Jam sudah menunjukkan pukul 21:00, tapi pelangi belum terlihat akan beranjak dari posisi nya.Dia masih terduduk nyaman diatas kursi belajar nya yang bernuansa soft blue itu.
Pelangi tengah berkutit dengan tugas tugas yang diberkan guru hari ini.Lumayan banyak, tapi pelangi tetap memutuskan untuk menyelesaikannya malam ini juga.
Mungkin pelangi bukan siswa cerdas yang selalu mendapat peringkat utama dalam kelas, namun dia hanya siswa biasa yang berusaha sekuat mungkin untuk tidak tertinggal pelajaran.
"Yang satu ini kenapa susah banget sih" gerutu pelangi sembari terus mencoret coret kertas buram nya
Ia membuka lembar sebelumnya mencoba mencari soal yang sama untuk melihat cara penyelesaiannya
"Nah!! Ini dia sama,hufh kenapa nggak daritadi aja coba liat di bekas kemaren"Pelangi kini tengah fokus mengerjakan soal terakhirnya.Hingga ia tak menyadari sang ibu memperhatikannya dari ambang pintu
Ayu tersenyum memperhatikan putri nya.Ia melangkah mendekat, meletakkan nampan berisi segelas air dan juga sebotol vitamin,mungkin?. Ayu mengelus lembut rambut milik pelangi "Belum selesai ya tugas nya?"
Pelangi menoleh "Ah mami, ini tinggal yang terakhir kok" Ia tersenyum manis diakhir kalimatnya.
"Yasudah, ini jangan lupa diminum ya pil nya.Kalau udah selesai langsung tidur, Malam sayang" Ayu memeluk singkat, mengecup dahi pelangi
Pelangi kembali berfokus pada bukunya, mencari jalan pemecahan soalnya.Ini memang soal yang sulit, ia bahkan tak bisa membayangkan bagaimana keadaan arabelle saat ini.
Pelangi akhirnya bernafas lega setelah soal terakhirnya selesai.Diperiksa nya kembali semua soal yang sudah selesai ia kerjakan, sudah yakin bahwa semuanya sudah selesai dengan benar ia menutup bukunya.
Sebelum beranjak, ia menyiapkan semua buku yang harus ia bawa untuk besok.Satu persatau buku ia masukkan dengan rapi ke dalam tas dan menutup resleting nya.
Dirasa bahwa ia masih memiliki waktu sebelum tidur, pelangi menyempatkan diri membuka sebuah buku berwarna soft blue yang di depan nya tertulis ChoCho.
Senyum nya mengembang kala ia melihat apa yang ia tulis kemarin.Pelangi meraih kembali bolpoint nya, ia menuliskan satu persatu huruf huruf hingga membentuk sebuah kata.Tiap katanya menjadi kalimat yang berarti baginya.
Pelangi menyelesaikan tulisannya ketika mendengar dering ponsel nya.Notifikasi pesan masuk terlihat di layar, setelah membaca nya pelangi berlari cepat keluar dari kamar.Baru beberapa langkah ia kembali lagi menarik kasar jaket nya.
Kini pelangi sudah memasuki kamar Randi, ia lihat adikknya itu masih berbaring santai di kasur nya untung saja ia belum tertidur
"Dek temenin gw yuk yuk yuk" Ajaknya dengan nada seceria mungkin.
Randi menoleh "Kemanasih?males ah udah malem"
"Ke supermarket, beli susu sama makanan gw laper nih" jelasnya.
"Ih males ah jie kan tadi jie udah makan, udah ah sana males banget" randi membalik tubuhnya, kini ia membelakangi pelangi
Pelangi berjalan memutar, ia sudah berada dihadapan randi kembali .
"Lo mah gitu! emang lo mau besok sarapan nggak minum susu hah? Susu di kulkas itu kosong gaada lagi.Udah cepetan" Pelangi menarik selimut randi kemudian ia menarik randi dari sana.
Ditariknya jaket tebal milik randi dan memakaikannya.Setelah selesai pelangi menggandeng randi dan mereka pergi bersama berjalan kaki.
