Share

6. melapor mertua

Author: Ria Abdullah
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Aku kembali ke rumah ibu, melihat wanita berhati tulus itu sedang menggendong cucunya di teras membuat hati ini terenyuh pilu, rasanya ada yang teriris sakit dan mengeluarkan luka berdarah.

"Ibu ...." Aku mendekat, menjatuhkan diri di kursi lalu menangis dengan suara tertahan. Ibu yang heran langsung mendekat, dan bertanya,

"Nak, ada apa Nak?"

"Mas Arga, Bu ...."

"Kenapa?"

"Mas Arga, Bu, di-dia menjalin hubungan dengan orang lain, dia p-pacaran dengan pegawai kargo, Bu," ucapku terbata bata, tak tertahan rasanya sesak, hingga aku tak tahu harus memulai penuturanku dari mana.

"Apa? Ngomong yang jelas Nak ... tenang dulu."

"Aku habis memergoki dia di cafe, Bu, mereka mesra sekali dan sikap Mas Arga seakan bukan pria beristri."

"Lalu apa yang sudah kau lakukan, Nak?"

"Marah dan menyiramkan segelas jus pada wanita itu," jawabku sambil menyeka air mata.

"Sebagai ibu yang bijak, aku ingin kau bersabar, tapi jika menuruti kehendak pribadi, aku ingin kau menghajar keduanya, dan membuat mereka jera, pukul sampai berdarah dan setelah terluka, siramkan cabai pada mereka," ujar ibu dengan geramnya.

"Aku bahkan punya fotonya, Bu," ucapku.

"Masak, coba lihat!"

Ibu mulai tersulut emosi, ketika kuperlihatkan, alangkah marahnya dia, wajahnya sampai merah padam menahan emosinya.

"Kurang ajar, bisa-bisanya dia, mau kusantet apa?!" ujar ibu dengan napas naik turun.

"Tidak Bu, aku berencana melaporkan ini pada ibu mertuaku," ucapku.

"Kau masih ingin bersama pria menjijikkan ini?"

"Jika dia masih bisa memperbaiki diri, mungkin dia hanya khilaf, Bu, tapi jika suamiku sudah lupa anak istri, maka aku akan meninggalkannya."

"Pilihan pertama lebih sulit daripada pilihan kedua, sekali pria berbohong maka akan terbiasa bohong!"

"Kecuali jika dia diberi pelajaran keras," jawabku sambil menatap dengan mata menerawang.

"Lalu pelajaran keras seperti apa yang ingin kau tunjukkan?" tanya ibu.

"Aku akan menemui mertuaku dan biarkan keluarga dia sendiri yang bicara pada anaknya." Aku hendak beranjak dan membuatkan susu anak.

"Bagaimana jika keluarganya malah membela suamimu dan menganggap bahwa kaulah yang salah, biasanya seperti itu ... masing-masing keluarga akan mendukung anak mereka," sanggah Ibu sambil memicingkan matanya.

"Sejauh ini mertuaku sangat baik dia pengertian dan tidak pernah mengecewakan Irma, Bu. Mereka akan memarahi Mas Arga jika aku kebetulan sebal pada suamiku," jawabku sambil memberikan botol susu pada anakku yang digendong ibu.

"Aku berharap mereka konsisten membelamu anakku," harap ibu sambil memeluk cucunya.

"Mudah mudahan, Bu, iparku yang sangat baik dan pengertian, kupikir untuk kali ini mereka akan mendukungku."

"Kalau begitu jika perasaanmu sudah agak tenang, pergilah mandi dan temuilah mertuamu."

"Baik Bu."

Tak mengambil waktu panjang aku segera ganti pakaian dan meluncur ke tempat mertua.

Motorku sampai di depan pintu rumah orang tua Mas Arga tepat dua puluh menit setelah berkendara.

Kuketuk pintu rumah mereka dengan hati berdebar, kuucapkan Bissmillah agar apa yang kusampaikan saat ini dimengerti oleh kedua orang tua suamiku, serta harapanku atas dukungan mereka bisa tercapai.

