Devandra Langit Argantara, Anak bungsu yang lahir dari keluarga kalangan elit.Hidupnya dipenuhi dengan kemewahan.Barang-barang mewah, rumah megah, transportasi mewah, uang yang melimpah.Namun sayang, bagi langit hal itu bukanlah berkah, melainkan kutukan.Ia mengutuk setiap detik dan menitnya yang ia habiskan di dalam rumah ini.Rasanya kian sesak saat ia harus menjalani hari hari di dalam rumah ini.Tapi sayang, ia tak pernah bisa lari dari tempat bernama rumah yang sangat ia benci ini.Beberapa kali ia sempat melarikan diri, tapi tentu saja orang tuanya berhasil menemukannya.
Langit berjalan dengan santai memasuki rumah megah nya, melepas jaket nya dan meletakkan ke rak yang sudah tersedia di dekat pintu masuk.
"Dari mana kamu?"
Langit membuang nafas kasar, ia memijat keningnya sendiri "Main" sahutnya,setelah itu kembali berjalan menaiki anak tangga.
"Devan!! Kamu emang gapernah berubah ya! Dimana sopan santun kamu sama orang tua!"
Langkahnya terhenti, ia berbalik menatap seorang wanita yang kini sudah berdiri dan melihatnya penuh dengan emosi "Berapa kali aku bilang, kalau nggak suka jangan bicara denganku! Mudahkan?" Jawabnya dengan santai.
Wanita itu nampak semakin marah, emosi nya naik hingga membuat wajahnya memerah.Ia berjalan cepat menuju kearah langit.
"Ma"
Langit dan orang yang disebut mama menoleh, ia berhenti kala mendapati anak nya berdiri diambang pintu dengan senyuman.
"Ada yang mau aku obrolin sama mama, sebentar.Bisa kan?" Ucap anak itu sambil memegang tangan mamanya.
Wanita itu mengangguk, seolah melupakan emosi nya yang semula tampak meluap-luap.
Setelah itu ibu nya langit dan juga anak yang memanggilnya tadi pergi dari sana, langit melanjutkan langkahnya.Ia masuk kedalam kamar, menghempaskan tubuhnya ke atas kasur.Matanya nya menatap langit-langit kamar dengan lekat.
Secarik kenangan akan kejadian silam kembali hadir dalam ingatannya.Kala dua orang anak yang tampak seumuran itu tengah asik bermain bersama.Ada banyak sekali mainan yang bisa mereka mainkan disana, bersamaan dengan banyaknya tawa yang mereka keluarkan.Satu anak yang tampak lebih tinggi itu menghampiri anak lainnya yang terlihat tengah bersedih karena pesawat mainan miliknya patah di bagian sayap.
"Devan kenapa? Tanya nya dengan lugu dan juga lembut.
Devan menatapnya, ia terlihat jelas tengah bersedih "Mainan nya rusak, nanti dimarahin mama"
Anak itu berlari kearah tumpukan mainan, ia mencari sesuatu disana.Setelah yang dicari ditemukan ia kembali menghampiri devan yang masih terduduk lesu "ini" ucapnya.Ia menyodorkan sebuah pesawat mainan yang sama persis dengan milik devan.
"Inikan punya kakak" Sahut devan .
"Kamu ambil aja ini, sekarang ini punya kamu.Yang rusak pesawat aku bukan pesawat kamu,oke?" Ia meraih pesawat milik devan dan meletakkan miliknya diatas pangkuan devan.Ia tersenyum, membuat devan kini juga ikut tersenyum.
Langit tersenyum kecut.Tak terasa waktu berjalan amat cepat hingga kini ia sudah tumbuh remaja.Satu persatu hal indah pada masa kanak-kanak nya kini tidak ada lagi.Langit meringis, ia merindukan sosok kakaknya.Mereka memang seusia, hanya berbeda bulan saja.Walaupun begitu ia tetaplah kakaknya.
Dulu ia sangat beruntung.Meskipun ia tak menyukai semua yang ada di dalam rumah ini, tapi ia tetap menyukai kakaknya yang seperti seorang malaikat baginya.Ia selalu memberinya semangat dan kasih sayang.Sudut matanya mengeluarkan cairan bening kala ia mengingat bagaimana dengan egoisnya dia membiarkan hubungannya dan kakaknya rusak begitu saja.Ia terlalu bodoh untuk memahami bahwa tak ada hubungan apapun yang lebih kuat di atas bumi ini melainkan ikatan persaudaraan.
