Langit memasuki kelas dengan santai, sebelum duduk ia sempat mengulurkan tangan terlebih dahulu kepada haru dan leo untuk melakukan tos.Kesempatan itu ia gunakan untuk sedikit melirik ketempat duduk pelangi yang masih kosong.Tumben pelangi belum datang saat jam pelajaran akan dimulai dalam 10 menit.
Baru saja beberapa saat langit mendaratkan tubuhnya untuk duduk, tiba-tiba Rachel datang menghampirinya
"Dev bisa bantu gw ngerjain ini nggak? gw nggak ngerti caranya" ucapnya dengan wajah polosnya.
Langit mengangguk, ia mengambil pena nya dan memberikan penjelasan kepada rachel.Pelangi dan Arabelle baru saja masuk ke dalam kelas.Menyadari kehadiran rachel yang tengah bersama langit pelangi berdecih, menyebalkan.Tanpa memandang mereka berlama-lama ia duduk di kursinya, sementara justru langitlah yang sedikit mencuri pandangan pada pelangi.
Pelangi menutup mulutnya menggunakan telapak tangan kala tib
Gadis cantik bertubuh mungil dengan rambut hitam yang sedikit bergelombang itu masih asik bergumul dengan selimut tebalnya saat andri, sang adik menggoyangkan tubuhnya. "kebo bangun elah ih mami udah ngomel itu buruan!!""Ah diem.Gw masih mau tidur sebentar lagi" ketusnya.Tangan nya kembali menarik selimut tebalnya untuk naik menutupi seluruh tubuhnya.Pelangi mendecih saat beberapa saat kemudian, tidurnya nyenyak nya kembali di ganggu."Aish pergi sana! Biarin gw tidur" teriaknya."Anin"Pelangi terpelonjat saat mendengar suara tersebut.Didalam selimutnya, ia memukul jidat nya sendiri."Hai papi, selamat pagi" sapanya dengan hangat."Bagus.. ayo bangun, sekolah" ucap ayah nya, Louis dan berlalu meninggalkan pelangi yang langsung ngacir menuju kamar mandi.Saat dimeja makan pelangi menyantap sarapan nya dengan tenang.Sesekali, sang papi dan mami melirik nya yang masih menampakkan ekspresi kesalnya."Pelangi? Kamu t
Langit kian gelap, rintikan demi rintikan air hujan perlahan mulai jatuh menghantam bumi.Pelangi kini tengah menikmati sarapan nya sembari mendengarkan irama dari rintikan hujan.Aktifitas yang dilakukan pelangi dan keluarga selalu sama.Satu tahun, dua tahun, tiga tahun, bahkan enam belas tahun pun tak merubah satupun kebiasaan keluarga ini.Bersyukur, tentu itu sangat pelangi tanamkan dalam dirinya.Memiliki keluarga yang sempurna, yang selalu ada untuk satu sama lain.Jika kebanyakan anak mengeluh karena orang tua yang tidak memiliki waktu karena terlalu asik mencari pundi-pundi rupiah, hal itu tidak terjadi pada pelangi.Sesibuk apapun kedua orang tuanya, mereka tetap lah orang tua yang sempurna.Jika pelangi menghitung saat-saat kapan orang tuanya melewatkan makan bersama keluarga, entah itu sarapan pagi ataupun makan malam, maka jawaban nya tidak pernah sama sekali.Pelangi mengulum senyuman sembar
Bel sekolah sudah berbunyi, menandakan kini sudah waktunya istirahat.Pelangi menyimpan satu persatu buku buku nya dengan semangat.Arin mendatangi meja dimana pelangi dan arabelle duduk "Makan atau tidak?" tanya nya."Ya jelas makan, masa enggak" sahut arabelle"Kalian pergilah dulu, gw nanti nyusul hehe" ucap pelangi sembari terkekeh."Lo mau kemana?" arabelle memandang pelangi."mauuu---ah mau nyari udara segar, iya nyari udara segar.Belajar seharian itu ngebuat gw ngerasa begitu kepanasan" pelangi bangkit, memeluk singkat arabelle juga arin "Gw pergi dulu ya, dah bayi-bayi monyetku""Wah? Hei sembarangan aja lo ini! , menghina gw ya?!.ayo sini balik pelangi!" arabelle berjalan berniat mengejar pelangi tapi lengannya ditahan oleh arin"Udah bel jangan esmoci begitu, dia nyebut nya bayi monyet, mungkin dia induk monyet nya.Tenang aja, kemonyet
Cahaya matahari kian membesar dengan amat indah, Silau nya menyinari seluruh penjuru kota.Diwaktu inilah hiruk-piruk kesibukan manusia dimulai, kicauan burung-burung pun terdengar.Ditambah lagi sejuk nya angin pagi yang beradu dengan hangat nya sinar sang mentari.Dua sejoli itu, Arabelle dan Arin memasuki sekolah sembari bergandengan, kebetulan mereka bertemu saat di depan sekolah tadi.Belum jauh mereka melangkah, sebuah teriakan menghentikan mereka berdua.Disana pelangi terlihat masih berdiri di depan mobil yang jelas arabelle dan arin tau itu milik papi nya.Mereka melambaikan tangan dan juga dibalas oleh pelangi.Arin menggerakkan tangan nya memanggil pelangi untuk segera mendekat, namun pintu mobil pelangi yang kembali terbuka menarik perhatian mereka.Biasanya, pelangi selalu datang sendiri tentu karena tidak ada keluarga ataupun teman dekat nya yang bersekolah di sekolah mereka saat ini.Orang itu keluar dari sana, ia bahkan sempat menyenggolkan bah
