Kojiro Geni yang melihat sinar hitam itu menderu kearahnya segera menyilangkan kedua tangan didepan kepalanya sambil mengerahkan perisai petir miliknya. Suuut!Daaar!Tubuh putra Jaka Geni itu terpental sejauh lima tombak dan mendarat di tanah dengan punggung lebih dulu. Lao Hu menyeringai lebar mengerikan lalu dia melepaskan cekikan nya pada leher Tatsuka sehingga gadis itu terlepas dan jatuh ke tanah sambil memegangi lehernya yang terasa sakit."Kalian kalah! Aku beri waktu istrirahat sampai tenaga kalian pulih kembali. Setelah itu kita akan melihat sejauh mana kalian bisa bekerjsama dan menahan serangan setengah kekuatanku. Jika itu berhasil, maka aku akan meningkat sedikit setiap serangan dan kecepatan. Jangan salah paham, aku melakukan ini karena permintaan Batara Geni. Bukan karena aku mengasihi kalian. Mengerti!?" kata Lao Hu lalu tanpa menunggu jawaban dia segera melompat kearah batu besar sambil mengaum keras.Kojiro Geni segera bangkit berdiri. Dia menatap kearah lengan kana
Dewi Durga menatap tubuh Jaya yang sudah mengering hanya menyisakan tulang berkulit. Darah, daging dan jiwanya semua terhisap masuk kedalam tubuhnya. Perut wanita itu pun nampak terlihat besar seperti wanita yang sudah hamil sembilan bulan.Dengan perlahan Durga bangkit berdiri dan melayang turun dari atas batu datar tersebut. Dia mengusap perutnya yang besar seperti ibu yang menyayangi anaknya."Tak akan lama lagi, aku akan kembali...Dengan kekuatan yang lebih sempurna. Jaka Geni, tunggu sampai aku datang padamu dan menghancurkan dirimu!" ucap Dewi Durga.Dia pun berjalan dengan perlahan menuju ke sebuah peti kayu kecil yang tertutup. Lalu dengan perlahan wanita itu mengambil botol kecil berwarna putih yang didalamnya terdapat darah miliknya."Ini yang terakhir. Aku akan mengalami kematian untuk kedua kalinya...Benar-benar menyiksa sekali hidup ini. Setelah ini, aku tidak tahu apa yang akan terjadi..." batin Durga lalu dia membuka tutup botol yang terbuat dari kaca tersebut. Sesaat d
Tibet...Pegunungan Tibet yang menjulang tinggi itu porak poranda dan hancur di banyak sisi tebingnya. Bahkan ada satu gunung yang hancur tak berbekas alias menghilang hingga membentuk lubang seperti baru saja terjadi ledakan yang sangat besar. Api berkobar dimana-mana dengan asap yang membubung tinggi ke langit.Bara Sena melayang terbang sambil menggenggam Golok Iblis di tangannya. Beberapa luka nampak terlihat di wajah dan tangannya. Pakaiannya pun robek di beberapa bagian. Napasnya tersengal dan seperti mau putus.Didepan sana, dengan jarak belasan tombak terlihat satu sosok Kera bertubuh sebesar dirinya membawa tongkat emas dalam keadaan yang tidak jauh berbeda. Sosok Kera tersebut adalah Raja Kera Iblis Sun Wukong.Ganesha menatap bergantian kearah mereka berdua."Tujuh hari mereka bertarung tanpa henti hingga menghancurkan pegunungan ini. Tapi kenapa Guru tak kunjung bangun dari pertapaannya? Apakah guncangannya belum cukup untuk membangunkannya? Keadaan semakin genting...Jika
Pertarungan Pendekar Golok Iblis Bara Sena melawan Raja Kera Iblis Sun Wukong terhenti saat terjadi getaran hebat di wilayah pegunungan Tibet. Keduanya sama-sama tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi dan sama-sama mencurigai bahwa itu kekuatan salah satu dari mereka. Namun setelah Sun menanyakan tentang kekuatan tersebut, Bara menjadi penasaran, apa sebenarnya yang terjadi dengan tempat yang dipijaknya. Rasa penasaran mereka semakin mencuat saat salah satu gunung yang tingginya lebih dari seribu tombak itu amblas masuk kedalam bumi!Rasa penasaran sekaligus khawatir terlihat di wajah mereka berdua, namun tidak untuk Dewa berkepala gajah yang tidak lain adalah Ganesha yang juga berada di sana menyaksikan pertarungan mereka berdua. Ganesha justru malah tersenyum senang.Tanah terbelah hingga membuat guncangan dahsyat. Bara masih berada di tanah tersebut karena dia tak mungkin pergi dalam keadaan Tongkat Pilar Langit dan jurus Tangan Dewa Menghujam Bumi milik Sun Wukong masih menekan d
