Beberapa menit berlalu.Nilam masih terus memejamkan mata dan melanjutkan aktivitas yang diperintahkan oleh suaminya tersebut dengan duduk bertumpu lutut.Bajunya basah kuyup karena tadi tersiram air shower, membuat penampilannya terlihat seksi dan menggoda karena kain tipis yang dikenakannya menempel di tubuh.Kegiatan mengulum dan menghisap tersebut berjalan beberapa lama, pusaka Keenan sangat besar sampai rasanya saat benda itu masuk ke mulut Nilam, rasanya hampir mencapai pangkal tenggorokan."Lagi, Nilam. Bagus. Lakukan terus. Sebentar lagi ...."Keenan lagi-lagi mendesah, tangannya meremas-remas rambut Nilam, memaju mundurkan pinggulnya sehingga benda miliknya tersebut keluar masuk di mulut Nilam sambil merasakan kenikmatan yang tiada duanya. Keenan sangat menikmati kegiatan ini, sampai tak sadar bahwa sedari tadi, Nilam terus menatap wajahnya dan memerhatikan semua ekspresi suaminya tersebut.Nilam mengulum benda milik Keenan tersebut sambil mengamati ekspresi wajah sang suami
Keenan langsung mengerem mendadak saat mendengar apa yang dikatakan Nilam dengan tiba-tiba, memandang tajam ke arah wanita itu. "Kamu ini bicara apa, Lam?"Nilam yang biasanya patuh dan tak pernah membantah Keenan, kini balas memandang suaminya dengan tatapan teguh. "Aku serius, Mas. Kamu boleh dengan Jihan, kalo nggak cukup hanya dengan aku," tegas Nilam, penuh tekad. Keenan mengusap kasar wajahnya dan memandang gusar kepada Nilam, yang tetap duduk tegak di kursinya. "Nilam, jangan membuat aku tertawa dan kelihatan sangat rendahan. Apa kamu ngomong kayak gini karena kita mau ketemu ibu? Supaya ibu menaruh simpati padamu dan lagi-lagi marahin aku?" sindir Keenan, tajam. Mendengar itu, seketika ekspresi teguh di wajah Nilam langsung goyah, dia dengan tergagap-gagap segera menjelaskan maksudnya. "Mas, bukan gitu maksud aku. Tapi.... ""Stop. Kita nggak usah bicarakan hal ini lagi. Kamu pasti tau apa alasan ibu tiba-tiba nyuruh kita ke rumah kan?" potong Keenan dengan alis bertaut
"Sudah, pergi sana," ucap Nilam pada Keenan yang belum juga menjalankan mobilnya padahal Nilam kini sudah berdiri di pinggir jalan dengan aman."Sampai bertemu di rumah, Lam. Hati-hati," pesannya.Nilam menganggukkan kepala seraya membuka payung besar pemberian suaminya tersebut dan berdiri di pinggir jalan menunggu taksi lewat, sementara mobil mewah milik Keenan mulai berjalan menjauh.Nilam memandang mobil hitam yang dikendarai oleh Keenan tersebut sambil mulai berjalan pelan, menunggu taksi yang membawa dirinya pulang. Setelah berjalan beberapa saat, Nilam membuka tas untuk mengambil ponsel, berencana memesan ojek online dan menekan tombol pencarian untuk menemukan ojek yang tepat, saat tiba-tiba sebuah mobil mewah berhenti di samping tempat Nilam yang sedang berdiri dan sibuk dengan ponselnya. Gerakan tangan Nilam spontan terhenti di atas layar karena menatap sosok yang baru keluar dari mobil tersebut.Seseorang yang keluar dari dalam mobil dengan memakai kemeja putih tersebut t