"Mumpung hari ini jie lagi baik, jadi lo sana ambil aja apa yang lo mau ntar jie yang bayar" pelangi memasang senyum angkuh nya kearah randi.
"Serius nih?beneran kan nggak bohong?" Randi melisik pandangan pelangi dalam dalam.
"Iya beneran.Udah sana cari, lo kesebelah sana jie disini" Ia mendorong randi dari sana.
Setelah randi pergi dari sana dan berkeliling, pelangi juga melakukan hal yang sama.Ia melihat satu persatu rak snack.Bukan hanya itu, ia juga berkali kali melirik kearah lain.
Tujuan pelangi kini terarah pada mesin pendingin yang berjajar rapi.Pelangi membuka nya, ia meraih minuman berasa appletea dan menenggaknya.
Pelangi menyandarkan tubuhnya pada mesin pendingin itu.Kaki nya ia tendang-tendangkan pelan diudara, sudah lumayan lama ia melakukan kegiatan tidak berguna itu, namun yang ia tunggu tak kunjung menunjukkan batang hidung nya.
Pelangi berdecih, ia bangkit dari posisi bersandar nya dan berjalan mencoba mencari sang adik "aw"
"Aduh maaf ya maaf banget saya nggak sengaja" pelangi membungkuk, memungut satu persatu bungkus snack milik seseorang yang tak sengaja ia tabrak itu.
Setelah semuanya ia pungut pelangi menegakkan dirinya, menjulurkan tangannya memberi snack milik orang itu.Mata pelangi membulat kala melihat ternyata orang yang ia tabrak tidak lain adalah orang yang ia tunggu
"Lo?"
"Eh langit? Nggak nyangka ketemu disini" pelangi tampak mengulum senyum.
"Lo ngikutin gw ya?" Tanya nya.Mata langit menatap tak suka kearah pelangi.
Pelangi menggeleng "Gw lagi beli kok, nggak ngikutin beneran deh suer" ia mengangkat jari telunjuk dan tengah nya bersamaan membentuk ✌️
Tak menghiraukan ucapan pelangi, langit berjalan menuju meja kasir, membayar setiap makanan yang ia bawa.Dia bahkan tak menyadari bahwa pelangi mengekorinya dibelakang.
Setelah selesai membayar, langit beranjak menuju pintu keluar.Sementara itu pelangi masih setia mengikuti langkahnya.
"Woi pelangi mau kemana lo?! Ini bayar dulu!!!"
Bukan cuma pelangi, langit juga menoleh.Tak jauh dari mereka seorang pria dengan keranjang yang sudah penuh berdiri disana.Pelangi memukul jidat nya sendiri, Kenapa juga adiknya harus teriak seperti itu.
"Ish iya iya! Gw bayar kok gak usah teriak juga!" Pelangi menatap langit sekilas, lalu berjalan sebal menghampiri randi, entah sadar atau tidak langit tersenyum tipis.Sangat tipis hingga mungkin angin pun tak menyadari nya.
Langit berjalan sembari menyeruput minuman soda nya.Saat ponsel nya berdering, ia meraih nya menilah ada nama haru disana
"Kenapa?"
"Lo dimana?"
"Menuju jalan pulang, ada apa?"
"Nggak usah pulang kerumah, malam ini dirumah gw aja"
Langit terkekeh pelan
"Iya, lo emang paling tau"
Angin malam kian menyejuk, jam juga sudah menunjukkan waktu semakin larut.Pria berjaket denim itu berjalan santai, hanya langkah nya yang santai, namun fikiran nya bergejolak.
Sesekali, muncul rasa ingin memberontak di dalam hatinya.Namun fikiran nya tak menyetujui hal itu, ada banyak kemungkinan yang ia pikirkan.
Terlalu asik berkecamuk dengan fikirannya, langit sampai tak menyadari bahwa ia sudah berada di depan rumah haru.
"Woi sini!" Teriak haru kala melihat langit memasuki rumahnya.Langit tersenyum menghampiri haru yang tengah duduk seorang diri di sofa
"Udah jangan terlalu difikirin"
Langit menoleh, ternyata itu Leo.Dengan segelas cola di tangannya ia duduk di samping langit.
