Dewi Durga menatap tubuh Jaya yang sudah mengering hanya menyisakan tulang berkulit. Darah, daging dan jiwanya semua terhisap masuk kedalam tubuhnya. Perut wanita itu pun nampak terlihat besar seperti wanita yang sudah hamil sembilan bulan.Dengan perlahan Durga bangkit berdiri dan melayang turun dari atas batu datar tersebut. Dia mengusap perutnya yang besar seperti ibu yang menyayangi anaknya."Tak akan lama lagi, aku akan kembali...Dengan kekuatan yang lebih sempurna. Jaka Geni, tunggu sampai aku datang padamu dan menghancurkan dirimu!" ucap Dewi Durga.Dia pun berjalan dengan perlahan menuju ke sebuah peti kayu kecil yang tertutup. Lalu dengan perlahan wanita itu mengambil botol kecil berwarna putih yang didalamnya terdapat darah miliknya."Ini yang terakhir. Aku akan mengalami kematian untuk kedua kalinya...Benar-benar menyiksa sekali hidup ini. Setelah ini, aku tidak tahu apa yang akan terjadi..." batin Durga lalu dia membuka tutup botol yang terbuat dari kaca tersebut. Sesaat d
Tibet...Pegunungan Tibet yang menjulang tinggi itu porak poranda dan hancur di banyak sisi tebingnya. Bahkan ada satu gunung yang hancur tak berbekas alias menghilang hingga membentuk lubang seperti baru saja terjadi ledakan yang sangat besar. Api berkobar dimana-mana dengan asap yang membubung tinggi ke langit.Bara Sena melayang terbang sambil menggenggam Golok Iblis di tangannya. Beberapa luka nampak terlihat di wajah dan tangannya. Pakaiannya pun robek di beberapa bagian. Napasnya tersengal dan seperti mau putus.Didepan sana, dengan jarak belasan tombak terlihat satu sosok Kera bertubuh sebesar dirinya membawa tongkat emas dalam keadaan yang tidak jauh berbeda. Sosok Kera tersebut adalah Raja Kera Iblis Sun Wukong.Ganesha menatap bergantian kearah mereka berdua."Tujuh hari mereka bertarung tanpa henti hingga menghancurkan pegunungan ini. Tapi kenapa Guru tak kunjung bangun dari pertapaannya? Apakah guncangannya belum cukup untuk membangunkannya? Keadaan semakin genting...Jika
Pertarungan Pendekar Golok Iblis Bara Sena melawan Raja Kera Iblis Sun Wukong terhenti saat terjadi getaran hebat di wilayah pegunungan Tibet. Keduanya sama-sama tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi dan sama-sama mencurigai bahwa itu kekuatan salah satu dari mereka. Namun setelah Sun menanyakan tentang kekuatan tersebut, Bara menjadi penasaran, apa sebenarnya yang terjadi dengan tempat yang dipijaknya. Rasa penasaran mereka semakin mencuat saat salah satu gunung yang tingginya lebih dari seribu tombak itu amblas masuk kedalam bumi!Rasa penasaran sekaligus khawatir terlihat di wajah mereka berdua, namun tidak untuk Dewa berkepala gajah yang tidak lain adalah Ganesha yang juga berada di sana menyaksikan pertarungan mereka berdua. Ganesha justru malah tersenyum senang.Tanah terbelah hingga membuat guncangan dahsyat. Bara masih berada di tanah tersebut karena dia tak mungkin pergi dalam keadaan Tongkat Pilar Langit dan jurus Tangan Dewa Menghujam Bumi milik Sun Wukong masih menekan d
