Bel sekolah sudah berbunyi, menandakan kini sudah waktunya istirahat.Pelangi menyimpan satu persatu buku buku nya dengan semangat.
Arin mendatangi meja dimana pelangi dan arabelle duduk "Makan atau tidak?" tanya nya.
"Ya jelas makan, masa enggak" sahut arabelle
"Kalian pergilah dulu, gw nanti nyusul hehe" ucap pelangi sembari terkekeh.
"Lo mau kemana?" arabelle memandang pelangi.
"mauuu---ah mau nyari udara segar, iya nyari udara segar.Belajar seharian itu ngebuat gw ngerasa begitu kepanasan" pelangi bangkit, memeluk singkat arabelle juga arin "Gw pergi dulu ya, dah bayi-bayi monyetku"
"Wah? Hei sembarangan aja lo ini! , menghina gw ya?!.ayo sini balik pelangi!" arabelle berjalan berniat mengejar pelangi tapi lengannya ditahan oleh arin
"Udah bel jangan esmoci begitu, dia nyebut nya bayi monyet, mungkin dia induk monyet nya.Tenang aja, kemonyetan dia jauh lebih tinggi daripada kita.Siapa tahu aja nanti bayi monyet tumbuh besar nya jadi seorang putri, nggak ada yang tau nasib seorang bayi monyet bel"
Arabelle menggeleng lalu menepuk jidat nya sendiri.Terjebak bersama dua orang teman seperti pelangi dan juga arin adalah kesialan yang menyenangkan bagi nya.
Arin merangkul lengan arabelle "ayo,gw udah laper " mereka berdua lalu berjalan menuju ke kantin.
Disisi lain, pelangi tengah berjalan dengan gembira.Sesekali ia terlihat merapikan rambutnya yang tak terlihat berantakan.
Matanya menyusuri setiap sudut yang ia lewati, jangan sampai ia tak melihat objek yang sedang dicarinya.
Saat melihat kearah taman disamping sekolah, pelangi tersenyum.Matanya berbinar, rasanya seperti deja vu.Ia berdiri ditempat yang sama, memandang objek yang sama.
Ia masih saja terlihat bersinar dimata pelangi.Dengan buku ditangan nya yang masih dengan fokusnya ia baca, earphone yang melekat di kedua telinga nya, benar benar sempurna batin pelangi.
Pelangi lari mendekat, mendudukkan dirinya disamping langit, ia tersenyum menatap langit "Lo nggak pergi buat makan?"
Langit tidak menjawab, ia masih saja fokus pada buku nya.Pelangi menyadari bahwa langit masih memakai earphone.Lantas, pelangi melepas sebelah earphone yang langit gunakan.
"Lo nggak pergi makan langit?" tanya nya lagi.
Langit menggeleng.
"ah, Lo emang nggak laper?" tanya nya lagi, kini pelangi menggeser duduk nya lebih dekat disamping langit.
Langit menggeleng lagi.
"kenapa?bukannya nanti belajar nya jadi nggak fokus ya kalau nggak makan? Lagian ya kata mami gw nih, nggak baik kalau telat makan.Nanti bisa kena maag, duh rasa nya nggak enak." pelangi memasang ekspresi yang seolah mendeskripsikan kata tidak enak.
"Tapi itu kata orang orang sih, gw sendiri sih gatau.Soalnya belum pernah ngalami hehe" ia terkekeh.
Sementara langit hanya menatap pelangi sekilas lalu kembali membaca buku nya.Pelangi melihat sesuatu yang terletak di samping langit, bukankah itu susu yang ia berikan pagi tadi?
"Eh itu, susu nya nggak lo minum?" pelangi menunjuk kearah susu kotak disamping langit.
Lagi, langit hanya menggeleng.
Pelangi memaju kan wajah nya tepat kehadapan wajah langit, sontak perilaku pelangi membuat langit terkejut dan langsung memundurkan wajahnya.
"Bibir lo kena lem ya? Kok dari tadi cuma geleng geleng doang" tanya nya.Langit mendorong pelan dahi pelangi menggunakan telunjuk nya, membawa wajah pelangi menjauh.
"Gw nggak suka susu coklat"
"NAH GITU DONG NGOMONG, GW KAN PENGEN DENGER SUARA LO"
langit mengusap usap telinga nya, baru saja pelangi bicara sangat keras padahal ia tepat disamping langit, membuat telinga langit rasanya berdengung.