Daun pintu bergerak, kuucapkan salam sebelum aku tahu siapa yang membuka.

"Walaikum salam," ucap Ibu mertua, dengan kacamata dan mukenanya, nampak habis salat magrib dan sedang mengaji.

"Irma? Magrib-magrib ... mana Hafiz?"

tanya mertuaku sambil mengernyit.

"Maaf jika kedatangan saya salah waktu, tapi , saya harus membicarakan sesuatu," ucapku pelan.

"Tapi ... kamu kok tiba tiba gini?" tanyanya dengan ekspresi heran dan aneh, kurasa, dia juga tak siap dengan kedatanganku, dia nampak kurang nyaman dengan itu.

"Aku harus bicara Bu, a-aku harus mengatakan yang sebenarnya," ucapku sambil melirik ke ruang keluarga berharap ayah mertua ada di sana.

"Kamu cari siapa?"

"Ayah."

"Di masjid," jawab ibu.

"Lalu siapa yang ada di rumah? Mbak Feni dan suaminya ada gak Bu?"

"Uhm, ada sih, tapi lagi di kamar mereka?"

"Boleh bicara?"

"Nampaknya mereka lelah, Irma. Mereka baru aja kembali dar Cirebon," jawab ibu menggeleng.

"Aku ingin membicarakan masalah Mas Arga, Bu," ujarnya hendak menuturkan kelakukan anggota keluarga bungsu mereka.

"Arga kenapa?"

"Mas Arga tengah menjalin hubungan dengan seorang gadis, Bu. Kelihatannya hubungan mereka sudah serius, namanya Gita dan kerja di kargo," jawabku.

"Ah, masak sih, ini pasti salah paham," ucap Ibu mertua menggeleng.

"Sore tadi kupergoki mereka sedang berkencan Bu, tak sanggup kutahan sehingga aku langsung marah," jawabku sedih.

"Sekarang kamu pulang aja dulu, nanti kita bicarakan," suruh ibu, setengah mengusirku.

"Tapi, Bu ... aku sungguh gak bohong, Bu, aku putus asa atas nasib pernikahan ini, tolong bicarakan ini pada Mas Arga." Aku turun dan bersimpuh di kaki Ibu mertua, kuraih punggung tangannya dan membiarkan dahiku di sana, aku menangis sesenggukan tak sanggup menahan perasaan.

"Hahaha ... ya ampun lucunya," ucap seorang wanita sambil tertawa. Kelihatannya itu dari meja makan yang terhubung ke dapur bersih mertuaku.

Tanpa berpikir panjang, ditambah rasa penasaran sekaligus tersinggung pada orang yang menertawaiku tangisanku, aku segera ke dalam, ibu mencegah, tapi aku tak memperdulikannya. Kusibak gorden besar dan tampaknya pemandangan luar biasa.

Ada Gita, Suamiku, Mbak Feni dan anak balitanya yang berumur dua tahun. Mereka tengah bercanda dan nampak akrab bagai satu keluarga.

"Mas Arga?!" tanyaku, berteriak dan terbelalak. Bisa bisanya setelah pertengkaran tadi dia membawa calon gundiknya kemari.

"Irma ...?" Pria itu juga tak kalah terkejut dan wajahnya seketika pias.

"Ternyata kalian semua mengkhianatiku," gumamku dengan suara yang tercekat di tenggorokan.

Aku berdiri menyaksikan mereka semua bergantian, hatiku nyeri, seakan ada sesuatu yang melesat dan menusuk keras, lalu melubangi rongga dadaku dengan robekan besar, darahnya mengalir perih tak terperi. Kupandangi wajah wajah gugup itu dengan perasaan seakan dijalari es, hatiku beku. Bagaimana bisa mereka semua menipuku, menyembunyikan sesuatu yang begitu besar.

"Kami bisa jelaskan ...."

"Menjelaskan setelah semuanya terjadi?" Tiba tiba air mataku tumpah, napasku berat seakan ditimpa bongkahan batu besar. Aku ingin berteriak, mengoceh dan menumpahkan emosi yang kini membuat tenggorokanku seakan ditumbuhi duri-duri. Tapi tak sepatah katapun bisa terucap, bibirku kelu dan tungkaiku gemetar.