Dewa Kera Putih Anoman melesat kearah Bara Sena dan Sun Wukong yang baru saja tertawa cekikikan. Kedatangan Anoman membuat mereka berdua hentikan tawa dan segera melompat mundur."Berpencar!" teriak Bara.Sun Wukong kearah kiri dan Bara kearah kanan. Anoman yang sempat bingung langsung saja melesat kearah Sun Wukong yang sebelumnya tertawa paling kencang. Melihat dirinya yang menjadi sasaran, Sun Wukong bersiul memanggil Tongkat Pilar Langit miliknya.Tongkat Emas yang menancap di tanah itu tercabut dengan sendirinya dan melayang di udara. Lalu secara aneh meluncur kearah Sun Wukong yang tengah dikejar oleh Anoman.Tepat disaat Anoman hampir meraih kaki Sun Wukong, Tongkat Pilar Langit datang dan menyerangnya. Dengan cepat Kera Putih tersebut menghalau tongkat tersebut dengan tangannya.Trak!Tongkat itu pun terpental dan menjauh. Sun Wukong yang merasakan kekuatan Anoman melemah akibat menggunakan Golok Iblis milik Bara menjadi merasa sedikit berani. Dia menoleh kearah Dewa Kera Puti
Bara Sena terkejut melihat Ganesha yang benar-benar berbeda. Bahkan waktu dulu dia bertarung melawannya, wajah dan tatapan Dewa itu tidak segarang saat ini."Ada apa dengan dirimu?" tanya Bara.Ganesha memalingkan wajah dan menghela napas dalam-dalam. "Bencana yang aku takutkan kini telah lahir. Dan bencana yang terlahir itu tercipta karena kesalahan yang aku perbuat. Itu alasannya aku harus membangunkan guru..." kata Ganesha dengan suara perlahan."Bukankah ada Paman Jaka Geni yang bisa mengatasi masalah ini?" tanya Bara heran."Jaka Geni terikat pada Perjanjian Darah yang dia lakukan saat dia mencari sekutu untuk menyerang kahyangan. Tak ada yang bisa dia lakukan kecuali dia mau menerima Hukuman Langit dan Bumi. Tapi siapa yang mampu menerima hukuman tersebut? Tak ada satu Dewa pun yang bisa menahan Hukuman Langit dan Bumi, tak terkecuali Batara Geni." kata Ganesha membuat Bara tertegun."Sebenarnya makhluk apa yang kau takutkan akan menjadi bencana itu?" tanya Bara masih belum men
Bara Sena yang masih duduk di atas tanah bisa merasakan kehadiran ribuan prajurit berkuda yang tengah bergerak cepat menuju kearahnya. Tapi karena dia tengah memulihkan kekuatan dan mengobati luka dalamnya, dia tidak menghiraukan kedatangan para prajurit Madangkara yang dia anggap sebagai semut."Kepung dia!" teriak Panglima Kerajaan memberi perintah.Seorang pemandu pasukan di garis depan mengibarkan bendera hijau. Lalu dengan cepat ratusan kuda dengan pasukan berbaju lengkap serta bersenjatakan panah membentuk lingkaran mengepung Bara Sena dengan jarak sepuluh tombak.Pemandu pasukan tersebut mengibaskan kembali benderanya. Kali ini dia menggunakan bendera warna merah. Ratusan pasukan dengan tameng dan tombak bergerak maju mengepung semua sisi. Bruk!Ratusan tameng itu secara serentak menghujam tanah. Semua orang bersiaga menunggu perintah. Mata mereka menatap pemuda yang masih duduk bersila dengan tenang di atas tanah. Pakaian pemuda itu nampak compang camping seperti gelandangan.