Sampai akhir, Keenan tetap tidak menyebutkan alasan kenapa dia kembali menjemput Nilam alih-alih mendatangi Jihan di rumah sakit.Dia hanya terus berkata jangan pergi dengan laki-laki lain, padahal yang hendak menemui wanita lain secara terang-terangan di depan pasangan sah nya siapa? Lama-lama Nilam merasa pernikahan mereka ini seperti panggung sandiwara saja. "Sekarang, aku ingin mengantar dirimu pulang tapi juga harus segera ke rumah sakit untuk menjenguk Jihan. Mengantarkan dirimu lebih dulu, itu akan menghabiskan waktu karena rumah kita berada di arah berlawanan."Keenan tiba-tiba mengatakan hal itu tanpa diminta.Dia tampak berada di persimpangan antara memastikan Nilam pulang ke rumah dengan selamat tapi juga harus menemui Jihan yang kabarnya masuk rumah sakit."Gimana kalau kamu langsung saja ke rumah sakit, Mas?" usul Nilam dengan tenang. Meski sadar ini seperti panggung sandiwara, Nilam masih tak menyerah untuk bersandiwara, itu karena ketakutannya yang sangat besar dice
"Gimana keadaanmu, Han?"Keenan yang kini berdiri di depan Nilam, bertanya kepada Jihan yang berbaring di ranjang dan tampak menatap tak suka kepada istrinya. "Aku—"Sebelum Jihan selesai berbicara, Keenan langsung memotong ucapannya. "Ngelihat kamu yang masih bisa dandan saat sakit, kurasa nggak ada yang perlu dikhawatirkan, kayaknya kamu terlalu mendramatisir suasana, bukankah ini hanya sakit perut biasa?" potongnya dengan tajam.Nilam sedikit terkejut dengan sikap acuh tak acuh Keenan pada Jihan, meski tak mengatakan apa pun. "B-bukan gitu, Keenan. Aku sengaja sedikit pake make up biar kamu nggak khawatir lihat keadaan aku," kilah Jihan. Mencoba membela diri. Keenan hanya membalas jawaban Jihan dengan decakan lidah. "Mulai sekarang, kalau ada apa-apa lagi, jangan menelepon aku. Apa kamu pikir aku ini pembantumu atau apa? Sekali lagi kau lakukan hal ini, apa pun yang kau minta nggak akan kukabulkan lagi," ucap Keenan dengan suara tegas tak bisa dibantah."Keenan, kenapa kamu be
Keenan sudah tidak mau lagi membahas tentang ucapan Nilam yang rela berbagi dengan Jihan, untuk hari-hari berikutnya. Meski kadang plin plan seperti kejadian saat di rumah sakit waktu itu, tapi Keenan terlihat bahwa dia memang tidak memiliki keinginan untuk membawa Jihan kembali ke dalam hidupnya. Seperti hari ini. "Mas, kenapa tiba-tiba ngajak aku keluar?"Nilam sangat terkejut saat pulang dari bekerja, Keenan tiba-tiba mengajak istrinya itu pergi keluar dengan alasan mencari angin. "Nggak ada apa-apa. Saat ini aku sedang senang dan ingin mengajak dirimu jalan-jalan, jadi ayo kita pergi ke tempat yang kamu inginkan."Keenan menjawab dengan alasan yang tidak biasa dia lakukan sehingga Nilam curiga ada apa tapi tentu saja tidak mau bertanya. "Hm, tapi aku ... benar-benar hanya ingin di rumah," ucap Nilam, pelan. Sebentar lagi, drama yang dia sukai akan tayang dan Nilam tak ingin melewatkan drama tersebut karena aktornya sangat tampan.Nilam juga sudah masak banyak hari ini, say
Suaminya itu mengambil kaca yang ada di sampingnya dan menjawab."Ini semua hadiah untukmu dariku, Lam. Nah, sekarang, coba pelembab ini di bibirmu."Ragu, Nilam pun mengambil pelembab tersebut dari tangan Keenan dan mulai mengoleskannya di bibir.Seketika kedua netra berbinar cerah saat pelembab tersebut teraplikasi sempurna di bibir, teksturnya ringan dan wangi stroberi yang lembut menenangkan hati Nilam. Ini keren.Barang mahal memang beda. Dia langsung menyukai pelembab bibir ini dalam sekali coba.Nilam tersenyum sendiri melihat bibirnya yang kini terlihat sedikit basah.Tiba-tiba ...."M-Mas Keenan?!"Keenan hanya menatap Nilam dengan kedua matanya yang jernih dan bibir yang masih menempel di bibir istrinya tersebut.Jantung Nilam seketika berdebar sangat kencang saat tiba-tiba dicium oleh suaminya di depan umum. Beberapa detik kemudian, Keenan menjauhkan bibirnya seraya menatap acuh tak acuh."Aku hanya sedang membantumu melakukan testimoni tentang produk ini," ucapnya, lalu