"Kok lo bisa ada disini ?" Tanya nya.Pasalnya ia merasa tak memberitahukan leo bahwa ia akan menginap di rumah haru untuk malam ini.
Leo memasang wajah masam nya "Apaan?! Emang lo fikir cuma haru doang gitu yang tau?! Li iming piling tii!"
"Gini-gini juga gw sahabat lo ya! Jadi gw setidaknya tau lo lagi baik atau nggak! makanya gw ada disini sekarang"
Langit dan haru hanya saling menatap satu sama lain, ya sebenarnya memang diantara mereka bertiga Leo lah yang paling memiliki kepekaan tinggi.Dia selalu bisa merasakan sesuatu yang bahkan tidak dirasakan oleh orang lain.
Sungguh sempurna bukan? Persahabatan mereka terlihat sangat menyenangkan.Ketika mereka saling menguatkan, memberi kenyamanan, melindungi satu sama lain.
Jam terus berdetak, Jarumnya sudah menunjukkan pada puku 23:49, namun tiga orang pria remaja itu masih belum tertidur juga.Mereka tengah asik berbaring sembari menatap langit-langit kamar bernuansa grey milik haru.
Kini tak ada suara apapun dari mereka, mereka hanya diam dan sibuk memandangi langit-langit.Entah apa yang mereka lihat disana tapi tampaknya mereka sangat fokus.
"Kalau difikir-fikir, rindu juga ya masa-masa dulu" Leo dan langit serempak melihat kearah haru.Bukankah obrolan mengenai masa lalu di malam hari akan terkesan terlalu sensitif?
Langit tersenyum kecut lalu mengangguk "Ternyata nggak cuma gw doang yang rindu jaman nya dulu" ia terkekeh.
"Kemarin gw ketemu dia"Tutur leo, ucapannya berhasil mendapatkan perhatian dari haru dan langit.
"Terus gimana?" Tanya haru.
Leo menggelengkan kepala, ia tersenyum simpul "Ya gimana lagi, kaya nggak tau dia gimana aja"
Setelah itu, tak ada lagi pembahasan apapun.Mereka kembali terdiam, entah dengan haru dan leo, tapi langit kini tengah memutar ingatannya akan hal-hal yang terjadi di saat-saat dulu.
Ingatannya membawa nya kepada hari-hari bahagia ketika mereka bermain dengan penuh kegembiraan layaknya anak seusia mereka.Ketika mereka berteman tanpa adanya sesuatu yang menggangu pertemanan mereka.
Kadang kala, tawa bahagia teman-teman sering kali menusuk pendengarannya.Menarik angannya untuk kembali mengulang saat-saat membahagiaakan itu.
Namun sayang, langit sendiri tak tahu.Akankah ia bisa kembali mengulang nya? Akankah ia punya keberanian untuk mengungkapkan isi hatinya? Untuk sekedar mengucapkan kata maaf yang selama ini terasa sangat sulit baginya untuk di ucapkan.
"Ngomong-ngomong, pelangi cantik juga ya"
"Hah?"
