Siang itu di tebing, Gwangsin menanti neneknya. Hari ini latihan dan pembelajaran silat selesai. Tamat! Neneknya menjanjikan ia boleh turun gunung. Dan ia akan menuju Lembah Buah Persik bertemu nenek Kunti. Setelah itu ia akan mencari Jiu Long.
Muncul rasa rindu dan kasmaran akan suaminya. Rindu yang menggerogoti benaknya, membuatnya hampir gila. Tiba-tiba terdengar siulan panjang, melengking tajam mengatasi suara debur ombak dan desir angin laut. Tak lama kemudian, nenek muncul dari arah laut. Ia memanjat tebing menggunakan sapu lidi. Gerakannya cepat dan bertenaga, sekejap ia sudah berdiri di samping Gwangsin.
Gwangsin melompat menghambur ke pelukan neneknya. "Nenekku yang cantik, akhirnya kau datang juga. Aku sudah hampir mati menunggumu, ke mana kamu pergi selama dua hari."
"Aku mencari perbekalan untuk satu minggu lagi," sambil memperlihatkan bungkusan kain di tangannya. "Nona, aku tahu akal bulusmu, kalau kamu sudah menyebutku nenek cantik, itu pasti ada p
"Belum, belum semua!""Nenek, kamu sendiri mengatakan, semua ilmu sudah kamu wariskan padaku, jangan ingkar janji Nek!""Ada satu yang belum kuajarkan padamu, Nona. Dan ini yang paling penting dari semua ilmuku""Apa lagi, Nek? Semua kan sudah kauajarkan.""Gwangsin, jawab yang jujur, kau rindu suamimu?""Tentu saja, aku rindu dan kasmaran memikirkan dia. Aku takut, dia lupa padaku, khawatir dia tak menginginkan aku lagi."Nenek tua itu memandang dengan mimik serius. "Kalau itu yang terjadi, dia lupa padamu, apa yang kamu lakukan?"Gwangsin tertegun. Saat berikutnya ia merunduk. "Aku tak tahu, lantas menurutmu apa yang harus kulakukan?""Justru ini yang akan kuajarkan padamu Pengalamanku selama duapuluh lima tahun bercinta dengan hanya satu lelaki, patut kau pelajari. Hal itu akan bermanfaat untukmu, Nona."Gwangsin masih harus menunda keberangkatan satu hari. Wejangan nenek menyangkut hubungan asmara dan seni bercinta m
Bersamanya, ikut dua pendekar kembar Mok Tang dan Mok Kong yang berusia limapuluh tahun dan terkenal dengan ilmu pedang bersatupadu. Karuan saja hadirnya dua saudara kembar ini menambah rasa percaya diri Ciu Tan karena selama ini di Tiongkck dua pendekar yang dijuluki si Kembar Aneh belum menemukan tandingan setimpal. Pria yang satunya lagi, Siauw Tong, sastrawan muda berusia tigapuluh tahun, senjatanya sepasang pit panjang. Mungkin tidak sehebat enam lelaki lainnya, namun Siauw Tong tak bisa dianggap remeh karena otaknya yang cerdas. Dia juga mahir berbahasa dataran tengah dan paham budayanya, salah satu sebab mengapa ia diajak ikut serta.Ciu Tan mengajak empat pendekar wanita, seorang di antaranya Sio Lan berusia 20 tahun, putrinya sendiri, senjatanya pedang tipis. Kim Mei, berusia 30 tahun janda cantik yang patah hati, julukan Pendekar Wanita Baju Merah, senjatanya pedang dan ilmu tangan kosong Cakar Elang. Li Moy berusia empatpuluhan, terkenal sebagai Belalang Beracun ma
Ciu Tan menghela napas. "Aku setuju, baiklah sementara kita menunggu kesempatan dan mencari berita, kita sepakat untuk menetap di desa ini, pura-pura sebagai pedagang. Kita sewa rumah yang besar, mulai berjualan pakaian dan alat rumah-tangga. Kita bergaul dengan masyarakat setempat, bagi kalian yang hendak bepergian, boleh-boleh saja, tapi harap diingat markas tempat kumpul kita adalah di desa ini."Siang itu hujan deras membasahi hutan di batas desa Yinchuan. Tiga penunggang kuda melewati hutan. Mereka murid Partai Naga Emas, Gan Nung disertai suami isteri Diaochan dan Lan Yan.Tampak mereka bergegas ingin cepat sampai di desa. Tetapi setiba di batas desa mereka dihadang tiga perempuan. Tiga perempuan itu berdiri di bawah siraman hujan, pakaian mereka basah kuyup menempel ketat di tubuhnya. Mereka murid lembah Bunga yaitu Jianying, Fang Yin dan Jia Li "Kalian pasti orang orang Partai Naga Emas!" Suara Jianying ketus.Diaochan sebagai yang paling tua menjawab so
