Cahaya matahari kian membesar dengan amat indah, Silau nya menyinari seluruh penjuru kota.Diwaktu inilah hiruk-piruk kesibukan manusia dimulai, kicauan burung-burung pun terdengar.Ditambah lagi sejuk nya angin pagi yang beradu dengan hangat nya sinar sang mentari.
Dua sejoli itu, Arabelle dan Arin memasuki sekolah sembari bergandengan, kebetulan mereka bertemu saat di depan sekolah tadi.Belum jauh mereka melangkah, sebuah teriakan menghentikan mereka berdua.
Disana pelangi terlihat masih berdiri di depan mobil yang jelas arabelle dan arin tau itu milik papi nya.Mereka melambaikan tangan dan juga dibalas oleh pelangi.
Arin menggerakkan tangan nya memanggil pelangi untuk segera mendekat, namun pintu mobil pelangi yang kembali terbuka menarik perhatian mereka.
Biasanya, pelangi selalu datang sendiri tentu karena tidak ada keluarga ataupun teman dekat nya yang bersekolah di sekolah mereka saat ini.Orang itu keluar dari sana, ia bahkan sempat menyenggolkan bahu lebar nya kebahu pelangi.
Arin dan arabelle saling memandang kala melihat bahwa orang yang datang bersama pelangi adalah Leo, teman langit.
Pelangi berdecih, lalu ia berlari kecil menghampiri arabelle dan arin "Yuk masuk"
Pelangi merangkul satu lengan kedua temannya.Mereka berjalan beriringan menuju kelas.
"Ya pelangi, kok lo bisa dateng bareng dia?" arabelle membuka suara.
"hah? Oh itu si jangkung? Gw pungut dijalan" sahut pelangi dengan santai nya.
"Ngeles mulu lo.Kapan sih ngomong bener nya" cetus arin, ia menggelengkan kepala nya.
Pelangi tersenyum.Tidak, lebih tepat nya tersipu "Gw benar waktu gw bilang kalau langit itu cakep hehe"
Arin dan arabelle saling pandang, mereka sama sama menarik lengan mereka lalu bergandengan tangan dan berlari meninggalkan pelangi.
Pelangi memandang mereka "eeh kok gw ditinggalin sih, tungguin heyy" ia berlari mengejar teman teman nya yang sudah lebih dulu masuk ke dalam kelas.
Jam pelajaran akan segera dimulai, guru kini sudah memasuki kelas.Semua siswa membuka buku mereka dengan tenang.Sesekali pelangi dan arabelle justru mengobrol saat guru lian sedang menerangkan materi.
"Pelangi arabelle berdiri!" Bentaknya membuat seisi kelas terkejut.
Orang yang disebut pun secara spontan langsung berdiri dari duduknya.Kepala mereka tertunduk.
"Apa kalian akan terus bicara selama saya menerangkan? Pelangi, jangan kamu fikir karna nilaimu selalu baik saya akan melepaskanmu" Omelnya.
"Maaf guru lian.Saya tidak akan mengulangi" tutur pelangi dengan hati-hati, berharap tidak akan mendapatkan semprotan lagi.
"Dan kamu arabelle! Lebih baik kamu gunakan waktumu untuk belajar daripada mengobrol.Setidaknya nilaimu bisa lebih baik"
Arabelle mengangguk-anggukan kepala.
"Duduk" perintahnya.Arabelle dan pelangi pun duduk kembali.
"Memangnya kalau gw nggak belajar ngerugiin dia apa" bisik arabelle yang membuat pelangi tertawa dan melemparnya dengan pulpen.
Bel istirahat sudah berbunyi, semua siswa sudah beranjak untuk mengisi perut mereka masing masing.Kini di kelas hanya tersisa pelangi dan dua teman seperbodohan nya.
"Lo makan sekarang tidak pel?" tanya arabelle
Pelangi menggeleng, ia membuka tas nya mengeluarkan kotak bekal milik nya "Nih gw bawa sandwich, buat kalian juga"
Arabelle dan arin tersenyum, mereka langsung mendekat kearah pelangi, saat pelangi membuka kotak makan nya mereka langsung menyerbu
"eeh yang dibungkus plastik jangan diambil" pelangi menarik sandwich berbungkus plastik yang sudah berada di tangan Arin.
Arin menatap pelangi sebal "Memang kenapasih nggak boleh" cetus nya.
