Sang guru kaget, tak mau mencelakai muridnya, Yuwen merunduk dan merangkul tubuh Jia Li. Luar biasa. Pertarungan terhenti. Muka Jia Li yang cantik merah padam saking malu dan marah. Pakaiannya robek, bokongnya dielus dan diremas Jiu Long, ini hinaan luar biasa. Tidak seperti saudara perguruannya yang tampak Genit, Jia Li kelihatan masih lugu. Ia menangis, namun melotot menatap Jiu Long. Jianying dan Fang Yin terseok-seok menghampiri gurunya, keduanya luka dalam. Yuwen terdiam. Dia kalah total. Belum pernah seumur hidup dia mengalami hari naas seperti ini. "Kamu siapa, apa hubunganmu dengan Partai Naga Emas?"
Jiu Long tertawa, dia puas mempermainkan empat lawannya ini Dari ilmunya dia tahu nenek Genit itu adik perguruan Zhang Ma. "Ya, aku Jiu Long, ketua Partai Naga Emas, kenapa kamu mau mencelakai murid perguruanku?"
Jia Li terkesiap, 'Diakah Jiu Long? Tampan, jantan dan lihai." Tiba-tiba wajahnya memerah saking malu, dia takut pikirannya dibaca orang, tangannya
"Kematian Zhang Ma di tanganku terjadi dalam pertarungan kependekaran yang resmi. Tapi kalau kau mau perang, aku bersedia, mulai sekarang untuk setiap murid Partai Naga Emas yang kau bunuh, aku akan menagihnya langsung kepada kalian berempat." Jiu Long menuding Jia Li. "Kalau tadi aku hanya meremas bokongmu, lain kali aku akan menelanjangi kamu dan saudaramu, aku akan mempermalukan kalian di depan umum"Yuwen diam Tiga muridnya pucat. Mereka yakin lelaki ini sanggup dan tega berbuat apa yang dia katakan. Jikalau kejadian seperti itu maka lebih baik bunuh diri daripada menanggung malu.Mereka berempat bingung, tak tahu harus berbuat apa. Mau melanjutkan tarung, jelas ilmu Jiu Long lebih unggul. Kabur, akan menjadi cemooh orang. Yuwen akhirnya memutuskan pergi, kembali ke Lembah Bunga. "Suatu saat aku akan tebus kekalahan ini, tunggulah." Tetapi dalam hati dia tidak yakin bisa mengalahkan Jiu Long meskipun berlatih lima tahun lagi.Jiu Long menoleh dan menggamit D
Istri Diaochan tertawa geli. "Ketua, aku jamin, empat perempuan itu tak akan berani membunuh saudara-saudara kita lagi, iya kalau cuma diremas bokongnya, tetapi kalau ditelanjangi, wuah bisa bunuh diri saking malunya."Diaochan dan Gan Nung menahan tertawa. Cara ketuanya mengalahkan empat perempuan itu menimbulkan rasa geli. Diaochan memberi hormat. "Ketua, terimakasih telah datang menyelamatkan kami tetapi bagaimana ketua bisa sampai di sini?""Aku kebetulan sedang keluar jalan-jalan." Jiu Long membalik tubuh, Yuwen dan tiga muridnya sudah pergi tanpa pamit. Diaochan dan dua adiknya langsung menuju Partai Naga Emas. Jiu Long berjalan menjauhi desa. Tadi dia secara kebetulan melewati desa Yinchuan dalam perjalanan rahasia menuju istana Kaisar Giok Barat menjumpai permaisuri Im ji hye.Di tengah kerumunan penonton, Ciu Tan, Pak Beng dan saudara kembar Mok memandang Jiu Long. "Dia Jiu Long," kata Pak Beng. "Tapi heran, ilmunya maju pesat, dia makin lihai."
Jiu Long terkejut dengan teguran itu, lalu menjawab sekenanya. "Aku memandang kecantikan seorang dewi, kamu sungguh cantik.""Kurangajar, jangan memandang aku, cepat tutupi tubuhku.""Loh kamu kau orang asing, tapi kenapa bisa bahasa dataran tengah.""Hei, aku bilang, cepai lutupi tubuhku, jangan kamu pandang terus, kamu kurangajar, lelaki tak punya malu."Jiu Long mendekati wanita itu. Dia menatap. Kecantikan itu lebih jelas lagi. Wajah cantik dan tubuh yang montok. Benar-benar sangat cantik. Saking terpesona Jiu Long lupa segalanya, ia memandang wajah dan dada wanita asing itu. "Bagaimana mungkin ada perempuan secantik kamu di bumi ini." Ia menatap mata gadis itu.Sepasang mata gadis itu melotot, marah namun ada rasa takut. Suaranya gemetar ketakutan, "Kamu mau apa?"Jiu Long tak bisa menyembunyikan rasa kagumnya. "Kamu cantik, sangat cantik." Tangan Jiu Long menjulur ke wajahnya, gadis itu menutup mata. Bibirnya bergerak,"Jangan l
"Gila! Mana ada pengobatan macam itu, kau main-main, kubunuh kau nanti, kucincang kamu"Jiu Long melangkah menjauh. "Sudah kukatakan sulit, ya itu sulitnya, kalau kamu marah-marah bahkan mau membunuhku, ya lebih baik aku pergi saja, nanti kalau ada lelaki jahat masuk kemari dan dia memerkosamu, aku tidak tanggungjawab." Ia sudah hampir sampai di pintu, terdengar suara gadis baju hitam "Hei, kemari kamu, tolong sembuhkan aku."Jiu Long mendekat. Dalam hati dia tertawa. Tetapi dia tampak serius ketika menatap mata si baju hitam. Mata itu indah, warnanya kecoklatan. "Namamu siapa?"Dua pasang mata saling tatap. Mata si baju hitam berkedip, dia tampak gugup dan malu. "Namaku Mayleen. Dua gadis itu, Xinxin dan Xiuying.""Jadi kamu bersedia kutolong, dengan cara lewat mulut?" Gadis itu diam membisu. Matanya melotot. "Tidak bisa pakai cara lain, cuma itu caranya, jika kamu tidak mau, ya aku pergi saja."Gadis itu berkata perlahan, "Ya aku bersedia, cepat