Hati nya terasa sakit setiap kali ia harus melihat kakaknya tanpa bisa menyapanya, tanpa bisa memeluknya dengan tawa seperti saat dulu.Rasanya, ia ingin mengembalikan momen lama yang sudah hilang itu.Namun ia terlalu malu.Ia malu untuk meminta maaf, untuk memulai semuanya lagi.Ia malu untuk mengatakan bahwa ia masih menyayangi kakaknya sama seperti dulu.
Pagi ini pelangi masih merasa tak semangat.Ia masih bersedih mengingat tentang adiknya.Meskipun kini randi baik baik saja, ia tetap merasa bersalah.Jika saja sejak awal ia menerima tawaran leo untuk pulang bersama, mungkin adiknya tidak perlu terluka.
Di meja makan pelangi melihat randi sudah ada disana.Ia bahkan sudah mengunyah roti dengan tenangnya.Pelangi menyapanya kemudian duduk di kursi yang berhadapan dengan randi.
Randi menyadari bahwa pelangi terus-menerus menatapnya, membuatnya teringat akan kejadian malam tadi yang menimbulkan sebuah ide di dalam benaknya.
"Kak ambilin gw jus dong" Ucapnya.
Pelangi menatapnya "Jus?tumben lo sarapan minum jus"
"Ya karna gw lagi pengen aja, cepetan dong ambilin ya ya ya" Bujuknya.Pelangi meletakkan kembali rotinya yang belum sempat ia makan, kemudian bangkit menuju dapur untuk mengambilkan apa yang diminta oleh randi.
Randi tersenyum puas, kaki nya yang sakit berhasil memudahkannya untuk menyuruh pelangi.Dan itu juga tanpa penolakan.
"Dek, gaada jus.Lagipula emang gaada yang minum jus pagi-pagi kan dirumah kita" ucapnya.Ia menarik kembali kursinya dan ingin duduk kembali.
"Yaudah buatin gw coklat panas" Tambahnya.Pelangi membuang nafasnya, belum juga dirinya berhasil duduk tapi kini ia harus bangkit lagi.
"Kenapa lo nggak buat sendiri ajasih dek?" Protesnya kepada randi.
"Aw aw..aduh kaki gw" Ucap Randi kesakitan sembari mengelus-elus kakinya.
Pelangi memutar bola matanya.Jadi kini ia tengah diperalat.Tentu saja ia tidak sebodoh itu untuk tidak tahu bahwa tadi randi bahkan sudah bisa berlari-lari dan secara mendadak kaki nya sakit ketika diminta membuat minumannya sendiri?
Dengan berat hati pelangi kembali lagi menuju dapur.Ia membuatkan coklat panas sesuai permintaan randi.Jika ditanya apakah pelangi merasa kesal, maka jawabannya iya.Tapi itu tidak membuat pelangi memasukkan sesuatu kedalam minuman adiknya seperti yang dilakukan orang di film-film jika sedang kesal dengan seseorang.
Pelangi kembali dengan segelas coklat panas ditangannya.Ia meletakkannya dihadapan randi "Selamat menikmati minumannya Tuan Randi Aganta Narendra"
Randi mengambil gelasnya, mengangkat nya sedikit kedepan pelangi sambil tersenyum ala-ala orang yang ingin bersulang "Terimakasih, akan saya nikmati dengan baik" Jawabnya.
Pelangi hanya menggeleng, ia kembali duduk ke kursinya.Menggigit roti untuk sarapan nya.Sesekali ia melirik jam tangannya untuk memastikan bahwa ia tidak akan terlambat.Setelah semua sarapannya habis pelangi langsung bangkit dan mengenakan tas nya.Ia mengecup pipi randi dan berlari.
"Eh kak kak" Teriak randi membuat pelangi berhenti dan berbalik menatapnya.
"Apalagi?" Tanya nya dengan kesal.
"Tolong dong sepatu gw" Ucapnya dengan cengengesan yang membuat pelangi semakin kesal.
