Bara Sena yang masih duduk di atas tanah bisa merasakan kehadiran ribuan prajurit berkuda yang tengah bergerak cepat menuju kearahnya. Tapi karena dia tengah memulihkan kekuatan dan mengobati luka dalamnya, dia tidak menghiraukan kedatangan para prajurit Madangkara yang dia anggap sebagai semut."Kepung dia!" teriak Panglima Kerajaan memberi perintah.Seorang pemandu pasukan di garis depan mengibarkan bendera hijau. Lalu dengan cepat ratusan kuda dengan pasukan berbaju lengkap serta bersenjatakan panah membentuk lingkaran mengepung Bara Sena dengan jarak sepuluh tombak.Pemandu pasukan tersebut mengibaskan kembali benderanya. Kali ini dia menggunakan bendera warna merah. Ratusan pasukan dengan tameng dan tombak bergerak maju mengepung semua sisi. Bruk!Ratusan tameng itu secara serentak menghujam tanah. Semua orang bersiaga menunggu perintah. Mata mereka menatap pemuda yang masih duduk bersila dengan tenang di atas tanah. Pakaian pemuda itu nampak compang camping seperti gelandangan.
Tombak Besi Biru meleleh seperti cairan dan menetes di atas tanah dalam keadaan masih terbakar. Bara menatap tajam kearah Latayu yang terlihat pucat pasi."Kau ini berani atau nekat karena bodoh?" tanya Bara sambil menggosok telapak tangannya yang baru saja membakar tombak Besi biru.Latayu tak menjawab. Dia menelan ludahnya. Keringat dingin membasahi tubuhnya."Aku...Aku tak sengaja melemparkan Tombak itu kearahmu..." kata Latayu dengan suara bergetar.Bara Sena menatap tajam kearahnya. Meski ada ratusan pasukan yang menjadi pemisah antara mereka berdua, Latayu merasa saat ini dia merasa seperti sendirian. Mata Pendekar Golok Iblis itu seolah-olah hanya mengincar dirinya.Di saat keadaan mulai membuat dirinya hampir gila, Panglima Perang Kerajaan Madangkara berteriak dari barisan paling bekakang."TANGKAP PENDEKAR ITU SEKARANG JUGA!"Mendengar Panglima yang berteriak secara langsung, para prajurit yang sudah mengepung Bara Sena pun sontak saja tersadar dan langsung menyerang Bara Sen
Teriakan Bara Sena begitu keras menggema di langit pegunungan Tibet. Tanah berguncang diiringi suara gemuruh badai dari atas langit. Kedua mata pemuda itu menyala putih terang. Di telinganya muncul dua Anting perak pemberian Dewa Angin Hong Li. Ribuan prajurit yang ada di sana menutup telinga mereka agar tidak mendengar teriakan mengerikan tersebut. Namun hal itu percuma saja. Teriakan Bara bukan teriakan biasa karena mengandung kekuatan Dewa Angin. Suaranya berdenging hingga membuat telinga ribuan orang itu mengucur kan darah. Latayu dan Marhasra berhasil bertahan dari serangan suara tersebut berkat kekuatan sekaligus harta yang melindungi tubuh mereka dari serangan tenaga dalam. Meski begitu, mereka masih merasakan tekanan dari suara tersebut. Hingga tiba-tiba suara itu berhenti. Keadaan menjadi lengang. Para prajurit yang merasakan kupingnya sakit hanya mengaduh sambil pegang telinganya yang berdarah tersebut. Mereka sama-sama melihat kearah Bara yang saat itu telah berubah me
Dua sosok yang baru datang itu tertegun melihat ribuan mayat yang bergelimpangan di atas tanah yang dibanjiri oleh darah. Bau anyir menerpa hidung mereka berdua. Dari tampangnya, mereka jelas bukan orang sembarangan."Kita terlambat Arjun..." ucap pria dengan dua senjata Cakra emas menggantung di punggungnya. Pria muda yang dipanggil dengan nama Arjun itu menghela napas dalam-dalam."Mau bagaimana lagi Ananta, kita sudah memperingatkan Panglima Marhasra. Tapi kau tahu sendiri perangai dia..." sahutnya.Rupanya dua orang itu adalah para pendekar Madangkara yang sebelumnya pernah bertemu Bara di sebuah desa yang waktu itu diserang oleh pasukan Anubis.Mereka sama-sama menatap kearah Bara Sena yang tengah memeluk tubuh Shi Yun. Ada perasaan tak tega melihat pemandangan tersebut. Apalagi Arjun pernah menyukai gadis itu. Mereka pun turun dan datang menghampiri Bara Sena. Saat melangkah, mereka menatap Golok Iblis yang tertancap di tanah."Entah kenapa, Golok besar itu seperti mengawasi kit