Jiu Long tak menjawab, tangannya memegang dagu si gadis, lalu mencium bibirnya. Jiu Long memeluk, tubuh gadis itu terangkat dari kursi. Tangannya melingkar di punggung telanjang si gadis. Tanpa diminta lagi Mayleen membuka mulut. Mulutnya wangi. Jiu Long merasakan bibir yang hangat dan basah. Lama. Ciuman yang panjang. Mayleen mulai bereaksi, tubuhnya gemetar. Jiu Long memeluk makin erat, dadanya menghimpit buah dada si gadis, sebelah tangan melingkar menahan bobot tubuh, sebelah lain menempel punggungnya. Sambil terus mencium, Jiu Long menyalurkan tenaga Angin Es dan Api.Mayleen merasa hawa panas dan dingin menerobos punggung, berputar di perut dan dadanya. Ia tahu laki-laki itu memiliki tenaga dalam tinggi. Ia tahu lelaki itu membohonginya, ciuman itu hanya akal-akalan belaka. "Kurangajar, ia kan bisa menolong dengan tangan menempel di punggungku." Katanya dalam hati, namun tak dipungkirinya adanya kenikmatan yang ia rasakan saat berciuman. Tanpa sadar ia membalas
Jiu Long tersenyum nakal. "Kau mau membunuhku, aku tak bersalah, malah aku sudah menolongmu, kenapa mau membunuhku?"Dua nona baju hijau berseru dalam bahasa India. Jiu Long, meski tidak mengerti namun bisa menebak Xinxin dan Xiuying mohon Mayleen menolong mereka lebih dahulu. Tetapi si majikan menolak."Kenapa aku mau membunuhmu? Kau telah membuat dua dosa, memandangi tubuhku yang paling rahasia, belum pernah ada lelaki yang melihat dadaku. Dosa nomor dua kamu menciumku. Aku belum pernah dicum orang, kamu sudah kelewat batas." Pipinya merah karena malu. Ia berhenti, matanya yang indah itu berkedip gugup menatap Jiu Long. "Sebenarnya aku harus berterima kasih kau telah menolongku, tetapi kamu telah menodai kehormatanku, mempermalukan aku.""Baik, kamu benar, aku salah, silahkan ambil nyawaku, Mayleen."Mayleen melancarkan pukulan ke dada Jiu Long, ia menggunakan separuh tenaga. Entah mengapa rasanya ia enggan melukai lelaki itu. Sesungguhnya ia hanya ingi
Ancaman senjata itu sangat serius. Jiu Long bergerak dengan ringan tubuh Jejak Kilat melompat dari pohon. Gerakannya cukup cepat, tetapi bor itu mengikutinya seperti bayangan.Jiu Long teringat perempuan India bernama Malini yang pernah dia kalahkan dua tahun lalu. Malini juga bersenjatakan bor yang disebutnya bor maut karena setiap menyerang selalu mengambil nyawakorban. Tapi ukuran bor Malini lebih besar. Ia menebak pasti Mayleen ada hubungan dengan Malini dan Kumarawet. Jiu Long mengelak, berlari mengelilingi arena. Mayleen tertawa, suaranya merdu. "Kamu lari macam anak kijang dikejar harimau. Lebih baik menyerah dan mencium kakiku, baru boleh kuampuni."Jiu Long berhenti bergerak, berdiri diam. Dia telah menyalurkan tenaga Angin Es dan Api ke seluruh tubuhnya. Lalu memainkan Jurus Penakluk Langit. Tangan kiri terentang seperti menerima senjata lawan sementara tangan kanannya bergerak dalam putaran kecil. Daya pegas dan tenaga bor yang mengancam tu
"Sekarang kau kena batunya. Racun laba-laba hitam ini akan membuat kau mati dalam waktu dua hari. Hanya aku yang punya pemunahnya, aku akan menolongmu tetapi ada syaratnya." Mayleen tertawa dan bertingkah seperti seorang ibu memarahi putranya yang nakal.Jiu Long mengeluh. "Aku lemas, tenagaku hilang. Apa syaratnya, sebutkan, jika terlalu sulit ya aku terima mati saja, mati bagiku juga enak karena kebetulan aku memang sudah bosan hidup."Mayleen berdiri di dekat Jiu Long. Dua pembantunya bergerak mendekat. Mayleen membentak. Pembantu itu mundur agak jauh dari tempat kejadian. Jiu Long mengerti bahwa Mayleen tak mau pembicaraan didengar dua pembantunya. Mayleen meniru gaya bicara Jiu Long sewaktu hendak menolongnya tadi."Sulit, sangat sulit.""Apanya yang sulit, sebut saja."Mayleen tersenyum, memandang Jiu Long yang terbaring di dekat kakinya. "Pertama, kau harus mencium kakiku, mohon ampun atas dua dosamu itu.""Aku pasti mau, tadi sudah m