"Kamu janji dengan siapa, dengan perempuan?"
Jiu Long tertawa, dia heran gadis ini bisa menebak jitu. "Iya memang janji dengan perempuan, bagaimana kamu bisa menebak jitu?"
"Apa dia cantik, lebih cantik dari aku?"
"Dia memang cantik, perempuan paling utama di negeri ini, tetapi kalau cantik, aku pikir kamu lebih cantik, lagipula dia belum pernah kucium" Jiu Long tertawa.
Mayleen merasa jengah dan malu. "Kamu harus datang menemuiku, jangan ingkar janji, awas kamu kalau ingkar janji."
"Aku pasti akan mencari kamu. Tetapi sebaiknya kamu jangan menunggu aku di hutan ini, lebih baik di desa Guandong jaraknya dua hari perjalanan dari sini."
"Baik kita ketemu di desa Guandong, berapa hari lagi?"
"Desa Guandong arah ke Barat, dua hari perjalanan dari hutan ini. Kamu istirahat tiga hari, pada hari kelima atau keenam, kita sudah akan jumpa lagi. Aku pergi." Jiu Long melesat pergi.
Mayleen berteriak, "Hei kamu jangan bohong."
Terde
Dan ciuman itu, begitu menggelitik dan menggugah birahinya. Tanpa terasa jari Mayleen meraba bibirnya, seakan-akan bibir Jiu Long yang hangat itu masih menempel. Xinxin dan Xiuying saling pandang dan tersenyum geli melihat tingkah laku Mayleen.Tak tahan merasa geli, Xinxin berbisik, "Putri, aku lihat dia sudah menaklukkan hatimu, Putri sehebat apa sih ciumannya?"Xiuying tertawa. "Putri, kulihat kamu diam saja dipeluk lelaki itu, bahkan tubuhmu gemetar. Putri, kupikir kamu sudah jatuh cinta."Pipi Mayleen memerah saking malu. "Siapa bilang aku jatuh cinta, aku teringat ayah dan ibu" Ia memburu dua pembantunya."Berhenti menggoda atau aku hajar kalian," kalanya sambil tertawa. Ia menambahkan, "Jika lelaki itu mempermainkan aku, akan kubunuh dia."Xinxin menjawab, "Aku yakin dia tak main-main, percayalah. Aku melihat dia begitu terpesona akan kecantikanmu Putri."---ooo00ooo---
Siang itu Jiu Long tiba di desa Xin’an, dekat pusat kerajaan Dinasti Giok Barat. Desa ini merupakan jalan masuk yang paling dekat menuju pusat kerajaan. Tidak heran jika desa ini ramai, banyak warung dan rumah penginapan. Penduduknya padat, jumlah para pendatang yang umumnya pedagang pun cukup banyak. Di antara penduduk terdapat para punggawa kerajaan yang menyusup dalam penyamaran. Perang dingin antara kerajaan Dinasti Giok Barat dengan Dinasti Giok Timur sudah bukan rahasia, itu sebab mata-mata kerajaan Dinasti Giok Barat disebar di desa ini, untuk menangkap siapa saja orang yang mencurigakan. Tangkap dulu baru diperiksa.Ketika memasuki desa, Jiu Long mengetahui ada orang yang mengikuti langkahnya. Jiu Long pura-pura tak tahu, dia masuk warung dan memesan makanan. Ada tiga orang yang mengikutinya. Satu di antaranya pergi, dipastikan melapor ke atasannya. Dua rekannya tetap tinggal. Sampai saat itu Jiu Long belum menemukan cara yang tepat untuk menemui permaisuri Im j
Seorang berkumis lebat maju. "Siapa kamu, nyalimu besar berani meluruk istana Kaisar Giok Barat. Kamu punya nyawa rangkap berapa? Hayo ladeni aku, Cian Cie." Lelaki itu menyerang dengan pedang terhunus. Ada hawa panas menyembur dari tusukan pedangnya. Jurus yang digunakan juga ganas, menebar hawa kematian. Tetapi ilmu Jiu Long sudah mencapai tingkat tinggi. Serangan itu tak ada artinya. Jiu Long membiarkan pedang menusuk dadanya. Cian Cie ragu-ragu, ia heran mengapa Jiu Long tidak mengelak.Jiu Long memang tidak mengelak. Begitu ujung pedang terpaut satu jengkal dari dadanya, Jiu Long menggerakkan tubuh, tenaga Angin Es dan Api menyedot tenaga lawan. Cian Cie terkejut merasa menusuk ruang hampa, ia hendak menarik serangan, terlambat. Tangannya tergetar hebat, rasa dingin menerobos lewat tangannya merasuk dadanya. Jiu Long menggerakkan tangan, merebut pedang dan mendorong. Cian Cie terhuyung mundur empat langkah. Dia hanya limbung. Jiu Long memang tidak berniat meluka
Jiu Long mengirim suara keras sampai menggema ke dalam istana, "Hei bawa keluar Triasing dan Mei Li Tsu, sebelum lebih banyak orang yang terluka." Belum juga gema suaranya hilang, lima bayangan berkelebat masuk arena. Seorang di antaranya, Mei Li Tsu, punggawa Dinasti Giok Barat nomor sebelas.Jiu Long mengenal gadis cantik itu. "Nah ini dia, Mei Li Tsu, kekasihku. Hei kenapa kamu tidak cepat datang."Wajah Mei Li Tsu merah saking malu. "Aku bukan kekasihmu, eh, kenapa kau berbuat onar dan melukai banyak orang.""Kalau kamu cepat keluar mungkin urusan tidak sampai rumit begini. Tetapi tak usah khawatir, tak ada yang terluka, tak ada yang mati," sambil menunjuk punggawa yang tergeletak di tanah. "Mereka ini hanya pingsan untuk beberapa saat saja, tidak lama lagi mereka akan sadar. Hayo sekarang antar aku ke dalam."Ketika Jiu Long hendak bergerak maju, empat punggawa melapis di depan Mei Li Tsu, menghadang gerak maju Jiu Long. Mei Li Tsu berbisik kepada sa
