"Geser dikit dong"
Pelangi menggeram kesal, kepalanya terangkat sembari bola mata nya yang memutar menyalurkan kekesalan.
Dilihatnya seorang siswa pria berdiri tepat di sampingnya.Dengan rambut sedikit panjang yang dibelah tengah, bola mata kecoklatan yang tampak persis seperti bola mata miliknya.Juga tidak lupa dengan alis tebalnya dan bulu matanya yang terlihat lentik.Ia menatap pelangi dengan tatapan datar, sementara pelangi menatapnya dengan kesal.
Pelangi menggeser duduknya, memberi ruang siswa itu untuk duduk.Setelah ia duduk, pelangi masih terus menatapnya.Rasa nya tidak asing dengan wajahnya, namun dimana ia melihatny??
Untuk beberapa saat pelangi masih menatapnya.Mencoba mengingat dimana ia pernah melihatnya.Kemudian ia teringat, ini adalah siswa yang tanpa sengaja tadi ia tabrak dan juga orang yang menyentil dahinya.
"Gw tau gw ganteng.Tapi sorry gw sibuk" tuturnya
Pelangi melongo, apa? Siapa yang menyebutnya tampan? Apa pelangi mengucapkannya? Aish, langit tetap adalah pria paling tampan baginya.
Tak menghiraukan, pelangi justru kembali mengarahkan atensi nya kearah langit.Namun sayang, langit ternyata sudah bergeming dari sana.Ia juga terlihat sudah berdiri di pintu keluar saat mata pelangi mencari keberadaannya.
Pelangi berdecih, ia menatap sebal siswa dengan name tag Arion Wiradanta.
"Apa?" Tanya nya saat menyadari pelangi menatapnya.
Pelangi menatapnya tajam, lalu ia menggeleng "Rese lo pengganggu" pelangi bangkit dari duduknya, ia mengambil buka yang sebelumnya ia ambil untuk dibaca.
"Lo pacarnya Devan ya?"
Pelangi menghentikan langkahnya kala mendengar pertanyaan yang tak pernah atau mungkin pertanyaan yang ia inginkan terlontar dari mulut arion.
Senyuman terukir di bibirnya, ia jadi salah tingkah. "Eum bukan--eh lebih tepatnya mungkin belum hehe"
Arion terkekeh, "Oh jadi masih calon atau masih impian nih? Oh iya btw nama gw arion" ia menjulurkan tangannya, mengajak pelangi untuk sakedar saling berkenalan.
Dengan senang hati pelangi mengulurkan tangannya, tapi ia nenariknya kembali bahkan sebelum tangannya bersentuhan dengan tangan arion "siapa juga yang mau kenalan sama lo.Ih udah ah gw mau cabut"
Pelangi cepat cepat berjalan untuk mengembalikan buku yang sempat ia pinjam.Setelah nya ia berlari keluar dari perpustakaan, hingga ia mendapat teriakan dari penjaga perpus yang mengingatkannya untuk berjalan saja jika tidak ingin terjatuh nantinya.
Pelangi berjalan beriringan dengan arabelle dan arin, jam pulang sekolah memang saat yang paling dItunggu tunggu.
"Lo bareng siapa pel?" Tanya arabelle saat melihat jemputannya sudah menunggu didepan sekolah, begitu juga dengan jemputan arin.
Pelangi tampak terdiam sejenak, kemudian ia tersenyum tipis "Gw naik bus aja" ucapnya.
"Bareng gw aja yuk, gw anter sampe depan rumah" Tawar Arin.
Ia menggeleng "Nggak usah! lagian rumah kita itu beda arah, ntr repot.Gw naik bus aja elah santai"
Arabelle menatap pelangi tak yakin "Serius nih? Lo tau emang halte nya dimana?"
Pelangi menjitak arabelle "Gila lo! Dikira gw bocil apa ya perihal halte doang kagak tau.Udah elah sana cepetan cabut kasian noh bapaknya"
Pelangi berjalan mendekat kearah mobil jemputan arin, ia membukakan pintu agar arin bisa segera masuk "Nih masuk cepetan sana pulang"
Setelah arin masuk, pelangi melambaikan tangan saat arin beserta mobilnya sudah melaju.
"Gw nggak dibukain nih?" Tanya arabelle manja.
"Mau dibukain?"