Mas Arga masih gugup, mungkin menunggu gerakanku, sedang si pelakor itu, seperti biasa, dengan gestur palsunya, selalu berusaha cari muka, pura pura takut.

Kutarik napas dalam, menghimpun segenap kekuatan, dan ... dengan satu lompatan aku berhasil menarik jilbab wanita itu, menyeretnya hingga dia gelagapan menjerit tercekik, Mas Arga dan kakaknya berusaha menghalangiku tapi mereka seakan tak bisa mengimbangi tenagaku yang entah terdorong dari mana, mungkin rasa murka yang menggila.

Kuseret wanita itu dari bagian depan hijabnya, berikut rambut poninya, kupukuli dia, dengan tinjuan di bagian manapun yang sanggup kuraih, di pipi, di kening, di bahu, di mata, di mana pun yang penting aku bisa memberinya pelajaran.

"Auh ... Sayang ... tolong aku," jeritnya minta tolong pada kekasihnya.

"Sayang katamu, orang yang kau panggil sayang adalah suami orang!"

Bugh!

Bugh!

Mas Arga datang meleraiku, tapi aku juga tak mau kalah memukulnya, hingga dia muak dan mendorong tubuh ini. Aku menabrak meja makan dan sukses menjatuhkan semua piranti makan dari sana. Tapi aku juga tidak mau kalah aku ambil apa saja yang ada di depanku dan melemparnya ke wajah Mas arga.

Kakak ipar dan ibu mertua panik dan menjerit-jerit minta tolong, mereka syok dan gugup tak tahu harus menyelamatkan siapa atau menghentikan yang mana.

Sampai tiba tiba ayah mertua datang, dia berteriak menyuruh kami berhenti, sembari kaget melihatku yang masih murka dengan nafas naik turun dan Gita dengan wajah babak belur di mana jilbab sudah berpindah posisi ke lehernya.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Puput Assyfa
wajar irma marah istri mana yg Terima suami selingkuh diketahui sm semua keluarga malah sengaja disembunyikan
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • LOG PANGGILAN YANG LUPA DIHAPUSNYA   .7

    "Apa ini?""Seperti yang ayah lihat, aku tak terima perselingkuhan," jawabku tanpa ekspresi.Ayah mertua yang tadinya nampak ingin berteriak lagi, langsung terdiam dan menghela napas."Pulanglah kamu, jangan bikin aku malu," usir mertua lelakiku."Apa ada penjelasan tentang yang baru saja kutemukan?" Tentu saja aku penasaran Apa yang sebenarnya terjadi. Mengapa ada hubungan yang terjalin tanpa sepengetahuan ku sementara mereka sendiri juga tahu kalau Mas Arga sudah punya istri. Keluarga macam apa mereka."Tidak ada, yang pasti kami mengetahuinya," jawab beliau.Apa yang lebih mencabik-cabik hatiku lebih daripada perselingkuhan Mas Arga, ialah menyadari kenyataan bahwa mertua mendukung hal itu, lalu aku seperti orang bodoh yang tidak menyadari apapun."Mengapa Ayah membiarkannya? bukankah ayah adalah pemimpin keluarga, mengapa ayah membiarkan ketidak-adilan terjadi di sini?""Aku tidak melihat ada hal yang salah kenyataannya anakku memang lebih bahagia dengan perempuan itu. Kau bisa

  • LOG PANGGILAN YANG LUPA DIHAPUSNYA   8.