Antasena mengitari Golok Iblis sambil terus menatapnya tanpa henti. Jung Seo yang melihat Golok itu terpaku di tempat. "Golok Luo Tian Long yang melegenda...!" serunya dalam hati.Antasena yang penasaran mencoba meraih gagang Golok tersebut dan mencabutnya dari dalam tanah. Tapi anehnya Golok itu tak bergeming sedikit pun. Bahkan bergeser pun tidak."Golok ini...Sangat berat!" batin Antasena.Dia menoleh kearah ayahnya yang sibuk menanyai Ananta tentang Raja Madangkara. Dia tak percaya ayahnya itu memiliki senjata yang dia sendiri tak bisa mengangkatnya."Antasena! Lebih baik kau jangan menyentuh Golok itu!" seru Jung Seo."Kenapa?" tanya bocah kecil yang terlihat seusia dengan anak umur 10 tahunnan tersebut. Padahal dia masih belum lama lahir."Itu adalah Golok Luo Tian Long. Golok Legenda dari Langit Utara milik Dewa Perang Luo Bao. Kau tidak mengerti mengenai dunia dewa. Lebih baik kau tanyakan sendiri pada
Arjun dan Ananta terkejut setengah mati bertemu dengan sosok manusia tambun dalam keadaan hancur yang mereka berdua kenali. Sosok yang tidak lain adalah Panglima Perang Kerajaan Madangkara, Marhasra. Panglima Perang itu dalam keadaan yang sangat mengenaskan dengan seluruh bagian tubuh hancur.Bahkan kedua Pendekar itu hampir tidak bisa mengenalinya seandainya jubah perang Panglima itu tidak terlihat. Namun bukan itu yang membuat mereka berdua terkejut setengah mati. Dalam keadaan tubuh hancur, kedua tangan dan kaki yang tidak utuh serta leher patah dan kepala pecah, sosok Marhasra masih memperdengarkan suara hembusan napas yang tersendat. Itu artinya, sosok Panglima tersebut masih bernyawa!"Apa yang harus kita lakukan dengan Panglima ini Arjun?" tanya Ananta.Arjun yang sejak tadi hanya diam dan menatap ngeri kearah Marhasra tak langsung menyahut. Otaknya berputar memikirkan apa yang harus dia lakukan saat ini setelah mengetahui Pangli
Luo Zhen menghela napas dalam-dalam."Luo Yixi memiliki bakat aneh sejak lahir yang membuat dia dijauhi dan di kucilkan di Keluarga Luo. Itu adalah karena dia yang seharusnya memiliki kemampuan Darah yang menjadi kekuatan utama kami keluarga Luo, tapi dia malah justru memiliki kekuatan aneh yang dianggap sebagai 'kelainan'. Kemampuan itu adalah mengeluarkan binatang menjijikkan dari dalam tubuhnya." kata pria tua tersebut sambil mengelus jenggotnya."Binatang apa yang kau maksud?" tanya Bara penasaran."Cacing Kehancuran. Itu adalah makhluk yang lebih mengerikan dari binatang Iblis mana pun. Dia bisa memakan apa saja tergantung Yixi menginginkannya atau tidak. Karena itulah, dia dijauhi dan dianggap monster oleh semua orang." kata Luo Zhen."Cacing Kehancuran? Bisakah kau jelaskan kekuatan apa itu?" tanya Bara dengan kening bekerut."Cacing itu bisa menelan Apa saja dan menjadikan itu sebagai kekuatan. Dewa Indra saat ini ada di tubu
Tian Zu Ning memejamkan matanya saat tangan penuh otot itu meremas tubuhnya dengan sedikit kasar. Ini adalah kali pertama dia membiarkan seorang pria menyentuh dan bahkan meremas tubuhnya.Sambil meremas dan merasakan kepadatan tubuh sang Dewi Naga, Bara Sena terus melumat bibir wanita cantik tersebut. Tian Zu tak bisa berbuat banyak kecuali mencengkram punggung dan kepala pemuda itu."Berhenti...Kakang..." pinta wanita itu setelah melepaskan pagutan sang Pendekar Golok Iblis.Kedua mata Bara menatap wajah cantik Tian Zu."Ada apa? Apakah kau merasa aneh?" tanyanya."Apa yang kau lakukan dengan tubuhku? Kau meremasnya dengan kasar membuatku tidak nyaman sama sekali!" kata Tian Zu dengan napas tersengal.Bara Sena tersenyum. Dia menarik napas untuk menenangkan pikiran dan menahan napsu nya yang sudah meledak-ledak."Maafkan aku kekasihku, tapi...Entah kenapa, setelah melihat dirimu, semua luka yang baru aku alam