Sekarang melihat tiga perempuan binal itu menerjang dengan ganas, ia yakin tiga perempuan inilah orang yang mereka cari. "Apakah kalian bertiga yang kemarin membunuh empat murid Partai Naga Emas?""Benar. Kami yang membunuh mereka. Dan kami akan membunuh kalian bertiga dan juga semua murid Partai Naga Emas. Bersiaplah untuk pergi ke neraka." Fang Yin menerjang maju yang langsung disambut Gan Nung.Diaochan menyambut serangan Jianying. Dia yakin Jianying adalah pemimpin dari tiga perempuan itu. Lan Yan dengan pedang terhunus menyambut serangan Jia Li.Dalam sekejap terjadi pertarungan sengit, tiga lawan tiga. Jurus Naga Emas adu kebolehan lawan jurus dari Lembah Bunga.Diaochan, murid mendiang Ki Wei Hu yang kini dilatih langsung oleh Jiu Long sudah menguasai Naga Emas Pamungkas. Dalam tiga gebrakan tenaga dalam, dia mendesak Jianying "Kalian siapa, mengapa memusuhi Partai Naga Emas?""Jangan banyak omong, rasakan jurus Lembah Bunga ini," t
Meskipun belum menguasai seratus persen, namun dua jurus Penyesalan sang naga (Sebesar angin terkecil) dan Prasadha Atishasha (Menara sangat tinggi) sangat ampuh. Dua jurus dari Pamungkas itu membelah angin berbau busuk dan mengembalikan hawa beracun itu kepada pemiliknya.Pertarungan berlanjut. Diaochan di atas angin. Gan Nung dan Lan Yan juga bisa mengatasi dua lawannya meskipun tidak terlalu unggul.Setelah berlangsung hampir limapuluh jurus Diaochan berhasil melukai Jianying di bagian pundak dan lengan. Lan Yan menusuk lengan Jia Li dan tendangan Gan Nung melukai paha lawannya. Perlahan tetapi pasti tiga murid Lembah Bunga itu makin terdesak dan terancam. Mendadak saja terdengar tertawa nyaring dan bergelombang. Suara perempuan. Situasi segera berubah. Dumila yang kakinya terluka, Jia Li yang sebelah tangan terluka dan Jianying yang luka dalam, mendadak menjadi bersemangat, berseru, "Guru!"Yang datang memang guru ketiga perempuan itu, Yuwen, ketua Lembah Bu
Melihat istri dan adiknya limbung dan kacau, Diaochan berlaku nekad. Dia bertekad menjadi tumbal, biar dia mati asalkan istri dan adiknya bisa lolos. Dia memusatkan pikiran dan tenaga batin lalu menggelar jurus Naga di Langit kesembilan dan Naga melayang di atas air dari Pamungkas digabung dengan Balasasra (Seribu Prajurit) dari Naga Emas. Bentrokan itu akan makan korban. Yuwen bisa terluka, sebaliknya Diaochan bisa mati.Pada saat kritis bagi murid Partai Naga Emas itu, terdengar suara lengking seperti teriakan seekor kera yang marah. Lengking itu begitu keras dan berbobot sehingga menggentarkan semua orang yang mendengarnya. Suara lengking itu belum juga reda, terasa angin topan melanda arena pertarungan.Yuwen berteriak marah, "Binatang dari mana berani ikut campur, tuan mau cari mati!"Tiga murid Partai Naga Emas bangkit semangatnya. Pengaruh Tawa Sembilan Bunga lenyap begitu saja. Terusir oleh tawa kera marah Diaochan terdesak angin keras dan mundu