"Eh tapi kalau gak suka susu coklat, lo suka nya apa?"
Langit menatap pelangi, lalu mengalihkan pandangan nya kearah atas, mencoba berfikir apa yang ia sukai.Pelangi tetap setia menatap langit, saat ini pun langit tetap terlihat mempesona.
"Gw sukanya----kalau lo diem"
Pelangi terdiam, ia menatap langit sebentar lalu menundukkan pandangan nya.
"Tapi ya langit kalau difikir fikir, gw kaya nya gabisa diem deh.Sama lo doang sih hehe, jadi sorry ya langit gw gabisa ngasih yang lo suka" pelangi menahan senyum nya, ia kembali bergeser semakin dekat dengan langit.
Langit hanya berdeham, tak berniat meladeni setiap ucapan ucapan yang pelangi lontarkan padanya.
"Lo suka pelajaran apa langit?"
Langit menoleh sekilas, ia lihat pelangi tengah tersenyum menatapnya "matematika" sahut langit, setelahnya ia kembali fokus pada bukunya.
Pelangi mengangguk angguk pertanda ia mengerti "Lo suka banget ya duduk disini? Kenapa emang?"
Helaan nafas berat keluar dari langit, sungguh berhadapan dengan pelangi benar benar menyebalkan baginya.Pelangi terlalu banyak bicara, dan poin penting nya adalah mereka tidak dekat.Tapi pelangi bersikap seolah ia dan langit adalah teman yang sangat akrab.
"Memang kenapa kalau gw suka duduk disini? Bermasalah?"
Pelangi menekuk wajahnya, ia hanya bertanya.Tidak pernah terfikir bahwa justru ia mendapatkan semprotan dari langit.
" Nggak kok, gw cuma nanya aja..Sorry ya kalau ngeganggu hehe" ia tersenyum lagi diakhir kalimatnya.
Langit menggeleng, Ia menutup buku nya lalu bangkit dan pergi meninggalkan pelangi sendirian disana.
Pelangi tertawa bahagia "pergi aja sana pergi, nanti juga bakal ketemu lagi.Langit sama pelangi itu satu paket gabisa dipisahin, jadi gw bakalan tetap bisa nemuin lo dimanapun lo berada langit!"
Setelah melontarkan ucapan konyol yang entah ia dapat darimana, pelangi kembali mengulum senyum lebarnya. Ia meraih susu coklat milik langit yang ditinggalkan "sayang kalau dibuang, udah dipegang juga sama langit"
Pelangi mengelus elus kotak susu nya lalu menempelkannya dipipi seolah itu adalah sesuatu yang ia sayangi "aaaa langiittt"
.
Ayu memasukkan tiga potong sandwich buatannya ke dalam kotak bekal.Pelangi sangat menyukai sandwich buatan mami nya, itu sebab nya ia meminta sandwich sebagai makan siang nya.
"Mi eum boleh tambah satu lagi nggak?" pelangi tersenyum lebar ke arah ayu.
Ayu menatap pelangi, lalu mengangguk "Emang buat siapa sih?bukannya katanya kalian bertiga?" tanya nya sedikit ingin tahu.
Pelangi berfikir, tidak mungkin jika ia terang terang mengatakan bahwa ia sedang berusaha meluluhkan hati seorang pria.Saat tengah berfikir, tiba tiba sebuah ide hadir secara cuma cuma di dalam otak pelangi.
"Ah itu mi untuk arabelle, dia itu mi makannya buanyak banget.Sampai-sampai kalau disekolah tuh suka ngambil nasi tambah.Mana terkadang nambah makan cilok lagi.Lambung nya banyak gang nya itu anak mi" pelangi menyengir, araballe tolong maafkan teman mu ini.
Ayu mengangguk lagi, ia juga merespon ucapan pelangi dengan kekehan kecil "Yaudah kamu masukin sendiri, habis itu langsung keluar papi udah nungguin tuh, nanti terlambat lagi"
Pelangi mengangguk, ia membuka kotak makan nya lalu memasukkan satu sandwich lagi.Tak lupa sebelum itu ia membungkus sandwich spesial itu dengan plastik wrap.
"Pelangi berangkat, dah mami" pelangi mengecup pipi ayu lalu berlari, ia berhenti saat melihat randi masih berada di meja makan "Adik ganteng ku selamat pagi belajar yang bener ya"
Pelangi mendekat kan wajah nya kearah Randi, seolah paham randi langsung mengecup pipi kiri pelangi, pelangi tersenyum lalu berlalu keluar rumah.