Ia berjalan menuju rak sepatu, mengambil kan sepatu randi kemudian melempar nya begitu saja setelah berada dekat dengan randi "Noh.Enak ngerjain gw?awas aja lo ya" pelangi sengaja melotot kearah randi membuat randi tersenyum kikuk.
Pelangi berjalan di koridor sekolah sembari membaca bukunya.Pagi tadi dia keperpustakaan dan menemukan novel yang bagus, ia meminjam nya dan akan menghabiskan bacaannya hari ini.Pelangi tersenyum sendiri kala membaca adanya adegan romantis antara karakter di dalam novel tersebut, orang-orang menatap pelangi sambil terkekeh.Ia benar-benar terlihat seperti orang bodoh tertawa sendiri.
Terlalu fokus membaca, pelangi sampai tak menyadari bahwa kini ia akan melangkah ke lantai yang lebih rendah.Hampir saja ia tersungkur namun dengan sigap sebuah tangan terulur untuk menahan nya.
"Kalau jalan diliat pake mata.Kalau jatoh muka lo nyusruk" Ketusnya.
Helaan nafas lega terdengar dari bibir pelangi, ia bahkan juga mengelus dadanya "huhh yaampun, untung aja.Makasih banyak yaa" ucapnya.
Arion hanya mengangguk, pelangi pun berlalu dari hadapan arion.Pelangi mungkin hanya baru berjalan sejauh 5 langkah, tapi arion sudah memanggilnya.
"Lo tau nama gw dari mana?" Tanya nya saat arion memanggil dengan menyebutkan namanya.
Pria dengan tubuh tinggi sedikit berisi dan berambut hitam pekat itu pun menggerakkan matanya, menunjuk sisi seragam bagian kanan milik pelangi.Seolah mengerti yang dimaksud oleh arion pelangi manggut-manggut.
"Ada apa?" Tanya pelangi lagi.
Arion terlihat sedikit linglung "ah engga, nggak jadi deh"
"Gila lo.Gajelas banget sumpah buang-buang waktu aja" omel pelangi.
Pelangi merasa kesal, namun seketika perasaan kesalnya hilang begitu saja kala ia melihat langit yang tengah berjalan di depan nya.
"Langitttt" teriak pelangi antusias.Ia bahkan berlari mengejar langit dan berjalan di belakangnya mengikuti langkahnya.
Arion menatap punggung pelangi dan langit yang kini kian menjauh dari pandangannya "Dasar bucin" desisnya.
Pelangi terus berjalan mengikuti langit dari belakang.Langit menyadari kehadiran pelangi, tapi tak ingin berkomentar apa-apa.Karena percuma, pelangi punya setiap jawaban dari apa yang akan langit tanyakan, atau mungkin langit yang mulai terbiasa dengan kehadiran pelangi?
Langit menghentikan langkahnya dan merasakan sesuatu menabrak punggungnya, tentu saja pelangi pelakunya.Ia berbalik,menatap pelangi yang tengah mengelus dahinya "Gw udah sampe kelas, lo masih mau ngikutin?" Tanya nya dengan santai.
Pelangi mendongak menatap langit, benar.Mereka sudah ada di depan kelas langit saat ini "Eh engga, yaudah gw balik ke kelas ya"
Langit mengangguk, Haru yang sejak tadi berada diambang pintu dan mengamati mereka pun mendekat "Pagi-pagi udah berduaan aja" sindirnya.
Haru mendapatkan pukulan di bahunya, hadiah di pagi hari dari langit.
"Udah sana lo masuk kelas" ketusnya kepada pelangi yang ternyata sejak tadi belum juga pergi dari sana.
Mata pelangi menatap sebal kearah langit, kapansih langit akan bersikap ramah padanya? Tanpa bicara apa-apa lagi pelangi berlari kecil menuju kelasnya.