Arabelle menggangguk, "Itu punya tangan dua buat apa non arab?" ia tersenyum meledek
"Dih! Terus lo kira arin buntung apa?pilih kasih lo ah gabaik tau" Protesnya.
Pelangi mendiring arabelle kearah pintu mobilnya "cepetan sana masuk.Gw ntar yang ada ketinggalan ini" Komentar pelangi.
Arabelle berdecih, menatap pelangi sebal.Ia membuka pintunya dan masuk.Sebelum pergi ia sempat menurunkan kaca mobilnya terlebih dahulu "Bye pelangi.Hati-hati ya semoga aman sampai tujuan"
Pelangi hanya mengangguk angguk kemudian ia berjalan kearah halte bus.Belum jauh ia berjalan, matanya menangkap segerombolan siswa yang tengah berhenti di pinggir jalan.
Satu persatu dari gerombolan siswa itu mulai pergi dari sana.Pelangi tersenyum, ia berjalan melewati siswa yang hanya tersisa satu orang itu.
Sama seperti pelangi, siswa itu ternyata juga sedang menatapnya.Pelangi berjalan melewati nya, hanya beberapa langkah kemudian ia jalan berbalik.Beberapa kali ia hanya melakukan hal itu.
"Lo mau kemana?"
Pelangi berhenti, ia melihat kearah siswa itu yang masih setia bertengger di atas motor nya "Ah, itu mau ke halte bus" ia tercengir.
"Ngapain mondar mandir" Ucapnya.
"Ya karna gw gatau halte nya dimana" Ia menatap langit dengan wajah sendu dengan bibir yang memgerucut.
Tak ada jawaban apa apa dari langit.Ia justru terlihat memasang helm nya dan kemudian menyalakan motornya.Pelangi memalingkan wajahnya, ia mendengus sebal.
"Naik, gw anter"
Pelangi terkaget, ia menatap langit.Sungguh, hatinya berbunga-bunga.Langit baru saja bilang ingin mengantarnya pulang? Tolong sadarkan pelangi dari mimpi nya.Ah tidak, ini bukan mimpi.
"Aah anu--nggak usah deh.Gw bisa kok naik bus" pelangi memasang wajah kaku dengan sedikit senyuman di dalam hatinya.
"Oh yaudah" Langit menarik gas nya dan berjalan dari sana meninggalkan pelangi.
Pelangi melongo.Bodoh! bisa-bisa nya ia pake jual mahal segala dengan aksi penolakan nya hingga berujung dengan gagalnya rencana pulang dintar dengan langit.
Dengan hati dongkolnya pelangi berjalan menuju halte bus, jangan fikir ia benar-benar tidak tau dimana halte bus nya.Ia hanya sedang berpura-pura tidak tau.Ya sebenarnya karena ia sudah menyadari adanya langit di kerumunan siswa tadi, dan bisa dibilang itu adalah siasat nya untuk diantar pulang oleh langit.
Saat tengah asik memaki dirinya sendiri, suara motor yang tepat ada di depannya membuat pelangi menoleh.Ia tersenyum lebar, kemudian bangkit dari duduknya.Yapp, langitnya datang lagi.
Pelangi mendekat kearah motor hitam tersebut, sang pemilik motor itu pun membuka helm nya.Seketika senyuman pelangi pun luntur.
"Ngapain? Ngegembel lo sekarang?"
Ia memasang wajah tak suka nya, memandang aneh orang dengan name tag Arion itu.Sungguh, sebelumnya ia tak pernah bertemu dengan siswa ini.Tapi setelah kejadian di perpustakaan hari ini, seolah takdir mereka kian bersinggungan.
"Apaan sih, nggak usah sok kenal deh" ketus pelangi padanya.
Bukannya marah atau tersinggung, ia justru terkekeh "Yaudah santai aja kali.Lo nunggu apaan?"
"Lo nggak liat ini dimana?inituh halte bus! Ya gw nunggu bus lah, yakali nunggu helikopter"
Lagi, arion terkekeh.Ia menatap pelangi dengan tatapan yang pelangi sendiri merasa aneh dibuatnya.
"Mau gw anter nggak?" Tanya nya.
Secepat kilat pelangi menggeleng, rasanya terlalu aneh bukan jika ia menerima tawaran orang yang tak ia kenal untuk diantar pulang?Walaupun kenyataannya mereka satu sekolah, tapi tetap saja niat jahat tidak memandang siapa.