    Aku pulang, membawa hati dengan sejuta luka yang menyakitkan. Karena tak sanggup menahan kesedihan kuhentikan motor di salah satu tempat sepi, kutumpahkan tangis yang sejak tadi menggumpal di dada sepuasnya."Ah, ya Allah, kenapa harus sesakit ini?"Betapa teganya suamiku, teganya dia mengkhianati dan memperlihatkan hubungannya pada orang tuanya, sementara aku sama sekali tak tahu apa apa." Aku merutuk dan menangisi kemalanganku.Selepas melegakan hati dan mengusap air mataKutemui ibuku yang sejak tadi nampak gelisah menunggu di rumah."Bagaimana?" tanya beliau dengan ekspresi penuh penasaran."Hhmm, hubungan mereka sudah jauh Bu, seserahan sudah siap, mereka akan menikah." Kuhenyakkan diri di sofa sambil menyandar lesu dan menyeka air mataku."Apa?! kurang ajar ...." Ibu langsung memberingas dan memberikan Hafiz padaku."Biar Ibu yang menemui mereka, dasar kurang ajar!"Ibu menyinsingkan lengan baju dan mengambil dompetnya bersiap pergi."Tapi, Bu, pergi dan membuat keributan ak

  • LOG PANGGILAN YANG LUPA DIHAPUSNYA   9

    Terima kasih sebelumnya karena kalian sudah berkenan mengikuti cerita ini , mohon maaf jika di sana sini terdapat banyak kekurangan. 🙏Kulangkahkan kaki sambil menahan buliran bola panas yang ingin jatuh dari sudut mataku. Aku duduk di hadapannya dengan tatapan datar sementara suamiku mendekat ke kursi yang sama denganku."Sebenarnya aku baru ingin bicara denganmu setelah aku menyiapkan diri dan keluargaku tetapi segalanya tidak berjalan sesuai rencana," ucapnya pelan.Mendengarnya aku hanya tertawa sinis menggelengkan kepala dan berusaha menyembunyikan air mata dengan memalingkan wajah."Jadi rahasiamu ketahuan lebih cepat dan rencana kalian tidak berjalan mulus, kan?""Aku tidak bermaksud untuk menyembunyikan kisah cintaku ...," ucapnya dengan suara tertahan, nampaknya Mas Arga ragu akan meneruskan ucapan atau tidak.Aku menunggu sambungan perkataannya tapi dia hanya menunduk."Jadi sejak kapan?""Dia mantan kekasihku, dia cinta pertamaku," balasnya lirih."Jadi ceritanya kau be

  • LOG PANGGILAN YANG LUPA DIHAPUSNYA   10

    "Kamu kok berdiri aja sih, gak bantuin kita?" tanya Ibu mertua yang panik mencoba menyadarkan suaminya."Saya harus bagaimana?" Aku mematung sambil menatap matanya."Cobalah tunjukkan sedikit kepedulian atau pura puralah baik, kamu gak peka banget ya ... ya ampun ....""Selama ini aku sudah tulus dan bersikap baik, tapi balasan kalian sungguh luar biasa. Untuk apa sekarang aku mendorong diri untuk terperosok dan terus mengorbankan perasaan, Bu?" jawabku."Keterlaluan sekali kamu ya, karena kamu suamiku pingsan! Kalau terjadi apa apa padanya, lihatlah kamu!" Wanita itu mengancam sambil melotot padaku Tak banyak jawaban yang ingin aku berikan, situasinya juga sudah tidak memungkinkan untuk berdebat. Tanpa banyak bicara kubantu Mas Arga menaikkan ayahnya ke atas mobil mereka, sementara ibu mertua terus menangis sesenggukan, tak lama kemudian kendaraan itu meluncur pergi dari depan rumah kami.Menyaksikan mobil itu menghilang dari balik tembok pagar, aku hanya bisa menghela nafas be

  • LOG PANGGILAN YANG LUPA DIHAPUSNYA   11

    Pagi baru saja bernapas, tetesan embun masih membasahi kelopak mawar dan anyelir, kubuka pintu, membiarkan hawa pagi memasuki rumah, aroma bunga dan tanah basah merebak seakan ingin mengajakku bersemangat dengan hari baru.Ketika sibuk menyapu suamiku pulang dan langsung memarkirkan motornya, ditemuinya aku yang hanya dia melihatnya datang."Mengapa kamu tidak menyusul ke rumah sakit?""Aku yakin kalian tidak menginginkan kedatanganku, tapi meski begitu, aku sudah menghubungi Mbak Feni tapi dia tidak mengangkatnya." Aku masih melanjutkan kegiatanku menyapu."Aku tidak menyangka bahwa kau akan mengeraskan hatimu dan menunjukkan permusuhan yang dalam pada keluargaku!""Jangan cari gara-gara pagi-pagi Mas, kamu tidak pernah mengerti perasaanku dan kekhawatiranku kepada ayah mertua juga sangat besar, tapi aku tahu diri!" jawabku dingin."Oh ya? Manis sekali ...." Dia mengejekku."Oh ya, apa kamu melaporkan perbuatanku ke kantorku?""Iya." Aku menjawab dengan lantang untuk mengetahui rea

