"Sekarang kau kena batunya. Racun laba-laba hitam ini akan membuat kau mati dalam waktu dua hari. Hanya aku yang punya pemunahnya, aku akan menolongmu tetapi ada syaratnya." Mayleen tertawa dan bertingkah seperti seorang ibu memarahi putranya yang nakal.
Jiu Long mengeluh. "Aku lemas, tenagaku hilang. Apa syaratnya, sebutkan, jika terlalu sulit ya aku terima mati saja, mati bagiku juga enak karena kebetulan aku memang sudah bosan hidup."
Mayleen berdiri di dekat Jiu Long. Dua pembantunya bergerak mendekat. Mayleen membentak. Pembantu itu mundur agak jauh dari tempat kejadian. Jiu Long mengerti bahwa Mayleen tak mau pembicaraan didengar dua pembantunya. Mayleen meniru gaya bicara Jiu Long sewaktu hendak menolongnya tadi.
"Sulit, sangat sulit."
"Apanya yang sulit, sebut saja."
Mayleen tersenyum, memandang Jiu Long yang terbaring di dekat kakinya. "Pertama, kau harus mencium kakiku, mohon ampun atas dua dosamu itu."
"Aku pasti mau, tadi sudah m
"Aku tak mau. Bagaimana kalau nantinya kau minta nyawaku, aku tak mau mati konyol.""Sekarang sebenarnya kamu sudah mati, racun itu tak ada obatnya. Jadi seandainya nanti aku menagih nyawamu, kan sama saja. Lagipula tadi kau katakan kau sudah bosan hidup."Jiu Long tertawa. "Kau pintar bicara. Baiklah, hitung-hitung kau meminjamkan hidup padaku, begitukan, suatu waktu nanti kau akan mengambilnya lagi, baik aku bersedia.""Belum tentu aku menagih nyawamu, bisa saja permintaan lain, pekerjaan yang mudah kaulakukan atau yang sulit. Nah sekarang lakukan syarat pertama dulu, mencium kakiku dan mengemis mohon ampun.”Jiu Long membalik tubuh, bergerak seperti hendak jongkok. Mendadak dia melenting. Mayleen kaget. Terlambat, Jiu Long sudah mencolek pipinya. Gadis itu menampar kepala, Jiu Long merunduk dan mendorong pundak. Mayleen menangkis. Dalam sesaat keduanya sudah saling menyerang. Sepuluh jurus berlalu, Jiu Long memainkan Jurus Penakluk Langit dengan
Jiu Long menambah sedikit tenaga sehingga jika terkena telak Mayleen tidak akan terluka parah. Gadis itu terkejut, tenaga pukulannya lenyap ke tempat kosong, saat berikutnya pukulan Jiu Long datang bagai air bah. Mayleen tak sempat menghindar, hanya bisa menutup diri dengan tangan di depan dada.Melihat majikannya terancam dua gadis baju hijau menyerang Jiu Long dengan pukulan jarak jauh. Jiu Long mengubah jurus, tetap memukul Mayleen dengan tangan kanan, tangan kirinya dengan gerak memutar mengisap pukulan dua gadis berbaju hijau. Mayleen kritis. Tetapi Jiu Long tak berniat melukai, saat terpaut beberapa jengkal dari tubuh Mayleen, Jiu Long mengalihkan serangannya ke pohon di samping gadis itu. Saat bersamaan tangan kiri mengalihkan pukulan dua baju hijau ke pohon lain. Dua pohon yang besarnya sepelukan manusia itu patah dan tumbang. Jiu Long tak berhenti, ia menerjang dan sekali cengkeram berhasil menawan Mayleen yang lemas tak berdaya. Ia memeluk gadis cantik itu.K
Jiu Long semakin yakin Mayleen ini ada hubungannya dengan Malini dan Kumarawet. "Aku pernah tahu ada sepasang pendekar dari negerimu, kalau tidak salah mereka suami isteri. Perempuannya bernama Malini, dia cantik tetapi tidak secantik kamu, ilmunya tinggi, ia juga jahat dan kejam, banyak pendekar negeri ini mati dibunuhnya.""Suami Malini bernama Kumarawet, mereka murid adiknya kakek. Beberapa bulan lalu Kumarawet pulang ke Himalaya, sendirian, isterinya masih di dataran tengah. Dia menceritakan kekalahannya dari Jiu Long, yang konon murid kesayangan pendekar tua Sun Jian. Aku penasaran mendengar ceritanya. Ketika dia kembali ke Dataran Tengah, diam-diam aku mengikutinya. Dia sekarang ini pasti sudah berada di negeri ini, katanya Malini sudah melahirkan seorang putra.""Dia pasti tahu kau mengikutinya, tak mungkin kau bersembunyi di perahu tanpa dia mengenalmu""Tidak. Dia berangkat dengan perahu lain, aku berangkat belakangan. Sekarang aku menyesal tidak bersam
