Gadis cantik bertubuh mungil dengan rambut hitam yang sedikit bergelombang itu masih asik bergumul dengan selimut tebalnya saat andri, sang adik menggoyangkan tubuhnya. "kebo bangun elah ih mami udah ngomel itu buruan!!"
"Ah diem.Gw masih mau tidur sebentar lagi" ketusnya.Tangan nya kembali menarik selimut tebalnya untuk naik menutupi seluruh tubuhnya.
Pelangi mendecih saat beberapa saat kemudian, tidurnya nyenyak nya kembali di ganggu.
"Aish pergi sana! Biarin gw tidur" teriaknya.
"Anin"
Pelangi terpelonjat saat mendengar suara tersebut.Didalam selimutnya, ia memukul jidat nya sendiri.
"Hai papi, selamat pagi" sapanya dengan hangat.
"Bagus.. ayo bangun, sekolah" ucap ayah nya, Louis dan berlalu meninggalkan pelangi yang langsung ngacir menuju kamar mandi.
Saat dimeja makan pelangi menyantap sarapan nya dengan tenang.Sesekali, sang papi dan mami melirik nya yang masih menampakkan ekspresi kesalnya.
"Pelangi? Kamu tau? Saat sedang makan akan lebih baik jika wajahmu ceria dan ada senyuman.nggak baik tau kalau makan sambil cemberut kaya gitu" ledek sang mami dengan senyum lembut nya.
"Oh astaga mami papi! ini itu salah satu aksi protes pelangi! Lagipula berapa kali harus pelangi bilang kalau pelangi itu nggak mau pindah.Mami sama papi nggak tahu aja kayak apa susah nya jadi pelangi?pelangi sekarang harus adaptasi dengan lingkungan baru, pelangi harus mengingat jalanan disini, belum lagi harus mencari temen baru.apa mami papi pikir itu gampang apa buat dilakuin? Apa nyari teman baru semudah itu? Bayangin kalau pelangi mau pergi main, sama siapa kalau pelangi aja bahkan nggak punya temen? Aish..Ntahlah, Intinya pelangi sebel!" protes nya.Pelangi mengoceh tanpa jeda sedikitpun.
Louis dan ayu sebagai orang tua yang baik, mereka mendengarkan keluh kesah anaknya.Bahkan mereka terlihat menahan tawa melihat kelakuan putri nya ini.
"Jadi selama ini apa anin punya teman? Kenapa papi gapernah tau ya kalau anin punya temen? Iya nggak mi?
"Mami juga nggak tahu pi, tapi coba tanya sama anak bungsu mu mungkin dia tau, iyakan sayang?" Ucapnya sembari mengelus pelan rambut Randi.
Randi terkekeh lalu menatap pelangi.Tangan nya ia gunakan mengelus lembut surai hitam kakak nya itu "Dia selama ini cuma berteman sama dinding doang,iyakan jie?"
Pelangi semakin jengkel. Ia benar benar sudah jengah dengan ulah keluarga harmonis nya ini.Mereka menganggu nya dalam keadaan mood nya yang sedang buruk ini.
Pelangi masih setia dengan wajah datar nya.Ada kekesalan yang belum terselesaikan di benak nya, apalagi ini merupakan hari pertama baginya masuk sekolah.
Dengan wajah yang ditekuk, pelangi menghentak hentakkan kaki nya sendiri "Aish, ntahlah pokoknya aku benar-benar kesel sama mami sama papi juga" rengeknya, jangan lupakan wajahnya yang sudah benar benar melihatkan kekesalan nya.
Dengan amat sangat terpaksa, pelangi melangkah kan kaki nya menuju sekolah baru nya ini.Tak ada senyuman ataupun kegembiraan yang terukir di wajahnya, sangat berbeda dengan siswa yang lain justru semua terlihat bersemangat dan senang.
Baru beberapa langkah memasuki wilayah sekolah, tanpa sengaja pandangan pelangi menangkap sesuatu yang berada sedikit jauh dari jangkauan matanya, namun tetap saja ia dapat melihatnya dengan jelas.
Matanya berbinar seolah menemukan sebuah harta karun, wajah yang sebelum nya ditekuk kini berubah menjadi wajah penuh senyuman kegembiraan.