Selama dalam perjalanan dari rumah, pelangi dan louis terus saja berbicara.Louis menanyakan banyak hal pada pelangi, bagaimana harinya, bagaimana pelajaran nya, bagaimana kesehatannya, apa yang pelangi ingin lakukan, makanan apa yg pelangi inginkan, ia menanyakan segalanya.
Louis adalah sosok ayah yang sangat perhatian dan pengertian, ia bukan hanya sekedar menjadi seorang ayah bagi pelangi, tapi juga menjadi teman nya berbagi cerita.
Pelangi melihat kearah luar jendela, matanya menatap sebuah objek yang ia kenali "Papi stop pi berhentiin mobil nya sebentar" ucapnya.
Louis menghentikan mobil nya sesuai ucapan pelangi "kenapa anin? Ada apa?" tanya nya.
Pelangi membuka kaca mobil nya, ia mengeluarkan kepala nya sedkit "HEY JANGKUNG!! KENAPA LO?" teriaknya.
Leo memutar bola matanya, pagi pagi begini motor nya sudah mogok, ditambah lagi suara itu dan panggilan itu Leo benar benar mengenalinya.Ia memutar tubuhnya menghadap kearah suara pelangi berasal "Motor gw mogok kayanya"
Mendengar ucapan Leo, louis segera turun dari mobilnya, ia menghampiri leo "Benar Motornya mogok ?"
"Ah iya ini om gatau kenapa tiba tiba mati" tutur leo dengan sedikit canggung.
"MINTA GANTI BARU TUH!" Sahut pelangi.
"Hust Anin gaboleh kaya gitu" Louis menatap pelangi dan pelangi terkekeh lalu meletakkan jari telunjuk nya di depan bibir nya isyarat bahwa ia akan diam.
"Gini aja, motor kamu taroh di bengkel depan situ aja, kamu berangkat nya bareng om sama Anin.Soalnya om juga tidak bisa bantu ngecek motor kamu, gak faham juga hehe"
Leo mengangguk, lantas leo dengan dibantu oleh louis mendorong motornya ke bengkel yang berada disebrang jalan sana.
"Maaf ya om saya jadi ngerepotin pagi-pagi gini" Ucap leo saat mereka sudah berada di mobil louis.
"iya gapapa, lagipula kamu kan teman nya anin jadi gamasalah sekalian bareng" balas louis.
"Bahkan motor aja menolak buat dekat-dekat sama lo jangkung.Ish ish nasib yang malang" pelangi mendecih sembari menggeleng mengejek leo.
"Kamu tinggal dimana Jangkung?" tanya louis.Sontak ucapan louis membuat pelangi tertawa keras dan leo merasa kesal pada pelangi yang terlihat jelas mengejek nya.
"Nama saya Leo om" Leo tertawa canggung
Louis terkekeh lalu mengangguk "iya iya, jadi kamu tinggal dimana Leo?"
"Disamping rumah kita" pelangi menyela lebih dulu saat leo hendak bicara, leo manatap pelangi dengan mata sebal nya.
"Loh neighbor ternyata, kenapa om belum pernah lihat kamu sebelumnya ya" sahut louis.
Sekali lagi, leo tidak sempat menjawab karena pelangi yang selalu memotong ucapan leo.
"maaf nih om bukannya saya nggak sopan, tapi anak nya om ini bener-bener menyebalkan sekali ya. sumpah demi apa mau saya cekek aja rasanya" leo menatap pelangi lalu ia mengepalkan kedua tangan nya dengan geram.
Louis terkekeh, ia melirik leo lalu melirik pelangi "kalian ribut ribut nanti naksir loh"
"Dih amit amit" leo dan pelangi menjawab secara bersamaan, louis terkekeh lalu menggeleng.
Ada saja kelakuan anak muda jaman sekarang.Terkadang ada yang berteman sangat dekat hingga terasa seperti keluarga sendiri, ada yang berteman dengan saling memendam rasa, ada yang semula bertengkar seiring dengan waktu justru menjalin cinta.
Semua nya terasa begitu membingungkan jika sudah berhubungan dengan hati.