Jam sudah menunjukkan pukul 21:00, tapi pelangi belum terlihat akan beranjak dari posisi nya.Dia masih terduduk nyaman diatas kursi belajar nya yang bernuansa soft blue itu.Pelangi tengah berkutit dengan tugas tugas yang diberkan guru hari ini.Lumayan banyak, tapi pelangi tetap memutuskan untuk menyelesaikannya malam ini juga.Mungkin pelangi bukan siswa cerdas yang selalu mendapat peringkat utama dalam kelas, namun dia hanya siswa biasa yang berusaha sekuat mungkin untuk tidak tertinggal pelajaran."Yang satu ini kenapa susah banget sih" gerutu pelangi sembari terus mencoret coret kertas buram nyaIa membuka lembar sebelumnya mencoba mencari soal yang sama untuk melihat cara penyelesaiannya"Nah!! Ini dia sama,hufh kenapa nggak daritadi aja coba liat di bekas kemaren"Pelangi kini tengah fokus mengerjakan soal terakhirnya.Hingga ia tak menyadari sang ibu memperhatikannya dari ambang pintuAyu tersenyum memperhatikan putri nya.Ia melan
Pagi ini suasana meja makan dihiasi oleh perang panas.Sejak tadi perang tatapan mata antara pelangi dan randi belum juga berakhir.Sebenarnya, randi sendiri pun tak tahu apa kesalahanya.Sejak malam tadi sikap pelangi padanya sedikit aneh.Namun tetap saja, ketika mendapatkan tatapan tajam dari pelangi randi tak bisa diam, ia juga membalasnya hingga terjadilah perang panas ini."Ayo makan" ayu sudah duduk dikursi nya setelah meletakkan menu terakhir di meja untuk sarapan mereka.Randi meraih sumpitnya, ia mengambil sepotong salmon terlebih dahulu.Saat ia masih ingin menjepit nya dengan sumpit, tiba tiba sumpit lain muncul disana.Yang membuat randi kesal adalah, sumpit milik pelangi seolah sengaja menyenggol miliknya.Mereka berdua makan dalam keadaan saling beradu tatap.Ayu dan Louis sangat fokus pada sarapan mereka, hingga tak menyadari apa yang sudah terjadi pada anak anaknya.Kini, pelangi ingin menuang jus jeruk di hadapannya.Ia sudah hampir saja
"Geser dikit dong"Pelangi menggeram kesal, kepalanya terangkat sembari bola mata nya yang memutar menyalurkan kekesalan.Dilihatnya seorang siswa pria berdiri tepat di sampingnya.Dengan rambut sedikit panjang yang dibelah tengah, bola mata kecoklatan yang tampak persis seperti bola mata miliknya.Juga tidak lupa dengan alis tebalnya dan bulu matanya yang terlihat lentik.Ia menatap pelangi dengan tatapan datar, sementara pelangi menatapnya dengan kesal.Pelangi menggeser duduknya, memberi ruang siswa itu untuk duduk.Setelah ia duduk, pelangi masih terus menatapnya.Rasa nya tidak asing dengan wajahnya, namun dimana ia melihatny??Untuk beberapa saat pelangi masih menatapnya.Mencoba mengingat dimana ia pernah melihatnya.Kemudian ia teringat, ini adalah siswa yang tanpa sengaja tadi ia tabrak dan juga orang yang menyentil dahinya."Gw tau gw ganteng.Tapi sorry gw sibuk" tuturny
Devandra Langit Argantara, Anak bungsu yang lahir dari keluarga kalangan elit.Hidupnya dipenuhi dengan kemewahan.Barang-barang mewah, rumah megah, transportasi mewah, uang yang melimpah.Namun sayang, bagi langit hal itu bukanlah berkah, melainkan kutukan.Ia mengutuk setiap detik dan menitnya yang ia habiskan di dalam rumah ini.Rasanya kian sesak saat ia harus menjalani hari hari di dalam rumah ini.Tapi sayang, ia tak pernah bisa lari dari tempat bernama rumah yang sangat ia benci ini.Beberapa kali ia sempat melarikan diri, tapi tentu saja orang tuanya berhasil menemukannya.Langit berjalan dengan santai memasuki rumah megah nya, melepas jaket nya dan meletakkan ke rak yang sudah tersedia di dekat pintu masuk."Dari mana kamu?"Langit membuang nafas kasar, ia memijat keningnya sendiri "Main" sahutnya,setelah itu kembali berjalan menaiki anak tangga."Devan!! Kamu emang gapernah berubah ya! Dimana sopan sant