Tombak Besi Biru meleleh seperti cairan dan menetes di atas tanah dalam keadaan masih terbakar. Bara menatap tajam kearah Latayu yang terlihat pucat pasi."Kau ini berani atau nekat karena bodoh?" tanya Bara sambil menggosok telapak tangannya yang baru saja membakar tombak Besi biru.Latayu tak menjawab. Dia menelan ludahnya. Keringat dingin membasahi tubuhnya."Aku...Aku tak sengaja melemparkan Tombak itu kearahmu..." kata Latayu dengan suara bergetar.Bara Sena menatap tajam kearahnya. Meski ada ratusan pasukan yang menjadi pemisah antara mereka berdua, Latayu merasa saat ini dia merasa seperti sendirian. Mata Pendekar Golok Iblis itu seolah-olah hanya mengincar dirinya.Di saat keadaan mulai membuat dirinya hampir gila, Panglima Perang Kerajaan Madangkara berteriak dari barisan paling bekakang."TANGKAP PENDEKAR ITU SEKARANG JUGA!"Mendengar Panglima yang berteriak secara langsung, para prajurit yang sudah mengepung Bara Sena pun sontak saja tersadar dan langsung menyerang Bara Sen
Teriakan Bara Sena begitu keras menggema di langit pegunungan Tibet. Tanah berguncang diiringi suara gemuruh badai dari atas langit. Kedua mata pemuda itu menyala putih terang. Di telinganya muncul dua Anting perak pemberian Dewa Angin Hong Li. Ribuan prajurit yang ada di sana menutup telinga mereka agar tidak mendengar teriakan mengerikan tersebut. Namun hal itu percuma saja. Teriakan Bara bukan teriakan biasa karena mengandung kekuatan Dewa Angin. Suaranya berdenging hingga membuat telinga ribuan orang itu mengucur kan darah. Latayu dan Marhasra berhasil bertahan dari serangan suara tersebut berkat kekuatan sekaligus harta yang melindungi tubuh mereka dari serangan tenaga dalam. Meski begitu, mereka masih merasakan tekanan dari suara tersebut. Hingga tiba-tiba suara itu berhenti. Keadaan menjadi lengang. Para prajurit yang merasakan kupingnya sakit hanya mengaduh sambil pegang telinganya yang berdarah tersebut. Mereka sama-sama melihat kearah Bara yang saat itu telah berubah me
Sosok wanita yang baru saja membukakan pintu terkejut dengan kemunculan pemuda tampan yang tahu nama dirinya dan siapa suaminya. "Kau siapa? Bagaimana kau bisa tahu namaku?" tanya wanita tersebut. "Aku tahu dari Kahiyang Dewi semua tentang Gandi dan dirimu. Bolehkah aku masuk? Ada yang ingin aku bicarakan denganmu," kata Bara. "Oh...Sebentar, aku sendirian di rumah ini..." ucap wanita itu seolah enggan menerima tamu seorang pemuda tampan yang dia tak tahu siapa orang tersebut. "Ada aku Sinta," terdengar satu suara dari balik tubuh Bara Sena. Saat wanita itu melongok keluar pintu, dia melihat Raja Kartikeyasingha yang berdiri di belakang sang Pendekar Golok Iblis. "Paman...! Kalau begitu silahkan masuk!" kata Sinta sambil membuka pintu lebar-lebar. Dia merasa tenang setelah melihat Raja Kalinggapura tersebut ada disana. Itu artinya dia tidak sendirian. Bara dan Raja duduk di sebuah kursi kayu. Sementara Rara Sinta membuatkan minuman panas. Aroma teh yang wangi mengingatkan B
Tak terasa, perjalanan Bara Sena dan armada Kekaisaran Zhou sudah memasuki kawasan laut Jawa. Itu artinya sebentar lagi mereka akan sampai di Pelabuhan Kalingga. Sebelum sampai kesana, Bara mengajak semua pengikutnya untuk memasuki Lantai Rahasia yang dia dapatkan setelah mengalahkan Dewa Hong di Lantai 100 Ujian Pagoda Dewa.Di lantai tersebut Bara menemukan banyak harta Karun yang tentu saja tidak dia makan sendiri. Para pengikutnya pun mendapatkan banyak harta Karun untuk menunjang kemampuan bertarung mereka. Bara mendapatkan satu gelang perak yang memiliki kemampuan untuk menahan tenaga dalam. Dia memberikan gelang tersebut kepada anaknya yang masih kecil dari Dewi Biru Xue Ruo bernama Meili Tianshi. Hal itu dikarenakan gadis bayi itu belum mampu mengendalikan kekuatannya yang sangat besar. Akan sangat berbahaya jika sampai tak terkendali diluar sana. Meili bisa menjadi bencana bagi manusia.Harta Dewa Hong terlalu banyak sehingga mereka semua bingung memilih harta untuk kemampuan
