Share

#O8 that boy again

Devandra Langit Argantara, Anak bungsu yang lahir dari keluarga kalangan elit.Hidupnya dipenuhi dengan kemewahan.Barang-barang mewah, rumah megah, transportasi mewah, uang yang melimpah.Namun sayang, bagi langit hal itu bukanlah berkah, melainkan kutukan.Ia mengutuk setiap detik dan menitnya yang ia habiskan di dalam rumah ini.Rasanya kian sesak saat ia harus menjalani hari hari di dalam rumah ini.Tapi sayang, ia tak pernah bisa lari dari tempat bernama rumah yang sangat ia benci ini.Beberapa kali ia sempat melarikan diri, tapi tentu saja orang tuanya berhasil menemukannya.

Langit berjalan dengan santai memasuki rumah megah nya, melepas jaket nya dan meletakkan ke rak yang sudah tersedia di dekat pintu masuk.

"Dari mana kamu?"

Langit membuang nafas kasar, ia memijat keningnya sendiri "Main" sahutnya,setelah itu kembali berjalan menaiki anak tangga.

"Devan!! Kamu emang gapernah berubah ya! Dimana sopan santun kamu sama orang tua!"

Langkahnya terhenti, ia berbalik menatap seorang wanita yang kini sudah berdiri dan melihatnya penuh dengan emosi "Berapa kali aku bilang, kalau nggak suka jangan bicara denganku! Mudahkan?" Jawabnya dengan santai.

Wanita itu nampak semakin marah, emosi nya naik hingga membuat wajahnya memerah.Ia berjalan cepat menuju kearah langit.

"Ma"

Langit dan orang yang disebut mama menoleh, ia berhenti kala mendapati anak nya berdiri diambang pintu dengan senyuman.

"Ada yang mau aku obrolin sama mama, sebentar.Bisa kan?" Ucap anak itu sambil memegang tangan mamanya.

Wanita itu mengangguk, seolah melupakan emosi nya yang semula tampak meluap-luap.

Setelah itu ibu nya langit dan juga anak yang memanggilnya tadi pergi dari sana, langit melanjutkan langkahnya.Ia masuk kedalam kamar, menghempaskan tubuhnya ke atas kasur.Matanya nya menatap langit-langit kamar dengan lekat.

Secarik kenangan akan kejadian silam kembali hadir dalam ingatannya.Kala dua orang anak yang tampak seumuran itu tengah asik bermain bersama.Ada banyak sekali mainan yang bisa mereka mainkan disana, bersamaan dengan banyaknya tawa yang mereka keluarkan.Satu anak yang tampak lebih tinggi itu menghampiri anak lainnya yang terlihat tengah bersedih karena pesawat mainan miliknya patah di bagian sayap.

"Devan kenapa? Tanya nya dengan lugu dan juga lembut.

Devan menatapnya, ia terlihat jelas tengah bersedih "Mainan nya rusak, nanti dimarahin mama"

Anak itu berlari kearah tumpukan mainan, ia mencari sesuatu disana.Setelah yang dicari ditemukan ia kembali menghampiri devan yang masih terduduk lesu "ini" ucapnya.Ia menyodorkan sebuah pesawat mainan yang sama persis dengan milik devan.

"Inikan punya kakak" Sahut devan .

"Kamu ambil aja ini, sekarang ini punya kamu.Yang rusak pesawat aku bukan pesawat kamu,oke?" Ia meraih pesawat milik devan dan meletakkan miliknya diatas pangkuan devan.Ia tersenyum, membuat devan kini juga ikut tersenyum.

Langit tersenyum kecut.Tak terasa waktu berjalan amat cepat hingga kini ia sudah tumbuh remaja.Satu persatu hal indah pada masa kanak-kanak nya kini tidak ada lagi.Langit meringis, ia merindukan sosok kakaknya.Mereka memang seusia, hanya berbeda bulan saja.Walaupun begitu ia tetaplah kakaknya.