Cahaya matahari kian membesar dengan amat indah, Silau nya menyinari seluruh penjuru kota.Diwaktu inilah hiruk-piruk kesibukan manusia dimulai, kicauan burung-burung pun terdengar.Ditambah lagi sejuk nya angin pagi yang beradu dengan hangat nya sinar sang mentari.Dua sejoli itu, Arabelle dan Arin memasuki sekolah sembari bergandengan, kebetulan mereka bertemu saat di depan sekolah tadi.Belum jauh mereka melangkah, sebuah teriakan menghentikan mereka berdua.Disana pelangi terlihat masih berdiri di depan mobil yang jelas arabelle dan arin tau itu milik papi nya.Mereka melambaikan tangan dan juga dibalas oleh pelangi.Arin menggerakkan tangan nya memanggil pelangi untuk segera mendekat, namun pintu mobil pelangi yang kembali terbuka menarik perhatian mereka.Biasanya, pelangi selalu datang sendiri tentu karena tidak ada keluarga ataupun teman dekat nya yang bersekolah di sekolah mereka saat ini.Orang itu keluar dari sana, ia bahkan sempat menyenggolkan bah
Jam sudah menunjukkan pukul 21:00, tapi pelangi belum terlihat akan beranjak dari posisi nya.Dia masih terduduk nyaman diatas kursi belajar nya yang bernuansa soft blue itu.Pelangi tengah berkutit dengan tugas tugas yang diberkan guru hari ini.Lumayan banyak, tapi pelangi tetap memutuskan untuk menyelesaikannya malam ini juga.Mungkin pelangi bukan siswa cerdas yang selalu mendapat peringkat utama dalam kelas, namun dia hanya siswa biasa yang berusaha sekuat mungkin untuk tidak tertinggal pelajaran."Yang satu ini kenapa susah banget sih" gerutu pelangi sembari terus mencoret coret kertas buram nyaIa membuka lembar sebelumnya mencoba mencari soal yang sama untuk melihat cara penyelesaiannya"Nah!! Ini dia sama,hufh kenapa nggak daritadi aja coba liat di bekas kemaren"Pelangi kini tengah fokus mengerjakan soal terakhirnya.Hingga ia tak menyadari sang ibu memperhatikannya dari ambang pintuAyu tersenyum memperhatikan putri nya.Ia melan
Pagi ini suasana meja makan dihiasi oleh perang panas.Sejak tadi perang tatapan mata antara pelangi dan randi belum juga berakhir.Sebenarnya, randi sendiri pun tak tahu apa kesalahanya.Sejak malam tadi sikap pelangi padanya sedikit aneh.Namun tetap saja, ketika mendapatkan tatapan tajam dari pelangi randi tak bisa diam, ia juga membalasnya hingga terjadilah perang panas ini."Ayo makan" ayu sudah duduk dikursi nya setelah meletakkan menu terakhir di meja untuk sarapan mereka.Randi meraih sumpitnya, ia mengambil sepotong salmon terlebih dahulu.Saat ia masih ingin menjepit nya dengan sumpit, tiba tiba sumpit lain muncul disana.Yang membuat randi kesal adalah, sumpit milik pelangi seolah sengaja menyenggol miliknya.Mereka berdua makan dalam keadaan saling beradu tatap.Ayu dan Louis sangat fokus pada sarapan mereka, hingga tak menyadari apa yang sudah terjadi pada anak anaknya.Kini, pelangi ingin menuang jus jeruk di hadapannya.Ia sudah hampir saja
"Geser dikit dong"Pelangi menggeram kesal, kepalanya terangkat sembari bola mata nya yang memutar menyalurkan kekesalan.Dilihatnya seorang siswa pria berdiri tepat di sampingnya.Dengan rambut sedikit panjang yang dibelah tengah, bola mata kecoklatan yang tampak persis seperti bola mata miliknya.Juga tidak lupa dengan alis tebalnya dan bulu matanya yang terlihat lentik.Ia menatap pelangi dengan tatapan datar, sementara pelangi menatapnya dengan kesal.Pelangi menggeser duduknya, memberi ruang siswa itu untuk duduk.Setelah ia duduk, pelangi masih terus menatapnya.Rasa nya tidak asing dengan wajahnya, namun dimana ia melihatny??Untuk beberapa saat pelangi masih menatapnya.Mencoba mengingat dimana ia pernah melihatnya.Kemudian ia teringat, ini adalah siswa yang tanpa sengaja tadi ia tabrak dan juga orang yang menyentil dahinya."Gw tau gw ganteng.Tapi sorry gw sibuk" tuturny