"Kamu janji dengan siapa, dengan perempuan?"Jiu Long tertawa, dia heran gadis ini bisa menebak jitu. "Iya memang janji dengan perempuan, bagaimana kamu bisa menebak jitu?""Apa dia cantik, lebih cantik dari aku?""Dia memang cantik, perempuan paling utama di negeri ini, tetapi kalau cantik, aku pikir kamu lebih cantik, lagipula dia belum pernah kucium" Jiu Long tertawa.Mayleen merasa jengah dan malu. "Kamu harus datang menemuiku, jangan ingkar janji, awas kamu kalau ingkar janji.""Aku pasti akan mencari kamu. Tetapi sebaiknya kamu jangan menunggu aku di hutan ini, lebih baik di desa Guandong jaraknya dua hari perjalanan dari sini.""Baik kita ketemu di desa Guandong, berapa hari lagi?""Desa Guandong arah ke Barat, dua hari perjalanan dari hutan ini. Kamu istirahat tiga hari, pada hari kelima atau keenam, kita sudah akan jumpa lagi. Aku pergi." Jiu Long melesat pergi.Mayleen berteriak, "Hei kamu jangan bohong."Terde
Dan ciuman itu, begitu menggelitik dan menggugah birahinya. Tanpa terasa jari Mayleen meraba bibirnya, seakan-akan bibir Jiu Long yang hangat itu masih menempel. Xinxin dan Xiuying saling pandang dan tersenyum geli melihat tingkah laku Mayleen.Tak tahan merasa geli, Xinxin berbisik, "Putri, aku lihat dia sudah menaklukkan hatimu, Putri sehebat apa sih ciumannya?"Xiuying tertawa. "Putri, kulihat kamu diam saja dipeluk lelaki itu, bahkan tubuhmu gemetar. Putri, kupikir kamu sudah jatuh cinta."Pipi Mayleen memerah saking malu. "Siapa bilang aku jatuh cinta, aku teringat ayah dan ibu" Ia memburu dua pembantunya."Berhenti menggoda atau aku hajar kalian," kalanya sambil tertawa. Ia menambahkan, "Jika lelaki itu mempermainkan aku, akan kubunuh dia."Xinxin menjawab, "Aku yakin dia tak main-main, percayalah. Aku melihat dia begitu terpesona akan kecantikanmu Putri."---ooo00ooo---
Siang itu Jiu Long tiba di desa Xin’an, dekat pusat kerajaan Dinasti Giok Barat. Desa ini merupakan jalan masuk yang paling dekat menuju pusat kerajaan. Tidak heran jika desa ini ramai, banyak warung dan rumah penginapan. Penduduknya padat, jumlah para pendatang yang umumnya pedagang pun cukup banyak. Di antara penduduk terdapat para punggawa kerajaan yang menyusup dalam penyamaran. Perang dingin antara kerajaan Dinasti Giok Barat dengan Dinasti Giok Timur sudah bukan rahasia, itu sebab mata-mata kerajaan Dinasti Giok Barat disebar di desa ini, untuk menangkap siapa saja orang yang mencurigakan. Tangkap dulu baru diperiksa.Ketika memasuki desa, Jiu Long mengetahui ada orang yang mengikuti langkahnya. Jiu Long pura-pura tak tahu, dia masuk warung dan memesan makanan. Ada tiga orang yang mengikutinya. Satu di antaranya pergi, dipastikan melapor ke atasannya. Dua rekannya tetap tinggal. Sampai saat itu Jiu Long belum menemukan cara yang tepat untuk menemui permaisuri Im j
