she went to the garage and pulled out Alex's car.“Why does it have to be Alex? You could have borrowed my car.” Leonardo commented when he saw Caterina busy getting Alex's car out. He felt annoyed and jealous because Caterina chose Alex over him.The orange sports car started driving at a moderate speed out of the gate. At the gate he was intercepted by the gatekeeper. No matter how hard Caterina tried to explain, the gatekeeper did not allow Caterina to get out of the fence.“I allowed her to go to buy medicine; just open the gate.” Leonardo gave the order through a handy talky.After getting the order, the guard opened the gate. Caterina immediately drove her car onto the highway. The car was traveling at breakneck speed.Leonardo followed. He drove a normal car so as not to attract attention. He also drove his car without being followed b

  • Love Under Mafia Rule   73. Apa Ini?

    “What are you doing here?” Nathan asked sharply when he arrived at the salon. He looked at Elise with an unusual look.“I'm doing things I couldn't do when I was your wife.” Elise replied casually. She did not seem afraid at all, as the love had disappeared from her heart. She had always given in and dared not speak up because she was afraid of being divorced. However, now she was not afraid of anything. Her only goal in life now was to please herself.“You can always do whatever you want when you are my wife. You had a lot of free time; I always gave you a lot of money. It's just that you don't want to beautify yourself.” Nathan came to her defense. He felt that he had done his best to provide for her while she was living in his house. He thought she couldn't take care of herself.Elise laughed bitterly.“Is that so, Brooke?” Elise turned to look at Brooke; she looked at the woman with a look that demanded an answer.“Of course.” Brooke replied nervously, trying to cover something up

  • Love Under Mafia Rule   72. Nathan

    “Panggil aku jika kau sudah selesai. Jika aku tidak sempat menjemputmu, aku akan meminta supir untuk menjemputmu. Hubungi aku jika ada yang berusaha untuk mengganggumu.” Julian berpesan setelah ia menurunkan adiknya di depan sebuah salon kecantikan paling bergengsi di kota LA. Hanya orang-orang dari kelas atas yang bisa ke sana, sebab harganya tidak terjangkau bagi kalangan menengah ke bawah.Elise tersenyum kecil. “Jangan khawatirkan aku, aku bisa menjaga diri.”“Baiklah kalau begitu, aku harus pergi sekarang.” Julian berucap dengan lembut, menit berikutnya mobil yang ia kendarai mulai melaju pergi dengan kecepatan tinggi.Elise berbalik, lalu melangkah dengan santai menuju gedung mewah di depan sana. Sudah lama ia tidak memiliki waktu untuk dirinya sendiri. Ia bahkan sudah lupa seperti apa rasanya pergi ke salon kecantikan. Sudah saatnya kini ia kembali bersinar.“Wah, kakak ipar, ternyata setelah bercerai dari abangku kau bekerja di sini? Kau bekerja di bagian apa? Petugas kebersih

  • Love Under Mafia Rule   71. Ganti

    “Coba sebutkan satu saja perlakuan baik yang aku terima?” Elise memberikan tantangan.Belum sempat Madison membuka mulutnya untuk menjawab pertanyaan Elise, perhatian mereka teralihkan ketika ponsel Elise berdenting.‘Aku sudah sampai.’ Sebuah pesan masuk dari Julian, abang Elise. Setelah dua tahun hidup dalam penderitaan, akhirnya Elise meminta abangnya untuk menjemputnya agar ia bisa kembali tinggal bersama keluarganya. Ia baru sadar sebodoh apa dirinya, meninggalkan status sebagai putri keluarga konglomerat hanya untuk menjadi istri rumah tangga yang tidak dihargai oleh keluarga suaminya.“Aku tidak ada waktu untuk berdebat dengan kalian.” Elise berucap dengan tegas, lalu beranjak pergi.Di depan sana, Julian menunggu dengan perasaan senang. Ia senang, sebab akhirnya sang adik tersadar. Mereka berpelukan ketika akhirnya bertemu kembali setelah 2 tahun lamanya. Mereka saling meluapkan perasaan rindu yang selama ini terpendam.“Dia dijemput oleh seorang pria.” Brooke yang mengintip m

  • Love Under Mafia Rule   70. Ubah

    “Ayo bercerai!” Nathan berucap dengan dingin ketika ia menyodorkan sebuah map berisi kertas pada Elise. Pria itu bahkan tidak ingin menoleh menatap istrinya. Baginya, kehadiran Elise di sana hanya akan merusak pandangan matanya.Ini adalah permintaan ke sepuluh ketika Nathan menyodorkan kertas itu untuk pengurusan perceraian. Ia hanya membutuhkan tanda tangan Elise, maka mereka akan resmi bercerai. Biasanya Elise akan menolak dan memohon agar Nathan tidak menceraikannya. Ia akan berlutut, mengemis cinta pada pria berhati dingin itu.Namun, kali ini responsnya berbeda. Ia meraih kertas itu tanpa ragu, lalu memberikan tanda tangannya. Ia bahkan tidak mengucapkan satu kata pun ketika Nathan menghampirinya dan meminta untuk bercerai.Bukan tanpa alasan. Elise bersikap seperti ini karena ini adalah kehidupan keduanya. Di masa lalu, ia menolak untuk bercerai. Semakin ia berusaha untuk mendapatkan cinta Nathan, semakin Nathan membencinya. Ia telah memberikan segalanya pada lelaki yang ia cin

