Jiu Long tak menjawab, tangannya memegang dagu si gadis, lalu mencium bibirnya. Jiu Long memeluk, tubuh gadis itu terangkat dari kursi. Tangannya melingkar di punggung telanjang si gadis. Tanpa diminta lagi Mayleen membuka mulut. Mulutnya wangi. Jiu Long merasakan bibir yang hangat dan basah. Lama. Ciuman yang panjang. Mayleen mulai bereaksi, tubuhnya gemetar. Jiu Long memeluk makin erat, dadanya menghimpit buah dada si gadis, sebelah tangan melingkar menahan bobot tubuh, sebelah lain menempel punggungnya. Sambil terus mencium, Jiu Long menyalurkan tenaga Angin Es dan Api.
Mayleen merasa hawa panas dan dingin menerobos punggung, berputar di perut dan dadanya. Ia tahu laki-laki itu memiliki tenaga dalam tinggi. Ia tahu lelaki itu membohonginya, ciuman itu hanya akal-akalan belaka. "Kurangajar, ia kan bisa menolong dengan tangan menempel di punggungku." Katanya dalam hati, namun tak dipungkirinya adanya kenikmatan yang ia rasakan saat berciuman. Tanpa sadar ia membalas
Jiu Long tersenyum nakal. "Kau mau membunuhku, aku tak bersalah, malah aku sudah menolongmu, kenapa mau membunuhku?"Dua nona baju hijau berseru dalam bahasa India. Jiu Long, meski tidak mengerti namun bisa menebak Xinxin dan Xiuying mohon Mayleen menolong mereka lebih dahulu. Tetapi si majikan menolak."Kenapa aku mau membunuhmu? Kau telah membuat dua dosa, memandangi tubuhku yang paling rahasia, belum pernah ada lelaki yang melihat dadaku. Dosa nomor dua kamu menciumku. Aku belum pernah dicum orang, kamu sudah kelewat batas." Pipinya merah karena malu. Ia berhenti, matanya yang indah itu berkedip gugup menatap Jiu Long. "Sebenarnya aku harus berterima kasih kau telah menolongku, tetapi kamu telah menodai kehormatanku, mempermalukan aku.""Baik, kamu benar, aku salah, silahkan ambil nyawaku, Mayleen."Mayleen melancarkan pukulan ke dada Jiu Long, ia menggunakan separuh tenaga. Entah mengapa rasanya ia enggan melukai lelaki itu. Sesungguhnya ia hanya ingi
Ancaman senjata itu sangat serius. Jiu Long bergerak dengan ringan tubuh Jejak Kilat melompat dari pohon. Gerakannya cukup cepat, tetapi bor itu mengikutinya seperti bayangan.Jiu Long teringat perempuan India bernama Malini yang pernah dia kalahkan dua tahun lalu. Malini juga bersenjatakan bor yang disebutnya bor maut karena setiap menyerang selalu mengambil nyawakorban. Tapi ukuran bor Malini lebih besar. Ia menebak pasti Mayleen ada hubungan dengan Malini dan Kumarawet. Jiu Long mengelak, berlari mengelilingi arena. Mayleen tertawa, suaranya merdu. "Kamu lari macam anak kijang dikejar harimau. Lebih baik menyerah dan mencium kakiku, baru boleh kuampuni."Jiu Long berhenti bergerak, berdiri diam. Dia telah menyalurkan tenaga Angin Es dan Api ke seluruh tubuhnya. Lalu memainkan Jurus Penakluk Langit. Tangan kiri terentang seperti menerima senjata lawan sementara tangan kanannya bergerak dalam putaran kecil. Daya pegas dan tenaga bor yang mengancam tu
"Sekarang kau kena batunya. Racun laba-laba hitam ini akan membuat kau mati dalam waktu dua hari. Hanya aku yang punya pemunahnya, aku akan menolongmu tetapi ada syaratnya." Mayleen tertawa dan bertingkah seperti seorang ibu memarahi putranya yang nakal.Jiu Long mengeluh. "Aku lemas, tenagaku hilang. Apa syaratnya, sebutkan, jika terlalu sulit ya aku terima mati saja, mati bagiku juga enak karena kebetulan aku memang sudah bosan hidup."Mayleen berdiri di dekat Jiu Long. Dua pembantunya bergerak mendekat. Mayleen membentak. Pembantu itu mundur agak jauh dari tempat kejadian. Jiu Long mengerti bahwa Mayleen tak mau pembicaraan didengar dua pembantunya. Mayleen meniru gaya bicara Jiu Long sewaktu hendak menolongnya tadi."Sulit, sangat sulit.""Apanya yang sulit, sebut saja."Mayleen tersenyum, memandang Jiu Long yang terbaring di dekat kakinya. "Pertama, kau harus mencium kakiku, mohon ampun atas dua dosamu itu.""Aku pasti mau, tadi sudah m