Dewa Kera Putih Anoman melesat kearah Bara Sena dan Sun Wukong yang baru saja tertawa cekikikan. Kedatangan Anoman membuat mereka berdua hentikan tawa dan segera melompat mundur."Berpencar!" teriak Bara.Sun Wukong kearah kiri dan Bara kearah kanan. Anoman yang sempat bingung langsung saja melesat kearah Sun Wukong yang sebelumnya tertawa paling kencang. Melihat dirinya yang menjadi sasaran, Sun Wukong bersiul memanggil Tongkat Pilar Langit miliknya.Tongkat Emas yang menancap di tanah itu tercabut dengan sendirinya dan melayang di udara. Lalu secara aneh meluncur kearah Sun Wukong yang tengah dikejar oleh Anoman.Tepat disaat Anoman hampir meraih kaki Sun Wukong, Tongkat Pilar Langit datang dan menyerangnya. Dengan cepat Kera Putih tersebut menghalau tongkat tersebut dengan tangannya.Trak!Tongkat itu pun terpental dan menjauh. Sun Wukong yang merasakan kekuatan Anoman melemah akibat menggunakan Golok Iblis milik Bara menjadi merasa sedikit berani. Dia menoleh kearah Dewa Kera Puti
Bara Sena terkejut melihat Ganesha yang benar-benar berbeda. Bahkan waktu dulu dia bertarung melawannya, wajah dan tatapan Dewa itu tidak segarang saat ini."Ada apa dengan dirimu?" tanya Bara.Ganesha memalingkan wajah dan menghela napas dalam-dalam. "Bencana yang aku takutkan kini telah lahir. Dan bencana yang terlahir itu tercipta karena kesalahan yang aku perbuat. Itu alasannya aku harus membangunkan guru..." kata Ganesha dengan suara perlahan."Bukankah ada Paman Jaka Geni yang bisa mengatasi masalah ini?" tanya Bara heran."Jaka Geni terikat pada Perjanjian Darah yang dia lakukan saat dia mencari sekutu untuk menyerang kahyangan. Tak ada yang bisa dia lakukan kecuali dia mau menerima Hukuman Langit dan Bumi. Tapi siapa yang mampu menerima hukuman tersebut? Tak ada satu Dewa pun yang bisa menahan Hukuman Langit dan Bumi, tak terkecuali Batara Geni." kata Ganesha membuat Bara tertegun."Sebenarnya makhluk apa yang kau takutkan akan menjadi bencana itu?" tanya Bara masih belum men
Bara Sena yang masih duduk di atas tanah bisa merasakan kehadiran ribuan prajurit berkuda yang tengah bergerak cepat menuju kearahnya. Tapi karena dia tengah memulihkan kekuatan dan mengobati luka dalamnya, dia tidak menghiraukan kedatangan para prajurit Madangkara yang dia anggap sebagai semut."Kepung dia!" teriak Panglima Kerajaan memberi perintah.Seorang pemandu pasukan di garis depan mengibarkan bendera hijau. Lalu dengan cepat ratusan kuda dengan pasukan berbaju lengkap serta bersenjatakan panah membentuk lingkaran mengepung Bara Sena dengan jarak sepuluh tombak.Pemandu pasukan tersebut mengibaskan kembali benderanya. Kali ini dia menggunakan bendera warna merah. Ratusan pasukan dengan tameng dan tombak bergerak maju mengepung semua sisi. Bruk!Ratusan tameng itu secara serentak menghujam tanah. Semua orang bersiaga menunggu perintah. Mata mereka menatap pemuda yang masih duduk bersila dengan tenang di atas tanah. Pakaian pemuda itu nampak compang camping seperti gelandangan.
Tombak Besi Biru meleleh seperti cairan dan menetes di atas tanah dalam keadaan masih terbakar. Bara menatap tajam kearah Latayu yang terlihat pucat pasi."Kau ini berani atau nekat karena bodoh?" tanya Bara sambil menggosok telapak tangannya yang baru saja membakar tombak Besi biru.Latayu tak menjawab. Dia menelan ludahnya. Keringat dingin membasahi tubuhnya."Aku...Aku tak sengaja melemparkan Tombak itu kearahmu..." kata Latayu dengan suara bergetar.Bara Sena menatap tajam kearahnya. Meski ada ratusan pasukan yang menjadi pemisah antara mereka berdua, Latayu merasa saat ini dia merasa seperti sendirian. Mata Pendekar Golok Iblis itu seolah-olah hanya mengincar dirinya.Di saat keadaan mulai membuat dirinya hampir gila, Panglima Perang Kerajaan Madangkara berteriak dari barisan paling bekakang."TANGKAP PENDEKAR ITU SEKARANG JUGA!"Mendengar Panglima yang berteriak secara langsung, para prajurit yang sudah mengepung Bara Sena pun sontak saja tersadar dan langsung menyerang Bara Sen