Seperti biasa, pelangi hanya tersenyum senyum sendiri "Ini buat cowok paling ganteng di sekolahan ini yang berstatus sebagai crush nya pelangi yaitu langit"
Arabelle merinding, ia langsung memasang ekspresi seolah ingin muntah, pelangi yang melihat nya langsung memukul lengan nya.
"Udah ah, selamat makan.Gw mau nyamperin langit dulu dah kalian" pelangi pergi dari sana.
Di kelas nya, Devan tengah menyandarkan diri pada tembok sembari mendengar alunan lagu yang mengalun di telinga nya.
Hari ini Devan merasa malas untuk keluar dari kelas, apalagi nanti dia akan bertemu gadis yang aneh bernama pelangi.Ia merasa tak punya kesabaran untuk menghadapi setiap tingkah dan meladeni setiap ucapan dan pertanyaan yang seakan tak ada habisnya dari pelangi.
"Lo nggak laper dev?" haru mendudukkan diri nya disamping devan.
Devan hanya menggeleng "uh?Lagi nggak nafsu makan, lo gimana?"
"Gw laper banget sial" Kini Leo yang bicara, ia duduk diatas meja dihadapan devan dan haru.
"Eh btw ya, Gw liat tadi pagi lo dateng sama si cewe itu kan?" tanya haru.
Devan membuka earphone nya, mencoba mengikuti pembicaraan kedua sahabat nya.
"Hooh, motor gw mogok dijalan.Kebetulan ketemu nya dia, yaudah lah daripada gw telat mending gw ngikut aja" Leo menatap devan, ia memajukan wajah nya agar lebih dekat.
"Tapi kalau difikir fikir ya dev, kok pelangi bisa suka sama lo ya?" tanya leo.
Devan yang mendengar nya memasang wajah kesal "Lo liat, bagian mana dari gw yang nggak disukai sama orang?dari ujung rambut sampe ujung kepala juga semua orang suka.Everything about me is crazy bro!" sahutnya.
Haru terkekeh sembari bertepuk tangan, ia memukul lengan devan sedikit keras "Gila, lo emang kalau lagi pd mode on suka nggak tau diri ya men"
Inilah Devan, ia selalu bersikap dingin dan cuek terhadap orang asing.Bukan hanya orang asing, ia juga bersikap sama pada orang yang tidak ia sukai.Lebih tepatnya devan tidak bisa menjadi bunglon.
Jika ia tidak menyukai seseorang, itu akan terlihat jelas dari sikapnya.Tapi, semua sikap dingin devan tidak berlaku untuk kedua sahabat karib nya haru dan leo.
Devan, haru dan leo mereka adalah teman saat di sekolah dasar.Persahabatan mereka dimulai dengan kalimat random seorang anak kecil yang mengatakan bahwa mereka adalah sahabat dan mereka akan terus bersama.
Siapa sangka, bahwa ucapan semasa kanak kanak itu kini menjadi kenyataan.Mereka tumbuh dewasa dengan selalu bersama, bahkan memilih sekolah yang sama.Mengetahui rahasia satu sama lain bahkan kehidupan pribadi satu sama lain.Hubungan mereka memang sudah sedekat itu.
Leo menggeleng "nggak kebayang gimana seandainya orang-orang tau kalau lo yang diam sok kalem sok cool kaya begini cuma topeng doang, gw yakin sih pada kabur itu mereka"
"Gw nggak kok"
Baik devan, leo maupun haru, ketiga nya kaget mendengar jawaban dari orang tak diundang untuk percakapan mereka.
Mereka menoleh kearah suara, disana seorang gadis berdiri sembari terus tersenyum.
"Pelangi?ngapain lo disini?" leo menatap pelangi tajam
Pelangi kembali menatap leo tak kalah tajam, lalu ia mendaratkan sebuah tinjuan di lengan leo "Bukan nyariin lo yang jelas!"
Kini pelangi beralih menatap langit-nya.Ia tersenyum dan menyodorkan kotak bekal berwarna biru muda di depan langit "Nih, gw bawain makanan.Dimakan ya"
Pelangi tersenyum, ia berbalik dan hendak pergi.Tapi ia berbalik lagi "Hari ini gw gak bawain susu kotak coklat, soalnya kan katanya lo gasuka.Jadi nanti gw cari tau dulu yang lo suka apaan.Have a nice day ya langit nya pelangi"
Haru dan leo kini fokus menatap pada pelangi, sementara devan justru memutar bola mata nya malas.
