Pagi ini suasana meja makan dihiasi oleh perang panas.Sejak tadi perang tatapan mata antara pelangi dan randi belum juga berakhir.
Sebenarnya, randi sendiri pun tak tahu apa kesalahanya.Sejak malam tadi sikap pelangi padanya sedikit aneh.Namun tetap saja, ketika mendapatkan tatapan tajam dari pelangi randi tak bisa diam, ia juga membalasnya hingga terjadilah perang panas ini.
"Ayo makan" ayu sudah duduk dikursi nya setelah meletakkan menu terakhir di meja untuk sarapan mereka.
Randi meraih sumpitnya, ia mengambil sepotong salmon terlebih dahulu.Saat ia masih ingin menjepit nya dengan sumpit, tiba tiba sumpit lain muncul disana.Yang membuat randi kesal adalah, sumpit milik pelangi seolah sengaja menyenggol miliknya.
Mereka berdua makan dalam keadaan saling beradu tatap.Ayu dan Louis sangat fokus pada sarapan mereka, hingga tak menyadari apa yang sudah terjadi pada anak anaknya.
Kini, pelangi ingin menuang jus jeruk di hadapannya.Ia sudah hampir saja menuangkan nya ke gelas namun tiba-tiba tangan randi meraih nya.
Pelangi tak ingin mengalah, ia menatap randi seolah memberi kode bahwa ia lebih dulu memegangnya.Tapi randi juga sama, ia tak mau kalah hingga terjadi lah aksi tarik menarik.
Dentuman keras yang berasal sari sendok pelangi dan randi menarik perhatian ibunya,ayu.Ia mendelik menatap pelangi dan randi "kalian kenapasih"
"Tau tuh, dari tadi nin jie ngeganggu aku terus" tutur randi menyalahkan pelangi
Pelangi tak terima, "Enak aja! Lo tuh yang dari tadi ngeganggu gw dulu! Gw mengambil ini lo ikut, aku mengambil itu lo juga ikut"
"Ya jie! Dari malam tadi sikap aneh terus ke gw tau!"cercanya tak ingin kalah.
"Ya lo! Ngebuat gw malu tau nggak! Mana di depan lang--didepan temen gw lagi!" Pelangi menaikkan nada bicaranya.
"Gw kan cuma minta nin jie buat bayar! Lagipula jiejie sendiri yang bilang mau bayar semua yang gw beli" Randi yang tak ingin kalah juga menaikkan nada biacarnya. Ayu benar-benar pusing pagi ini.
"Sudah sudah.Nggak usah ribut ribut, Randi kamu minta maaf sama nin jie!"
"Loh yah? Kok akusih! Diatuh" Randi menunjukkan ekspresi masam nya, ditatap nya pelangi "Yaudah maaf" sambungnya
Pelangi tersenyum penuh kemenangan, ia mengangguk anggukan kepalanya "oke dimaafin"
"Dasar anak manja!" Cibir randi
"Nggak peduli" pelangi membalas dengan menjulurkan lidahnya membuat randi mendengus dingin.
Pelangi dan para gadis seperkumpulannya kini tengah berjalan menuju kantin.Seperti biasa tak ada yang berbeda dengan hari hari mereka.Semuanya berjalan normal layaknya siswa lainnya.
"Gila ya pusing banget gw sama pelajaran tadi.Kaya nya emang nggak mampu deh otak gw buat kesana" keluh arabelle
Arin menepuk pundak arabelle "Bel bel.Lo bukannya nggak mampu, tapi emang dasar lo nya aja yang males belajar! Giliran gabisa aja nyalahin otak, heran gw"
"Tau tuh.Diajakin belajar bareng nggak pernah mau lagi" timpal pelangi.
Pelangi baru saja ingin memasukkan suapan pertama nasi goreng nya, namun sebuah pesan masuk membuat perhatian nya teralihkan.
Senyuman samar tercetak di bibir nya, seperdetik kemudian ia menyimpan ponsel nya dan bangkit dari duduknya
"Mau kemana?" Tanya arin kala melihat pelangi hendak pergi sementara makanannya belum ia makan barang sesuap pun.