Tanpa menunggu jawaban Nilam, Keenan lantas menarik turun resleting celananya sebelum mulai melakukan kegiatan panas tersebut, sementara Nilam, diam-diam jantungnya berdebar kencang karena ini pertama kalinya, dia akan melakukan hal seperti ini di dalam mobil."Mau, kan?" tanya Keenan sekali lagi, yang dijawab Nilam dengan anggukan. Senyum pria itu seketika melebar dengan wajah sumringah. "Pintar, ayo kita lakukan ini."Keenan yang sudah turn on mulai menjalankan aksinya.Dress bagian bawah milik Nilam kini sudah tersingkap ke atas, menumpuk di pinggang karena bagian atas yang ditarik ke bawah oleh Keenan dengan tak sabar, sementara celana dalam yang dia pas sudah raib entah ke mana.Keenan mulai melayangkan kissmark di leher dan dada, sebelum mulai memasuki lubang Nilam dengan benda miliknya yang sudah mengeras dan ketat.Nilam memejamkan mata saat benda itu mulai masuk, dulu memang terasa sakit, tapi kini, setelah lubangnya terbiasa, hal itu terasa nikmat.Sejujurnya, Nilam juga m
"Siapa yang sedang menggoda—"Nilam tidak bisa melanjutkan ucapannya karena telunjuk Gallen yang kini berada di bibirnya, memberi isyarat pada wanita itu agar diam. "Di mataku, kamu sedang menggoda seorang pria tadi," jawab Gallen, berbisik di samping telinga Nilam. Karena jarak di antara mereka yang begitu dekat, Nilam merasa kesusahan bernapas, apalagi saat aroma harum khas Gallen menyerbu indra penciumannya. "Hey, Nil."Gallen yang masih memenjara tubuh Nilam dengan kedua tangan, memanggil wanita itu dengan suara dingin."Ya, Mas?"Gallen memegang dagu Nilam sehingga membuat Nilam mendongak untuk menatap tengah matanya, begitu pandangan mereka saling bertemu, Gallen yang tampaknya masih marah, berkata dengan mata sedikit menyipit."Jangan senyum-senyum genit ke pria lain selain aku. Sugar Daddy-mu ini nggak terima, ngerti?" titahnya dengan suara tajam tanpa bisa dibantah.Kening Nilam berkerut mendengar ucapannya tersebut, dia pun menatap mata yang kelihatan marah itu dengan pen
Anehnya, jauh di dalam lubuk hati Nilam, dia malah menunggu lagi moment seperti malam itu.Wanita itu juga merasa jika di pertemuan kedua ini Gallen meminta dilayani lebih jauh, maka dia mungkin dengan rela akan memberikannya.Bagaimana pun juga, sebagai sugar baby, Nilam sudah menghabiskan uang Gallen puluhan juta, jadi dia merasa tak enak hati kalau tidak memberi imbalan apa pun.Sayangnya, sampai detik ini, Gallen tak pernah membutuhkan jasanya lagi.Dia seperti dibuang untuk kedua kalinya."Hey, Nil. Kamu ini nggak butuh apa pun apa giman? Kenapa kamu hanya menggunakan uangku untuk makan, gunakanlah berbelanja baju dan yang lainnya sekali-kali."Suatu hari Gallen mengirim pesan yang lumayan panjang untuk Nilam, kesempatan itu tidak diabaikan oleh Nilam yang yang secara aneh merindukan pesan-pesan singkat pria tersebut.Beberapa hari ini memang Gallen tak mengirim chat apa pun, mungkin dia sangat sibuk. Pria seperti Gallen kan super sibuk, jadi Nilam memahami keadaannya.Nilam buru