Dulu ia sangat beruntung.Meskipun ia tak menyukai semua yang ada di dalam rumah ini, tapi ia tetap menyukai kakaknya yang seperti seorang malaikat baginya.Ia selalu memberinya semangat dan kasih sayang.Sudut matanya mengeluarkan cairan bening kala ia mengingat bagaimana dengan egoisnya dia membiarkan hubungannya dan kakaknya rusak begitu saja.Ia terlalu bodoh untuk memahami bahwa tak ada hubungan apapun yang lebih kuat di atas bumi ini melainkan ikatan persaudaraan.

Hati nya terasa sakit setiap kali ia harus melihat kakaknya tanpa bisa menyapanya, tanpa bisa memeluknya dengan tawa seperti saat dulu.Rasanya, ia ingin mengembalikan momen lama yang sudah hilang itu.Namun ia terlalu malu.Ia malu untuk meminta maaf, untuk memulai semuanya lagi.Ia malu untuk mengatakan bahwa ia masih menyayangi kakaknya sama seperti dulu.

Pagi ini pelangi masih merasa tak semangat.Ia masih bersedih mengingat tentang adiknya.Meskipun kini randi baik baik saja, ia tetap merasa bersalah.Jika saja sejak awal ia menerima tawaran leo untuk pulang bersama, mungkin adiknya tidak perlu terluka.

Di meja makan pelangi melihat randi sudah ada disana.Ia bahkan sudah mengunyah roti dengan tenangnya.Pelangi menyapanya kemudian duduk di kursi yang berhadapan dengan randi.

Randi menyadari bahwa pelangi terus-menerus menatapnya, membuatnya teringat akan kejadian malam tadi yang menimbulkan sebuah ide di dalam benaknya.

"Kak ambilin gw jus dong" Ucapnya.

Pelangi menatapnya "Jus?tumben lo sarapan minum jus"

"Ya karna gw lagi pengen aja, cepetan dong ambilin ya ya ya" Bujuknya.Pelangi meletakkan kembali rotinya yang belum sempat ia makan, kemudian bangkit menuju dapur untuk mengambilkan apa yang diminta oleh randi.

Randi tersenyum puas, kaki nya yang sakit berhasil memudahkannya untuk menyuruh pelangi.Dan itu juga tanpa penolakan.

"Dek, gaada jus.Lagipula emang gaada yang minum jus pagi-pagi kan dirumah kita" ucapnya.Ia menarik kembali kursinya dan ingin duduk kembali.

"Yaudah buatin gw coklat panas" Tambahnya.Pelangi membuang nafasnya, belum juga dirinya berhasil duduk tapi kini ia harus bangkit lagi.

"Kenapa lo nggak buat sendiri ajasih dek?" Protesnya kepada randi.

"Aw aw..aduh kaki gw" Ucap Randi kesakitan sembari mengelus-elus kakinya.

Pelangi memutar bola matanya.Jadi kini ia tengah diperalat.Tentu saja ia tidak sebodoh itu untuk tidak tahu bahwa tadi randi bahkan sudah bisa berlari-lari dan secara mendadak kaki nya sakit ketika diminta membuat minumannya sendiri?

Dengan berat hati pelangi kembali lagi menuju dapur.Ia membuatkan coklat panas sesuai permintaan randi.Jika ditanya apakah pelangi merasa kesal, maka jawabannya iya.Tapi itu tidak membuat pelangi memasukkan sesuatu kedalam minuman adiknya seperti yang dilakukan orang di film-film jika sedang kesal dengan seseorang.

Pelangi kembali dengan segelas coklat panas ditangannya.Ia meletakkannya dihadapan randi "Selamat menikmati minumannya Tuan Randi Aganta Narendra"

Randi mengambil gelasnya, mengangkat nya sedikit kedepan pelangi sambil tersenyum ala-ala orang yang ingin bersulang "Terimakasih, akan saya nikmati dengan baik" Jawabnya.

Pelangi hanya menggeleng, ia kembali duduk ke kursinya.Menggigit roti untuk sarapan nya.Sesekali ia melirik jam tangannya untuk memastikan bahwa ia tidak akan terlambat.Setelah semua sarapannya habis pelangi langsung bangkit dan mengenakan tas nya.Ia mengecup pipi randi dan berlari.