Pagi ini suasana meja makan dihiasi oleh perang panas.Sejak tadi perang tatapan mata antara pelangi dan randi belum juga berakhir.Sebenarnya, randi sendiri pun tak tahu apa kesalahanya.Sejak malam tadi sikap pelangi padanya sedikit aneh.Namun tetap saja, ketika mendapatkan tatapan tajam dari pelangi randi tak bisa diam, ia juga membalasnya hingga terjadilah perang panas ini."Ayo makan" ayu sudah duduk dikursi nya setelah meletakkan menu terakhir di meja untuk sarapan mereka.Randi meraih sumpitnya, ia mengambil sepotong salmon terlebih dahulu.Saat ia masih ingin menjepit nya dengan sumpit, tiba tiba sumpit lain muncul disana.Yang membuat randi kesal adalah, sumpit milik pelangi seolah sengaja menyenggol miliknya.Mereka berdua makan dalam keadaan saling beradu tatap.Ayu dan Louis sangat fokus pada sarapan mereka, hingga tak menyadari apa yang sudah terjadi pada anak anaknya.Kini, pelangi ingin menuang jus jeruk di hadapannya.Ia sudah hampir saja
"Geser dikit dong"Pelangi menggeram kesal, kepalanya terangkat sembari bola mata nya yang memutar menyalurkan kekesalan.Dilihatnya seorang siswa pria berdiri tepat di sampingnya.Dengan rambut sedikit panjang yang dibelah tengah, bola mata kecoklatan yang tampak persis seperti bola mata miliknya.Juga tidak lupa dengan alis tebalnya dan bulu matanya yang terlihat lentik.Ia menatap pelangi dengan tatapan datar, sementara pelangi menatapnya dengan kesal.Pelangi menggeser duduknya, memberi ruang siswa itu untuk duduk.Setelah ia duduk, pelangi masih terus menatapnya.Rasa nya tidak asing dengan wajahnya, namun dimana ia melihatny??Untuk beberapa saat pelangi masih menatapnya.Mencoba mengingat dimana ia pernah melihatnya.Kemudian ia teringat, ini adalah siswa yang tanpa sengaja tadi ia tabrak dan juga orang yang menyentil dahinya."Gw tau gw ganteng.Tapi sorry gw sibuk" tuturny
Devandra Langit Argantara, Anak bungsu yang lahir dari keluarga kalangan elit.Hidupnya dipenuhi dengan kemewahan.Barang-barang mewah, rumah megah, transportasi mewah, uang yang melimpah.Namun sayang, bagi langit hal itu bukanlah berkah, melainkan kutukan.Ia mengutuk setiap detik dan menitnya yang ia habiskan di dalam rumah ini.Rasanya kian sesak saat ia harus menjalani hari hari di dalam rumah ini.Tapi sayang, ia tak pernah bisa lari dari tempat bernama rumah yang sangat ia benci ini.Beberapa kali ia sempat melarikan diri, tapi tentu saja orang tuanya berhasil menemukannya.Langit berjalan dengan santai memasuki rumah megah nya, melepas jaket nya dan meletakkan ke rak yang sudah tersedia di dekat pintu masuk."Dari mana kamu?"Langit membuang nafas kasar, ia memijat keningnya sendiri "Main" sahutnya,setelah itu kembali berjalan menaiki anak tangga."Devan!! Kamu emang gapernah berubah ya! Dimana sopan sant
Sebatang pena bermotif bunga mawar hitam itu kian bergerak ke kanan dan kekiri, dari atas hingga ke bawah menciptakan sebuah tulisan yang penuh akan makna disebuah buku harian milik gadis bernama pelangi.Sesekali ia tersenyum kala menuliskannya, dan terkadang ia juga terlihat murung.Hari libur memang sangat dinantikan, tapi kini tidak bagi pelangi.Memang menyenangkan ketika seharian dirumah bersama dengan keluarga, tapi ia lebih senang lagi ketika menghabiskan waktu di sekolah.Belajar seolah menjadi bagian favoritnya, bertemu dengan arabelle dan Arin adalah penyemangat tersendiri.Dan bertemu dengan langit merupakan vitamin.Pelangi menempelkan wajahnya di atas meja belajar.Membosankan, sejak tadi ia tak melakukan aktivitas apapun.Randi pergi bersama dengan teman-teman nya, Mami dan papi nya tengah menghabiskan waktu keluar berdua.Sebenarnya ia juga diajak tapi ia menolak untuk menjadi nyamuk diantara orang tuanya yang mungkin tengah mempersiapkan adik baru untuknya da