Pelangi berlari dengan semangat nya menghampiri objek yang benar benar menarik perhatiannya.
disana, seorang anak lelaki berkulit putih bersih dengan bulu mata panjang dan alis terbal tengah duduk dikursi pajang yang terbuat dari kayu, tepat dibawah sebuah pohon rindang.Dengan mata terpejam dan headset yang melekat dikedua telinganya, tampan.Ditatap nya wajah lelaki itu, benar benar luar biasa seolah wajah nya berbinar dan bercahaya.Pelangi melompat lompat bahagia, menimbulkan suara berisik dari hentakan kaki nya.
Seolah menyadari hadirnya seseorang, lelaki itu perlahan membuka matanya. Setelahnya ia terpelonjat kaget mendapati seorang gadis begitu dekat dengan wajah nya.
"Eh? Lo Siapa?" tanya nya.
"Eoh. Hola gw pelangi" sahutnya diiringi dengan senyuman.
"GW nggak nanya nama lo, lagipula nggak penting juga" ia berdiri dari sana dan pergi meninggalkan pelangi yang masih tersenyum lebar.
Bak disihir, pelangi mematung ditempat tanpa bergerak barang sedikit pun.Matanya tak henti mengikuti langkah sang pria yang semakin menjauh hingga akhirnya hilang dari jangkauan matanya terkikis oleh jarak yang kian membesar.
Bel sekolah berbunyi pertanda jam pelajaran akan segera dimulai dan menyadarkan pelangi dari lamuman bermanfaat nya.
Pelangi menyusuri lorong sekolah sembari menatap satu persatu tulisan di depan ruang kelas, langkah nya berhenti kala melihat tulisan X IPA 1.Matanya melirik kedalam kelas, sudah banyak siswa disana dan mereka terlihat sudah akrab, mungkin hanya pelangi yang asing.
Pelangi merasa sebal, dia tidak ikut masa orientasi siswa yang membuat nya tidak sempat mencari teman dimasa ospek seperti kebanyakan siswa lainnya.
Kehadiran pelangi didepan pintu kelas mengundang perhatian siswa dikelas, banyak dari mereka yang menatap pelangi.Mata pelangi berkeliling menelusuri seluruh ruang kelas, ia menemukan kursi kosong dengan posisi paling belakang.
Bagi pelangi kursi belakang itu menyebalkan, ia suka duduk dibangku depan.Dulu semasa sekolah dasar ia selalu semangat memilih untuk duduk di kursi depan.
Mau tak mau, pelangi tetap harus duduk disana karena hanya itulah kursi kosong saat ini.
Pelangi meletakkan tas nya diatas meja, lalu mendudukkan dirinya dengan tenang. menyenangkan batinnya,Setidaknya setelah bertemu laki-laki tampan tadi pelangi jadi berubah lebih semangat hari ini.
Fikirannya kembali terbayang akan pria yang ia temukan.Bukankah ini sebuah keajaiban?atau sebuah kebetulan belaka? Pelangi tak pernah ingin bersekolah disini.Bahkan ia tak bersemangat sebelumnya.
Namun, akankah orang itu menjadi alasan barunya untuk menjalani harinya disekolah ini?entahlah.Pelangi hanya tersenyum lebar lalu menggelengkan kepalanya agar fikirannya kembali normal pada batasannya.
Pelangi membuka buka-buku pelajarannya, hanya beberapa saat sebelum pelajaran mulai, seseorang datang dan duduk disebelahnya.Gadis dengan tubuh yang diperkirakan lebih tinggi darinya dan bola mata berwarna coklat hazel.
"hai" katanya.
Pelangi yang sebelumnya fokus menatap pada buku nya kini mendongak, menatap orang pertama yang menyapa nya hari ini di sekolah ini.
Gadis yang ia belum tahu siapa namanya itu tersenyum lalu melihat pelangi dengan seksama "Lo?Lo anak baru ya?" tanya nya.
Pelangi menaikkan alisnya, "Bukannya kalian semua juga anak baru ?" sahut nya asal
Gadis itu melongo, ia menggaruk tengkuknya "ah iya, eum maksud gw kemarin-kemarin gw belum pernah ngelihat lo di sini karna itu gw tanya" ia terkekeh.
Mendengar ucapannya pelangi mengangguk "ah iya, gw nggak mengikuti kegiatan orientasi siswa, mungkin karena itu lo nggak pernah ngelihat gw sebelumnya.Nama gw pelangi, lo?" Ucapnya sembari mengulurkan tangannya.
