Beranda / Pendekar / Legenda Raja Pendekar / JILID 278 | Datang Tepat Waktu

Share

JILID 278 | Datang Tepat Waktu

last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-07 01:04:32

Lien-hua dan Triasing yang berdiri agak jauh, terkesiap. Keduanya ingin bergerak, tetapi sudah terlambat. Pada saat kritis itu, mendadak datang angin kencang membuat debu beterbangan. Terdengar suara jeritan dua perempuan ku.

Seorang lelaki separuh baya muncul, Yu Jin. "Jika diteruskan kalian berdua akan sama terluka, bisa-bisa luka parah."

Yu Jin datang tepat pada saat kritis. Ia memukul dengan tangan kosong menggunakan tenaga dalam yang tinggi. Ia berhasil mendorong tebasan pedang sekaligus merampas senjata itu, sedang tangan kirinya mementahkan pukulan Hwang Mi Hee. Tentu saja gerakan Yu Jin membuat Mei Li Tsu dan Hwang Mi Hee terpental beberapa langkah mundur.

Lien-hua dan Hwang Mi Hee membungkuk memberi hormat. Lien-hua memanggil orangtua itu dengan sebutan guru sedang Hwang Mi Hee menyebut kakek. Mendengar itu Triasing dan Mei Li Tsu memastikan orangtua itu pasti tokoh sepuh perguruan.

Keduanya yakin yang datang itu bukanlah Jiu Long, karena menurut

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 279 | Saatnya Membayar Hutang

    Jiu Long menimang-nimang tusuk konde emas berhias berlian itu. Dia tertawa. "Aku sudah lupa benda ini, tapi Im ji hye belum lupa. Akhirnya datang juga saatnya aku membayar hutang. Katakan kepada permaisuri junjunganmu, aku akan datang menemuinya secepat mungkin."Mei Li Tsu berusaha menarik perhatian Jiu Long, dia menyela sebelum Triasing. "Kalau boleh bertanya, kapan kira-kira tuan datang ke istana, supaya kami bisa menjemput di gerbang, apakah boleh kami meminta benda tadi, akan kami kembalikan ke istana."Jiu Long tertawa. "Tak perlu repot-repot menjemput aku, aku bisa mengubah diri menjadi burung dan bisa masuk langsung ke keputren. Dan benda ini akan kusimpan, atau kalau kalian mau ambil silahkan mengambil dari tanganku."Triasing diam bahkan tegang. Tidak demikian Mei Li Tsu yang memang berniat berkenalan dan menarik perhatian Jiu Long. "Ayo Kakak, kita ambil."Mei Li Tsu menyerbu ke depan. Triasing yang memang sedikit penasaran dan agak tidak perca

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-08
  • Legenda Raja Pendekar   JILID 280 | Limabelas purnama silam

    Mei Li Tsu merah wajahnya, malu karena pantatnya ditepuk dan diremas. Tetapi diam-diam dia girang, paling tidak dia tahu lelaki itu punya perhatian padanya. Ia tahu dari bagian tubuhnya yang selalu menarik perhatian lelaki adalah wajahnya yang cantik, lingkar pinggangnya yang kecil dan bokongnya yang semok. "Suatu waktu kamu pasti akan mencari aku," gumamnya dalam hatiTriasing juga serba salah. Maju lagi, tak mungkin, ilmu lelaki itu jauh di atas kemampuannya. Tidak bisa tidak, suka atau tidak suka, Triasing memaksa senyum dan memberi hormat. "Terimakasih atas pelajaran ketua, kami mohon diri."---ooo00ooo---Tebing karang itu tinggi di atas permukaan air laut. Gwangsin duduk termenung. Ia menengadah ke langit menatap Awan Putih yang berarak menutupi matahari siang. Jauh di bawah tampak debur ombak yang menghantam kaki tebing. Gwangsin sering duduk di situ menyaksikan dan mempelajari gemuruh ombak. Sifat dan gerak ombak menjadi inti pelajaran tenaga batin.Ombak datang dari tengah la

