Aktifitas yang dilakukan pelangi dan keluarga selalu sama.Satu tahun, dua tahun, tiga tahun, bahkan enam belas tahun pun tak merubah satupun kebiasaan keluarga ini.
Bersyukur, tentu itu sangat pelangi tanamkan dalam dirinya.Memiliki keluarga yang sempurna, yang selalu ada untuk satu sama lain.Jika kebanyakan anak mengeluh karena orang tua yang tidak memiliki waktu karena terlalu asik mencari pundi-pundi rupiah, hal itu tidak terjadi pada pelangi.
Sesibuk apapun kedua orang tuanya, mereka tetap lah orang tua yang sempurna.Jika pelangi menghitung saat-saat kapan orang tuanya melewatkan makan bersama keluarga, entah itu sarapan pagi ataupun makan malam, maka jawaban nya tidak pernah sama sekali.
Pelangi mengulum senyuman sembari menatap lekat lekat keluarga.Hatinya selalu merasa hangat jika berada ditengah tengah keluarga nya.Tanpa terasa, sudut matanya kini mulai berair.Lantas ia memutuskan kembali fokus menyantap makanan nya daripada ia akan menangis di meja makan.
Pelangi mencium tangan papi nya sebelum keluar dari mobil.Hari ini papi nya lah yang mengantarkan nya ke sekolah
"Dah Ayah" Katanya sembari melambai.
Louis melambaikan tangan nya sebelum akhirnya menutup kembali jendela mobil nya dan melaju.Pelangi tersenyum, rasanya bahagia sekali diantar sekolah oleh papi nya.
Saat hendak memasuki sekolah, pelangi melihat lintasan tubuh seseorang.Tentu saja orang yang pelangi kenal, Langit.
Pelangi menarik nafas nya dalam dalam, lalu membuang nya.Tekad nya sudah bulat, hari ini ia harus menemui langit lagi.
Jika difikir fikir, untuk apa pelangi menghindari langit?apa karena hal memalukan yang sangat sepele itu? Mungkin setelah ini akan ada lebih banyak hal memalukan yang akan pelangi hadapi.Tapi ia tak boleh menyerah, ia harus dekat dengan langit.
"Langit" teriaknya.
Merasa nama nya kini tengah disebut, Langit menghentikan langkah nya begitu juga dengan kedua teman nya, Haru dan Leo.
"Ah pelangi ya? Mencari langit? ini langitnya" Leo mendorong tubuh langit sedikit mendekat kearah pelangi, ia pun mendapatkan pukulan pelan pada perutnya yang dihadiahi oleh langit.
"Ada apa?" tanya nya sambil menatap pelangi.
Tidak ada yang berubah, tatapan nya masih sama.Apa dia memang tidak pernah tersenyum? Pelangi berbisik dalam hatinya.
"Ini, buat lo" pelangi meletakkan satu buah susu kotak dengan rasa coklat ditangan langit, lalu ia tersenyum manis.
"Semoga hari lo menyenangkan langit, selamat belajar ya.Oh iya sekali-sekali coba buat senyum, muka lo nggak enak buat dilihat tau" ucapnya.
Langit menautkan alisnya.Apa dia baru saja dihina disini? "Muka gw adalah muka terbaik disini,dan lo Bilang nggak enak dilihat?" Ketusnya.
Pelangi terkekeh, langit memang seketus itu.Tapi tak masalah, pelangi bukan gadis yang langsung kikuk dan mundur hanya karena sebuah kalimat ketus seperti itu.
"Dih Kesal, yaudah gw pamit dulu, gw mau masuk kelas dah Langit" pelangi melambaikan tangan nya dan senyuman lebar kembali terukir disana, setelahnya ia berlari begitu saja meninggalkan langit dan teman temannya.
Langit mendecih, ia menatap kepergian pelangi.apa gadis ini tidak waras? Batinnya .
"Pergi aja sana, siapa juga yang minta lo buat disini?! Lagipula Nama gw DEVAN" dengan menekankan namanya lalu langit menggeleng dan juga pergi dari sana dengan perasaan kesal nya.
.
Pagi ini pelangi memasuki kelas nya dengan riang Terlihat jelas dari wajah dan senyuman mekarnya, juga langkah nya yang sedikit berlarian kecil sembari melompat lompat bak anak kecil yang baru mendapatkan mainan baru.