"Ada urusan, urgent" ia tercengir
Kini arabelle yang menatap pelangi sembari terus mengunyah makanan nya "Lah?! Terus ini makanan lo gimana? Sayang tau"
Pelangi hanya menggeleng "Buat lo aja, nih sekalian bayar punya lo pada.Gw cabut dulu" Ia mengeluarkan uang berwarna biru dari saku nya meletakkannya dimeja.
Arabelle meraih uang yang pelangi tinggalkan, ia tersenyum lebar "Nah gini dong! Sering² ya pelangi" Ucapnya. Ia bahkan mengangkat uang milik pelangi keatas, menjepit nya di sela sela jari nya.
Ya, hari ini mereka bertiga memutuskan untuk makan diluar sekolah.Rasanya sudah terlalu bosan makan masakan sekolah, menu nya selalu makanan sehat.Maka dari itu mereka memutuskan makan diluar secara diam-diam.
Pelangi berjalan dengan riang nya.Sangkin bahagia nya ia bahkan mengabaikan sapaan dari beberapa temannya yang ia jumpai di koridor sekolah.Senyum nya kian mengembang kala menatap ruangan di hadapannya "perpustakaan" tulisan diatas sana.
Dengan langkah cepat ia memasuki perpustakaan, beberapa langkah ia berjalan, tanpa sengaja tubuhnya menubruk tubuh orang lain.
"Aduh sorry ya.Sorry banget nggak sengaja, lo gapapa kan?" Pelangi menatap cemas siswa pria dihadapannya ini.Bukannya menjawab, ia justru hanya memandangi pelangi.Sedikit tidak nyaman bagi pelangi, karena ia seolah tengah diamati dari atas hingga bawah secara terang-terangan pula.Pelangi melihat pria itu kini tersenyum, senyuman yang tak bisa diartikan.
Pletak
Pelangi meringis, ia mengelus keningnya sendiri.Dirumah ia sering mendapatkan sentilan di dahi nya, tapi tak semenyakitkan saat ini.Lagi pula dia sudah minta maaf, lalu kenapa anak ini menyentilnya tanpa perasaan.
"Lain kali jalan hati-hati" pelangi bahkan belum sempat melancarkan aksi protes nya, namun anak itu dengan santai nya sudah pergi dari sana.
Oke, mari abaikan tentang siswa menyebalkan tadi.Pelangi kini kembali menatap penjuru perpustakaan, ia berlari kecil menghampiri rak buku secara acak.
Sungguh, ia tak tahu apa yang harus ia baca.Karena itu saat melihat buku dengan judul "Unicorn" pelangi langsung saja meraihnya.
Pelangi menarik perlahan kursi kosong untuk dia duduki.Ia duduk tanpa menimbulkan suara, tak ingin nengganggu fokus orang dihadapannya.Tangannya membuka buku yang sudah ia pilih tadi, namun matanya tetap saja menatap pada satu objek, langit.
Pelangi tersenyum sumringah kala memandangi wajah serius langit.Bagi pelangi, pesona langit begitu kuat hingga terus menarik pelangi untuk berlari kearahnya.
"Langit hai" ucapnya sedikit berbisik.
Merasa terpanggil, langit mengangkat kepalanya melihat pelangi yang kini melambai.Langit menatap pelangi untuk beberapa saat, untuk apa pelangi ada disini? Apa ia mengikutinya?Namun fikiran itu ia tepis jauh jauh kala mengingat bahwa ini adalah perpustakaan dan semua siswa bebas datang kemari.
Pelangi yang semula tersenyum, kini mendengus ketika langit kembali fokus pada buku bacaannya tanpa mempedulikan sapaan pelangi ataupun pelangi yang ada di hadapannya.
Mata pelangi melirik kenanan dan kekiri, memastikan bahwa orang orang tengah sibuk masing masing hingga tak ada yang akan mempedulikannya.
Tangan kanan nya ia naikkan keatas meja, perlahan jari jemari nya ia gerakkan maju membawa tangannya juga ikut maju.Mata kecil nya masih saja mengawasi keadaan sekitar, takut takut ada orang yang akan melihatnya.