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-08
  • Legenda Raja Pendekar   JILID 281 | Gwangsin akhirnya muncul

    Tanpa terasa Gwangsin sudah menyelesaikan seluruh pencerahan ilmu neneknya. Tenaga inti Segoro membuat Gwangsin salin rupa menjadi seorang pendekar wanita yang kekuatan tenaga dalamnya sangat mumpuni. Ilmu ringan tubuh dikuasainya setelah mahir bermain-main di atas ombak ganas. Entah sudah berapa banyak air laut yang tanpa sengaja telah diteguknya ketika berlatih bersama neneknya. Neneknya memberi nama ilmu ringan tubuh ciptaannya Wimanasara mengibaratkan gerak secepat panah sakti. Setelah menguasai dua ilmu itu, barulah si nenek mewariskan ilmu Sapwa Tanggwa yang terdiri tujuhbelas jurus. Ilmu itu banyak mengandung perubahan sehingga tidak mudah dipelajari. Satu jurus dikuasai setelah pendalaman sekitar duapuluh hari. Uniknya jurus itu tidak berurutan. Nama-nama jurusnya pun aneh dan unik bahkan tidak sesuai dengan gerakannya.Waktu itu, ia sempat protes ketika neneknya mengajarkan jurus Cumangkrama (Menyetubuhi). Jurus itu indah tetapi dahsyat dan mematikan sebab tujuannya titik kem

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-08
  • Legenda Raja Pendekar   JILID 282 | Masa Lalu

    Ia dan suaminya mencari si pembunuh, Gwangsin yang masih kecil dan menderita penyakit cacar dititipkan padi Kunti Jiao, adiknya yang berjuluk Dewi Obat. Tragisnya, si pembunuh ternyata salah seorang selir atau kekasih sang suami.Pendekar Matahari tanpa ampun membunuh selirnya itu. Tetapi tragedi membawa akibat panjang. Mungkin kecewa dengan tewasnya sang putra, Pendekar Matahari menghilang, tak pernah lagi bisa ditemui.Peiyu mencari dan mencari, tetapi tak pernah bisa menemukan lelaki yang dicintainya itu. Peiyu juga dilanda kekecewaan berat, dua anaknya mati, suami tercinta menghilang. Untuk mengatasi kekecewaan itu Peiyu menumpahkan semua perhatian pada penciptaan ilmu. Duapuluh tahun kemudian ia berhasil, lahirlah tenaga batin Segoro, ilmu ringan tubuh Wimanasara dan tujuhbelas jurus Sapwa Tanggwa.Suatu malam dalam tidur lelapnya, seseorang membelai rambut dan mencium lututnya. Ia tahu orang itu adalah suaminya, tetapi ia tak kuasa bangun. Tubuhnya lemas, tak bertenaga. Pasti pe

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-08
  • Legenda Raja Pendekar   JILID 283 | Kerinduan

    Tetapi lucu juga, suamimu itu suka mencium lututmu, sama seperti Sun Jian yang selalu terangsang setiap mencium lututku, aneh ya Nona?"Gwangsin terdiam, lalu mendadak ia berteriak dan melompat memeluk neneknya. Ia malu tetapi merasa geli. Neneknya ini memang aneh. "Kamu ngawur Nek, kamu ngintip ya Nek?"Neneknya tertawa geli. Gwangsin menyembunyikan wajahnya di leher Si nenek. Ia berbisik. "Kamu ngintip yang di mana, Nek?""Aku lupa, banyak yang kuintip," katanya sambil tawa cekikan.Kejadian itu sudah lama berselang, tetapi Gwangsin masih ingat akan kenakalan Si nenek. Gwangsin tertawa sendiri. "Kalau aku ceritakan pada Jiu Long, bahwa nenek sering ngintip, tidak bisa kubayangkan bagaimana air mukanya," gumamnya sendiri.Dalam kesendirian di atas tebing. Gwangsin terbayang wajah Jiu Long. Rasa rindu itu datang menyerbu seperti tikaman sembilu. Gwangsin mengeluh, betapa ia mencintai lelaki itu. Ia sungguh rindu. Tetapi ia merasa heran dirinya bisa