Clep!Ranting itu menancap di bagian paling memalukan Dewa Angin Hong Li. Sontak saja hal itu membangunkan Dewa yang baru saja terkapar setelah terkena jurus ilusi milik Kala."Bocah keparat! Apa yang kau lakukan padaku!?" teriak Dewa Hong marah namun dia tak bisa bergerak sama sekali."Oh...! Maaf! Aku kira kau sudah mati!" sahut Bara lalu dia membuang ranting yang dia gunakan untuk menyogok tubuh Dewa tersebut."Aku kalah darimu...Kau pantas menjadi pemilik Pagoda Dewa ini..Dan sebagai hadiah, kau akan mendapatkan sebagian kekuatan yang aku simpan di dalam peti ini...Anggap saja ini sebagai hadiah untuk pemilik baru, bukan hadiah karena kau telah mengalahkan aku. Namun tetap saja, kau akan mendapatkan hadiah sesuai yang telah di tetapkan di Ujian Pagoda Dewa ini..." kata Dewa Hong masih dalam keadaan tengkurap.Sebuah peti perak muncul di hadapan Bara Sena. Dengan rasa penasaran yang tinggi, pemuda itu pun membuka peti tersebut. dan didalam peti itu nampak sebutir pil berwarna putih
Blaaaarrr!!!Ledakan keras menggelegar terdengar saat tinju Bara Sena menghujam. Awalnya pemuda itu yakin serangannya akan membuahkan hasil. Namun ternyata, Dewa Hong tak semudah yang dia kira. Sesuatu yang menyerupai penutup kepala untuk prajurit perang menutupi kepala pria bernama Hong Li tersebut. Dan pelindung kepala itu tercipta dari kekuatan angin miliknya. Ledakan keras tercipta setelah tinju Bara menghantam pelindung tersebut dikarenakan pelindung itu memiliki kekuatan badai yang mampu menahan serangan apa pun!Disaat Bara tercengang dan kaget dengan apa yang dilihatnya, tangan Dewa Hong tiba-tiba saja sudah mencengkram kaki kanannya. Lalu denga satu kali tarikan, tubuh pemuda itu pun menghantam tanah dari pulau terbang tersebut dengan sangat keras hingga tanah itu hancur."Kau cukup pandai juga. Tapi sayangnya aku bukan Dewa lemah yang bisa dengan mudah kau kalahkan anak muda!" kata Dewa Hong lalu dia kembali mengayunkan tubuh Bara yang masih ada dalam cengkraman tangannya ke
Tubuh sosok bersayap kelelawar itu terbakar hebat dan seketika berubah menjadi abu dalam waktu sekejap mata. Dan yang tersisa disana hanya ada satu butiran kecil yang menyala. Itu adalah Inti Jiwa dari makluk tersebut. Bara mengarahkan tanganya ke benda tersebut sehingga benda berbentuk kelereng itu melayang terbang kearahnya.Setelah Inti Jiwa dari makhluk tersebut ada di tangannya, Bara tersenyum kecil."Aku kira akan menjadi Inti Jiwa yang bagus...Huh, ternyata hanya setingkat ini." gerutu nya lalu dia pun menelan butiran inti jiwa tersebut. Yui yang melihat itu terkejut."Hei! Kau langsung telan Inti Jiwa itu mentah-mentah!?" serunya.Bara menoleh dan alis kanannya sedikit terangkat."Kenapa?" tanyanya."Kau...Apakah kau sering melakukan ini?" tanya Yui yang masih ada di gendonga pemuda tersebut."Tentu saja dan itu tak masalah sama sekali bagiku," kata Bara."Bodoh! Kau menyiksa tubuhmu sendiri jika kau melakukan itu dalam waktu lama!" kata Yui membuat mata Bara terbelalak."Apa