Tingkah pelangi menarik perhatian teman nya, Arabelle dan arin. Ah iya, omong-omong setelah arabelle, kini pelangi juga sudah punya teman lain, namanya Arinda.Mereka juga satu kelas, karena itu kini mereka bertiga selalu bersama.
Arin berdiri dari duduk nya dan bergeser ke kursi yang ada di depan meja Pelangi dan arabelle.Kini pelangi yang duduk dikursi itu sembari tersenyum menatap teman teman nya.
"Selamat Pagi arab pagi Arin" Sapa pelangi.
Arabelle meletakkan telapak tangan nya di kening pelangi, beberapa detik tetap seperti itu sebelum akhirnya ia melepaskannya "Nggak panas, ada apalagi kali ini?"
Pelangi tersenyum lebar kearah arabelle lalu menarik kedua pipi nya "Aaaa Pelangi sakit tolong lepasin"
"hehe habisnya ngegemesin, oh iya arin juga sama ngegemesinnya nya" pelangi kini melakukan hal yang sama kepada arin.
"Ah yatuhan sumpah demi apa pelangi tangan lo mau gw patahin aja rasanya.Main cubit-cubit aja, kenapasih lo pagi-pagi gini? Kesambet lagi lo?" Tanya arabelle.
"Hehe iyaa.Kesambet pangeran tampan berkuda putih di depan sekolah" pelangi menopang dagu nya dengan tangan.
"Oh yaampun anak ini semakin hari kelakuan nya semakin nggak jelas, menyeramkan.Lo temenin nih bel teman lo, gw mau pergi dulu.Bukan apa-apa gw cuma takut ketularan penyakit aneh nya pelangi" Arin berlari ngicir pergi meninggalkan arabelle bersama pelangi yang masih saja tersenyum.
Arabelle menatap pelangi lamat-lamat.Kini ia juga sama, menopang dagunya dan menatap kearah pelangi "Pel ternyata kalau difikir fikir lo itu mirip ya"
Pelangi merubah atensi nya menatap arabelle "Mirip siapa?" ucapnya.
"Mirip SETAN" dengan penekanan dikalimat setan.
Arabelle menoyor kepala pelangi, lalu berdiri dari duduknya "Makan tuh pangeran kuda putih, gw cabut. Mau cari malaikat pencabut nyawa buat minta dia nyabut nyawa lo"
Pelangi cemberut, "Awas aja ya lo kalau nyawa gw bener-bener dicabut terus lo nangis, bakalan gw ketawain dari surga! Paham" teriak pelangi.
Cuaca siang ini sedang cukup baik, tidak terlalu panas juga tidak mendung.Cuaca yang pas dan bersahabat untuk berjalan kaki.
Pelangi berjalan dengan santai sembari melihat lihat sekitar daerah tempat tinggalnya.Tak lama, pelangi melihat seseorang yang berjalan di depannya.Bukankah itu seragam yang sama seperti milik pelangi?
"Wooey Jangkung!!" teriaknya.
Pria tersebut berbalik, menatap pelangi lalu menunjuk dirinya sendiri.Pria itu celingukan melihat ke kanan dan ke kiri memastikan apa memang dia yang dipanggil atau orang lain.
"iya lo jangkung, gw manggil lo!" pelangi berlari kearahnya, berdiri tepat di hadapannya.
"Heh sembarangan! Gw punya nama ya!" Ucapnya.
"Hehe ya maaf" cicit pelangi pelan sembari mem pout kan bibirnya,Gemas.
"Eh tunggu dulu.lo lagi ngapain disini?! Lo ngikutin gw ya?! Wah Parah lo parah banget penguntit ini namanya!" leo menunjuk nunjuk pelangi dengan ekspresi wajah panik nya.
"Ih enak saja ! Gw tinggal disini tau! Tuh rumah gw" pelangi menunjuk rumah berwarna putih biru yang tak jauh dari posisi mereka berdiri.
Leo menoleh kearah rumah yang ditunjuk pelangi, setelah nya ia justru memasang wajah kaget nya lagi. "J-jadi lo tetangga baru gw itu?"