Pelangi merebahkan dirinya diatas kasur.Sungguh, lega rasanya bisa sampai dirumah dengan selamat.Ternyata naik bus tidak seburuk yang ia fikirkan.Ya, pelangi pulang dengan menaiki bus, tentu bukan diantar oleh arion.
Ia meregakan semua otot-ototnya, tubuh lelah nya sedikit segar setelah mandi.Mungkin dengan berbaring seperti ini bisa memulihkan stamina nya.Bagi pelangi rebahan memang aktifitas yang menyenangkan dan juga terasa sangat nyaman.
Pelangi hampir saja masuk kealam mimpi, namun dering ponsel nya membuatnya tersadar kembali.Pesan dari kontak bernama Jangkung itu bertengger di bar notifikasi.
Ia meraih ponselnya, setelah membaca apa yang leo kirimkan sungguh rasanya pelangi ingin memaki dan memukul leo saja saat ini.Ia gagal tidur hanya untuk sebuah pesan yang sangat amat tidak penting dari leo.
Bagaimana ia tidak merasa kesal?Leo mengiriminya pesan tepat saat ia akan tidur hanya untuk mengatakan ia bahwa ia melihat kaus kaki bermotif abstrak berwarna warni yang sudah bolong tepat di bagian jempolnya ada di dekat pintu rumah pelangi.
Pelangi menggeram kesal.Ia harus ekstra sabar dengan tingkah annoying leo yang seperti ini.Ia mengetikkan kalimat yang mewakili perasaan nya, memarahi leo yang sudah mengganggu nya.Tapi ia menghapusnya kembali, percuma jika ia mengirimnya, leo pasti akan menjawab nya dengan lebih nyeleneh lagi dan setelah itu pasti akan terjadi perdebatan hanya karena hal yang tidak penting.
Ia melempar ponsel nya kesisi nya, menarik selimutnya setinggi mungkin menutupi seluruh tubuhnya.Matanya kembali ia pejamkan berharap tak ada yang akan mengganggu rencana tidurnya lagi.
Lagi, pelangi hampir terlelap ke alam bawah sadarnya.Namun kiji, bukan dering ponsel tapi tempat tidurnya yang terasa bergerak sangat keras.
"Ihh apaan lagi sih ini" Ia memukul sisi disamping nya.Menghentakkan kaki nya dengan kasar, dia membuka matanya.Ternyata Randi, ia tengah tersenyum jail disana.
"Kak jalan yuk, suntuk banget tau" Ucapnya.
Pelangi mengacak rambutnya dengan kasar, ia bangkit dan duduk dihadapan randi "Males.Gw cape tau! Mau istirahat"
Randi naik keatas ranjang, duduk mendekat disamping pelangi "Ayo dong kakak ku yang manis yang baik hatiii, ke ituloh ada pasar malem tau"
"Lo yang traktir, ayo"
Pelangi bangkit, ia masuk ke dalam kamar mandi meninggalkan randi dengan wajah cengo nya "Kapan gw bilang mau traktir sih?" Komentarnya.
Jam masih menunjukkan pukul 20:25 wib, artinya masih banyak waktu untuk randi dan ia untuk menikmati semua wahana yang ada disini.
"Dek ambilin foto gw dong di depan sini" Pinta pelangi, ia mengeluarkan ponsel nya memasang pose terbaik nya di depan wahana kora kora.
Randi berhasil mengambil tiga foto pelangi dengan pose yang berbeda, saat ia ingin foto dengan pose ke empat pelangi tiba-tiba justru memasang wajah aneh.
"Woy cepetan yang bener elah" protes randi sedikit berteriak.
"Ran ran kesana yuk itu main lempar-lempar gelang" ajak pelangi.Tanpa persetujuan ia menarik tangan randi menuju tempat yang ia inginkan.
Setelah membeli gelang, pelangi mengatur posisi nya.Ia mengeker mana yang ingin ia dapatkan sebagai hadiah.Ia melihat ada tulisan sepeda disana, ia berniat menargetkan nya untuk didapatkan.
Pelangi melempar gelangnya, tipis.Gelangnya tak masuk, hanya sedikit lagi hampir masuk.Belum puas, ia melakukan percobaan kedua, dan yap berhasil gelangnya masuk.