"Eh kak kak" Teriak randi membuat pelangi berhenti dan berbalik menatapnya.

"Apalagi?" Tanya nya dengan kesal.

"Tolong dong sepatu gw" Ucapnya dengan cengengesan yang membuat pelangi semakin kesal.

Ia berjalan menuju rak sepatu, mengambil kan sepatu randi kemudian melempar nya begitu saja setelah berada dekat dengan randi "Noh.Enak ngerjain gw?awas aja lo ya" pelangi sengaja melotot kearah randi membuat randi tersenyum kikuk.

Pelangi berjalan di koridor sekolah sembari membaca bukunya.Pagi tadi dia keperpustakaan dan menemukan novel yang bagus, ia meminjam nya dan akan menghabiskan bacaannya hari ini.Pelangi tersenyum sendiri kala membaca adanya adegan romantis antara karakter di dalam novel tersebut, orang-orang menatap pelangi sambil terkekeh.Ia benar-benar terlihat seperti orang bodoh tertawa sendiri.

Terlalu fokus membaca, pelangi sampai tak menyadari bahwa kini ia akan melangkah ke lantai yang lebih rendah.Hampir saja ia tersungkur namun dengan sigap sebuah tangan terulur untuk menahan nya.

"Kalau jalan diliat pake mata.Kalau jatoh muka lo nyusruk" Ketusnya.

Helaan nafas lega terdengar dari bibir pelangi, ia bahkan juga mengelus dadanya "huhh yaampun, untung aja.Makasih banyak yaa" ucapnya.

Arion hanya mengangguk, pelangi pun berlalu dari hadapan arion.Pelangi mungkin hanya baru berjalan sejauh 5 langkah, tapi arion sudah memanggilnya.

"Lo tau nama gw dari mana?" Tanya nya saat arion memanggil dengan menyebutkan namanya.

Pria dengan tubuh tinggi sedikit berisi dan berambut hitam pekat itu pun menggerakkan matanya, menunjuk sisi seragam bagian kanan milik pelangi.Seolah mengerti yang dimaksud oleh arion pelangi manggut-manggut.

"Ada apa?" Tanya pelangi lagi.

Arion terlihat sedikit linglung "ah engga, nggak jadi deh"

"Gila lo.Gajelas banget sumpah buang-buang waktu aja" omel pelangi.

Pelangi merasa kesal, namun seketika perasaan kesalnya hilang begitu saja kala ia melihat langit yang tengah berjalan di depan nya.

"Langitttt" teriak pelangi antusias.Ia bahkan berlari mengejar langit dan berjalan di belakangnya mengikuti langkahnya.

Arion menatap punggung pelangi dan langit yang kini kian menjauh dari pandangannya "Dasar bucin" desisnya.

Pelangi terus berjalan mengikuti langit dari belakang.Langit menyadari kehadiran pelangi, tapi tak ingin berkomentar apa-apa.Karena percuma, pelangi punya setiap jawaban dari apa yang akan langit tanyakan, atau mungkin langit yang mulai terbiasa dengan kehadiran pelangi?

Langit menghentikan langkahnya dan merasakan sesuatu menabrak punggungnya, tentu saja pelangi pelakunya.Ia berbalik,menatap pelangi yang tengah mengelus dahinya "Gw udah sampe kelas, lo masih mau ngikutin?" Tanya nya dengan santai.

Pelangi mendongak menatap langit, benar.Mereka sudah ada di depan kelas langit saat ini "Eh engga, yaudah gw balik ke kelas ya"

Langit mengangguk, Haru yang sejak tadi berada diambang pintu dan mengamati mereka pun mendekat "Pagi-pagi udah berduaan aja" sindirnya.

Haru mendapatkan pukulan di bahunya, hadiah di pagi hari dari langit.

"Udah sana lo masuk kelas" ketusnya kepada pelangi yang ternyata sejak tadi belum juga pergi dari sana.

Mata pelangi menatap sebal kearah langit, kapansih langit akan bersikap ramah padanya? Tanpa bicara apa-apa lagi pelangi berlari kecil menuju kelasnya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status