Pelangi menatap Leo dengan bingung, ia tersenyum setelah mengingat sesuatu "hehe iyaa, duh memang jodoh itu nggak kemana ya"
Leo menutup mulutnya sendiri, matanya melotot "Amit amit, sumpah walaupun lo cantik gw nggak berminat punya jodoh kayak lo yang sangat amat malu-maluin" ia mengetuk dengkul nya sendiri lalu mengetuk dahi nya.
Pelangi memukul lengan leo sedikit keras "Sembarangan! Lo juga bukan tipe gw tau! Gw juga lebih lebih sangat menolak jadi jodoh lo!"
Pelang tersenyum, sembari menggoyangkan tubuhnya "Maksud nya gw itu jodoh sama langit.Lo kan temen nya langit, dan kita tetanggaan itu artinya gw sama langit jodoh hehe" suara dari benturan dua telapak tangan pelangi terdengar, ia juga tersipu.
Leo menganga
"Udah ya gw mau pulang, sampai jumpa lagi leo jangkung.Jodoh nya langit mau istirahat dulu" pelangi mengedipkan sebelah matanya, kemudian berlari dan melambaikan tangan kearah leo.
"Oh tuhan pemikiran bodoh macam apa ini? Dia tetanggaan nya sama gw tapi jadi jodoh nya sama Langit?" Leo menunjuk-nunjuk arah pelangi, kemudian ia menutup mulutnya dengan tangan.Ia bahkan menendang kan kaki nya pada angin tempat dimana pelangi berjalan tadi
"Musnah kamu gadis tidak waras"
°°°
"Mi besok teman pelangi mau main kesini boleh ya?" tanya pelangi, ayu menghentikan makan nya menatap pelangi lalu mengangguk.
"loh anin sudah punya teman? Kok papi tidak tahu?" Louis menatap pelangi.
"Tuhkan ayah mulai lagi ih" pelangi memasang tampang sebal nya "Malas ah bicara dengan papi, suka banget mengejek anaknya sendiri" sambung nya.
Ayu terkekeh, menyenggol lengan suami nya "Tau nih kamu pi, suka banget ngeganggu anak nya" omel nya.
"iya boleh kok temen kamu main kesini" ayu tersenyum penuh kasih sayang
"yess! Makasih banyak mi. Eh tapi" Pelangi menatap ayu, seolah faham ayu langsung berkata
"iya besok mami masakin ya, mami pulang 1 jam sebelum kamu pulang sekolah. Jadi bisa mami masakin makanan buat kamu sama temen kamu"
Pelangi tersenyum senang, ia menenggak air putih lalu meletakkan kembali gelas nya keposisi semula.
"oh iya randi mana mi, kok nggak turun makan ?" Tanya nya kala menyadari sang adik tak ada disana.
"Dikamar, katanya lagi banyak tugas" sahut ayu.
"Yaudah kalau gitu pelangi ke kamar randi dulu ya" pelangi bangkit dari duduk nya, mendekat ke arah louis dan ayu.
Ia mengecup pipi louis "Good night papi" lalu mengecup pipi ayu "Good night mami"
"Good night to sayang" jawab mereka bersamaan.
Pelangi menaiki anak tangga satu persatu sembari bersenandung kecil.Saat sudah tepat di depan kamar randi ia berhenti bersuara, ia membuka pintu secara perlahan, mengendap endap masuk kedalam kamar. Disana,randi terlihat tengah fokus dengan buku buku nya.
Pelangi melangkah mendekat, dalam hitungan ketiga pelangi siap untuk menerjang randi dari belakang.
"Jangan ganggu"
Pelangi berhenti, lalu berdecih "ish, kenapasih lo selalu tau terus setiap mau gw kagetin" keluhnya.
Randi hanya menggeleng, ia tak mengalihkan pandangan nya dari buku "Gw kan nggak budeg kaya nin jie"
"Enak aja lo nyebut nin jie budeg! Ah yaudahlah, padahal niatnya mau bantuin kamu ngerjain tugas. Yaudadeh dah adekku ganteng selamat bertugas" ia berbalik, berjalan santai sembari memainkan kuku nya.