  • LOG PANGGILAN YANG LUPA DIHAPUSNYA   12

    Tanpa merekam video dan menyebarkan ke sosial media, ternyata unggahan nitizen ketika aku menyambangi kafe dan menyirami Gita dengan jus, sudah ramai bahkan sudah ditonton jutaan kali oleh pemirsa. Aku tak menyangka atas reaksi publik dengan video berdurasi beberapa detik itu. Banyak komentar pro dan kontra yang tertuju di video yang diunggah pengunjung cafe itu.Sebagian mendukungku, sebagian lagi menyalahkanku.'Kasihan istrinya, kuat ya, Mbak.'Begitu tulisan di sosial media.'Semoga istrinya bisa menata hidup mandiri bersama putra mereka.' begitu unggahan komentar dari seorang wanita.Namun komentar sumbang yang menyakitkan hati juga diarahkan padaku,'Mungkin istrinya yang kurang pelayanan terhadap suami. Makanya suami nikah lagi.''Mbaknya cerewet atau bisa jadi lupa mengurus diri, makanya Masnya kabur ke pelukan pelakor cantik.'Tapi banyak komentar yang membalas komentar pedas tersebut mungkin karena solidaritas wanita sesama pengguna sosial media, jadi mereka seolah merasaka

  • LOG PANGGILAN YANG LUPA DIHAPUSNYA   13

    Pukul lima sore hari suamiku pulang, diparkirkannya motor seperti biasa lalu tanpa kuduga, dihempasnya helm dengan kasar di depan pelataran rumah.Prak!Sangat keras, sampai aku dan Hafiz terkejut.Lama dia menunggu di depan, tatapan matanya liar, nanar menghadap ke pintu rumah, mungkin dia menunggu aku keluar dan bertanya padanya mengapa kiranya dia membanting pelindung kepala.Tapi, ya, kubiarkan saja, aku sudah paham mengapa kemarahannya demikian."Apa perlumu, sampai kau harus pergi ke kantor Gita dan mempermalukan dia di depan bosnya?""Seorang pelakor harus dipermalukan agar mereka kapok dan tidak mengulangi perbuatan!""Heh, kau tak tahu malu apa, kau tak sadar bahwa kau yang memaksa dirimu padaku," celanya dengan jari telunjuk yang diarahkan ke mata kiriku."Kalau kamu merasa begitu, kenapa tidak jatuhkan talakmu, agar kepalamu tak pusing ... Tinggalkan anak istrimu dan bahagialah dengan wanita itu.""Kau menantangku?!""Ayo lakukan, sekarang kau ucapkan talakmu, besoknya

  • LOG PANGGILAN YANG LUPA DIHAPUSNYA   14

    Lepas ibu mertua mengakhiri panggilan di ponselnya, kedua anak beranak itu menjauh dari rumahku."Ayo pergi, Feni," ajaknya pada kakak ipar. Wanita yang dipanggil hanya menatapku sekilas lalu melenggang begitu saja melewatiku."Aku berikan waktu seminggu, kemasi barangmu dan pergi dari tempat ini.""Saya tidak akan kemana-mana!""Bertahan saja, kalau kau bisa," balasnya sambil menjauh.Aku terduduk sedih, aku terdiam melihat bagaimana mertua menyakiti hati ini. Tentang suami, teganya dia menceraikan diri ini lewat telepon. Tidak bisakah ia pulang lalu menyudahi urusan denganku? ternyata posisi diri ini sudah direbut. Cinta pertama dalam hidup suamiku kembali muncul dan menimbulkan petaka di antara kami. Pun keluarganya, teganya mereka mencampakkanku begitu saja, padahal sebelum ini, kami tidak pernah bermasalah, cenderung harmonis dan bahagia.*Dua hari kutunggu Mas Dirga untuk pulang, kutunggu itikad baik untuk menyudahi hubungan ini dan membereskan tentang rumah yang harus dibagi.