Sang guru kaget, tak mau mencelakai muridnya, Yuwen merunduk dan merangkul tubuh Jia Li. Luar biasa. Pertarungan terhenti. Muka Jia Li yang cantik merah padam saking malu dan marah. Pakaiannya robek, bokongnya dielus dan diremas Jiu Long, ini hinaan luar biasa. Tidak seperti saudara perguruannya yang tampak Genit, Jia Li kelihatan masih lugu. Ia menangis, namun melotot menatap Jiu Long. Jianying dan Fang Yin terseok-seok menghampiri gurunya, keduanya luka dalam. Yuwen terdiam. Dia kalah total. Belum pernah seumur hidup dia mengalami hari naas seperti ini. "Kamu siapa, apa hubunganmu dengan Partai Naga Emas?"Jiu Long tertawa, dia puas mempermainkan empat lawannya ini Dari ilmunya dia tahu nenek Genit itu adik perguruan Zhang Ma. "Ya, aku Jiu Long, ketua Partai Naga Emas, kenapa kamu mau mencelakai murid perguruanku?"Jia Li terkesiap, 'Diakah Jiu Long? Tampan, jantan dan lihai." Tiba-tiba wajahnya memerah saking malu, dia takut pikirannya dibaca orang, tangannya
"Kematian Zhang Ma di tanganku terjadi dalam pertarungan kependekaran yang resmi. Tapi kalau kau mau perang, aku bersedia, mulai sekarang untuk setiap murid Partai Naga Emas yang kau bunuh, aku akan menagihnya langsung kepada kalian berempat." Jiu Long menuding Jia Li. "Kalau tadi aku hanya meremas bokongmu, lain kali aku akan menelanjangi kamu dan saudaramu, aku akan mempermalukan kalian di depan umum"Yuwen diam Tiga muridnya pucat. Mereka yakin lelaki ini sanggup dan tega berbuat apa yang dia katakan. Jikalau kejadian seperti itu maka lebih baik bunuh diri daripada menanggung malu.Mereka berempat bingung, tak tahu harus berbuat apa. Mau melanjutkan tarung, jelas ilmu Jiu Long lebih unggul. Kabur, akan menjadi cemooh orang. Yuwen akhirnya memutuskan pergi, kembali ke Lembah Bunga. "Suatu saat aku akan tebus kekalahan ini, tunggulah." Tetapi dalam hati dia tidak yakin bisa mengalahkan Jiu Long meskipun berlatih lima tahun lagi.Jiu Long menoleh dan menggamit D
Perempuan itu tampak cantik luar biasa, mataya berbinar- binar dan mulutnya merah merekah. Jiu Long tiba-tiba saja bergairah, ia memberi isyarat pada isterinya. Mayleen menggeleng. "Tak lama lagi kamu sudah harus bertarung, mana sempat lagi. Jiu Long kamu harus bertarung sungguh-sungguh supaya ibu bisa menetap bersama kita, kamu harus menang.""Kamu membela siapa, ayahmu atau suamimu?""Aku membela kamu suamiku, sebab jika kamu menang, aku tidak perlu pulang ke Himalaya selama-lamanya dan ibu bisa menemani kita sampai aku dan Gwangsin melahirkan. Kamu tahu Jiu Long, terkadang aku takut memikirkan saat melahirkan nanti, pasti sakit. Aku akan bahagia jika ibu ada di sampingku. Makanya kamu harus menang."Tidak lama berselang senja pun tiba. Seluruh anggota keluarga hadir, nonton di tepian danau. Tak seorang pun ketinggalan, termasuk Gan Nung, Gan Ning dan keluarga serta murid Partai Naga Emas.Yudistira melangkah santai di atas permukaan danau. Kakinya mela
"Boleh saja. Tetapi ada syaratnya. Kamu harus bisa mengalahkan aku dalam pertarungan seru, bagaimana bagus kan syaratnya?"Jiu Long terkejut, apalagi Mayleen. Keduanya berdiri dan memandang dua orangtua itu. "Ayah, apakah aku tidak salah dengar?"Yudistira menjelaskan pertarungan tersebut merupakan bagian dari janjinya pada ayahnya, pendekar Himalaya, Takadagawe. Bagaimanapun juga janji itu harus disempurnakan."Kamu mewakili kakek gurumu, Sun Jian dan aku mewakili ayahku, Takadagawe. Kita tarung, jika kamu menang maka aku akan menetap di sini bersama istriku sampai Mayleen dan Gwangsin melahirkan. Jika aku menang, aku akan tentukan apa yang kumau dan kamu sekeluarga tak boleh ingkar. Aku pikir ini cukup adil.""Tidak bisa begitu, bagaimana mungkin aku harus tarung melawan ayah mertua sendiri, tidak mungkin.""Kamu tidak bisa menghindar, Jiu Long. Ini bagian dari hidup yang sudah kamu jalani, dan bagian dari hidupku juga. Kita bertarung hanya sebat