Pelangi memberhentikan gerakan tangannya ketika sudah berada tepat di hadapan tangan milik langit.Dicondongkannya tubuhnya sedikit kedepan, pelangi mengetuk ngetuk punggung tangan langit dengan jari telunjuknya.
Langit sendiri mencoba mengabaikan, namun nyatanya bukannya berhenti pelangi justru tetap melakukannya.Mau tidak mau langit harus meladeni gadis menyebalkan seperti pelangi
"Apaan sih" ketusnya
Pelangi terkekeh, "gapapa sih cuman nyapa doang hehe"
Mata langit melebar, sungguh ia tak tahu harus berkata apalagi.Dirinya sedang fokus namun diganggu, dan alasannya hanya untuk "menyapa" katanya.
"Bukannya lo masih terlalu muda ya buat baca tentang begituan" memang benar, mungkin langit masih terlalu muda untuk membaca buku mengenai ilmu bisnis.Tetapi apa salahnya? Toh ini akan menjadi lebih baik ketika ia memperlajari nya sedari sekarang.
"Lo juga udah ketuan buat baca buku begituan" kini pelangi yang dibuat kelimpungan.Ia menarik bukunya dari meja kemudian mendekapnya.Wajahnya juga menunjukkan ekspresi masam dengan pout di bibirnya.
Kini pelangi hanya kembali fokus menatap Langit dihadapannya.Tangannya ia ketuk ketukkan diatas meja, sesekali bahkan ia bersenandung pelan.
Merasa terganggu dengah keributan yang pelangi ciptakan, langit mengangkat mata nya menatap pelangi tajam sementara sang dara hanya terkikik pelan ia menyatukan ibu jari dan telunjuknya membawanya bergerak dari sudut bibir kirinya menuju ke kakan.
Pelangi meraih tangah langit, menaruh kunci mulutnya ditelapak tangan milik langit setelahnya ia tersenyum sementara langit hanya bisa menggeleng pelan.
Ia pun kini kembali fokus membaca bukunya, netra nya sesekali melirik gadis dihadapannya.Kala pandangan mereka bertemu, sang gadis justru membuang tatapannya.Untuk kedua kalinya, langit tersenyum kecil karena ulah pelangi.
Langit melirik pelangi sekilas kala menyadari bahwa pelangi benar benar tak bersuara.Saat ia tengah melihatnya, ternyata pelangi juga sedang menatapnya yang membuat pandangan mereka bertemu.
Pelangi tersenyum lebar, kedua alis nya terangkat.Iya mengacungkan jempol nya kearah langit pertanda iya masih baik baik saja dan akan tetap diam seperti ini.
Sudah hampir 15 menit lamanya, kini pelangi kembali diserang oleh rasa bosan.Ia menumpukan kepala nya diatas meja, tangannya bermain main menulis apapun yang terlintas difikirannya disana menggunakan jarinya.
Matanya melirik langit lagi, apa dia tidak semenarik itu hingga langit tak sedikit pun menujukan perhatian nya kepada dirinya?
Sungguh, pelangi tak kuat lagi.Menunggu langit selama hampir satu jam membuat nya kini merasa kantuk.Ia perlahan mulai memejamkan matanya.
Baru saja dirinya hampir terjun ke alam mimpi, namun gagal karena seseorang.