Dengan senyuman lebar nan manisnya, ia meraih tangan pelangi "Gw arabelle, senang bertemu kamu pelangi" ia tersenyum.
Hari berlalu, pagi yang baru kini sudah dimulai.Pelangi menyandarkan tubuhnya pada gerbang sekolah,matanya terbuka lebar melihat setiap anak yang masuk kedalam sekolah nya, senyum nya mengembang kala yang ditunggu tunggu akhirnya muncul.
Pria dengan seragam rapi dan penampilan yang segar, sangat cocok dengan wajah nya yang terlihat bercahaya bagi pelangi.
"Haii lo masih ingat gw tidak?" pelangi berdiri tepat dihadapannya.
Bukannya mendapat jawaban, pelangi justru mendapat tatapan aneh.Tapi bukan pelangi nama nya jika menyerah begitu saja, ia justru tersenyum sendiri sembari menatap pria dihadapannya.
"Masa lo lupa sih" sambungnya saat tak kunjung mendapat jawaban.
Pria itu menatap pelangi dengan seksama, dari atas hingga bawah.Ia mencoba sebisa mungkin mengingat barangkali ia mengenal gadis dihadapannya ini.Namun tidak, ingatannya tak menunjukkan bahwa ia mengenal gadis ini.
Tapi, bukankah mereka memang tidak saling mengenal?
"Lo---"
Pelangi menyunggingkan senyum terbaiknya, matanya terbelalak lebar.Hati nya mulai berdesir hebat, ditatap nya pria dihadapannya dengan mata berbinar.
"aneh" ucapnya.
Sayang, harapan tak selalu seindah kenyataan.Pelangi sudah salah sangka.Dia sama sekali tak mengingat pelangi, tapi apa salahnya?toh mereka memang baru sekali bertemu, ini akan jadi semangat baru bagi pelangi untuk terus menemuinya agar ia bisa mengingat pelangi nantinya.
"Gw pelangi, pelangi pelengkap lo" seolah tak memikirkan keadaan, pelangi bicara dengan santai nya sembari bergoyang goyang kekanan dan kekiri.
"pphh pphh hahahaha"
Pelangi sedikit terkejut kala tawa menggelegar keluar dari salah satu pria disana.Ia tertawa terbahak bahak dan disusul oleh pria satunya.
Apakah hanya pelangi yang merasa malu disini? Aish entahlah.Disaat seperti ini, pelangi harus mengeluarkan jurus andalannya.Muka tembok, hanya itu yang perlu ia lakukan.
Tawa pelangi juga keluar dari mulutnya, bukan tawa sungguhan melainkan tawa paksaan yang ia keluarkan hanya untuk menghindar dari rasa malu.
Sembari tertawa, pelangi menggaruk lehernya sendiri yang sungguh sama sekali tidak gatal.Dengan kecepatan tinggi pelangi langsung berlari dari sana.
"Ketawa aja terus yang keras sampai seluruh sel otak lo rusak"
"Ya! Devan, baru beberapa hari masuk sekolah lo udah punya pelengkap.Seenggaaknya kasih tahu gw jurus apa yang lo pakek" ledek salah satu pria disana.
"Ekhem gw pelangi, pelengkap lo" salah satu dari mereka menyontohkan adegan bodoh yang baru saja pelangi pertontonkan.
Langit menggeleng "Dasar orang aneh.Gila kalian berdua" ketusnya, lalu berjalan.
"Hoy devan tunggu..itu pelengkap lo gimana?apa lo nggak mau susulin gitu?"
Pelangi masuk ke dalam kelas terburu buru.Setelah meletakkan tas nya diatas meja ia langsung membenamkan wajah nya disana.Arabelle yang melihat tingkah laku teman nya itu menatap aneh pada pelangi
"heh kenapa lo? Kesambet ?" Ucapnya seraya menepuk bahu pelangi
Pelangi menggelengkan kepala nya "Haaaaaa arab muka gw mau ditaroh dimana aish" rengek nya.
Arabelle semakin bingung, ini pelangi beneran kesambet setan atau gimana? Fikirnya.
Arabelle memukul punggung pelangi sedikit keras "lo kenapasih? Ada masalah apa? Ayo cerita dong.Kenapa malah nanya muka mau di taroh dimana, kalau mau lo bisa taroh dibokong lo noh.Dijamin bakalan terlihat cantik kalau muka lo ditaroh dipantat""Arab, tadi gw ketemu langit" cicit nya.Nada suara pelangi sangat berbeda, arabelle sadar ada yang tak beres.