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-09
  • Legenda Raja Pendekar   JILID 284 | Pelajaran telah usai

    Siang itu di tebing, Gwangsin menanti neneknya. Hari ini latihan dan pembelajaran silat selesai. Tamat! Neneknya menjanjikan ia boleh turun gunung. Dan ia akan menuju Lembah Buah Persik bertemu nenek Kunti. Setelah itu ia akan mencari Jiu Long.Muncul rasa rindu dan kasmaran akan suaminya. Rindu yang menggerogoti benaknya, membuatnya hampir gila. Tiba-tiba terdengar siulan panjang, melengking tajam mengatasi suara debur ombak dan desir angin laut. Tak lama kemudian, nenek muncul dari arah laut. Ia memanjat tebing menggunakan sapu lidi. Gerakannya cepat dan bertenaga, sekejap ia sudah berdiri di samping Gwangsin.Gwangsin melompat menghambur ke pelukan neneknya. "Nenekku yang cantik, akhirnya kau datang juga. Aku sudah hampir mati menunggumu, ke mana kamu pergi selama dua hari.""Aku mencari perbekalan untuk satu minggu lagi," sambil memperlihatkan bungkusan kain di tangannya. "Nona, aku tahu akal bulusmu, kalau kamu sudah menyebutku nenek cantik, itu pasti ada p

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-09
  • Legenda Raja Pendekar   JILID 285 | Pendekar Tanah Seberang

    "Belum, belum semua!""Nenek, kamu sendiri mengatakan, semua ilmu sudah kamu wariskan padaku, jangan ingkar janji Nek!""Ada satu yang belum kuajarkan padamu, Nona. Dan ini yang paling penting dari semua ilmuku""Apa lagi, Nek? Semua kan sudah kauajarkan.""Gwangsin, jawab yang jujur, kau rindu suamimu?""Tentu saja, aku rindu dan kasmaran memikirkan dia. Aku takut, dia lupa padaku, khawatir dia tak menginginkan aku lagi."Nenek tua itu memandang dengan mimik serius. "Kalau itu yang terjadi, dia lupa padamu, apa yang kamu lakukan?"Gwangsin tertegun. Saat berikutnya ia merunduk. "Aku tak tahu, lantas menurutmu apa yang harus kulakukan?""Justru ini yang akan kuajarkan padamu Pengalamanku selama duapuluh lima tahun bercinta dengan hanya satu lelaki, patut kau pelajari. Hal itu akan bermanfaat untukmu, Nona."Gwangsin masih harus menunda keberangkatan satu hari. Wejangan nenek menyangkut hubungan asmara dan seni bercinta m

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-09
  • Legenda Raja Pendekar   JILID 286 | Menunggu Kesempatan

    Bersamanya, ikut dua pendekar kembar Mok Tang dan Mok Kong yang berusia limapuluh tahun dan terkenal dengan ilmu pedang bersatupadu. Karuan saja hadirnya dua saudara kembar ini menambah rasa percaya diri Ciu Tan karena selama ini di Tiongkck dua pendekar yang dijuluki si Kembar Aneh belum menemukan tandingan setimpal. Pria yang satunya lagi, Siauw Tong, sastrawan muda berusia tigapuluh tahun, senjatanya sepasang pit panjang. Mungkin tidak sehebat enam lelaki lainnya, namun Siauw Tong tak bisa dianggap remeh karena otaknya yang cerdas. Dia juga mahir berbahasa dataran tengah dan paham budayanya, salah satu sebab mengapa ia diajak ikut serta.Ciu Tan mengajak empat pendekar wanita, seorang di antaranya Sio Lan berusia 20 tahun, putrinya sendiri, senjatanya pedang tipis. Kim Mei, berusia 30 tahun janda cantik yang patah hati, julukan Pendekar Wanita Baju Merah, senjatanya pedang dan ilmu tangan kosong Cakar Elang. Li Moy berusia empatpuluhan, terkenal sebagai Belalang Beracun ma