"Geser dikit dong"
"Geser dikit dong"Pelangi menggeram kesal, kepalanya terangkat sembari bola mata nya yang memutar menyalurkan kekesalan.Dilihatnya seorang siswa pria berdiri tepat di sampingnya.Dengan rambut sedikit panjang yang dibelah tengah, bola mata kecoklatan yang tampak persis seperti bola mata miliknya.Juga tidak lupa dengan alis tebalnya dan bulu matanya yang terlihat lentik.Ia menatap pelangi dengan tatapan datar, sementara pelangi menatapnya dengan kesal.Pelangi menggeser duduknya, memberi ruang siswa itu untuk duduk.Setelah ia duduk, pelangi masih terus menatapnya.Rasa nya tidak asing dengan wajahnya, namun dimana ia melihatny??Untuk beberapa saat pelangi masih menatapnya.Mencoba mengingat dimana ia pernah melihatnya.Kemudian ia teringat, ini adalah siswa yang tanpa sengaja tadi ia tabrak dan juga orang yang menyentil dahinya."Gw tau gw ganteng.Tapi sorry gw sibuk" tuturny
Devandra Langit Argantara, Anak bungsu yang lahir dari keluarga kalangan elit.Hidupnya dipenuhi dengan kemewahan.Barang-barang mewah, rumah megah, transportasi mewah, uang yang melimpah.Namun sayang, bagi langit hal itu bukanlah berkah, melainkan kutukan.Ia mengutuk setiap detik dan menitnya yang ia habiskan di dalam rumah ini.Rasanya kian sesak saat ia harus menjalani hari hari di dalam rumah ini.Tapi sayang, ia tak pernah bisa lari dari tempat bernama rumah yang sangat ia benci ini.Beberapa kali ia sempat melarikan diri, tapi tentu saja orang tuanya berhasil menemukannya.Langit berjalan dengan santai memasuki rumah megah nya, melepas jaket nya dan meletakkan ke rak yang sudah tersedia di dekat pintu masuk."Dari mana kamu?"Langit membuang nafas kasar, ia memijat keningnya sendiri "Main" sahutnya,setelah itu kembali berjalan menaiki anak tangga."Devan!! Kamu emang gapernah berubah ya! Dimana sopan sant
Sebatang pena bermotif bunga mawar hitam itu kian bergerak ke kanan dan kekiri, dari atas hingga ke bawah menciptakan sebuah tulisan yang penuh akan makna disebuah buku harian milik gadis bernama pelangi.Sesekali ia tersenyum kala menuliskannya, dan terkadang ia juga terlihat murung.Hari libur memang sangat dinantikan, tapi kini tidak bagi pelangi.Memang menyenangkan ketika seharian dirumah bersama dengan keluarga, tapi ia lebih senang lagi ketika menghabiskan waktu di sekolah.Belajar seolah menjadi bagian favoritnya, bertemu dengan arabelle dan Arin adalah penyemangat tersendiri.Dan bertemu dengan langit merupakan vitamin.Pelangi menempelkan wajahnya di atas meja belajar.Membosankan, sejak tadi ia tak melakukan aktivitas apapun.Randi pergi bersama dengan teman-teman nya, Mami dan papi nya tengah menghabiskan waktu keluar berdua.Sebenarnya ia juga diajak tapi ia menolak untuk menjadi nyamuk diantara orang tuanya yang mungkin tengah mempersiapkan adik baru untuknya da
"Selamat pagi" Sapa Guru lian yang baru saja memasuki kelas."Pagi guru" balas para siswa dengan kompak dan penuh semangat."Baiklah.Murid, sekolah telah memutuskan bahwa akan dilakukan pengacakan kelas" Ucapnya.Seketika keadaan kelas menjadi ricuh, banyak siswa yang berbicara secara bersamaan.Tak elak beberapa dari mereka menolak adanya pengacakan kelas ini."Gamau pisah dari pelangi pokoknya" Titah arabelle yang kini sudah melingkarkan tangannya dilengan pelangi."Diam!! Tenang sebentar.Ini semua demi kepentingan pembelajaran yang lebih baik.Bagi nama yang saya sebutkan kalian tetap tinggal disini, yang tidak silahkan keluar dan pindah bergabung ke kelas atas" tegasnya."Mengerti?""Mengerti guruu""Salsa, Reygan, andria, melsa, andrina, arabelle, Anggara, ferdian, Fenita, Anindya"Keadaan kelas kembali ricuh, mereka banyak yang berkomentar karena dipisahkan dari teman dekatnya.Tak pula berbeda dengan kondisi arin yan