Setelah pelangi pergi dari sana devan mendorong kotak makan nya kearah leo "Nih makan, katanya lo laper"
Leo sumringah, diraihnya kotak makan dari meja "beneran nih? Terus lo?" Tanya nya
Langit menggeleng "Buat lo aja.Gw nggak laper"
"Siyapp" Leo membuka tutupnya, ia mengambil satu gigitan besar pada sandwich yang pelangi berikan.Ya maksudnya yang ia berikan pada langit.
"Enak loh ini" Puji leo saat sudah berhasil menelan sandiwch nya "Oi, Devan! Lo yakin nih nggak mau?" Lanjutnya
"Kagak.berisik banget lo makan tinggal makan" ia kini beralih memasang earphone nya lagi dan memejamkan matanya sembari bersandar pada sandaran kursi.
"Gw mau dong" Pinta Haru, leo menyodorkan sandiwch nya kearah haru dan langsung saja disambar oleh haru.
Leo tengah berdiri di koridor sekolah.Sesekali ia menatap kearah dimana para siswa akan lewat untuk menuju ke dalam kelas masing masing.Sudah hampir 5 menit lamanya ia menunggu, namun pelangi juga belum terlihat.
Satu persatu siswa mulai berlalu lalang, mereka berjalan menuju kelasnya masing masing.Dilihatnya jam tangannya, sudah hampir jam masuk namun pelangi belum juga terlihat.
Leo mengusak rambutnya.Kenapa pula pelangi harus marah padanya? Mereka bahkan baru saja menjadi teman, apa sudah mau bertengkar seperti ini?
Ini semua salah langit.Jika dia tak meminta leo untuk memakan sandiwch yang pelangi bawakan untuknya, maka tidak mungkin pelangi akan marah seperti sekarang ini.
Bukan lebay atau apapun itu.Tapi Leo benar benar jarang sekali memiliki teman seorang wanita.Namun pelangi berbeda, hanya dalam waktu dekat dia bisa dekat dengan pelangi.Meski kadang ia jengkel dengan tingkah pelangi, namun tetap saja pelangi adalah satu-satunya teman wanita nya untuk saat ini.
Leo tersenyum kala pendengaran nya menangkap sekilas suara pelangi, ia menghampirinya dan menyapanya.
Berkali kali leo mengajak pelangi berbicara, menanya kan nya, membujuknya, namun pelangi masih tidak bicara Ia bahkan meninggalkan leo yang masih bicara dengannya.
Leo berjalan tak kalah cepat dari pelangi, ia masih setia mengekor dibelakang.Sejak tadi, ia mengajak pelangi bicara namun pelangi tak menghiraukannya sama sekali hingga saat ini.
"Pelangi udahan marah nya.Kan udah gw bilang bukan gw yg mau, devan sendiri yang ngasihin dan nawarin ke gw" ucapnya membela dirinya sendiri.
Pelangi berbalik, ia mengangkat tangan nya menekuk semua jari jari nya kedepan seolah ingin menyakar wajah leo.
Leo kaget sontak mundur, pelangi menghentak hentakkan kaki nya kesal.
"Ya tapi tetap aja lo kan yang makan! Kan gw bawa itu buat LANGIT bukan buat lo!" Omelnya.
Leo menghela nafas, oke dia harus mengalah "Yaudah iya gw salah, yaudah maaf besok-besok makanan lo nggak bakal gw makan lagi, udahan dong marah nya.Tetangga masa kaya gitu"
Pelangi tak membalas, ia hanya memasang ekspresi kesalnya.
Leo kalap, ia tak tahu caranya membujuk seorang wanita.Ditambah lagi ini adalah pelangi, gadis aneh yang entah sejak kapan dan bagaimana bisa menjadi teman nya saat ini.
"Bodo ah malas" pelangi berjalan, lalu berbalik lagi.Dipukul nya dada leo pelan, ia menaikkan bibir atasnya, matanya seolah menyala penuh kekesalan.Jika dilihat persis seperti wajah anak kucing yang sedang marah.
Leo tak bisa bertahan lagi, dia tertawa pelan "Gila, bisa kena serangan jantung gw" dielusnya dadanya sembari menetralkan detak jantungnya yang entah mengapa berdebar kencang.