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-09

Bab terbaru

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 466

    Perempuan itu tampak cantik luar biasa, mataya berbinar- binar dan mulutnya merah merekah. Jiu Long tiba-tiba saja bergairah, ia memberi isyarat pada isterinya. Mayleen menggeleng. "Tak lama lagi kamu sudah harus bertarung, mana sempat lagi. Jiu Long kamu harus bertarung sungguh-sungguh supaya ibu bisa menetap bersama kita, kamu harus menang.""Kamu membela siapa, ayahmu atau suamimu?""Aku membela kamu suamiku, sebab jika kamu menang, aku tidak perlu pulang ke Himalaya selama-lamanya dan ibu bisa menemani kita sampai aku dan Gwangsin melahirkan. Kamu tahu Jiu Long, terkadang aku takut memikirkan saat melahirkan nanti, pasti sakit. Aku akan bahagia jika ibu ada di sampingku. Makanya kamu harus menang."Tidak lama berselang senja pun tiba. Seluruh anggota keluarga hadir, nonton di tepian danau. Tak seorang pun ketinggalan, termasuk Gan Nung, Gan Ning dan keluarga serta murid Partai Naga Emas.Yudistira melangkah santai di atas permukaan danau. Kakinya mela

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 465

    "Boleh saja. Tetapi ada syaratnya. Kamu harus bisa mengalahkan aku dalam pertarungan seru, bagaimana bagus kan syaratnya?"Jiu Long terkejut, apalagi Mayleen. Keduanya berdiri dan memandang dua orangtua itu. "Ayah, apakah aku tidak salah dengar?"Yudistira menjelaskan pertarungan tersebut merupakan bagian dari janjinya pada ayahnya, pendekar Himalaya, Takadagawe. Bagaimanapun juga janji itu harus disempurnakan."Kamu mewakili kakek gurumu, Sun Jian dan aku mewakili ayahku, Takadagawe. Kita tarung, jika kamu menang maka aku akan menetap di sini bersama istriku sampai Mayleen dan Gwangsin melahirkan. Jika aku menang, aku akan tentukan apa yang kumau dan kamu sekeluarga tak boleh ingkar. Aku pikir ini cukup adil.""Tidak bisa begitu, bagaimana mungkin aku harus tarung melawan ayah mertua sendiri, tidak mungkin.""Kamu tidak bisa menghindar, Jiu Long. Ini bagian dari hidup yang sudah kamu jalani, dan bagian dari hidupku juga. Kita bertarung hanya sebat

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 464

    Mendadak saja muncul Yudistira dan Satyawati "Ada kejadian apa? Siapa dua gadis cantik ini?" tanya Satyawati sambil mengamati Hwang Mi Hee dan Jia Li. "Oh kalau kamu, aku pernah melihatmu di Putuo," sambil ia menunjuk Hwang Mi Hee.Jiu Long diam serba salah. Jia Li yang lugu dan berani, menjawab meski sedikit malu-malu, "Kami adalah selir kak Jiu Long."Satyawati terkejut, menutup mulutnya dengan tangan. Tetapi sebelum ibu dan ayahnya mengucap sepatah kata, Mayleen berkata dalam bahasa Himalaya. "Ayah, ibu, aku setuju suamiku mengambil selir. Aku dan Gwangsin berdua tidak mampu melayaninya. Ayah tahu hampir setiap malam bahkan siang juga, suamiku maunya bercinta. Lagipula Jiu Long, Gwangsin dan aku sudah memberitahu mereka, kami berdua adalah isteri sedang mereka berdua hanya selir atau pembantu. Apalagi sekarang aku dan Gwangsin sedang hamil, sudah tentu kami bagaikan permaisuri yang harus dilayani. Sekarang ibu dan ayah mengerti?"Satyawati mengiyakan. "Kamu c