Latest chapter

  • LOG PANGGILAN YANG LUPA DIHAPUSNYA   56

    Prang!Prak!Suara sepatuku memukul helm Mas Arga dengan kencang. Pria itu nyaris terjatuh dari motornya andai tidak menahan keseimbangan. "Astaga ... kamu kenapa Irma.""Kamu yang kenapa ngikutin aku terus? kamu dah gila ya Mas?""Aku gak ngikutin kamu, kamunya aja yang kepedean," jawabnya sambil melepas helm dan mengusap kepalanya yang kupukul tadi."Arah kantor kamu gak di sini Mas, tapi di jalur berbeda kamu gak malu mas dengan baju dinas keliling ngikutin aku dan suami, kamu gak malu pada keluargamu dan keluarga mertuamu?""Hei, aku gak ikutin kamu, aku cuma mau ke toko sparepart yang ada di jalan Ahmad Yani, kepedean kamu," balasnya."Kamu pikir aku gak lihat kamu ngikutin dari arah rumah? Awas ya Mas, kalau masih ngikutin aku, kulaporkan kamu ke polisi.""Lapor saja, aku ga takut polisi!""Hah, percuma bicara," balasku sambil membalikkan badan dan kembali ke mobil."Sombong sekali kamu, mentang mentang punya suami baru," ucapnya berteriak."Biarin!"" ... nanti juga kamu mento

  • LOG PANGGILAN YANG LUPA DIHAPUSNYA   55

    "Darimana Sayang?" tanya Mas Adit ketika aku baru saja masuk ke kamar."Menemui tamu yang tidak diharapkan," jawabku sambil tersenyum padanya."Apa ada tamu yang tidak diharapkan?""Ya, ada, jenis tamu pengganggu yang akan merusak segalanya.""Siapa orangnya?""Istri mantan suamiku.""Ada apa dengannya?" suamiku langsung mengerjab dan bangkit dari pembaringannya."Dia merasa bahwa Mas Arga masih denganku dan terobsesi pada diri ini. Aku sangat tidak nyaman dengan itu," balasku."Kemarilah," ujarnya memberi isyarat, kuhampiri dia, kubawa diriku ke dalam rangkulannya serta kuletakkan kepala di atas bahunya."Dengar sayang, di rumah tangga kita hanya kita yang bisa menentukan bahagia atau tidaknya, mereka orang luar hanya segelintir gangguan yang tidak perlu dianggap serius.""Aku setuju dengan ucapanmu, Mas.""Jika istri mantanmu merasa risih tapi kau sama sekali tidak berhubungan dengan suaminya, maka kau tidak perlu khawatir dengan semua tuduhan itu. Selagi tidak ada bukti, anggap sa

  • LOG PANGGILAN YANG LUPA DIHAPUSNYA   54

    Tentu saja orang-orang langsung berkerumun memperhatikan pria yang baru saja selesai bernyanyi tiba tiba langsung pingsan saja. Terlebih pingsannya di pelaminan tentu makin mengundang perhatianlah dia."Astaga dia siapa?""Arga mantan suami Irma," jawab seorang pria yang mengenal."Ya ampun, kasihan ....""Mungkin gak kuat menerima kenyataan," ujar yang lain. Reaksi orang beragam, ada yang tertawa, ada yang menatap miris dan lain pula reaksi kedua orang tuaku yang berdiri berdampingan sebagai pendamping pengantin mereka nampak sangat marah dengan keberadaan Mas Arga."Lagipula ngapain sih harus datang ke sini, nyusahin aja!" geram ayah dengan kesalnya."Mungkin dia ingin melihat Irma," jawab Ibu sambil mendekat dan memperhatikan mantan menantunya."Kayaknya bapak ini kelelahan, stress dan dehidrasi, mungkin seseorang bisa hubungi ambulans," ucap seorang temanku yang merupakan seorang petugas kesehatan, dia tadi memeriksa nadi dan wajah Mas Arga dan langsung menyimpulkan."Iya mari g