Randi berdiri, meraih tangan pelangi "Ehh bercanda jie, Nin jie ku yang paling paling paling manis sedunia jangan suka dimasukin hati"
Pelangi tersenyum meremehkan "Nah makanya itu, kalau masih butuh jangan suka menghina" ia memukul pelan kepala randi, lalu mengambil alih beberapa buku tugas milik randi.
Pelangi dan randi kini keduanya tengah duduk di kasur milik randi.Pelangi mengerjakan tugas, sementara randi masih meregangkan otot-otot nya sebentar saat pelangi mengambil alih tugasnya.
Randi menatap pelangi dari posisi tidur nya "Jie, Jangan kemana mana ya" ucapnya.
Tangan pelangi berhenti, ia menatap wajah randi dan tersenyum "haha Jie nggak kemana mana kok, jie disini" dielus nya rambut hitam pekat milik randi.
"Aku takut kalau nin jie bakal ninggalin aku. Walaupun aku bukan adik yang baik, tapi aku sayang sama jiejie.Aku gamau jie pergi" Randi meraih tangan pelangi, menggenggam nya erat.
Pelangi lagi lagi tersenyum "iya gw nggak kemanapun Randi, lagipula siapa yang bilang lo gabaik? Lo itu adik terbaik di dunia Randi Arganta Darendra " pelangi menarik kedua pipi randi.
"ah ah aish sakit tau pelangiiiii!" teriak randi, pelangi terkekeh.
"Yaudah iya maaf, sini sini" pelangi menangkup kedua pipi randi dan mengusap nya dengan lembut.
Randi memejamkan matanya tangannya iya gunakan untuk menggenggam tangan milik pelangi "Sini dulu sampe aku tidur ya jie" pintanya.
Pelangi sedikit terkejut, apakah hari ini adiknya sedang dalam mode manja? Tapi sudahlah, ia tak masalah.Justru ia senang karena ternyata adiknya ini masih menyayangi nya.
Dikecupnya lembut kening randi, ia juga mengusap usap lembut rambutnya.Pelangi teringat kembali akan ucapan randi beberapa saat lalu memintanya untuk tidak pergi.
Senyuman terukir di bibir pelangi, hingga tanpa sadar buliran bening mengalir dari sudut matanya.Memudarkan senyumannya perlahan lahan.Randi bukanlah orang yang mudah mencurahkan isi hatinya, karena itu ketika ia menyuarakan isi hatinya, itu artinya ia bersungguh sungguh.
Dengan sigap pelangi menepis kasar air matanya.Tidak, ia tak bisa menangis sekarang.Toh memang kenapa? Ia tak akan kemanapun.Setidaknya untuk saat ini hingga saat yang ia juga tak tahu kapan saatnya.
Pelangi mencoba mengecek keadaan randi, saat sudah yakin bahwa randi sudah tertidur pulas ia bangkit dari sana.Menarik selimut meletakkan nya diatas tubuh randi untuk menjaga nya dari dinginnya cuaca malam.
Jam sudah menunjukkan pukul 24:00.Tandanya sudah amat larut, pantas saja ia sudah merasa mengantuk sekarang.Saat berjalan menuju kamarnya, pelangi melihat kamar orang tuanya yang sudah tertutup rapat.
Pelangi mengetuk pintunya, tak ada balasan apapun dari dalam sana.Itu artinya orang tua nya sudah tertidur.Dibuka nya pintu perlahan lahan berharap ia tak menimbulkan suara berisik yang akan membangunkan kedua orang tuanya.
Senyum nya mengembang kala melihat wajah damai kedua orang tuanya yang tengah tertidur.Pelangi mendekat, mengecup pipi ibunya, kemudian berpindah pada ayahnya.
"Pelangi sayang kalian" tuturnya.