Mendadak saja muncul Yudistira dan Satyawati "Ada kejadian apa? Siapa dua gadis cantik ini?" tanya Satyawati sambil mengamati Hwang Mi Hee dan Jia Li. "Oh kalau kamu, aku pernah melihatmu di Putuo," sambil ia menunjuk Hwang Mi Hee.Jiu Long diam serba salah. Jia Li yang lugu dan berani, menjawab meski sedikit malu-malu, "Kami adalah selir kak Jiu Long."Satyawati terkejut, menutup mulutnya dengan tangan. Tetapi sebelum ibu dan ayahnya mengucap sepatah kata, Mayleen berkata dalam bahasa Himalaya. "Ayah, ibu, aku setuju suamiku mengambil selir. Aku dan Gwangsin berdua tidak mampu melayaninya. Ayah tahu hampir setiap malam bahkan siang juga, suamiku maunya bercinta. Lagipula Jiu Long, Gwangsin dan aku sudah memberitahu mereka, kami berdua adalah isteri sedang mereka berdua hanya selir atau pembantu. Apalagi sekarang aku dan Gwangsin sedang hamil, sudah tentu kami bagaikan permaisuri yang harus dilayani. Sekarang ibu dan ayah mengerti?"Satyawati mengiyakan. "Kamu c
Jiu Long berdiri dan menghampiri. Ia memberi hormat dengan menyentuh ujung kaki ayah mertuanya. Yudistira tertawa. Satyawati berdiri di sampingnya ikut tertawa. "Entah sudah berapa kali ia tertawa hari ini, perubahan yang luar biasa," gumam isterinya dalam hati.Sebelah tangan Yudistira memeluk Mayleen, tangan lainnya merangkul Jiu Long. Suara Mayleen terdengar riang, "Ayah, apakah suamiku sudah boleh Memanggil ayah mertua kepadamu?"Yudistira tertawa. "Jiu Long, pergilah memberi hormat pada ibu mertua dan kakak-kakak iparmu"Setelah memberi hormat dan menyalami keluarga isterinya, Jiu Long menghampiri isterinya. Mayleen melompat dan merangkul suaminya. "Aku bahagia sekarang, semua beres. Tak ada lagi ganjalan dalam hatiku, tak ada gundah, tak ada ketakutan, semua sudah selesai dan sesuai keinginanku." Suara Mayleen mesra. Kemudian dia lari menghambur memeluk Gwangsin. "Terimakasih kakak, kamu sudah banyak membantu aku."Keluarga besar itu berangkat kemba
Yudistira berkata dingin, "Kamu pintar bicara, apakah kamu sungguh-sungguh mau berkorban jiwa untuk isterimu?""Aku bersungguh-sungguh, aku tak akan melawan, seharusnya aku bunuh diri tetapi aku enggan melakukan perbuatan kaum pengecut. Aku bukan pengecut, aku laki-laki sejati. Inilah jalan yang kupilih, sebagai tanda cintaku kepada putrimu. Tetapi sebagai permohonan terakhir aku minta isteriku dibebaskan dari hukuman, sayangilah dia, cintailah dia." Jiu Long tersenyum pahit.Satyawati dan seluruh keluarga diam terpaku. Keringat dingin. Yudistira menoleh pada putrinya."Kamu mau bicara, bicaralah."Perempuan itu duduk bersanding suaminya, dia merangkul erat lengan suaminya. "Ayah, ibu dan kakak juga kakak ipar, aku ibarat Xionglue yang mencintai suaminya tanpa pamrih. Dalam hidup ini hanya satu kali aku dipilih dan memilih. Aku sudah tentukan pilihanku, dan aku tidak akan bergeser dari pilihanku. Jadi jika ayah membunuh suamiku, maka harus membunuh aku ju
