Share

LOG PANGGILAN YANG LUPA DIHAPUSNYA
LOG PANGGILAN YANG LUPA DIHAPUSNYA
Penulis: Ria Abdullah

1. log panggilan ponsel.

"Nomor siapa ini?" gumamku sambil memperhatikan deretan nomor yang tidak tersimpan di kontak tapi punya dua puluh lebih panggilan dari rentang jam tujuh pagi sampai delapan malam di ponsel Mas Arga, suamiku.

Banyak sekali!

"Mungkin ada keperluan penting, tapi apa ya?" Aku masih bersenandika, sementara pemilik ponsel terdengar bersiul di kamar mandi, baru ingin membersihkan dirinya.

Kuperhatikan sekali lagi, durasi panggilan tercatat beragam, ada yang semenit di jam tujuh pagi, ada yang lima menit, ada yang dua puluh menit, dan ada yang durasinya satu jam penuh yakni di jam makan siang.

"Oh, jadi dia habiskan waktu istirahat kantor untuk menelpon? tidakkah dia tersedak jika makan sambil bicara?" batinku lagi.

Kutelaah lagi, dan mengambil kesimpulan bahwa nomor tersebut melakukan panggilan ke ponsel Mas Arga tiap satu jam sekali.

Pertanyaannya, siapa yang bisa melakukannya? mengapa sesering itu, apa ada masalah? aku kenal nomor mertua dan ipar-iparku, lantas ini nomor siapa?!

Rasa-rasanya mengapa hati ini berdebar kencang dan mendadak curiga ya?

"Astaghfirullah, nauzubillah ... jangan sampai dugaan dan syak-wasangka ini membuat hubungan kami renggang," batinku sambil berdoa.

Aku bertekad untuk menanyakan itu pada pegawai Departemen Kesehatan itu setelah dia keluar dari kamar mandi. Tapi, semakin ditunggu, mengapa dia semakin lama saja? aku makin resah dan tubuh ini seakan didudukkan di atas bara api.

Tap!

Pintu kamar mandi berbunyi, suamiku yang terlihat segar, keluar dari sana sambil mengusap-usap handuk di rambut lurusnya yang basah.

"Sayang, kenapa ngeliatin begitu?"

"Engg ...." Sebenarnya aku ragu antara bertanya atau tidaknya. Aku takut menyinggung dia yang sudah bekerja dari pagi sampai petang demi aku dan putra pertamanya. Aku sungguh, berdebar dan gemetar.

"Kayaknya mau ngomong sesuatu ya? ngomong aja," ucapnya sambil mendekatiku.

Jika aku bertanya sekarang sementara dia tidak mau menjawab jujur dalam menyembunyikan sesuatu, tentu lain kali suamiku akan berhati-hati. Tapi jika aku tak bertanya, rasa penasaran yang membuncah akan membuatku gelisah. Aku harus begaimana?

Aku bimbang, bingung dan gerah jadinya.

"Irma kamu kenapa?"

"Ma-makan malam sudah siap, Mas," jawabku gugup.

"Kalo gitu, ayo makan," ajaknya.

"Aku mau menidurkan Hafiz dulu," tampikku segera.

Sebenarnya aku lebih ingin memeriksa lebih jauh ke gadget miliknya.

"Baik, kalau gitu, nanti kalau udah tidur temani Mas Nonton ya," ucapnya lembut.

Sekilas pria yang punya hidung mancung dan kulit hitam manis itu berkedip manja padaku, ia memberi tatapan cinta lalu menjauh dari kamar kami.

*

Tak mau buang waktu aku segera menyalin nomor tersebut, saking takut dan buru-buru tanganku sampai gemetar dan mengeluarkan keringat dingin. Tubuhku panas dingin karena takut ketahuan mengobrak-abrik pribavi suami, suatu hal yang sudah kami sepakati dari awal, bahwa akan kami jalani rumah tangga tanpa curiga dan berpegang teguh pada komitmen setia. Lalu, apa lagi sebenarnya yang membuatku gelisah?

Seakan ada perasaan yang mendorong, entah kenapa aku begitu ingin tahu.

Kuintip Mas Arga, dia baru mulai menyendokkan nasi ke piringnya, artinya aku masih punya waktu.

Kutelepon nomor itu dari ponsel suamiku dan tak lama kemudian suara seorang wanita menyapa dengan lembut.

"Halo, Mas, Alhamdulillah akhirnya ditelpon juga ... dari tadi Gita nungguin Mas ...."

Gita? perasaan tidak ada yang bernama Gita dari anggota keluarga kami.

"Kok diam aja, ada istrinya ya?"

Hah, mengapa wanita itu berkata demikian, memangnya kalau ada aku, apa aja terjadi sesuatu? Perasaan kesal dan curigaku makin menjadi jadi.

"Mas ...?"

Belum sempat kumatikan ponsel tiba tiba Mas Arga datang, dia membuka pintu dan refleks saja ponsel itu kulempar ke belakangku.

"Gawat, dia akan tahu ...."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status