Sebatang pena bermotif bunga mawar hitam itu kian bergerak ke kanan dan kekiri, dari atas hingga ke bawah menciptakan sebuah tulisan yang penuh akan makna disebuah buku harian milik gadis bernama pelangi.Sesekali ia tersenyum kala menuliskannya, dan terkadang ia juga terlihat murung.Hari libur memang sangat dinantikan, tapi kini tidak bagi pelangi.Memang menyenangkan ketika seharian dirumah bersama dengan keluarga, tapi ia lebih senang lagi ketika menghabiskan waktu di sekolah.Belajar seolah menjadi bagian favoritnya, bertemu dengan arabelle dan Arin adalah penyemangat tersendiri.Dan bertemu dengan langit merupakan vitamin.Pelangi menempelkan wajahnya di atas meja belajar.Membosankan, sejak tadi ia tak melakukan aktivitas apapun.Randi pergi bersama dengan teman-teman nya, Mami dan papi nya tengah menghabiskan waktu keluar berdua.Sebenarnya ia juga diajak tapi ia menolak untuk menjadi nyamuk diantara orang tuanya yang mungkin tengah mempersiapkan adik baru untuknya da
"Selamat pagi" Sapa Guru lian yang baru saja memasuki kelas."Pagi guru" balas para siswa dengan kompak dan penuh semangat."Baiklah.Murid, sekolah telah memutuskan bahwa akan dilakukan pengacakan kelas" Ucapnya.Seketika keadaan kelas menjadi ricuh, banyak siswa yang berbicara secara bersamaan.Tak elak beberapa dari mereka menolak adanya pengacakan kelas ini."Gamau pisah dari pelangi pokoknya" Titah arabelle yang kini sudah melingkarkan tangannya dilengan pelangi."Diam!! Tenang sebentar.Ini semua demi kepentingan pembelajaran yang lebih baik.Bagi nama yang saya sebutkan kalian tetap tinggal disini, yang tidak silahkan keluar dan pindah bergabung ke kelas atas" tegasnya."Mengerti?""Mengerti guruu""Salsa, Reygan, andria, melsa, andrina, arabelle, Anggara, ferdian, Fenita, Anindya"Keadaan kelas kembali ricuh, mereka banyak yang berkomentar karena dipisahkan dari teman dekatnya.Tak pula berbeda dengan kondisi arin yan
Langit memasuki kelas dengan santai, sebelum duduk ia sempat mengulurkan tangan terlebih dahulu kepada haru dan leo untuk melakukan tos.Kesempatan itu ia gunakan untuk sedikit melirik ketempat duduk pelangi yang masih kosong.Tumben pelangi belum datang saat jam pelajaran akan dimulai dalam 10 menit.Baru saja beberapa saat langit mendaratkan tubuhnya untuk duduk, tiba-tiba Rachel datang menghampirinya"Dev bisa bantu gw ngerjain ini nggak? gw nggak ngerti caranya" ucapnya dengan wajah polosnya.Langit mengangguk, ia mengambil pena nya dan memberikan penjelasan kepada rachel.Pelangi dan Arabelle baru saja masuk ke dalam kelas.Menyadari kehadiran rachel yang tengah bersama langit pelangi berdecih, menyebalkan.Tanpa memandang mereka berlama-lama ia duduk di kursinya, sementara justru langitlah yang sedikit mencuri pandangan pada pelangi.Pelangi menutup mulutnya menggunakan telapak tangan kala tib
Gadis cantik bertubuh mungil dengan rambut hitam yang sedikit bergelombang itu masih asik bergumul dengan selimut tebalnya saat andri, sang adik menggoyangkan tubuhnya. "kebo bangun elah ih mami udah ngomel itu buruan!!""Ah diem.Gw masih mau tidur sebentar lagi" ketusnya.Tangan nya kembali menarik selimut tebalnya untuk naik menutupi seluruh tubuhnya.Pelangi mendecih saat beberapa saat kemudian, tidurnya nyenyak nya kembali di ganggu."Aish pergi sana! Biarin gw tidur" teriaknya."Anin"Pelangi terpelonjat saat mendengar suara tersebut.Didalam selimutnya, ia memukul jidat nya sendiri."Hai papi, selamat pagi" sapanya dengan hangat."Bagus.. ayo bangun, sekolah" ucap ayah nya, Louis dan berlalu meninggalkan pelangi yang langsung ngacir menuju kamar mandi.Saat dimeja makan pelangi menyantap sarapan nya dengan tenang.Sesekali, sang papi dan mami melirik nya yang masih menampakkan ekspresi kesalnya."Pelangi? Kamu t