"Terus kenapa?Bukannya bagus kalau lo ketemu orang yang lo sukai dipagi hari dan itu akan menyebabkan timbul nya semangat yang menggebu-gebu untuk melanjutkan aktifitas dihari yang sangat membosankan ini" tuturnya.
"ya masalahnya tuh--akh lo tau nggak apa yang gw bilang ke Langit?" Kini pelangi menegakkan tubuhnya, mengarahkan atensi nya menatap arabelle dalam dalam.
Arabelle menggeleng menanggapi, pelangi membuang nafas kasar "Gw bilang ke langit Hai langit lo inget gw tidak? Gw pelangi pelengkap lo"
Hening, Pelangi dan arabelle hanya saling menatap.Kemudian pelangi dibuat terkaget oleh tawa nyaring arabelle yang serasa mendengung di telinga nya.
Masih tertawa, "beneran? Sumpah demi apa? Lo bilang kayak itu?" tanya nya.
Pelangi mengangguk pasrah, tawa arabelle kembali pecah.
"Astaga ya tuhan pelangi kamu bodoh gini keturunan dari siapa sih?" celetuknya.
"Ah lo mah sama teman sendiri gitu, gw harus gimana dong ini" pelangi lagi lagi merengek.
"Tenang.Lo punya temen bernama arabelle yang sangat baik dan berguna ini, gw tau dan punya solusi lo harus apa"
Arabelle membuka resleting tas pelangi, lalu mendorong pelan punggung pelangi hingga wajahnya sejajar dengan tas nya, dimasukkan nya kepala pelangi kedalam tas lalu menarik kembali resleting tas nya. "Simpan aja wajah lo disini, gw yakin lo pasti malu kalau ketemu sama langit.Selamat buat lo ya pelangi"
Deringan keras dari bel sekolah disambut gembira oleh para siswa.Satu persatu mulai berhamburan dari tempat mereka masing masing.Jam istirahat adalah jam favorit kebanyakan siswa.
Beberapa dari mereka ada yang pergi mengisi perut, ada juga yang menggunakan waktu istirahat untuk belajar atau sekedar bermain bersama temannya.
Namun hari ini suasana berbeda dialami oleh pelangi.Ia hanya terduduk lesu di tempat nya tanpa berniat bergeming dari sana.
Arabelle menepuk pelan bahunya, rasanya sedikit aneh melihat pelangi yang pendiam seperti ini.Seperti bukan dirinya.
"Yak! Pelangi lo kenapa?Jangan ditekuk gitu mukanya, kelihatan jelek. Ayo makan" ajaknya.
Pelangi menggeleng
"Aih ada apa sih? Jangan bertingkah aneh kayak gini ya, lo tuh benar-benar kelihatan serem tau" kesal arabelle.
Pelangi memberikan tatapan tajam pada arabelle "Gw nggak mau ketemu langit arab!" Rengeknya.
Arabelle terkekeh, "Yeu dasar lo lemah.Baru segitu aja udah nggak punya nyali nunjukin wajah.Dasar Lemah wuuu!!"
Memang benar kata pepetah, bahwa sahabat adalah orang yang akan menertawakan kita pertama kali.Ya meskipun pelangi dan arabelle masih terlalu dini untuk disebut sahabat, tapi setidaknya bagi pelangi arabelle adalah sahabatnya.
Lagipula, semua bukan tentang waktu.Mau satu tahun atau berpuluh puluh tahunpun, jika memang tidak cocok ya tetap saja tidak akan bisa bersama dalam hubungan yang baik.Namun sebaliknya, jika sudah merasa cocok dan saling percaya, satu haripun bukan masalah.
Pelangi mengacak ngacak rambut milik arabelle menggunakan kedua tangannya.Sungguh, mood nya benar benar sedang berantakan tapi arabelle malah semakin membuatnya merasa kesal saja.Rasakan lah akibatnya.