"Aku tak mau. Bagaimana kalau nantinya kau minta nyawaku, aku tak mau mati konyol.""Sekarang sebenarnya kamu sudah mati, racun itu tak ada obatnya. Jadi seandainya nanti aku menagih nyawamu, kan sama saja. Lagipula tadi kau katakan kau sudah bosan hidup."Jiu Long tertawa. "Kau pintar bicara. Baiklah, hitung-hitung kau meminjamkan hidup padaku, begitukan, suatu waktu nanti kau akan mengambilnya lagi, baik aku bersedia.""Belum tentu aku menagih nyawamu, bisa saja permintaan lain, pekerjaan yang mudah kaulakukan atau yang sulit. Nah sekarang lakukan syarat pertama dulu, mencium kakiku dan mengemis mohon ampun.”Jiu Long membalik tubuh, bergerak seperti hendak jongkok. Mendadak dia melenting. Mayleen kaget. Terlambat, Jiu Long sudah mencolek pipinya. Gadis itu menampar kepala, Jiu Long merunduk dan mendorong pundak. Mayleen menangkis. Dalam sesaat keduanya sudah saling menyerang. Sepuluh jurus berlalu, Jiu Long memainkan Jurus Penakluk Langit dengan
Jiu Long menambah sedikit tenaga sehingga jika terkena telak Mayleen tidak akan terluka parah. Gadis itu terkejut, tenaga pukulannya lenyap ke tempat kosong, saat berikutnya pukulan Jiu Long datang bagai air bah. Mayleen tak sempat menghindar, hanya bisa menutup diri dengan tangan di depan dada.Melihat majikannya terancam dua gadis baju hijau menyerang Jiu Long dengan pukulan jarak jauh. Jiu Long mengubah jurus, tetap memukul Mayleen dengan tangan kanan, tangan kirinya dengan gerak memutar mengisap pukulan dua gadis berbaju hijau. Mayleen kritis. Tetapi Jiu Long tak berniat melukai, saat terpaut beberapa jengkal dari tubuh Mayleen, Jiu Long mengalihkan serangannya ke pohon di samping gadis itu. Saat bersamaan tangan kiri mengalihkan pukulan dua baju hijau ke pohon lain. Dua pohon yang besarnya sepelukan manusia itu patah dan tumbang. Jiu Long tak berhenti, ia menerjang dan sekali cengkeram berhasil menawan Mayleen yang lemas tak berdaya. Ia memeluk gadis cantik itu.K
Jiu Long semakin yakin Mayleen ini ada hubungannya dengan Malini dan Kumarawet. "Aku pernah tahu ada sepasang pendekar dari negerimu, kalau tidak salah mereka suami isteri. Perempuannya bernama Malini, dia cantik tetapi tidak secantik kamu, ilmunya tinggi, ia juga jahat dan kejam, banyak pendekar negeri ini mati dibunuhnya.""Suami Malini bernama Kumarawet, mereka murid adiknya kakek. Beberapa bulan lalu Kumarawet pulang ke Himalaya, sendirian, isterinya masih di dataran tengah. Dia menceritakan kekalahannya dari Jiu Long, yang konon murid kesayangan pendekar tua Sun Jian. Aku penasaran mendengar ceritanya. Ketika dia kembali ke Dataran Tengah, diam-diam aku mengikutinya. Dia sekarang ini pasti sudah berada di negeri ini, katanya Malini sudah melahirkan seorang putra.""Dia pasti tahu kau mengikutinya, tak mungkin kau bersembunyi di perahu tanpa dia mengenalmu""Tidak. Dia berangkat dengan perahu lain, aku berangkat belakangan. Sekarang aku menyesal tidak bersam
"Kamu janji dengan siapa, dengan perempuan?"Jiu Long tertawa, dia heran gadis ini bisa menebak jitu. "Iya memang janji dengan perempuan, bagaimana kamu bisa menebak jitu?""Apa dia cantik, lebih cantik dari aku?""Dia memang cantik, perempuan paling utama di negeri ini, tetapi kalau cantik, aku pikir kamu lebih cantik, lagipula dia belum pernah kucium" Jiu Long tertawa.Mayleen merasa jengah dan malu. "Kamu harus datang menemuiku, jangan ingkar janji, awas kamu kalau ingkar janji.""Aku pasti akan mencari kamu. Tetapi sebaiknya kamu jangan menunggu aku di hutan ini, lebih baik di desa Guandong jaraknya dua hari perjalanan dari sini.""Baik kita ketemu di desa Guandong, berapa hari lagi?""Desa Guandong arah ke Barat, dua hari perjalanan dari hutan ini. Kamu istirahat tiga hari, pada hari kelima atau keenam, kita sudah akan jumpa lagi. Aku pergi." Jiu Long melesat pergi.Mayleen berteriak, "Hei kamu jangan bohong."Terde
Dan ciuman itu, begitu menggelitik dan menggugah birahinya. Tanpa terasa jari Mayleen meraba bibirnya, seakan-akan bibir Jiu Long yang hangat itu masih menempel. Xinxin dan Xiuying saling pandang dan tersenyum geli melihat tingkah laku Mayleen.Tak tahan merasa geli, Xinxin berbisik, "Putri, aku lihat dia sudah menaklukkan hatimu, Putri sehebat apa sih ciumannya?"Xiuying tertawa. "Putri, kulihat kamu diam saja dipeluk lelaki itu, bahkan tubuhmu gemetar. Putri, kupikir kamu sudah jatuh cinta."Pipi Mayleen memerah saking malu. "Siapa bilang aku jatuh cinta, aku teringat ayah dan ibu" Ia memburu dua pembantunya."Berhenti menggoda atau aku hajar kalian," kalanya sambil tertawa. Ia menambahkan, "Jika lelaki itu mempermainkan aku, akan kubunuh dia."Xinxin menjawab, "Aku yakin dia tak main-main, percayalah. Aku melihat dia begitu terpesona akan kecantikanmu Putri."---ooo00ooo---