Langit kian gelap, rintikan demi rintikan air hujan perlahan mulai jatuh menghantam bumi.Pelangi kini tengah menikmati sarapan nya sembari mendengarkan irama dari rintikan hujan.Aktifitas yang dilakukan pelangi dan keluarga selalu sama.Satu tahun, dua tahun, tiga tahun, bahkan enam belas tahun pun tak merubah satupun kebiasaan keluarga ini.Bersyukur, tentu itu sangat pelangi tanamkan dalam dirinya.Memiliki keluarga yang sempurna, yang selalu ada untuk satu sama lain.Jika kebanyakan anak mengeluh karena orang tua yang tidak memiliki waktu karena terlalu asik mencari pundi-pundi rupiah, hal itu tidak terjadi pada pelangi.Sesibuk apapun kedua orang tuanya, mereka tetap lah orang tua yang sempurna.Jika pelangi menghitung saat-saat kapan orang tuanya melewatkan makan bersama keluarga, entah itu sarapan pagi ataupun makan malam, maka jawaban nya tidak pernah sama sekali.Pelangi mengulum senyuman sembar
Bel sekolah sudah berbunyi, menandakan kini sudah waktunya istirahat.Pelangi menyimpan satu persatu buku buku nya dengan semangat.Arin mendatangi meja dimana pelangi dan arabelle duduk "Makan atau tidak?" tanya nya."Ya jelas makan, masa enggak" sahut arabelle"Kalian pergilah dulu, gw nanti nyusul hehe" ucap pelangi sembari terkekeh."Lo mau kemana?" arabelle memandang pelangi."mauuu---ah mau nyari udara segar, iya nyari udara segar.Belajar seharian itu ngebuat gw ngerasa begitu kepanasan" pelangi bangkit, memeluk singkat arabelle juga arin "Gw pergi dulu ya, dah bayi-bayi monyetku""Wah? Hei sembarangan aja lo ini! , menghina gw ya?!.ayo sini balik pelangi!" arabelle berjalan berniat mengejar pelangi tapi lengannya ditahan oleh arin"Udah bel jangan esmoci begitu, dia nyebut nya bayi monyet, mungkin dia induk monyet nya.Tenang aja, kemonyet
Cahaya matahari kian membesar dengan amat indah, Silau nya menyinari seluruh penjuru kota.Diwaktu inilah hiruk-piruk kesibukan manusia dimulai, kicauan burung-burung pun terdengar.Ditambah lagi sejuk nya angin pagi yang beradu dengan hangat nya sinar sang mentari.Dua sejoli itu, Arabelle dan Arin memasuki sekolah sembari bergandengan, kebetulan mereka bertemu saat di depan sekolah tadi.Belum jauh mereka melangkah, sebuah teriakan menghentikan mereka berdua.Disana pelangi terlihat masih berdiri di depan mobil yang jelas arabelle dan arin tau itu milik papi nya.Mereka melambaikan tangan dan juga dibalas oleh pelangi.Arin menggerakkan tangan nya memanggil pelangi untuk segera mendekat, namun pintu mobil pelangi yang kembali terbuka menarik perhatian mereka.Biasanya, pelangi selalu datang sendiri tentu karena tidak ada keluarga ataupun teman dekat nya yang bersekolah di sekolah mereka saat ini.Orang itu keluar dari sana, ia bahkan sempat menyenggolkan bah
Jam sudah menunjukkan pukul 21:00, tapi pelangi belum terlihat akan beranjak dari posisi nya.Dia masih terduduk nyaman diatas kursi belajar nya yang bernuansa soft blue itu.Pelangi tengah berkutit dengan tugas tugas yang diberkan guru hari ini.Lumayan banyak, tapi pelangi tetap memutuskan untuk menyelesaikannya malam ini juga.Mungkin pelangi bukan siswa cerdas yang selalu mendapat peringkat utama dalam kelas, namun dia hanya siswa biasa yang berusaha sekuat mungkin untuk tidak tertinggal pelajaran."Yang satu ini kenapa susah banget sih" gerutu pelangi sembari terus mencoret coret kertas buram nyaIa membuka lembar sebelumnya mencoba mencari soal yang sama untuk melihat cara penyelesaiannya"Nah!! Ini dia sama,hufh kenapa nggak daritadi aja coba liat di bekas kemaren"Pelangi kini tengah fokus mengerjakan soal terakhirnya.Hingga ia tak menyadari sang ibu memperhatikannya dari ambang pintuAyu tersenyum memperhatikan putri nya.Ia melan