  • LOG PANGGILAN YANG LUPA DIHAPUSNYA   53

    Tadinya aku akan melangsungkan pesta pertunangan dan memberi waktu lebih banyak untuk penjajakan hubungan dengan Mas Adit. Tapi karena Mas Adit tidak sabar untuk segera menghalalkan hubungan, ditambah dia juga sudah dekat dengan ayah dan ibu, maka aku tak punya alasan untuk menolak.Bukankah, sebaiknya pernikahan dipercepat dan perceraianlah yang harus ditunda. Ada kalanya niat baik memang tak harusnya dipendap lebih lama. Khawatir gagal atau malah tertikung orang lain."Calon Nyonyaku, maukah kita percepat niat baik kita untuk merajut hubungan ke jenjang yang lebih serius?" Tiba tiba kekasih tampanku menghampiri dengan secarik kertas yang ditulis demikian."Apa ini?""Ya, itu ...." Dia mengangkat alis memintaku membaca ulang memo tempelnya. Bayangkan ... dia menempel itu di layar komputerku."Astaga, Mas Adit, lebay tahu gak sih, dilihat orang ...." Kucabit segera memo sambil tertawa."Ya enggak apa apa, aku cuma butuh jawaban.""Secepatnya," jawabku singkat."Kapan, kamu sih, PHP te

  • LOG PANGGILAN YANG LUPA DIHAPUSNYA   52

    Karena tidak mau terburu-buru menikah sebelum puas saling menjajaki, kuputuskan untuk melakukan acara lamaran dan pertunangan agar tali kasih di antara kami bisa diikat dalam satu janji.Kubagikan undangan pertunangan pada teman teman kerja di lingkungan kantor, kuminta dengan ramah dan sopan agar mereka berkenan datang untuk memberikan doa serta dukungan mereka. Kuserahkan amplop bersampul hitam putih dengan gambar bunga itu kepada Dina dan Reni, termasuk Ivanka, wanita yang menaksir pada calon suamiku. Dia yang kebetulan lewat kuhentikan dan dengan santun kusodorkan undangan itu."Mbak, aku mengundangmu," ucapku pelan. Sesaat wanita itu tertegun namun dia tetap menerima undanganku. Ditimbangnya amplop berukuran sedang itu dengan senyum miris, kalau dia menggumam sambil menggeleng pelan."Terima kasih, tapi sepertinya, aku tak bisa hadir," jawabnya dengan senyum kecut. Bahkan dia belum membukanya sehingga bisa tahu kapan dan hari apa, dia menunjukkan penolakan itu karena sudah jelas

  • LOG PANGGILAN YANG LUPA DIHAPUSNYA   51

    Benar saja, sekitar dua puluh menit kemudian, aku bisa melihat pantulan cahaya motor di jendela kamar. Aku bangun memeriksa dan benar saja, itu adalah motor Gita. Sayup sayup kudengar mereka berdebat dengan teriakan, diantara rinai hujan dan petir malam.Kucoba menajamkan pendengaran dan memindai apa yang mereka lakukan."Aku nanya Mas, kamu lagi ngapain di sini?""Udahlah, itu bukan urusanmu, aku lagi mau ngomong sama ibunya Hafiz!""Tapi, ini hujan dan sudah malam, Mas. Ada apa kamu Mas?"Wanita itu mencengkeram bagian depan baju suaminya dengan kesal. Jilbab, wajah dan cardigannya basah tersapu hujan yang turun deras."Aku harus bicara. Itu tidak ada kaitannya denganmu," jawabnya sambil menghempas tangan sang istri."Kalau kamu gak ikut pulang sama aku, kita cerai aja Mas, itu artinya kamu gak mentingin aku!""Ya Allah, kamu pulang aja, aku masih ada urusan!"Mas Arga membentak Gita dengan kesal. "Oh ya ... jadi mau aku panggilkan Mbak Irma ke dalam, mau aku bilangin ke dia kala