"Selamat pagi" Sapa Guru lian yang baru saja memasuki kelas."Pagi guru" balas para siswa dengan kompak dan penuh semangat."Baiklah.Murid, sekolah telah memutuskan bahwa akan dilakukan pengacakan kelas" Ucapnya.Seketika keadaan kelas menjadi ricuh, banyak siswa yang berbicara secara bersamaan.Tak elak beberapa dari mereka menolak adanya pengacakan kelas ini."Gamau pisah dari pelangi pokoknya" Titah arabelle yang kini sudah melingkarkan tangannya dilengan pelangi."Diam!! Tenang sebentar.Ini semua demi kepentingan pembelajaran yang lebih baik.Bagi nama yang saya sebutkan kalian tetap tinggal disini, yang tidak silahkan keluar dan pindah bergabung ke kelas atas" tegasnya."Mengerti?""Mengerti guruu""Salsa, Reygan, andria, melsa, andrina, arabelle, Anggara, ferdian, Fenita, Anindya"Keadaan kelas kembali ricuh, mereka banyak yang berkomentar karena dipisahkan dari teman dekatnya.Tak pula berbeda dengan kondisi arin yan
Langit memasuki kelas dengan santai, sebelum duduk ia sempat mengulurkan tangan terlebih dahulu kepada haru dan leo untuk melakukan tos.Kesempatan itu ia gunakan untuk sedikit melirik ketempat duduk pelangi yang masih kosong.Tumben pelangi belum datang saat jam pelajaran akan dimulai dalam 10 menit.Baru saja beberapa saat langit mendaratkan tubuhnya untuk duduk, tiba-tiba Rachel datang menghampirinya"Dev bisa bantu gw ngerjain ini nggak? gw nggak ngerti caranya" ucapnya dengan wajah polosnya.Langit mengangguk, ia mengambil pena nya dan memberikan penjelasan kepada rachel.Pelangi dan Arabelle baru saja masuk ke dalam kelas.Menyadari kehadiran rachel yang tengah bersama langit pelangi berdecih, menyebalkan.Tanpa memandang mereka berlama-lama ia duduk di kursinya, sementara justru langitlah yang sedikit mencuri pandangan pada pelangi.Pelangi menutup mulutnya menggunakan telapak tangan kala tib
Gadis cantik bertubuh mungil dengan rambut hitam yang sedikit bergelombang itu masih asik bergumul dengan selimut tebalnya saat andri, sang adik menggoyangkan tubuhnya. "kebo bangun elah ih mami udah ngomel itu buruan!!""Ah diem.Gw masih mau tidur sebentar lagi" ketusnya.Tangan nya kembali menarik selimut tebalnya untuk naik menutupi seluruh tubuhnya.Pelangi mendecih saat beberapa saat kemudian, tidurnya nyenyak nya kembali di ganggu."Aish pergi sana! Biarin gw tidur" teriaknya."Anin"Pelangi terpelonjat saat mendengar suara tersebut.Didalam selimutnya, ia memukul jidat nya sendiri."Hai papi, selamat pagi" sapanya dengan hangat."Bagus.. ayo bangun, sekolah" ucap ayah nya, Louis dan berlalu meninggalkan pelangi yang langsung ngacir menuju kamar mandi.Saat dimeja makan pelangi menyantap sarapan nya dengan tenang.Sesekali, sang papi dan mami melirik nya yang masih menampakkan ekspresi kesalnya."Pelangi? Kamu t
Langit kian gelap, rintikan demi rintikan air hujan perlahan mulai jatuh menghantam bumi.Pelangi kini tengah menikmati sarapan nya sembari mendengarkan irama dari rintikan hujan.Aktifitas yang dilakukan pelangi dan keluarga selalu sama.Satu tahun, dua tahun, tiga tahun, bahkan enam belas tahun pun tak merubah satupun kebiasaan keluarga ini.Bersyukur, tentu itu sangat pelangi tanamkan dalam dirinya.Memiliki keluarga yang sempurna, yang selalu ada untuk satu sama lain.Jika kebanyakan anak mengeluh karena orang tua yang tidak memiliki waktu karena terlalu asik mencari pundi-pundi rupiah, hal itu tidak terjadi pada pelangi.Sesibuk apapun kedua orang tuanya, mereka tetap lah orang tua yang sempurna.Jika pelangi menghitung saat-saat kapan orang tuanya melewatkan makan bersama keluarga, entah itu sarapan pagi ataupun makan malam, maka jawaban nya tidak pernah sama sekali.Pelangi mengulum senyuman sembar