Seorang berkumis lebat maju. "Siapa kamu, nyalimu besar berani meluruk istana Kaisar Giok Barat. Kamu punya nyawa rangkap berapa? Hayo ladeni aku, Cian Cie." Lelaki itu menyerang dengan pedang terhunus. Ada hawa panas menyembur dari tusukan pedangnya. Jurus yang digunakan juga ganas, menebar hawa kematian. Tetapi ilmu Jiu Long sudah mencapai tingkat tinggi. Serangan itu tak ada artinya. Jiu Long membiarkan pedang menusuk dadanya. Cian Cie ragu-ragu, ia heran mengapa Jiu Long tidak mengelak.Jiu Long memang tidak mengelak. Begitu ujung pedang terpaut satu jengkal dari dadanya, Jiu Long menggerakkan tubuh, tenaga Angin Es dan Api menyedot tenaga lawan. Cian Cie terkejut merasa menusuk ruang hampa, ia hendak menarik serangan, terlambat. Tangannya tergetar hebat, rasa dingin menerobos lewat tangannya merasuk dadanya. Jiu Long menggerakkan tangan, merebut pedang dan mendorong. Cian Cie terhuyung mundur empat langkah. Dia hanya limbung. Jiu Long memang tidak berniat meluka
Jiu Long mengirim suara keras sampai menggema ke dalam istana, "Hei bawa keluar Triasing dan Mei Li Tsu, sebelum lebih banyak orang yang terluka." Belum juga gema suaranya hilang, lima bayangan berkelebat masuk arena. Seorang di antaranya, Mei Li Tsu, punggawa Dinasti Giok Barat nomor sebelas.Jiu Long mengenal gadis cantik itu. "Nah ini dia, Mei Li Tsu, kekasihku. Hei kenapa kamu tidak cepat datang."Wajah Mei Li Tsu merah saking malu. "Aku bukan kekasihmu, eh, kenapa kau berbuat onar dan melukai banyak orang.""Kalau kamu cepat keluar mungkin urusan tidak sampai rumit begini. Tetapi tak usah khawatir, tak ada yang terluka, tak ada yang mati," sambil menunjuk punggawa yang tergeletak di tanah. "Mereka ini hanya pingsan untuk beberapa saat saja, tidak lama lagi mereka akan sadar. Hayo sekarang antar aku ke dalam."Ketika Jiu Long hendak bergerak maju, empat punggawa melapis di depan Mei Li Tsu, menghadang gerak maju Jiu Long. Mei Li Tsu berbisik kepada sa
Perempuan itu tampak cantik luar biasa, mataya berbinar- binar dan mulutnya merah merekah. Jiu Long tiba-tiba saja bergairah, ia memberi isyarat pada isterinya. Mayleen menggeleng. "Tak lama lagi kamu sudah harus bertarung, mana sempat lagi. Jiu Long kamu harus bertarung sungguh-sungguh supaya ibu bisa menetap bersama kita, kamu harus menang.""Kamu membela siapa, ayahmu atau suamimu?""Aku membela kamu suamiku, sebab jika kamu menang, aku tidak perlu pulang ke Himalaya selama-lamanya dan ibu bisa menemani kita sampai aku dan Gwangsin melahirkan. Kamu tahu Jiu Long, terkadang aku takut memikirkan saat melahirkan nanti, pasti sakit. Aku akan bahagia jika ibu ada di sampingku. Makanya kamu harus menang."Tidak lama berselang senja pun tiba. Seluruh anggota keluarga hadir, nonton di tepian danau. Tak seorang pun ketinggalan, termasuk Gan Nung, Gan Ning dan keluarga serta murid Partai Naga Emas.Yudistira melangkah santai di atas permukaan danau. Kakinya mela
"Boleh saja. Tetapi ada syaratnya. Kamu harus bisa mengalahkan aku dalam pertarungan seru, bagaimana bagus kan syaratnya?"Jiu Long terkejut, apalagi Mayleen. Keduanya berdiri dan memandang dua orangtua itu. "Ayah, apakah aku tidak salah dengar?"Yudistira menjelaskan pertarungan tersebut merupakan bagian dari janjinya pada ayahnya, pendekar Himalaya, Takadagawe. Bagaimanapun juga janji itu harus disempurnakan."Kamu mewakili kakek gurumu, Sun Jian dan aku mewakili ayahku, Takadagawe. Kita tarung, jika kamu menang maka aku akan menetap di sini bersama istriku sampai Mayleen dan Gwangsin melahirkan. Jika aku menang, aku akan tentukan apa yang kumau dan kamu sekeluarga tak boleh ingkar. Aku pikir ini cukup adil.""Tidak bisa begitu, bagaimana mungkin aku harus tarung melawan ayah mertua sendiri, tidak mungkin.""Kamu tidak bisa menghindar, Jiu Long. Ini bagian dari hidup yang sudah kamu jalani, dan bagian dari hidupku juga. Kita bertarung hanya sebat