Bel sekolah sudah berbunyi, menandakan kini sudah waktunya istirahat.Pelangi menyimpan satu persatu buku buku nya dengan semangat.Arin mendatangi meja dimana pelangi dan arabelle duduk "Makan atau tidak?" tanya nya."Ya jelas makan, masa enggak" sahut arabelle"Kalian pergilah dulu, gw nanti nyusul hehe" ucap pelangi sembari terkekeh."Lo mau kemana?" arabelle memandang pelangi."mauuu---ah mau nyari udara segar, iya nyari udara segar.Belajar seharian itu ngebuat gw ngerasa begitu kepanasan" pelangi bangkit, memeluk singkat arabelle juga arin "Gw pergi dulu ya, dah bayi-bayi monyetku""Wah? Hei sembarangan aja lo ini! , menghina gw ya?!.ayo sini balik pelangi!" arabelle berjalan berniat mengejar pelangi tapi lengannya ditahan oleh arin"Udah bel jangan esmoci begitu, dia nyebut nya bayi monyet, mungkin dia induk monyet nya.Tenang aja, kemonyet
Cahaya matahari kian membesar dengan amat indah, Silau nya menyinari seluruh penjuru kota.Diwaktu inilah hiruk-piruk kesibukan manusia dimulai, kicauan burung-burung pun terdengar.Ditambah lagi sejuk nya angin pagi yang beradu dengan hangat nya sinar sang mentari.Dua sejoli itu, Arabelle dan Arin memasuki sekolah sembari bergandengan, kebetulan mereka bertemu saat di depan sekolah tadi.Belum jauh mereka melangkah, sebuah teriakan menghentikan mereka berdua.Disana pelangi terlihat masih berdiri di depan mobil yang jelas arabelle dan arin tau itu milik papi nya.Mereka melambaikan tangan dan juga dibalas oleh pelangi.Arin menggerakkan tangan nya memanggil pelangi untuk segera mendekat, namun pintu mobil pelangi yang kembali terbuka menarik perhatian mereka.Biasanya, pelangi selalu datang sendiri tentu karena tidak ada keluarga ataupun teman dekat nya yang bersekolah di sekolah mereka saat ini.Orang itu keluar dari sana, ia bahkan sempat menyenggolkan bah
Jam sudah menunjukkan pukul 21:00, tapi pelangi belum terlihat akan beranjak dari posisi nya.Dia masih terduduk nyaman diatas kursi belajar nya yang bernuansa soft blue itu.Pelangi tengah berkutit dengan tugas tugas yang diberkan guru hari ini.Lumayan banyak, tapi pelangi tetap memutuskan untuk menyelesaikannya malam ini juga.Mungkin pelangi bukan siswa cerdas yang selalu mendapat peringkat utama dalam kelas, namun dia hanya siswa biasa yang berusaha sekuat mungkin untuk tidak tertinggal pelajaran."Yang satu ini kenapa susah banget sih" gerutu pelangi sembari terus mencoret coret kertas buram nyaIa membuka lembar sebelumnya mencoba mencari soal yang sama untuk melihat cara penyelesaiannya"Nah!! Ini dia sama,hufh kenapa nggak daritadi aja coba liat di bekas kemaren"Pelangi kini tengah fokus mengerjakan soal terakhirnya.Hingga ia tak menyadari sang ibu memperhatikannya dari ambang pintuAyu tersenyum memperhatikan putri nya.Ia melan
Pagi ini suasana meja makan dihiasi oleh perang panas.Sejak tadi perang tatapan mata antara pelangi dan randi belum juga berakhir.Sebenarnya, randi sendiri pun tak tahu apa kesalahanya.Sejak malam tadi sikap pelangi padanya sedikit aneh.Namun tetap saja, ketika mendapatkan tatapan tajam dari pelangi randi tak bisa diam, ia juga membalasnya hingga terjadilah perang panas ini."Ayo makan" ayu sudah duduk dikursi nya setelah meletakkan menu terakhir di meja untuk sarapan mereka.Randi meraih sumpitnya, ia mengambil sepotong salmon terlebih dahulu.Saat ia masih ingin menjepit nya dengan sumpit, tiba tiba sumpit lain muncul disana.Yang membuat randi kesal adalah, sumpit milik pelangi seolah sengaja menyenggol miliknya.Mereka berdua makan dalam keadaan saling beradu tatap.Ayu dan Louis sangat fokus pada sarapan mereka, hingga tak menyadari apa yang sudah terjadi pada anak anaknya.Kini, pelangi ingin menuang jus jeruk di hadapannya.Ia sudah hampir saja