Arabelle menggaruk kepalanya, soal matematika memang selalu berhasil membuatnya pusing tujuh keliling.Otaknya sudah berasa panas, takut takut jika tiba tiba kepalanya mengeluarkan asap.Dilirik pelangi yang berada disampingnya "pssst pel, soal nomor 4 udah belum?"
Pelangi mengangkat buku nya, menunjukkan nya ke arah araballe, kepala nya mengangguk, jempol nya terangkat "pelangi gituloh" bangganya.
Arabelle menepuk lengan nya "Sombong, lihat dong"
"Pelangi arabelle ngapain kalian berisik disana?"
Pelangi dan arabelle serempak melihat kearah dimana guru mereka duduk.Pelangi mengangkat jari nya menunjuk kearah arabelle
"Arabelle nih bu mau minta contekan"
Jam pelajaran telah selesai, arabelle masih saja memasang wajah cemberut nya.
Tentu saja, ia tengah dalam mode merajuk kepada pelangi.Pasalnya ia kena hukuman karena ingin mencontek darinya tadi.
"Arab ku sayang udah dong ngambeknya, ntar lo makin tua tau" pelangi mencolek dagu arabelle manja
"Yuk rin makan, gw laper" arabelle bangkit, menggandeng arin lalu berjalan
Pelangi berlari mengejar, diraihnya kedua lengan temannya "Arab udah dong ngambek nya, ayo gw traktir ke minimarket sekolah nanti"
Dengan sigap, arabelle melepaskan lengan pelangi lalu ia yang menggandeng lengan milik pelangi sembari tersenyum ceria "lets go!!!"
Pelangi berdecih, kelakuan temannya selalu seperti ini.Traktiran adalah hal yang tidak bisa dilewatkan bahkan mode ngambek pun tidak bisa menghalangi untuk mendapatkan traktiran.
"Anin"
Merasa namanya terpanggil, pelangi menoleh kebelakang.Disana terlihat leo sedikit berlari kecil menghampirinya.
"Gw mau ngobrol sebentar sama pelangi nya boleh ya?" Ucapnya.Arabelle dan Arin mengangguk, kemudian pergi meninggalkan leo bersama pelangi
"Nin sorry dong, lo mah gitu sama Leo yang baik hati" Ia menatap sendu kearah pelangi
Pelangi memutar bola mata nya malas "males ah, udah ah gw mau cabut"
Pelangi melangkah, namun ia teringat akan sesuatu.Otak nya memunculkan sesuatu yang benar benar diluar dugaannya, ia berbalik "Tapi ya le, gw bakal maafin lo, ada syaratnya tapi"
Leo mengangkat alisnya "syarat?apaan?"
Pelangi menggerakkan telapak tangannya mengisyaratkan leo untuk mendekat, di majukannya wajahnya tepat berada di samping telinga leo.
Leo menjauhkan tubuhnya dari pelangi, dipandangi nya pelangi dengan tatapan geli "Ogah ah gamau gw gamau"
Pelangi memainkan kuku nya, wajahnya tampak sangat menyebalkan untuk dipandang "Yaudah sih kalau gamau, tapi ya leo difikir fikir gw itu satu-satunya temen cewe yang lo punya loh.Apalagi kita tetanggaan"
Ia menatap leo, lalu tersenyum "Kalau kita musuhan, otomatis gw bakal ngelarang adik gw buat main PS bareng lo, terus lo terpaksa deh harus main ps sendiri lagi.Tapi terserah lo sih mau atau nggak, oke babay leo"
Pelangi melambaikan tangannya kearah leo, saat tengah berjalan pelangi menghitung sendiri menggunakan jarinya.Saat tepat dihitungan ketiga "Pelangi!!"
"Yess" pelangi berbalik, tersenyum manis kearah leo
"Yaudah iya gw mau!!" Serunya.