Langit memasuki kelas dengan santai, sebelum duduk ia sempat mengulurkan tangan terlebih dahulu kepada haru dan leo untuk melakukan tos.Kesempatan itu ia gunakan untuk sedikit melirik ketempat duduk pelangi yang masih kosong.Tumben pelangi belum datang saat jam pelajaran akan dimulai dalam 10 menit.Baru saja beberapa saat langit mendaratkan tubuhnya untuk duduk, tiba-tiba Rachel datang menghampirinya"Dev bisa bantu gw ngerjain ini nggak? gw nggak ngerti caranya" ucapnya dengan wajah polosnya.Langit mengangguk, ia mengambil pena nya dan memberikan penjelasan kepada rachel.Pelangi dan Arabelle baru saja masuk ke dalam kelas.Menyadari kehadiran rachel yang tengah bersama langit pelangi berdecih, menyebalkan.Tanpa memandang mereka berlama-lama ia duduk di kursinya, sementara justru langitlah yang sedikit mencuri pandangan pada pelangi.Pelangi menutup mulutnya menggunakan telapak tangan kala tib
Gadis cantik bertubuh mungil dengan rambut hitam yang sedikit bergelombang itu masih asik bergumul dengan selimut tebalnya saat andri, sang adik menggoyangkan tubuhnya. "kebo bangun elah ih mami udah ngomel itu buruan!!""Ah diem.Gw masih mau tidur sebentar lagi" ketusnya.Tangan nya kembali menarik selimut tebalnya untuk naik menutupi seluruh tubuhnya.Pelangi mendecih saat beberapa saat kemudian, tidurnya nyenyak nya kembali di ganggu."Aish pergi sana! Biarin gw tidur" teriaknya."Anin"Pelangi terpelonjat saat mendengar suara tersebut.Didalam selimutnya, ia memukul jidat nya sendiri."Hai papi, selamat pagi" sapanya dengan hangat."Bagus.. ayo bangun, sekolah" ucap ayah nya, Louis dan berlalu meninggalkan pelangi yang langsung ngacir menuju kamar mandi.Saat dimeja makan pelangi menyantap sarapan nya dengan tenang.Sesekali, sang papi dan mami melirik nya yang masih menampakkan ekspresi kesalnya."Pelangi? Kamu t
Langit kian gelap, rintikan demi rintikan air hujan perlahan mulai jatuh menghantam bumi.Pelangi kini tengah menikmati sarapan nya sembari mendengarkan irama dari rintikan hujan.Aktifitas yang dilakukan pelangi dan keluarga selalu sama.Satu tahun, dua tahun, tiga tahun, bahkan enam belas tahun pun tak merubah satupun kebiasaan keluarga ini.Bersyukur, tentu itu sangat pelangi tanamkan dalam dirinya.Memiliki keluarga yang sempurna, yang selalu ada untuk satu sama lain.Jika kebanyakan anak mengeluh karena orang tua yang tidak memiliki waktu karena terlalu asik mencari pundi-pundi rupiah, hal itu tidak terjadi pada pelangi.Sesibuk apapun kedua orang tuanya, mereka tetap lah orang tua yang sempurna.Jika pelangi menghitung saat-saat kapan orang tuanya melewatkan makan bersama keluarga, entah itu sarapan pagi ataupun makan malam, maka jawaban nya tidak pernah sama sekali.Pelangi mengulum senyuman sembar
Bel sekolah sudah berbunyi, menandakan kini sudah waktunya istirahat.Pelangi menyimpan satu persatu buku buku nya dengan semangat.Arin mendatangi meja dimana pelangi dan arabelle duduk "Makan atau tidak?" tanya nya."Ya jelas makan, masa enggak" sahut arabelle"Kalian pergilah dulu, gw nanti nyusul hehe" ucap pelangi sembari terkekeh."Lo mau kemana?" arabelle memandang pelangi."mauuu---ah mau nyari udara segar, iya nyari udara segar.Belajar seharian itu ngebuat gw ngerasa begitu kepanasan" pelangi bangkit, memeluk singkat arabelle juga arin "Gw pergi dulu ya, dah bayi-bayi monyetku""Wah? Hei sembarangan aja lo ini! , menghina gw ya?!.ayo sini balik pelangi!" arabelle berjalan berniat mengejar pelangi tapi lengannya ditahan oleh arin"Udah bel jangan esmoci begitu, dia nyebut nya bayi monyet, mungkin dia induk monyet nya.Tenang aja, kemonyet