  • Love Under Mafia Rule   69. Jangan Lupa Ganti

    “Aku tidak percaya selama ini kau tinggal bersama pria seperti Leo. Ayahmu, yang sudah jelas mengabdi bertahun-tahun dengannya saja bisa dibunuhnya dengan begitu mudah. Dia benar-benar iblis!” Marco datang membawakan sebotol yoghurt untuk Caterina.“Dia menembak kepala ayahmu karena dia gagal membunuhku. Dia benar-benar psikopat.”Caterina yang duduk termenung sambil memikirkan Dante seketika terkesiap dan mengusap air matanya. Amarah dan dendam yang membara di hatinya membuat Caterina meneteskan air mata. Kebenciannya kepada Leonardo kini sudah berada di puncak paling atas. Tidak ada kata maaf lagi yang akan dia berikan kepada pria itu. Pria yang dulu sangat dicintainya, kini berubah menjadi sosok yang paling dibencinya. Waktu mengubahnya dengan sangat cepat. Caterina merasa kesal karena dulu pernah mencintai orang seperti Leonardo.“Kau tenang saja, Kate. Aku berada di pihakmu sekarang. Kita harus bersatu untuk membalaskan dendam masing-masing kepada Leo. Kalau kita bersatu, bukanka

  • Love Under Mafia Rule   69. Bukan Bab Asli

    Marco yang sedang mencoba mengalahkan anak buah Leo tampak cukup syok saat melihat Caterina keluar dari tempatnya bersembunyi. Dia menyayangkan keputusan Caterina untuk menyerahkan diri, dan mencoba melumpuhkan pasukan Leo yang tersisa agar dia bisa secepatnya menghampiri Caterina.“Jangan, Kate!” pinta Marco dengan penuh harap. Namun, dia tak berani berteriak. Mengakui perasaannya di depan wanita itu sudah cukup membuat hubungan mereka menjadi canggung. Marco hanya tak mau membuat Caterina semakin tak nyaman karenanya. Meski begitu, dia juga tak siap jika harus kehilangan Caterina sekarang.Leo mengangkat tangannya ke udara, memberi isyarat pada anak buahnya untuk menghentikan penyerangan sebab sudah banyak pasukan Marco yang tewas. Selain itu, serangan dihentikan karena Caterina sudah keluar dari tempatnya bersembunyi.Caterina menjaga jarak dari Leo. Dia sengaja berdiri di samping vas bunga besar di sudut ruangan agar jika sewaktu-waktu merasa terancam, Caterina bisa menggunakan va

  • Love Under Mafia Rule   68. Penjelasan Alex

    “Kenapa kau ingin aku membunuh Alex?”“Dia tidak layak menjadi tangan kananmu. Kau tidak sadar kalau ada orang yang lebih layak di posisi itu daripada dia,” jawabnya.Alex mengerutkan kening saat mendengar jawaban dari musuh. Mengapa ada orang yang sangat ingin menyingkirkan dirinya, Alex benar-benar ingin tahu siapa orangnya. Namun, karena keadaan sedang genting, dia pun tak berani bertanya.“Pemimpin macam apa kau, sampai-sampai tidak sadar kalau di markas ini ada pengkhianat?” cibir Marco.Leo mengacungkan pistolnya tepat ke wajah Marco. Dia muak sekali mendengar suara Marco dan ingin segera menghabisi nya.“Jangan main-main dengan senjatamu kalau tidak mau aku menembak wanita ini!” musuh Leo kembali memberikan peringatan.Leo sudah sangat muak dengan masalah ini. Dia pun tak mau berbasa-basi lagi dan ingin tahu motif dari penyerangan tersebut.“Katakan apa yang kalian inginkan! Kau mau uang?”Leo tak ingin membuat Caterina semakin ketakutan jika terus-menerus dijadikan sandera. Ji

  • Love Under Mafia Rule   67. Bantuan

    Leo berlari sambil melepaskan kancing jasnya saat turun dari helikopter. Dia melepas jas dan melemparnya begitu saja saat melihat kekacauan di markasnya. Dia marah saat mengetahui penyerangan itu ulah Marco. Setelah mengokang senjata api, dia menarik pelatuk dan menembak semua orang yang menghalangi jalannya.Orang-orang berjatuhan dengan darah berceceran. Jiwa pemburu seorang Leonardo kembali merasukinya. Tak peduli dengan rasa kemanusiaan, Leo menghabisi semua musuh dengan sekali tarikan pelatuk. Dia bergerak cepat mengisi magasin dengan amunisi, kemudian menembak semua musuh dengan membabi buta. Musuh-musuh berjatuhan. La Vendetta menjadi lautan darah karena banyaknya musuh yang tewas akibat kekejaman Leo.Mengabaikan kekacauan di luar sana, Leo bergerak menuju aula dan menemukan Marco di sana. Melihat Alex terbaring lemas di lantai membuat Leo mengarahkan senjata apinya ke arah Marco yang juga kehabisan tenaga.“Selamat datang. Kau suka dengan kejutan yang kusiapkan?” ejek Marco

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status