"Nah gitu dong! ini baru jangkung temennya pelangi" pelangi menarik kedua pipi leo, hingga menimbulkan sebuah senyuman paksaan disana
Jam sudah menunjukkan pukul 21:00, tapi pelangi belum terlihat akan beranjak dari posisi nya.Dia masih terduduk nyaman diatas kursi belajar nya yang bernuansa soft blue itu.Pelangi tengah berkutit dengan tugas tugas yang diberkan guru hari ini.Lumayan banyak, tapi pelangi tetap memutuskan untuk menyelesaikannya malam ini juga.Mungkin pelangi bukan siswa cerdas yang selalu mendapat peringkat utama dalam kelas, namun dia hanya siswa biasa yang berusaha sekuat mungkin untuk tidak tertinggal pelajaran."Yang satu ini kenapa susah banget sih" gerutu pelangi sembari terus mencoret coret kertas buram nyaIa membuka lembar sebelumnya mencoba mencari soal yang sama untuk melihat cara penyelesaiannya"Nah!! Ini dia sama,hufh kenapa nggak daritadi aja coba liat di bekas kemaren"Pelangi kini tengah fokus mengerjakan soal terakhirnya.Hingga ia tak menyadari sang ibu memperhatikannya dari ambang pintuAyu tersenyum memperhatikan putri nya.Ia melan
Pagi ini suasana meja makan dihiasi oleh perang panas.Sejak tadi perang tatapan mata antara pelangi dan randi belum juga berakhir.Sebenarnya, randi sendiri pun tak tahu apa kesalahanya.Sejak malam tadi sikap pelangi padanya sedikit aneh.Namun tetap saja, ketika mendapatkan tatapan tajam dari pelangi randi tak bisa diam, ia juga membalasnya hingga terjadilah perang panas ini."Ayo makan" ayu sudah duduk dikursi nya setelah meletakkan menu terakhir di meja untuk sarapan mereka.Randi meraih sumpitnya, ia mengambil sepotong salmon terlebih dahulu.Saat ia masih ingin menjepit nya dengan sumpit, tiba tiba sumpit lain muncul disana.Yang membuat randi kesal adalah, sumpit milik pelangi seolah sengaja menyenggol miliknya.Mereka berdua makan dalam keadaan saling beradu tatap.Ayu dan Louis sangat fokus pada sarapan mereka, hingga tak menyadari apa yang sudah terjadi pada anak anaknya.Kini, pelangi ingin menuang jus jeruk di hadapannya.Ia sudah hampir saja
"Geser dikit dong"Pelangi menggeram kesal, kepalanya terangkat sembari bola mata nya yang memutar menyalurkan kekesalan.Dilihatnya seorang siswa pria berdiri tepat di sampingnya.Dengan rambut sedikit panjang yang dibelah tengah, bola mata kecoklatan yang tampak persis seperti bola mata miliknya.Juga tidak lupa dengan alis tebalnya dan bulu matanya yang terlihat lentik.Ia menatap pelangi dengan tatapan datar, sementara pelangi menatapnya dengan kesal.Pelangi menggeser duduknya, memberi ruang siswa itu untuk duduk.Setelah ia duduk, pelangi masih terus menatapnya.Rasa nya tidak asing dengan wajahnya, namun dimana ia melihatny??Untuk beberapa saat pelangi masih menatapnya.Mencoba mengingat dimana ia pernah melihatnya.Kemudian ia teringat, ini adalah siswa yang tanpa sengaja tadi ia tabrak dan juga orang yang menyentil dahinya."Gw tau gw ganteng.Tapi sorry gw sibuk" tuturny
Devandra Langit Argantara, Anak bungsu yang lahir dari keluarga kalangan elit.Hidupnya dipenuhi dengan kemewahan.Barang-barang mewah, rumah megah, transportasi mewah, uang yang melimpah.Namun sayang, bagi langit hal itu bukanlah berkah, melainkan kutukan.Ia mengutuk setiap detik dan menitnya yang ia habiskan di dalam rumah ini.Rasanya kian sesak saat ia harus menjalani hari hari di dalam rumah ini.Tapi sayang, ia tak pernah bisa lari dari tempat bernama rumah yang sangat ia benci ini.Beberapa kali ia sempat melarikan diri, tapi tentu saja orang tuanya berhasil menemukannya.Langit berjalan dengan santai memasuki rumah megah nya, melepas jaket nya dan meletakkan ke rak yang sudah tersedia di dekat pintu masuk."Dari mana kamu?"Langit membuang nafas kasar, ia memijat keningnya sendiri "Main" sahutnya,setelah itu kembali berjalan menaiki anak tangga."Devan!! Kamu emang gapernah berubah ya! Dimana sopan sant