Devandra Langit Argantara, Anak bungsu yang lahir dari keluarga kalangan elit.Hidupnya dipenuhi dengan kemewahan.Barang-barang mewah, rumah megah, transportasi mewah, uang yang melimpah.Namun sayang, bagi langit hal itu bukanlah berkah, melainkan kutukan.Ia mengutuk setiap detik dan menitnya yang ia habiskan di dalam rumah ini.Rasanya kian sesak saat ia harus menjalani hari hari di dalam rumah ini.Tapi sayang, ia tak pernah bisa lari dari tempat bernama rumah yang sangat ia benci ini.Beberapa kali ia sempat melarikan diri, tapi tentu saja orang tuanya berhasil menemukannya.Langit berjalan dengan santai memasuki rumah megah nya, melepas jaket nya dan meletakkan ke rak yang sudah tersedia di dekat pintu masuk."Dari mana kamu?"Langit membuang nafas kasar, ia memijat keningnya sendiri "Main" sahutnya,setelah itu kembali berjalan menaiki anak tangga."Devan!! Kamu emang gapernah berubah ya! Dimana sopan sant
Sebatang pena bermotif bunga mawar hitam itu kian bergerak ke kanan dan kekiri, dari atas hingga ke bawah menciptakan sebuah tulisan yang penuh akan makna disebuah buku harian milik gadis bernama pelangi.Sesekali ia tersenyum kala menuliskannya, dan terkadang ia juga terlihat murung.Hari libur memang sangat dinantikan, tapi kini tidak bagi pelangi.Memang menyenangkan ketika seharian dirumah bersama dengan keluarga, tapi ia lebih senang lagi ketika menghabiskan waktu di sekolah.Belajar seolah menjadi bagian favoritnya, bertemu dengan arabelle dan Arin adalah penyemangat tersendiri.Dan bertemu dengan langit merupakan vitamin.Pelangi menempelkan wajahnya di atas meja belajar.Membosankan, sejak tadi ia tak melakukan aktivitas apapun.Randi pergi bersama dengan teman-teman nya, Mami dan papi nya tengah menghabiskan waktu keluar berdua.Sebenarnya ia juga diajak tapi ia menolak untuk menjadi nyamuk diantara orang tuanya yang mungkin tengah mempersiapkan adik baru untuknya da
"Selamat pagi" Sapa Guru lian yang baru saja memasuki kelas."Pagi guru" balas para siswa dengan kompak dan penuh semangat."Baiklah.Murid, sekolah telah memutuskan bahwa akan dilakukan pengacakan kelas" Ucapnya.Seketika keadaan kelas menjadi ricuh, banyak siswa yang berbicara secara bersamaan.Tak elak beberapa dari mereka menolak adanya pengacakan kelas ini."Gamau pisah dari pelangi pokoknya" Titah arabelle yang kini sudah melingkarkan tangannya dilengan pelangi."Diam!! Tenang sebentar.Ini semua demi kepentingan pembelajaran yang lebih baik.Bagi nama yang saya sebutkan kalian tetap tinggal disini, yang tidak silahkan keluar dan pindah bergabung ke kelas atas" tegasnya."Mengerti?""Mengerti guruu""Salsa, Reygan, andria, melsa, andrina, arabelle, Anggara, ferdian, Fenita, Anindya"Keadaan kelas kembali ricuh, mereka banyak yang berkomentar karena dipisahkan dari teman dekatnya.Tak pula berbeda dengan kondisi arin yan
Langit memasuki kelas dengan santai, sebelum duduk ia sempat mengulurkan tangan terlebih dahulu kepada haru dan leo untuk melakukan tos.Kesempatan itu ia gunakan untuk sedikit melirik ketempat duduk pelangi yang masih kosong.Tumben pelangi belum datang saat jam pelajaran akan dimulai dalam 10 menit.Baru saja beberapa saat langit mendaratkan tubuhnya untuk duduk, tiba-tiba Rachel datang menghampirinya"Dev bisa bantu gw ngerjain ini nggak? gw nggak ngerti caranya" ucapnya dengan wajah polosnya.Langit mengangguk, ia mengambil pena nya dan memberikan penjelasan kepada rachel.Pelangi dan Arabelle baru saja masuk ke dalam kelas.Menyadari kehadiran rachel yang tengah bersama langit pelangi berdecih, menyebalkan.Tanpa memandang mereka berlama-lama ia duduk di kursinya, sementara justru langitlah yang sedikit mencuri pandangan pada pelangi.Pelangi menutup mulutnya menggunakan telapak tangan kala tib