Bara Sena melangkah dengan perlahan memasuki Hutan Mati dimana semua pohon yang ada disana hanyalah pohon kering tanpa daun sama sekali. Yui yang berada di gendongan punggung sang pemuda hanya bisa ikut mengawasi keadaan di sekitar dengan waspada."Tak ada pergerakan apa pun yang aku rasakan," kata Bara dengan suara lirih."Justru karena sepi seperti ini kita harus meningkatkan kewaspadaan...Aku merasa gelisah sejak tadi...Kau tahu bukan, bagaimana seekor ular yang gelisah merasakan hawa kehadiran yang tidak jelas?" sahut Yui membuka Bara mengangguk paham.Setiap langkah kaki pemuda itu meninggalkan jejak api yang menyala. Setelah perjalanan hampir mencapai di Kuil, barulah Bara Sena merasakan ada sesuatu yang mengikutinya dari belakang."Sepertinya mereka mulai datang...Aku bisa merasakan ada beberapa ekor yang mengawasi pergerakan kita," bisik Yui."Aku tahu. Tenang saja, setelah sampai di Kuil, kau cukup duduk saja dan menantiku..." kata Bara. Yui mengangguk pelan.Pendekar Golok I
Bara Sena yang saat itu dalam wujud Iblis Neraka melangkah melewati bebatuan tinggi yang tersebar di sejauh mata memandang."Apa di tempat ini hanya ada batu-batu aneh seperti ini?" tanya Bara."Benar. Lembah ini dipenuhi oleh batu-batu ini. Tapi, ada beberapa wilayah seperti hutan mati, lalu ada juga wilayah yang bersalju. Sejauh ini hanya itu yang aku tahu," kata Yui."Hm...selama ribuan tahun, kau juga tak menemukan keberadaan Mahkota Raja itu sama sekali?" tanya Bara.Yui tersenyum kecut."Kau sudah tahu itu.Kalau aku menemukan mahkota tersebut, tidak mungkin aku terus berada di tempat aneh ini terpenjara seumur hidup." kata Yui dengan wajah terlihat kesal.Bara hanya tersenyum kecil melihat wajah cemberut Yui. Dia kembali melangkah dan wanita itu mengikutinya dari belakang. Setelah berjalan cukup lama menembus bebatuan yang menjulang tinggi, tiba-tiba Bara Sena mendadak berhenti."Tunggu...! Didepan sana ada sesuatu..." ucap pemuda tersebut.Yui yang berada di belakang Pendekar G
Bara Sena tertegun mendengar apa yang wanita itu katakan. Dia sama sekali tak terpikir bahwa lembah itu hanya untuk menghukum atau mengutuk para Dewa saja. Itu sebabnya lembah tersebut bernama Lembah Kutukan Dewa."Tapi...Kenapa kekuatan Iblis di dalam tubuhku tak bisa keluar?" nyeletuk pemuda tersebut tanpa sadar membuat wanita itu berjalan mengitari api unggun lalu mendekat kearah Bara Sena. "Iblis? Jadi didalam tubuhmu ada iblis?" tanya wanita tersebut.Bara sempat ragu dan merasa menyesal sudah berkata yang seharusnya tidak dia katakan. Tapi karena sudah kepalang tanggung, akhirnya dia menjawab dengan anggukkan kepala. Wajah wanita itu tiba-tiba menjadi terlihat berseri."Kalau begitu, kau bisa memiliki kekuatan Iblis itu!" serunya sambil meraih tangan Bara Sena. Sontak saja pemuda itu menarik kembali tanganya dari tangan wanita tersebut."Bagaimana caranya?" tanya Bara. Dia melihat wajah tak suka dari wanita itu setelah tangannya yang tengah di pegang oleh si wanita dia tarik ke
Suara aneh yang terdengar mendesis itu adalah suara seekor ular kobra berukuran sangat besar. Ular tersebut mengitari batu tempat dimana Bara bersembunyi dengan melata tanpa suara. Hanya sesekali terdengar suara mendesis dari lidahnya yang juga sesekali keluar dari mulutnya untuk mencari keberadaan mangsa yang tengah dia incar. Dan saat ini, mangsa yang tengah dia buru adalah Bara Sena yang bersembunyi dibalik celah batu tersebut."Sialan...! Kenapa aku menjadi ketakutan seperti ini menghadapi makhluk rendah seperti mereka..? Padahal mereka hanyalah binatang biasa..." batin Bara dengan keringat dingin yang mulai bercucuran.Ular itu kembali mendesis dengan suara yang lebih keras. Dan perlahan-lahan kepalanya mendekati celah dimana Bara Sena berada. Namun karena saking besarnya, kepala ular itu tak bisa masuk kedalam celah batu. Beruntung sekali pemuda itu karena dua binatang yang mengincar dirinya memiliki ukuran tubuh yang tak biasa.Beberapa kali kepala ular itu mencoba untuk masuk