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 463

    Jiu Long berdiri dan menghampiri. Ia memberi hormat dengan menyentuh ujung kaki ayah mertuanya. Yudistira tertawa. Satyawati berdiri di sampingnya ikut tertawa. "Entah sudah berapa kali ia tertawa hari ini, perubahan yang luar biasa," gumam isterinya dalam hati.Sebelah tangan Yudistira memeluk Mayleen, tangan lainnya merangkul Jiu Long. Suara Mayleen terdengar riang, "Ayah, apakah suamiku sudah boleh Memanggil ayah mertua kepadamu?"Yudistira tertawa. "Jiu Long, pergilah memberi hormat pada ibu mertua dan kakak-kakak iparmu"Setelah memberi hormat dan menyalami keluarga isterinya, Jiu Long menghampiri isterinya. Mayleen melompat dan merangkul suaminya. "Aku bahagia sekarang, semua beres. Tak ada lagi ganjalan dalam hatiku, tak ada gundah, tak ada ketakutan, semua sudah selesai dan sesuai keinginanku." Suara Mayleen mesra. Kemudian dia lari menghambur memeluk Gwangsin. "Terimakasih kakak, kamu sudah banyak membantu aku."Keluarga besar itu berangkat kemba

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 462

    Yudistira berkata dingin, "Kamu pintar bicara, apakah kamu sungguh-sungguh mau berkorban jiwa untuk isterimu?""Aku bersungguh-sungguh, aku tak akan melawan, seharusnya aku bunuh diri tetapi aku enggan melakukan perbuatan kaum pengecut. Aku bukan pengecut, aku laki-laki sejati. Inilah jalan yang kupilih, sebagai tanda cintaku kepada putrimu. Tetapi sebagai permohonan terakhir aku minta isteriku dibebaskan dari hukuman, sayangilah dia, cintailah dia." Jiu Long tersenyum pahit.Satyawati dan seluruh keluarga diam terpaku. Keringat dingin. Yudistira menoleh pada putrinya."Kamu mau bicara, bicaralah."Perempuan itu duduk bersanding suaminya, dia merangkul erat lengan suaminya. "Ayah, ibu dan kakak juga kakak ipar, aku ibarat Xionglue yang mencintai suaminya tanpa pamrih. Dalam hidup ini hanya satu kali aku dipilih dan memilih. Aku sudah tentukan pilihanku, dan aku tidak akan bergeser dari pilihanku. Jadi jika ayah membunuh suamiku, maka harus membunuh aku ju

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 461

    Yudistira mendengar semua perkataan Jiu Long, ia tak begitu heran. Sesungguhnya dia tak pernah mengira Jiu Long bisa mengalahkan Wasudeva. Bukankah tadi, beberapa pukulan Wasudeva telak menerpa tubuhnya. Dia masih terpukau dengan jurus yang dimainkan Jiu Long, jurus yang mampu menciptakan pusaran angin topan dingin dan yang terasa sampai radius beberapa tongkat.Ayah Mayleen ini merasa kagum "Ilmu anak muda ini biasa saja, tetapi tenaga dalamnya sudah mencapai tingkat kelas utama. Bagaimana mungkin seorang yang masih muda bisa memiliki tenaga dalam setinggi itu. Waktu aku seusia dia, tenaga dalamku tak sehebat dia," katanya dalam hati.Pada waktu itu, sang nakhoda perahu menghampiri Mayleen yang masih duduk di sisi suaminya. Ia membungkuk memberi hormat."Nona yang mulia, kami sudah terdesak waktu, harus berangkai secepatnya demi menghindari angin topan di laut dekat Malaka. Jika tidak berangkat hari ini, kami harus menunda tujuh hari dan semua pedagang ini akan