Ia melompat kegirangan, ia bahkan bertepuk tepuk tangan.Sangat berbeda dengan randi, ia kini justru menggeleng kan kepalanya.
"Heh" randi menepuk bahu pelangi, ia menoleh.Randi mengarahkan matanya kearah samping, mencoba memberi pelangi petunjuk untuk melihat.Pelangi pun melihat apa yang ingin randi tunjukan, disana ada langit leo dan haru ternyata.
Pelangi berubah menjadi kaku.Bukan, bukan karena hadirnya langit yang membuatnya kaku seperti itu.Melainkan karna ia tahu bahwa gelang yang masuk tadi ternyata milik leo bukan miliknya.
Malu, tentu saja.Apalagi ini di depan langit.Harusnya ia bisa menjaga image dihadapannya.Namun entah sudah berapa kali ia melakukan hal bodoh dihadapan langit.
"Udah ah ayo cabutlah" Randi menarik kerah baju pelangi dan membawa nya pergi dari sana.Leo terkekeh sendiri melihat wajah pelangi, ia merasa senang karna ia akan punya bahan lain untuk meledek pelangi.
Kini randi dan pelangi tengah menikmati cottoncandy yang baru saja mereka beli.Mereka masih berdiri di depan stand penjual permen kapasnya, dengan wajah bahagia mereka terlihat begitu menikmati nya, sesekali juga mereka saling menyuapi dan randi dengan jahil nya memakan permen kapas milik pelangi yang membuatnya mendapatkan tinjuan di lengannya.
Jika dilihat-lihat, mereka sama sekali tak tampak seperti kakak dan adik.Mereka begitu manis, ditambah lagi dengan tubuh mungil pelangi membantu menimbulkan kesan bahwa ia adalah kekasih randi.
"Enak banget kaya nya"
Pelangi dan randi menoleh keasal suara.Ternyata tiga orang pemuda yang tadi lagi,langit dan gengnya.
Randi yang mengenal leo dengan baik dan kini sudah akrab pun menyodorkan permen kapasnya pada leo.Dengan tak tahu malunya leo mengambil semua permen kapas randi dan membagi nya dengan haru dan langit.Pelangi melihat ekspresi masam randi pun memberikan miliknya pada nya, ia juga mengelus rambut randi dengan lembut sembari tersenyum manis.
"Kak lo disini dulu ya, gw mau ngangkat telfon berisik bgt disini"
Pelangi mengangguk, randi pergi dari sana mengangkat telfon sepeti yang ia ucapkan tadi.Pelangi hanya berdiam disana, celingukan melihat kesana kemari.Ia juga jadi salah tingkah ketika tanpa sengaja tatapannya bertemu dengan tatapan langit.
"Kok lo bisa disini pel?" Ucap leo bertanya pada pelangi.Entah sejak kapan ia bahkan sudah berjongkok tepat disamping pelangi.
"Ooh itu tadi randi ngajakin kesini" jawab pelangi tanpa melihat kearah leo.
"Ah masa sih" leo tak percaya.
Pelangi kesal, ia menjitak kepala leo.Karena leo berjongkok disampingnya itu sungguh menguntungkan nya agar lebih mudah memukul kepala leo "kalau lo gapercaya tanya aja dia.lagian inikan tempat umum, kalau lo boleh kesini masa iya gw gaboleh sih?"
Leo terkekeh, sungguh.Memancing pelangi untuk marah sangatlah mudah.Entah memang sifat nya yang seperti itu, atau karena ia memang cepat kesal kepada leo.
"Tremor tremor..cuma nanya doang esmoci" ledeknya.
Pelangi menggeleng, ia tak ingin lagi melanjutkan perbincangan bodoh dengan leo.Karena apapun topik nya, pembicaraan mereka akan berakhir dengan perdebatan bodoh.