"Geser dikit dong"Pelangi menggeram kesal, kepalanya terangkat sembari bola mata nya yang memutar menyalurkan kekesalan.Dilihatnya seorang siswa pria berdiri tepat di sampingnya.Dengan rambut sedikit panjang yang dibelah tengah, bola mata kecoklatan yang tampak persis seperti bola mata miliknya.Juga tidak lupa dengan alis tebalnya dan bulu matanya yang terlihat lentik.Ia menatap pelangi dengan tatapan datar, sementara pelangi menatapnya dengan kesal.Pelangi menggeser duduknya, memberi ruang siswa itu untuk duduk.Setelah ia duduk, pelangi masih terus menatapnya.Rasa nya tidak asing dengan wajahnya, namun dimana ia melihatny??Untuk beberapa saat pelangi masih menatapnya.Mencoba mengingat dimana ia pernah melihatnya.Kemudian ia teringat, ini adalah siswa yang tanpa sengaja tadi ia tabrak dan juga orang yang menyentil dahinya."Gw tau gw ganteng.Tapi sorry gw sibuk" tuturny
Devandra Langit Argantara, Anak bungsu yang lahir dari keluarga kalangan elit.Hidupnya dipenuhi dengan kemewahan.Barang-barang mewah, rumah megah, transportasi mewah, uang yang melimpah.Namun sayang, bagi langit hal itu bukanlah berkah, melainkan kutukan.Ia mengutuk setiap detik dan menitnya yang ia habiskan di dalam rumah ini.Rasanya kian sesak saat ia harus menjalani hari hari di dalam rumah ini.Tapi sayang, ia tak pernah bisa lari dari tempat bernama rumah yang sangat ia benci ini.Beberapa kali ia sempat melarikan diri, tapi tentu saja orang tuanya berhasil menemukannya.Langit berjalan dengan santai memasuki rumah megah nya, melepas jaket nya dan meletakkan ke rak yang sudah tersedia di dekat pintu masuk."Dari mana kamu?"Langit membuang nafas kasar, ia memijat keningnya sendiri "Main" sahutnya,setelah itu kembali berjalan menaiki anak tangga."Devan!! Kamu emang gapernah berubah ya! Dimana sopan sant
Sebatang pena bermotif bunga mawar hitam itu kian bergerak ke kanan dan kekiri, dari atas hingga ke bawah menciptakan sebuah tulisan yang penuh akan makna disebuah buku harian milik gadis bernama pelangi.Sesekali ia tersenyum kala menuliskannya, dan terkadang ia juga terlihat murung.Hari libur memang sangat dinantikan, tapi kini tidak bagi pelangi.Memang menyenangkan ketika seharian dirumah bersama dengan keluarga, tapi ia lebih senang lagi ketika menghabiskan waktu di sekolah.Belajar seolah menjadi bagian favoritnya, bertemu dengan arabelle dan Arin adalah penyemangat tersendiri.Dan bertemu dengan langit merupakan vitamin.Pelangi menempelkan wajahnya di atas meja belajar.Membosankan, sejak tadi ia tak melakukan aktivitas apapun.Randi pergi bersama dengan teman-teman nya, Mami dan papi nya tengah menghabiskan waktu keluar berdua.Sebenarnya ia juga diajak tapi ia menolak untuk menjadi nyamuk diantara orang tuanya yang mungkin tengah mempersiapkan adik baru untuknya da
"Selamat pagi" Sapa Guru lian yang baru saja memasuki kelas."Pagi guru" balas para siswa dengan kompak dan penuh semangat."Baiklah.Murid, sekolah telah memutuskan bahwa akan dilakukan pengacakan kelas" Ucapnya.Seketika keadaan kelas menjadi ricuh, banyak siswa yang berbicara secara bersamaan.Tak elak beberapa dari mereka menolak adanya pengacakan kelas ini."Gamau pisah dari pelangi pokoknya" Titah arabelle yang kini sudah melingkarkan tangannya dilengan pelangi."Diam!! Tenang sebentar.Ini semua demi kepentingan pembelajaran yang lebih baik.Bagi nama yang saya sebutkan kalian tetap tinggal disini, yang tidak silahkan keluar dan pindah bergabung ke kelas atas" tegasnya."Mengerti?""Mengerti guruu""Salsa, Reygan, andria, melsa, andrina, arabelle, Anggara, ferdian, Fenita, Anindya"Keadaan kelas kembali ricuh, mereka banyak yang berkomentar karena dipisahkan dari teman dekatnya.Tak pula berbeda dengan kondisi arin yan