Sebatang pena bermotif bunga mawar hitam itu kian bergerak ke kanan dan kekiri, dari atas hingga ke bawah menciptakan sebuah tulisan yang penuh akan makna disebuah buku harian milik gadis bernama pelangi.Sesekali ia tersenyum kala menuliskannya, dan terkadang ia juga terlihat murung.Hari libur memang sangat dinantikan, tapi kini tidak bagi pelangi.Memang menyenangkan ketika seharian dirumah bersama dengan keluarga, tapi ia lebih senang lagi ketika menghabiskan waktu di sekolah.Belajar seolah menjadi bagian favoritnya, bertemu dengan arabelle dan Arin adalah penyemangat tersendiri.Dan bertemu dengan langit merupakan vitamin.Pelangi menempelkan wajahnya di atas meja belajar.Membosankan, sejak tadi ia tak melakukan aktivitas apapun.Randi pergi bersama dengan teman-teman nya, Mami dan papi nya tengah menghabiskan waktu keluar berdua.Sebenarnya ia juga diajak tapi ia menolak untuk menjadi nyamuk diantara orang tuanya yang mungkin tengah mempersiapkan adik baru untuknya da
"Selamat pagi" Sapa Guru lian yang baru saja memasuki kelas."Pagi guru" balas para siswa dengan kompak dan penuh semangat."Baiklah.Murid, sekolah telah memutuskan bahwa akan dilakukan pengacakan kelas" Ucapnya.Seketika keadaan kelas menjadi ricuh, banyak siswa yang berbicara secara bersamaan.Tak elak beberapa dari mereka menolak adanya pengacakan kelas ini."Gamau pisah dari pelangi pokoknya" Titah arabelle yang kini sudah melingkarkan tangannya dilengan pelangi."Diam!! Tenang sebentar.Ini semua demi kepentingan pembelajaran yang lebih baik.Bagi nama yang saya sebutkan kalian tetap tinggal disini, yang tidak silahkan keluar dan pindah bergabung ke kelas atas" tegasnya."Mengerti?""Mengerti guruu""Salsa, Reygan, andria, melsa, andrina, arabelle, Anggara, ferdian, Fenita, Anindya"Keadaan kelas kembali ricuh, mereka banyak yang berkomentar karena dipisahkan dari teman dekatnya.Tak pula berbeda dengan kondisi arin yan
Langit memasuki kelas dengan santai, sebelum duduk ia sempat mengulurkan tangan terlebih dahulu kepada haru dan leo untuk melakukan tos.Kesempatan itu ia gunakan untuk sedikit melirik ketempat duduk pelangi yang masih kosong.Tumben pelangi belum datang saat jam pelajaran akan dimulai dalam 10 menit.Baru saja beberapa saat langit mendaratkan tubuhnya untuk duduk, tiba-tiba Rachel datang menghampirinya"Dev bisa bantu gw ngerjain ini nggak? gw nggak ngerti caranya" ucapnya dengan wajah polosnya.Langit mengangguk, ia mengambil pena nya dan memberikan penjelasan kepada rachel.Pelangi dan Arabelle baru saja masuk ke dalam kelas.Menyadari kehadiran rachel yang tengah bersama langit pelangi berdecih, menyebalkan.Tanpa memandang mereka berlama-lama ia duduk di kursinya, sementara justru langitlah yang sedikit mencuri pandangan pada pelangi.Pelangi menutup mulutnya menggunakan telapak tangan kala tib
Gadis cantik bertubuh mungil dengan rambut hitam yang sedikit bergelombang itu masih asik bergumul dengan selimut tebalnya saat andri, sang adik menggoyangkan tubuhnya. "kebo bangun elah ih mami udah ngomel itu buruan!!""Ah diem.Gw masih mau tidur sebentar lagi" ketusnya.Tangan nya kembali menarik selimut tebalnya untuk naik menutupi seluruh tubuhnya.Pelangi mendecih saat beberapa saat kemudian, tidurnya nyenyak nya kembali di ganggu."Aish pergi sana! Biarin gw tidur" teriaknya."Anin"Pelangi terpelonjat saat mendengar suara tersebut.Didalam selimutnya, ia memukul jidat nya sendiri."Hai papi, selamat pagi" sapanya dengan hangat."Bagus.. ayo bangun, sekolah" ucap ayah nya, Louis dan berlalu meninggalkan pelangi yang langsung ngacir menuju kamar mandi.Saat dimeja makan pelangi menyantap sarapan nya dengan tenang.Sesekali, sang papi dan mami melirik nya yang masih menampakkan ekspresi kesalnya."Pelangi? Kamu t