Langit kian gelap, rintikan demi rintikan air hujan perlahan mulai jatuh menghantam bumi.Pelangi kini tengah menikmati sarapan nya sembari mendengarkan irama dari rintikan hujan.Aktifitas yang dilakukan pelangi dan keluarga selalu sama.Satu tahun, dua tahun, tiga tahun, bahkan enam belas tahun pun tak merubah satupun kebiasaan keluarga ini.Bersyukur, tentu itu sangat pelangi tanamkan dalam dirinya.Memiliki keluarga yang sempurna, yang selalu ada untuk satu sama lain.Jika kebanyakan anak mengeluh karena orang tua yang tidak memiliki waktu karena terlalu asik mencari pundi-pundi rupiah, hal itu tidak terjadi pada pelangi.Sesibuk apapun kedua orang tuanya, mereka tetap lah orang tua yang sempurna.Jika pelangi menghitung saat-saat kapan orang tuanya melewatkan makan bersama keluarga, entah itu sarapan pagi ataupun makan malam, maka jawaban nya tidak pernah sama sekali.Pelangi mengulum senyuman sembar
Bel sekolah sudah berbunyi, menandakan kini sudah waktunya istirahat.Pelangi menyimpan satu persatu buku buku nya dengan semangat.Arin mendatangi meja dimana pelangi dan arabelle duduk "Makan atau tidak?" tanya nya."Ya jelas makan, masa enggak" sahut arabelle"Kalian pergilah dulu, gw nanti nyusul hehe" ucap pelangi sembari terkekeh."Lo mau kemana?" arabelle memandang pelangi."mauuu---ah mau nyari udara segar, iya nyari udara segar.Belajar seharian itu ngebuat gw ngerasa begitu kepanasan" pelangi bangkit, memeluk singkat arabelle juga arin "Gw pergi dulu ya, dah bayi-bayi monyetku""Wah? Hei sembarangan aja lo ini! , menghina gw ya?!.ayo sini balik pelangi!" arabelle berjalan berniat mengejar pelangi tapi lengannya ditahan oleh arin"Udah bel jangan esmoci begitu, dia nyebut nya bayi monyet, mungkin dia induk monyet nya.Tenang aja, kemonyet
Cahaya matahari kian membesar dengan amat indah, Silau nya menyinari seluruh penjuru kota.Diwaktu inilah hiruk-piruk kesibukan manusia dimulai, kicauan burung-burung pun terdengar.Ditambah lagi sejuk nya angin pagi yang beradu dengan hangat nya sinar sang mentari.Dua sejoli itu, Arabelle dan Arin memasuki sekolah sembari bergandengan, kebetulan mereka bertemu saat di depan sekolah tadi.Belum jauh mereka melangkah, sebuah teriakan menghentikan mereka berdua.Disana pelangi terlihat masih berdiri di depan mobil yang jelas arabelle dan arin tau itu milik papi nya.Mereka melambaikan tangan dan juga dibalas oleh pelangi.Arin menggerakkan tangan nya memanggil pelangi untuk segera mendekat, namun pintu mobil pelangi yang kembali terbuka menarik perhatian mereka.Biasanya, pelangi selalu datang sendiri tentu karena tidak ada keluarga ataupun teman dekat nya yang bersekolah di sekolah mereka saat ini.Orang itu keluar dari sana, ia bahkan sempat menyenggolkan bah
Jam sudah menunjukkan pukul 21:00, tapi pelangi belum terlihat akan beranjak dari posisi nya.Dia masih terduduk nyaman diatas kursi belajar nya yang bernuansa soft blue itu.Pelangi tengah berkutit dengan tugas tugas yang diberkan guru hari ini.Lumayan banyak, tapi pelangi tetap memutuskan untuk menyelesaikannya malam ini juga.Mungkin pelangi bukan siswa cerdas yang selalu mendapat peringkat utama dalam kelas, namun dia hanya siswa biasa yang berusaha sekuat mungkin untuk tidak tertinggal pelajaran."Yang satu ini kenapa susah banget sih" gerutu pelangi sembari terus mencoret coret kertas buram nyaIa membuka lembar sebelumnya mencoba mencari soal yang sama untuk melihat cara penyelesaiannya"Nah!! Ini dia sama,hufh kenapa nggak daritadi aja coba liat di bekas kemaren"Pelangi kini tengah fokus mengerjakan soal terakhirnya.Hingga ia tak menyadari sang ibu memperhatikannya dari ambang pintuAyu tersenyum memperhatikan putri nya.Ia melan