Gallen menyeringai senang saat bibir Nilam menyentuh bibirnya sekilas ketika hendak mengambil black card, sementara gigi wanita itu kini menggigit ujung black card di mulut Gallen untuk mengambilnya."Gunakan sepuasmu."Ucapannya tersebut dilontarkan oleh Gallen dengan senyum lebar, sementara Nilam menatap black card yang kini berada di tangannya tersebut dengan mata berbinar-binar.Dulu saat menikah dengan Keenan, dia hanya pernah memegang kartu seperti ini tanpa bisa menggunakannya karena Keenan suami yang pelit, tapi sekarang dia bisa mendapatkannya dengan mudah, benda di tangannya itu seperti harta karun baginya.Seandainya dia sudah melupakan rasa malu, mungkin Nilam akan menciumi black card pemberian Gallen, tapi tentu saja Nilam masih memikirkan image-nya yang mungkin sudah tak tersisa di mata Gallen setelah dia menggigit black card dari mulut pria arogan yang memiliki kepribadian aneh ini. Gallen yang menatap puas Nilam karena berhasil menjatuhkan harga diri perempuan sombong
"Kau kayaknya lagi butuh uang banget, ya? Karena itu kamu datang ke sini begitu cepat?"Gallen, berbisik dengan suara rendah di belakang Nilam. Nilam segera berbalik dan memandang wajah tampan dengan hidung mancung tersebut seraya menelan ludah."L, lalu, apa yang harus kulakukan agar mendapatkan uang darimu?"Dia tergagap, sejujurnya, sampai detik ini tak tahu apa yang membuat Gallen tertarik padanya.Wajah cantiknya?Nilam memang cantik sejak rajin memakai make up dan skincare, tapi tak secantik itu sampai membuat seorang Gallen, pria muda kaya raya yang sudah biasa dikelilingi wanita super cantik, tertarik padanya.Buktinya, beberapa hari ini Gallen telah mengabaikan dirinya. Mungkin pria itu sudah menemukan partner yang lebih cantik. Atau trauma nya sudah sembuh. Lalu apa yang sebenarnya membuat pria ini tertarik dan memanggilnya kembali malam ini?Body-nya?Ah, buah dada yang dimiliki Nilam memang sedikit besar, tapi juga tak sebesar itu sehingga membuat pria tergila-gila.Lalu
Namun, hidup seperti surga bagi Nilam, di mana dia hanya perlu menyodorkan bibir pada Gallen dan mendapatkan uang yang banyak, tidaklah berlangsung lama.Entah karena apa, pria muda tampan itu seakan membuangnya dan tak pernah mengenal dirinya sama sekali.Bahkan ketika Nilam kebetulan di tempat yang sama, Gallen sama sekali tak menoleh kepada Nilam, tatapannya dingin dan menganggap Nilam seperti lalat atau apa pun yang mengganggu dirinya.Padahal Nilam pernah, sudah berdandan secantik dan semenarik mungkin, tapi tetap saja, Gallen tidak menoleh padanya.Ini sangat aneh.Apakah dia sudah bosan?Apakah dia melakukan kesalahan yang tak disadari dan menyinggung perasaan pria itu?Pertanyaan itu terus berputar, tapi tak menemukan jawaban.Tatapan dingin dan acuh tak acuh, disertai wajah muram seperti tak tertarik, adalah tatapan khas Gallen pada orang yang menurut dirinya tak penting, Nilam merasa sedikit sakit hati saat akhirnya ditatap seperti itu oleh Presdir muda tersebut.Padahal saa
"Tentu saja," jawab Gallen dengan enteng, menatap Nilam dengan ekspresi malas."Kamu sama saja telah kubeli seharga 600 juta, setelah dipotong 100 juta atas permintaan ganti rugimu tadi. Jadi, bukankah posisimu sekarang nggak lebih dari sebuah barang di mataku?"Mendengar itu, Nilam tak bisa berkata-kata, melihat ke arah Gallen sebelum kemudian menatap pakaiannya sendiri."Kamu sungguh-sungguh ingin aku melepas semua ini?"Gallen hanya mengangkat satu alis, duduk di kursinya dengan menopang dagu."Yah, sisakan pakaian dalam, aku nggak ingin mataku yang suci ini ternodai."Nilam hanya mendengus sesaat ketika mendengar Gallen menyebut bahwa areas sensitifnya membuat matanya ternoda.Belajar dari pengalaman sebelumnya, semakin dia mengelak maka si berengsek ini akan menghukum lebih kejam, karena itu, tanpa mengajukan protes, Nilam mulai membuka kancing kemejanya satu persatu.Meski dengan perasaan dongkol bukan main.Satu kancing, dua kancing, sudah terbuka, ketika tangan Nilam menyentuh