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 460

    Memang benar adanya, pikiran Jiu Long terganggu. Beberapa jurus berikutnya, dua pukulan menerpa dada dan pundaknya. Wasudeva berteriak, "Mampus kamu" Wasudeva menambah bobot serangan sambil berkata tajam, "Mayleen akan kupaksa melahirkan anak-anakku, ia kuperkosa dengan kasar setiap hari, tak pernah berhenti dan kamu akan menyaksikan itu dari dalam kuburanmu" Teringat akan sifat angin yang bisa melenyapkan suara apa saja, Jiu Long sadar bahwa dia tidak boleh membiarkan tenaga suara lawan mengganggunya. Dia kemudian meredam suara keras di telinganya dengan mendengarkan desir angin sepoi, "dengarlah suara angin, suara keindahan alam, suara dari alam kemerdekaan."Dia berhasil menetralisir tekanan dan magis sihir suara lawannya. Meskipun demikian dia tetap menangkap kata-kata tajam Wasudeva yang menghina isterinya. Ungkapan jorok dan kasar lawannya itu telah mendorong amarahnya melewati puncak kesabaran.Dalam marahnya secara spontan Jiu Long memutar tubuh bagai gasing, g

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 459

    "Terimakasih atas kemurahan hati paduka tuan, hamba yang rendah hanya butuh sedikit waktu untuk menghilangkan capek." Dia kemudian memainkan empat posisi semadi Angin Es dan Api. Dalam sekejap, uap tipis melayang di atas kepalanya. Hanya dalam waktu yang sangat singkat Jiu Long sudah siap. "Pendekar Wasudeva yang terhormat, silahkan tuan memilih tempat pertarungan."Tenaga dalam Jiu Long sudah pulih seperti sediakala. Ia tidak terluka parah. Hanya kena guncangan yang tidak terlalu berbahaya. Ketika pukulan menerpa pundaknya, saat itu juga tenaga Angin Es dan Api yang melapisi tubuh Jiu Long telah memunahkan sebagian besar pukulan lawan. Itu sebab dia hanya butuh sedikit waktu untuk memulihkan diri.Tadi ketika darah menetes dari ujung mulut Jiu Long, tangan Mayleen dingin, basah dan berkeringat. Sekarang wanita cantik itu tampak tenang, dia percaya kekasihnya akan menyelesaikan kemelut persoalan keluarganya.Yudistira merasa heran bercampur kag

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 458

    Jiu Long terkesiap. Jurus lawan itu aneh, pukulan yang mengarah ke kiri mendadak bisa berubah ke kanan, atas menjadi bawah dan sebaliknya. Saat itu Jiu Long masih dalam pemulihan tenaga. Ia bergerak pesat, mengelak jika tahu diri terancam, merunduk dan melompat untuk menghindar, geraknya tidak leluasa karena tenaganya belum pulih. Tendangan Wasudeva menerpa pahanya dan jiwanya kini terancam jurus lawan yang mengarah titik kematian. Dia teringat pesan Sepuh, "jika terdesak, tangkis dan balas menyerang. Jangan bertahan, karena menyerang adalah lebih menguntungkan."Dan Jiu Long tak lagi mengelak, ia balas menyerang. Serangan lawan dibalas serangan. Jiu Long bergerak bagai pusaran, tangan membuat lingkaran, tubuhnya ikut berputar seperti gaya menari.Tujuh kali terdengar bentrokan tangan. Wasudeva merasa pukulannya membentur tembok yang bersifat membal. Dia heran bagaimana mungkin seorang yang sudah terluka tenaga dalamnya masih punya tenaga sehebat itu. Hal ini membuat d

DMCA.com Protection Status