"Baik, aku minta maaf," katanya sambil tertawa. Kepada orang-orang di sekitar, Jiu Long berkata, "Nona Mei Li Tsu ini tak ada hubungannya dengan aku. Tadi aku cuma main-main, ia bukan kekasihku." Sambil mendekati Mei Li Tsu, Jiu Long bergumam, pelan dan hanya bisa didengar gadis itu sendiri. "Apa perlu aku remas bokongmu lagi?"Secara naluriah, tangan Mei Li Tsu bergerak melindungi bokongnya. Jiu Long melangkah terus, tak peduli. "Kau kurang ajar," gerutu si gadis. Tetapi dalam benaknya, Mei Li Tsu bertanya-tanya, apakah Jiu Long punya perhatian khusus kepadanya atau hanya iseng.Jiu Long dikawal Mei Li Tsu, Qianfan, Liu Xingsheng dan Cian Cie memasuki balairung. Beberapa orang tampak sedang menanti. Antaranya beberapa dari delapan belas pengawal kerajaan. Seorang lelaki separuh baya tampil ke depan. "Kak Jiu Long, ketua Partai Naga Emas, selamat datang di Dinasti Giok Barat. Sudah lama kita tidak bertemu, aku prihatin dan belasungkawa atas kematian isterimu."J
Liang Zhipu dan Jiu Long berjalan di belakang gadis pelayan itu menuju keputren. Begitu masuk ke keputren, Jiu Long mencium wewangian yang harum Ruangan besar dipenuhi warna warni tirai dan selendang. Beberapa dayang yang terdiri dari gadis-gadis remaja, cantik dan bersih, menyiapkan makanan di meja besar. Gadis-gadis tampak sibuk, meski sekali-sekali berhenti memberi hormat kepada Jiu Long dan Liang Zhipu.Dua gadis pelayan mempersilahkan dua tetamu itu duduk di kursi besar. "Silahkan duduk paduka tuan, tak lama lagi gusti permaisuri dan Kaisar akan masuk ruangan."Tak lama kemudian, para dayang memberi hormat sambil jongkok sembah memberi hormat Sepasang pria dan wanita muncul dari ruangan dalam Liang Zhipu dan Jiu Long berdiri. Jiu Long mengenali, Im ji hye dan Yuan Shu.Liang Zhipu jongkok sembah memberi hormat. Jiu Long serba salah. Selama ini ia belum pernah berjongkok sembah memberi hormat kepada seseorang. Secara naluri ia membungkuk memberi hormat denga
Jiu Long teringat percakapannya dengan Liu Xing dan Yu Jin. Persengketaan antara Dinasti Giok Timur dan Dinasti Giok Barat, perselisihan antar keluarga sendiri, tidak jelas siapa salah siapa benar. Yang jelas, keduanya memperebutkan kekuasaan. Itu sebab Jiu Long sepakat tidak mau ikut campur apalagi menyeret Partai Naga Emas masuk dalam kancah pertarungan kekuasaan itu. Jiu Long hanya akan menghadapi tokoh silat di kubu Dinasti Giok Timur lantaran mereka berniat menghancurkan Partai Naga Emas.Im ji hye gembira ketika Jiu Long berjanji membantu istana Kaisar Giok Barat. Hanya saja Jiu Long menyatakan tidak mau terlibat dalam perang, jika memang terjadi perang antara dua kerajaan itu. "Hamba akan menghadapi orang-orang Dinasti Giok Timur terutama tokoh silat yang memusuhi Partai Naga Emas. Khususnya dua orang itu, Yun Ching dan Ma Teng akan mendapat bagiannya."Yuan Shu, Im ji hye dan Liang Zhipu gembira mendengar janji Jiu Long, namun ada keraguan. Mungkinkah Jiu Long
Yuan Shu berdiri dan merangkul iparnya. "Kakak, kamu baru datang dari perjalanan jauh, kak Jiu Long sudah berjanji akan menghadapi para pendekar yang membela istana Kaisar Giok Timur."Shu han tertawa, menyalami Jiu Long. "Sudah lama kita tidak berjumpa Kakak Jiu Long. Aku lihat kepandaianmu makin dahsyat. Beberapa hari lalu aku menyaksikan pertarunganmu di desa Yinchuan, kau tidak cuma mengalahkan Yuwen dan tiga muridnya tetapi juga telah mempermalukan mereka."Usai makan malam permaisuri memerintah seorang punggawa mengantar Jiu Long ke kamar tamu. Di tengah jalan menuju kamar tamu yang letaknya di kebun bunga, Jiu Long melihat Mei Li Tsu mendatangnya.Pendekar ini sudah ganti busana, tidak lagi mengenakan seragam pengawal, melainkan pakaian biasa. Ia tampak cantik. Mei Li Tsu memerintah punggawa itu pergi. "Biar aku yang mengantar pendekar tamu ini melihat-lihat pemandangan kebun," katanya sambil melirik Jiu Long.Jiu Long tersenyum "Kamu tidak takut k