Mendadak saja muncul Yudistira dan Satyawati "Ada kejadian apa? Siapa dua gadis cantik ini?" tanya Satyawati sambil mengamati Hwang Mi Hee dan Jia Li. "Oh kalau kamu, aku pernah melihatmu di Putuo," sambil ia menunjuk Hwang Mi Hee.Jiu Long diam serba salah. Jia Li yang lugu dan berani, menjawab meski sedikit malu-malu, "Kami adalah selir kak Jiu Long."Satyawati terkejut, menutup mulutnya dengan tangan. Tetapi sebelum ibu dan ayahnya mengucap sepatah kata, Mayleen berkata dalam bahasa Himalaya. "Ayah, ibu, aku setuju suamiku mengambil selir. Aku dan Gwangsin berdua tidak mampu melayaninya. Ayah tahu hampir setiap malam bahkan siang juga, suamiku maunya bercinta. Lagipula Jiu Long, Gwangsin dan aku sudah memberitahu mereka, kami berdua adalah isteri sedang mereka berdua hanya selir atau pembantu. Apalagi sekarang aku dan Gwangsin sedang hamil, sudah tentu kami bagaikan permaisuri yang harus dilayani. Sekarang ibu dan ayah mengerti?"Satyawati mengiyakan. "Kamu c
Jiu Long berdiri dan menghampiri. Ia memberi hormat dengan menyentuh ujung kaki ayah mertuanya. Yudistira tertawa. Satyawati berdiri di sampingnya ikut tertawa. "Entah sudah berapa kali ia tertawa hari ini, perubahan yang luar biasa," gumam isterinya dalam hati.Sebelah tangan Yudistira memeluk Mayleen, tangan lainnya merangkul Jiu Long. Suara Mayleen terdengar riang, "Ayah, apakah suamiku sudah boleh Memanggil ayah mertua kepadamu?"Yudistira tertawa. "Jiu Long, pergilah memberi hormat pada ibu mertua dan kakak-kakak iparmu"Setelah memberi hormat dan menyalami keluarga isterinya, Jiu Long menghampiri isterinya. Mayleen melompat dan merangkul suaminya. "Aku bahagia sekarang, semua beres. Tak ada lagi ganjalan dalam hatiku, tak ada gundah, tak ada ketakutan, semua sudah selesai dan sesuai keinginanku." Suara Mayleen mesra. Kemudian dia lari menghambur memeluk Gwangsin. "Terimakasih kakak, kamu sudah banyak membantu aku."Keluarga besar itu berangkat kemba
Yudistira berkata dingin, "Kamu pintar bicara, apakah kamu sungguh-sungguh mau berkorban jiwa untuk isterimu?""Aku bersungguh-sungguh, aku tak akan melawan, seharusnya aku bunuh diri tetapi aku enggan melakukan perbuatan kaum pengecut. Aku bukan pengecut, aku laki-laki sejati. Inilah jalan yang kupilih, sebagai tanda cintaku kepada putrimu. Tetapi sebagai permohonan terakhir aku minta isteriku dibebaskan dari hukuman, sayangilah dia, cintailah dia." Jiu Long tersenyum pahit.Satyawati dan seluruh keluarga diam terpaku. Keringat dingin. Yudistira menoleh pada putrinya."Kamu mau bicara, bicaralah."Perempuan itu duduk bersanding suaminya, dia merangkul erat lengan suaminya. "Ayah, ibu dan kakak juga kakak ipar, aku ibarat Xionglue yang mencintai suaminya tanpa pamrih. Dalam hidup ini hanya satu kali aku dipilih dan memilih. Aku sudah tentukan pilihanku, dan aku tidak akan bergeser dari pilihanku. Jadi jika ayah membunuh suamiku, maka harus membunuh aku ju