Pagi ini suasana meja makan dihiasi oleh perang panas.Sejak tadi perang tatapan mata antara pelangi dan randi belum juga berakhir.Sebenarnya, randi sendiri pun tak tahu apa kesalahanya.Sejak malam tadi sikap pelangi padanya sedikit aneh.Namun tetap saja, ketika mendapatkan tatapan tajam dari pelangi randi tak bisa diam, ia juga membalasnya hingga terjadilah perang panas ini."Ayo makan" ayu sudah duduk dikursi nya setelah meletakkan menu terakhir di meja untuk sarapan mereka.Randi meraih sumpitnya, ia mengambil sepotong salmon terlebih dahulu.Saat ia masih ingin menjepit nya dengan sumpit, tiba tiba sumpit lain muncul disana.Yang membuat randi kesal adalah, sumpit milik pelangi seolah sengaja menyenggol miliknya.Mereka berdua makan dalam keadaan saling beradu tatap.Ayu dan Louis sangat fokus pada sarapan mereka, hingga tak menyadari apa yang sudah terjadi pada anak anaknya.Kini, pelangi ingin menuang jus jeruk di hadapannya.Ia sudah hampir saja
"Geser dikit dong"Pelangi menggeram kesal, kepalanya terangkat sembari bola mata nya yang memutar menyalurkan kekesalan.Dilihatnya seorang siswa pria berdiri tepat di sampingnya.Dengan rambut sedikit panjang yang dibelah tengah, bola mata kecoklatan yang tampak persis seperti bola mata miliknya.Juga tidak lupa dengan alis tebalnya dan bulu matanya yang terlihat lentik.Ia menatap pelangi dengan tatapan datar, sementara pelangi menatapnya dengan kesal.Pelangi menggeser duduknya, memberi ruang siswa itu untuk duduk.Setelah ia duduk, pelangi masih terus menatapnya.Rasa nya tidak asing dengan wajahnya, namun dimana ia melihatny??Untuk beberapa saat pelangi masih menatapnya.Mencoba mengingat dimana ia pernah melihatnya.Kemudian ia teringat, ini adalah siswa yang tanpa sengaja tadi ia tabrak dan juga orang yang menyentil dahinya."Gw tau gw ganteng.Tapi sorry gw sibuk" tuturny
Devandra Langit Argantara, Anak bungsu yang lahir dari keluarga kalangan elit.Hidupnya dipenuhi dengan kemewahan.Barang-barang mewah, rumah megah, transportasi mewah, uang yang melimpah.Namun sayang, bagi langit hal itu bukanlah berkah, melainkan kutukan.Ia mengutuk setiap detik dan menitnya yang ia habiskan di dalam rumah ini.Rasanya kian sesak saat ia harus menjalani hari hari di dalam rumah ini.Tapi sayang, ia tak pernah bisa lari dari tempat bernama rumah yang sangat ia benci ini.Beberapa kali ia sempat melarikan diri, tapi tentu saja orang tuanya berhasil menemukannya.Langit berjalan dengan santai memasuki rumah megah nya, melepas jaket nya dan meletakkan ke rak yang sudah tersedia di dekat pintu masuk."Dari mana kamu?"Langit membuang nafas kasar, ia memijat keningnya sendiri "Main" sahutnya,setelah itu kembali berjalan menaiki anak tangga."Devan!! Kamu emang gapernah berubah ya! Dimana sopan sant
Sebatang pena bermotif bunga mawar hitam itu kian bergerak ke kanan dan kekiri, dari atas hingga ke bawah menciptakan sebuah tulisan yang penuh akan makna disebuah buku harian milik gadis bernama pelangi.Sesekali ia tersenyum kala menuliskannya, dan terkadang ia juga terlihat murung.Hari libur memang sangat dinantikan, tapi kini tidak bagi pelangi.Memang menyenangkan ketika seharian dirumah bersama dengan keluarga, tapi ia lebih senang lagi ketika menghabiskan waktu di sekolah.Belajar seolah menjadi bagian favoritnya, bertemu dengan arabelle dan Arin adalah penyemangat tersendiri.Dan bertemu dengan langit merupakan vitamin.Pelangi menempelkan wajahnya di atas meja belajar.Membosankan, sejak tadi ia tak melakukan aktivitas apapun.Randi pergi bersama dengan teman-teman nya, Mami dan papi nya tengah menghabiskan waktu keluar berdua.Sebenarnya ia juga diajak tapi ia menolak untuk menjadi nyamuk diantara orang tuanya yang mungkin tengah mempersiapkan adik baru untuknya da