  • LOG PANGGILAN YANG LUPA DIHAPUSNYA   50

    Mungkin mas Arga tidak mau merasa dikalahkan dalam hal kebahagiaan, akhir akhir ini dia sering sekali membagikan link postingan Ig dan Facebooknya ke inbokku. Tautan yang dia kirim berisi postingan foto dan kata kata mesra untuk sang istri.Kadang aku melihat semua itu hanya menggeleng saja, postingannya bagiku bukan sebagai bentuk pamer atas kebahagiaan namun lebih terkesan memaksa terlihat bahagia dan yang ada hanya tempelan saja."Andai dia sungguh bahagia dengan cinta barunya, mungkin dia tak akan ingat untuk mengejarku lagi."Aku menggumam sambil meringis miris. Dari tempat dudukku, kupandangi anakku yang sibuk tertawa dan bermain dengan mainannya. Hanya menatapnya sehat dan ceria saja membuat hatiku tenteram dan bahagia. Itu saja sudah cukup. Aku tak butuh apapun lagi, aku sudah bekerja dan insya Allah bisa menanggung hidup sendiri.Jika suatu hari seorang pria baik dengan niat tulus datang melamar, maka aku akan menerima dengan syarat dia akan mencintai anakku juga.*Wak

  • LOG PANGGILAN YANG LUPA DIHAPUSNYA   49

    Menuruti saran dari ibu aku memilih waktu makan siang untuk mengajak massa adik bicara dia yang selalu jadi tempat langganan makan siang kami. Cafe yang berada di lantai dasar tower kantorku.Pukul 12:34 Mas Adit nampak turun dari loby dan langsung masuk ke cafe, dari pintu utama kami bersitatap dan seperti biaasanya senyum itu tersungging lebar."Kamu udah makan?""Belum, Mas, masih nungguin kamu," jawabku memperbaiki posisi duduk."Harusnya kamu pesenin aja, aku akan makan makanan apapun yang kamu suguhkan," jawabnya tersenyum, sekali lagi menggetarkan dadaku.Lama perasaan ini tidak disentuh romansa dan sensaasi manis menggoda, sehingga ketika tiba tiba Mas Adit datang. Ada rasa baru yang kini menghiasi hatiku, aku selalu ingin tersenyum dan bahagia kala berdekatand dengannya. Energinya yang positif, tampilannya yang bersih dan wangi membuatku nyaman berdekatan."Merasa nggak sih kalau akhir-akhir ini kita jadi topik pembicaraan di kantor?""Aku paham, tapi selagi kita bersikap p

  • LOG PANGGILAN YANG LUPA DIHAPUSNYA   48

    Begitu banyak orang yang berkerumun dalam ketegangan, begitu takut dan cemas tapi mereka tidak berani melerai. Sejak awal mereka tahu siapa yang lebih dulu menyulut emosi dan memancing kemarahan orang lain. "Lepaskan dia Kak, dia pasti sudah kapok," ujar seorang wanita."Iya, Kak, gak bakal diulang lagi kayaknya, itu orangnya udah ketakutan banget," timpal yang lain."Tidak, aku akan melemparnya ke muara agar menjadi santapan buaya, aku sama sekali tidak ragu," ujar Mas adit yang masih mencengkeram bagian leher pria yang kini mengucur darah segar dari bibir dan hidungnya."Aku tidak mengganggumu, beraninya kau mengganggu!" Mas Adit makin menggoyangkan badan Mas Arga, Mas Arga berteriak dan mencengkeram tangan kekasih baruku itu dengan panik."Aku juga akan membuatmu terjatuh bersamaku, hahahah," ujarnya. Tadinya dia ketakutan, tapi menit berikutnya pria itu seakan kehilangan akal, dia tertawa terbahak bahak dengan kondisi wajah yang sama sekali tidak sedap dipandang, babak belur dan

DMCA.com Protection Status