"Kak udah yuk balik, udah malem juga"
Devandra Langit Argantara, Anak bungsu yang lahir dari keluarga kalangan elit.Hidupnya dipenuhi dengan kemewahan.Barang-barang mewah, rumah megah, transportasi mewah, uang yang melimpah.Namun sayang, bagi langit hal itu bukanlah berkah, melainkan kutukan.Ia mengutuk setiap detik dan menitnya yang ia habiskan di dalam rumah ini.Rasanya kian sesak saat ia harus menjalani hari hari di dalam rumah ini.Tapi sayang, ia tak pernah bisa lari dari tempat bernama rumah yang sangat ia benci ini.Beberapa kali ia sempat melarikan diri, tapi tentu saja orang tuanya berhasil menemukannya.Langit berjalan dengan santai memasuki rumah megah nya, melepas jaket nya dan meletakkan ke rak yang sudah tersedia di dekat pintu masuk."Dari mana kamu?"Langit membuang nafas kasar, ia memijat keningnya sendiri "Main" sahutnya,setelah itu kembali berjalan menaiki anak tangga."Devan!! Kamu emang gapernah berubah ya! Dimana sopan sant
Sebatang pena bermotif bunga mawar hitam itu kian bergerak ke kanan dan kekiri, dari atas hingga ke bawah menciptakan sebuah tulisan yang penuh akan makna disebuah buku harian milik gadis bernama pelangi.Sesekali ia tersenyum kala menuliskannya, dan terkadang ia juga terlihat murung.Hari libur memang sangat dinantikan, tapi kini tidak bagi pelangi.Memang menyenangkan ketika seharian dirumah bersama dengan keluarga, tapi ia lebih senang lagi ketika menghabiskan waktu di sekolah.Belajar seolah menjadi bagian favoritnya, bertemu dengan arabelle dan Arin adalah penyemangat tersendiri.Dan bertemu dengan langit merupakan vitamin.Pelangi menempelkan wajahnya di atas meja belajar.Membosankan, sejak tadi ia tak melakukan aktivitas apapun.Randi pergi bersama dengan teman-teman nya, Mami dan papi nya tengah menghabiskan waktu keluar berdua.Sebenarnya ia juga diajak tapi ia menolak untuk menjadi nyamuk diantara orang tuanya yang mungkin tengah mempersiapkan adik baru untuknya da
"Selamat pagi" Sapa Guru lian yang baru saja memasuki kelas."Pagi guru" balas para siswa dengan kompak dan penuh semangat."Baiklah.Murid, sekolah telah memutuskan bahwa akan dilakukan pengacakan kelas" Ucapnya.Seketika keadaan kelas menjadi ricuh, banyak siswa yang berbicara secara bersamaan.Tak elak beberapa dari mereka menolak adanya pengacakan kelas ini."Gamau pisah dari pelangi pokoknya" Titah arabelle yang kini sudah melingkarkan tangannya dilengan pelangi."Diam!! Tenang sebentar.Ini semua demi kepentingan pembelajaran yang lebih baik.Bagi nama yang saya sebutkan kalian tetap tinggal disini, yang tidak silahkan keluar dan pindah bergabung ke kelas atas" tegasnya."Mengerti?""Mengerti guruu""Salsa, Reygan, andria, melsa, andrina, arabelle, Anggara, ferdian, Fenita, Anindya"Keadaan kelas kembali ricuh, mereka banyak yang berkomentar karena dipisahkan dari teman dekatnya.Tak pula berbeda dengan kondisi arin yan
Langit memasuki kelas dengan santai, sebelum duduk ia sempat mengulurkan tangan terlebih dahulu kepada haru dan leo untuk melakukan tos.Kesempatan itu ia gunakan untuk sedikit melirik ketempat duduk pelangi yang masih kosong.Tumben pelangi belum datang saat jam pelajaran akan dimulai dalam 10 menit.Baru saja beberapa saat langit mendaratkan tubuhnya untuk duduk, tiba-tiba Rachel datang menghampirinya"Dev bisa bantu gw ngerjain ini nggak? gw nggak ngerti caranya" ucapnya dengan wajah polosnya.Langit mengangguk, ia mengambil pena nya dan memberikan penjelasan kepada rachel.Pelangi dan Arabelle baru saja masuk ke dalam kelas.Menyadari kehadiran rachel yang tengah bersama langit pelangi berdecih, menyebalkan.Tanpa memandang mereka berlama-lama ia duduk di kursinya, sementara justru langitlah yang sedikit mencuri pandangan pada pelangi.Pelangi menutup mulutnya menggunakan telapak tangan kala tib