Nilam mendesah.Matanya menatap sayu pada Gallen,Dengan wajah sedih dan terlihat sangat putus asa, Nilam mengucap kata-kata yang keluar dari mulutnya."Kamu tahu sebagai pegawai rendahan, aku nggak mungkin punya uang sebanyak itu, bukan, Tuan Gallen," ucap Nilam dengan wajah memelas, berharap Gallen ini merasa kasihan padanya dan membatalkan tuntutan.Namun, hal itu sepertinya sama sekali tak mempengaruhi Gallen. Dia memasang wajah tanpa ekspresi, hanya mengangkat satu alisnya dengan tak tertarik.Tahu bahwa ekspresi andalan tidak berpengaruh pada Gallen, Nilam menarik napas panjang.Seluruh sendi rasanya sudah lemas. Tak bisa berpikir apa pun lagi saat ini, dia merasa uang itu sangat banyak, membayangkannya saja sudah tak sanggup. Kenapa cobaan datang bertubi-tubi seperti ini?Nilam menjambak pelan rambutnya, merasa sangat frustrasi.Mengenaskan.Gallen yang mulai kasihan kepada wanita yang duduk di depannya tersebut, menarik napas panjang."Baiklah. Untukmu aku punya dua tawaran
Nilam seperti kehilangan akal sehat, saat kini tengah duduk di sebuah ruangan super mewah dengan interior luar biasa, milik seseorang yang beberapa saat lalu dia tampar pipinya.Wajah wanita cantik itu sedikit memucat saat melihat plakat di depan meja pria itu, ada tulisan jabatan PRESIDEN DIREKTUR di sana.Gallen, pria yang telah ditampar Nilam pagi tadi, duduk dengan nyaman di kursi milik Presiden direktur, menatap Nilam tanpa ekspresi."Nona Nilam."Suaranya berat saat memanggil Nilam, matanya yang tajam menatap lurus ke arah wanita itu, mengirimkan intimidasi.Namun, bukannya takut atau terintimidasi, Nilam malah menghela napas panjang.Pasalnya, gaya seperti itu mengingatkan dia pada seseorang pria yang sangat dibencinya, Keenan. Gayanya yang dingin dan mengintimidasi membuat Nilam muak, dia teringat pada sosok yang menghancurkan hidupnya dan mengantarkan Nilam pada penderitaan panjang. "Langsung katakan saja apa maksud tujuanmu, kalau kau ingin memberiku 100 juta seperti yang
"Mungkin ini shock yang terjadi setelah kecelakaan, tolong Anda jangan terlalu mengejutkan dirinya dan berilah penjelasan yang lembut tentang apa yang terjadi saat dia kembali sadar nanti, Tuan Muda."Dokter yang dipanggil oleh Gallen, menjelaskan kondisi Nilam dengan sopan. Gallen hanya bisa menarik napas panjang.Dia menyugar rambutnya ke belakang dengan ekspresi lelah, memandang seorang perempuan muda yang kini kembali terbaring tak sadarkan diri di atas kamar tidur rumah sakit."Kenapa sejak tinggal di kota ini, aku terus terlibat peristiwa yang merepotkan, sih?" desahnya lelah.Ini hari kesepuluh sejak dia dipanggil oleh kakeknya ke kota ini karena akan diangkat sebagai direktur utama hotel yang dikelola sang kakek.Sejak hari pertama, dia terus mendapatkan masalah, berurusan dengan staff hotel yang korup dan para penjilat, sangat melelahkan.Lalu, mobil yang dia kendarai menabrak wanita ini saat sedang dalam perjalanan pulang dari hotel, mengakibatkan dia koma sehingga dirawat d