Yudistira mendengar semua perkataan Jiu Long, ia tak begitu heran. Sesungguhnya dia tak pernah mengira Jiu Long bisa mengalahkan Wasudeva. Bukankah tadi, beberapa pukulan Wasudeva telak menerpa tubuhnya. Dia masih terpukau dengan jurus yang dimainkan Jiu Long, jurus yang mampu menciptakan pusaran angin topan dingin dan yang terasa sampai radius beberapa tongkat.Ayah Mayleen ini merasa kagum "Ilmu anak muda ini biasa saja, tetapi tenaga dalamnya sudah mencapai tingkat kelas utama. Bagaimana mungkin seorang yang masih muda bisa memiliki tenaga dalam setinggi itu. Waktu aku seusia dia, tenaga dalamku tak sehebat dia," katanya dalam hati.Pada waktu itu, sang nakhoda perahu menghampiri Mayleen yang masih duduk di sisi suaminya. Ia membungkuk memberi hormat."Nona yang mulia, kami sudah terdesak waktu, harus berangkai secepatnya demi menghindari angin topan di laut dekat Malaka. Jika tidak berangkat hari ini, kami harus menunda tujuh hari dan semua pedagang ini akan
Memang benar adanya, pikiran Jiu Long terganggu. Beberapa jurus berikutnya, dua pukulan menerpa dada dan pundaknya. Wasudeva berteriak, "Mampus kamu" Wasudeva menambah bobot serangan sambil berkata tajam, "Mayleen akan kupaksa melahirkan anak-anakku, ia kuperkosa dengan kasar setiap hari, tak pernah berhenti dan kamu akan menyaksikan itu dari dalam kuburanmu" Teringat akan sifat angin yang bisa melenyapkan suara apa saja, Jiu Long sadar bahwa dia tidak boleh membiarkan tenaga suara lawan mengganggunya. Dia kemudian meredam suara keras di telinganya dengan mendengarkan desir angin sepoi, "dengarlah suara angin, suara keindahan alam, suara dari alam kemerdekaan."Dia berhasil menetralisir tekanan dan magis sihir suara lawannya. Meskipun demikian dia tetap menangkap kata-kata tajam Wasudeva yang menghina isterinya. Ungkapan jorok dan kasar lawannya itu telah mendorong amarahnya melewati puncak kesabaran.Dalam marahnya secara spontan Jiu Long memutar tubuh bagai gasing, g
"Terimakasih atas kemurahan hati paduka tuan, hamba yang rendah hanya butuh sedikit waktu untuk menghilangkan capek." Dia kemudian memainkan empat posisi semadi Angin Es dan Api. Dalam sekejap, uap tipis melayang di atas kepalanya. Hanya dalam waktu yang sangat singkat Jiu Long sudah siap. "Pendekar Wasudeva yang terhormat, silahkan tuan memilih tempat pertarungan."Tenaga dalam Jiu Long sudah pulih seperti sediakala. Ia tidak terluka parah. Hanya kena guncangan yang tidak terlalu berbahaya. Ketika pukulan menerpa pundaknya, saat itu juga tenaga Angin Es dan Api yang melapisi tubuh Jiu Long telah memunahkan sebagian besar pukulan lawan. Itu sebab dia hanya butuh sedikit waktu untuk memulihkan diri.Tadi ketika darah menetes dari ujung mulut Jiu Long, tangan Mayleen dingin, basah dan berkeringat. Sekarang wanita cantik itu tampak tenang, dia percaya kekasihnya akan menyelesaikan kemelut persoalan keluarganya.Yudistira merasa heran bercampur kag
Jiu Long terkesiap. Jurus lawan itu aneh, pukulan yang mengarah ke kiri mendadak bisa berubah ke kanan, atas menjadi bawah dan sebaliknya. Saat itu Jiu Long masih dalam pemulihan tenaga. Ia bergerak pesat, mengelak jika tahu diri terancam, merunduk dan melompat untuk menghindar, geraknya tidak leluasa karena tenaganya belum pulih. Tendangan Wasudeva menerpa pahanya dan jiwanya kini terancam jurus lawan yang mengarah titik kematian. Dia teringat pesan Sepuh, "jika terdesak, tangkis dan balas menyerang. Jangan bertahan, karena menyerang adalah lebih menguntungkan."Dan Jiu Long tak lagi mengelak, ia balas menyerang. Serangan lawan dibalas serangan. Jiu Long bergerak bagai pusaran, tangan membuat lingkaran, tubuhnya ikut berputar seperti gaya menari.Tujuh kali terdengar bentrokan tangan. Wasudeva merasa pukulannya membentur tembok yang bersifat membal. Dia heran bagaimana mungkin seorang yang sudah terluka tenaga dalamnya masih punya tenaga sehebat itu. Hal ini membuat d