Gadis cantik bertubuh mungil dengan rambut hitam yang sedikit bergelombang itu masih asik bergumul dengan selimut tebalnya saat andri, sang adik menggoyangkan tubuhnya. "kebo bangun elah ih mami udah ngomel itu buruan!!""Ah diem.Gw masih mau tidur sebentar lagi" ketusnya.Tangan nya kembali menarik selimut tebalnya untuk naik menutupi seluruh tubuhnya.Pelangi mendecih saat beberapa saat kemudian, tidurnya nyenyak nya kembali di ganggu."Aish pergi sana! Biarin gw tidur" teriaknya."Anin"Pelangi terpelonjat saat mendengar suara tersebut.Didalam selimutnya, ia memukul jidat nya sendiri."Hai papi, selamat pagi" sapanya dengan hangat."Bagus.. ayo bangun, sekolah" ucap ayah nya, Louis dan berlalu meninggalkan pelangi yang langsung ngacir menuju kamar mandi.Saat dimeja makan pelangi menyantap sarapan nya dengan tenang.Sesekali, sang papi dan mami melirik nya yang masih menampakkan ekspresi kesalnya."Pelangi? Kamu t
Langit kian gelap, rintikan demi rintikan air hujan perlahan mulai jatuh menghantam bumi.Pelangi kini tengah menikmati sarapan nya sembari mendengarkan irama dari rintikan hujan.Aktifitas yang dilakukan pelangi dan keluarga selalu sama.Satu tahun, dua tahun, tiga tahun, bahkan enam belas tahun pun tak merubah satupun kebiasaan keluarga ini.Bersyukur, tentu itu sangat pelangi tanamkan dalam dirinya.Memiliki keluarga yang sempurna, yang selalu ada untuk satu sama lain.Jika kebanyakan anak mengeluh karena orang tua yang tidak memiliki waktu karena terlalu asik mencari pundi-pundi rupiah, hal itu tidak terjadi pada pelangi.Sesibuk apapun kedua orang tuanya, mereka tetap lah orang tua yang sempurna.Jika pelangi menghitung saat-saat kapan orang tuanya melewatkan makan bersama keluarga, entah itu sarapan pagi ataupun makan malam, maka jawaban nya tidak pernah sama sekali.Pelangi mengulum senyuman sembar
Bel sekolah sudah berbunyi, menandakan kini sudah waktunya istirahat.Pelangi menyimpan satu persatu buku buku nya dengan semangat.Arin mendatangi meja dimana pelangi dan arabelle duduk "Makan atau tidak?" tanya nya."Ya jelas makan, masa enggak" sahut arabelle"Kalian pergilah dulu, gw nanti nyusul hehe" ucap pelangi sembari terkekeh."Lo mau kemana?" arabelle memandang pelangi."mauuu---ah mau nyari udara segar, iya nyari udara segar.Belajar seharian itu ngebuat gw ngerasa begitu kepanasan" pelangi bangkit, memeluk singkat arabelle juga arin "Gw pergi dulu ya, dah bayi-bayi monyetku""Wah? Hei sembarangan aja lo ini! , menghina gw ya?!.ayo sini balik pelangi!" arabelle berjalan berniat mengejar pelangi tapi lengannya ditahan oleh arin"Udah bel jangan esmoci begitu, dia nyebut nya bayi monyet, mungkin dia induk monyet nya.Tenang aja, kemonyet
Cahaya matahari kian membesar dengan amat indah, Silau nya menyinari seluruh penjuru kota.Diwaktu inilah hiruk-piruk kesibukan manusia dimulai, kicauan burung-burung pun terdengar.Ditambah lagi sejuk nya angin pagi yang beradu dengan hangat nya sinar sang mentari.Dua sejoli itu, Arabelle dan Arin memasuki sekolah sembari bergandengan, kebetulan mereka bertemu saat di depan sekolah tadi.Belum jauh mereka melangkah, sebuah teriakan menghentikan mereka berdua.Disana pelangi terlihat masih berdiri di depan mobil yang jelas arabelle dan arin tau itu milik papi nya.Mereka melambaikan tangan dan juga dibalas oleh pelangi.Arin menggerakkan tangan nya memanggil pelangi untuk segera mendekat, namun pintu mobil pelangi yang kembali terbuka menarik perhatian mereka.Biasanya, pelangi selalu datang sendiri tentu karena tidak ada keluarga ataupun teman dekat nya yang bersekolah di sekolah mereka saat ini.Orang itu keluar dari sana, ia bahkan sempat menyenggolkan bah