Yudistira mendengar semua perkataan Jiu Long, ia tak begitu heran. Sesungguhnya dia tak pernah mengira Jiu Long bisa mengalahkan Wasudeva. Bukankah tadi, beberapa pukulan Wasudeva telak menerpa tubuhnya. Dia masih terpukau dengan jurus yang dimainkan Jiu Long, jurus yang mampu menciptakan pusaran angin topan dingin dan yang terasa sampai radius beberapa tongkat.Ayah Mayleen ini merasa kagum "Ilmu anak muda ini biasa saja, tetapi tenaga dalamnya sudah mencapai tingkat kelas utama. Bagaimana mungkin seorang yang masih muda bisa memiliki tenaga dalam setinggi itu. Waktu aku seusia dia, tenaga dalamku tak sehebat dia," katanya dalam hati.Pada waktu itu, sang nakhoda perahu menghampiri Mayleen yang masih duduk di sisi suaminya. Ia membungkuk memberi hormat."Nona yang mulia, kami sudah terdesak waktu, harus berangkai secepatnya demi menghindari angin topan di laut dekat Malaka. Jika tidak berangkat hari ini, kami harus menunda tujuh hari dan semua pedagang ini akan
Memang benar adanya, pikiran Jiu Long terganggu. Beberapa jurus berikutnya, dua pukulan menerpa dada dan pundaknya. Wasudeva berteriak, "Mampus kamu" Wasudeva menambah bobot serangan sambil berkata tajam, "Mayleen akan kupaksa melahirkan anak-anakku, ia kuperkosa dengan kasar setiap hari, tak pernah berhenti dan kamu akan menyaksikan itu dari dalam kuburanmu" Teringat akan sifat angin yang bisa melenyapkan suara apa saja, Jiu Long sadar bahwa dia tidak boleh membiarkan tenaga suara lawan mengganggunya. Dia kemudian meredam suara keras di telinganya dengan mendengarkan desir angin sepoi, "dengarlah suara angin, suara keindahan alam, suara dari alam kemerdekaan."Dia berhasil menetralisir tekanan dan magis sihir suara lawannya. Meskipun demikian dia tetap menangkap kata-kata tajam Wasudeva yang menghina isterinya. Ungkapan jorok dan kasar lawannya itu telah mendorong amarahnya melewati puncak kesabaran.Dalam marahnya secara spontan Jiu Long memutar tubuh bagai gasing, g
"Terimakasih atas kemurahan hati paduka tuan, hamba yang rendah hanya butuh sedikit waktu untuk menghilangkan capek." Dia kemudian memainkan empat posisi semadi Angin Es dan Api. Dalam sekejap, uap tipis melayang di atas kepalanya. Hanya dalam waktu yang sangat singkat Jiu Long sudah siap. "Pendekar Wasudeva yang terhormat, silahkan tuan memilih tempat pertarungan."Tenaga dalam Jiu Long sudah pulih seperti sediakala. Ia tidak terluka parah. Hanya kena guncangan yang tidak terlalu berbahaya. Ketika pukulan menerpa pundaknya, saat itu juga tenaga Angin Es dan Api yang melapisi tubuh Jiu Long telah memunahkan sebagian besar pukulan lawan. Itu sebab dia hanya butuh sedikit waktu untuk memulihkan diri.Tadi ketika darah menetes dari ujung mulut Jiu Long, tangan Mayleen dingin, basah dan berkeringat. Sekarang wanita cantik itu tampak tenang, dia percaya kekasihnya akan menyelesaikan kemelut persoalan keluarganya.Yudistira merasa heran bercampur kag
Jiu Long terkesiap. Jurus lawan itu aneh, pukulan yang mengarah ke kiri mendadak bisa berubah ke kanan, atas menjadi bawah dan sebaliknya. Saat itu Jiu Long masih dalam pemulihan tenaga. Ia bergerak pesat, mengelak jika tahu diri terancam, merunduk dan melompat untuk menghindar, geraknya tidak leluasa karena tenaganya belum pulih. Tendangan Wasudeva menerpa pahanya dan jiwanya kini terancam jurus lawan yang mengarah titik kematian. Dia teringat pesan Sepuh, "jika terdesak, tangkis dan balas menyerang. Jangan bertahan, karena menyerang adalah lebih menguntungkan."Dan Jiu Long tak lagi mengelak, ia balas menyerang. Serangan lawan dibalas serangan. Jiu Long bergerak bagai pusaran, tangan membuat lingkaran, tubuhnya ikut berputar seperti gaya menari.Tujuh kali terdengar bentrokan tangan. Wasudeva merasa pukulannya membentur tembok yang bersifat membal. Dia heran bagaimana mungkin seorang yang sudah terluka tenaga dalamnya masih punya tenaga sehebat itu. Hal ini membuat d