Begitu urusannya selesai dengan Jihan, Keenan segera melajukan mobilnya pulang ke rumah. "Nilam pasti udah tidur jam segini, sepertinya menyenangkan mencumbu dirinya saat sedang tidur," ucap Keenan sembari melihat jam tangan, tersenyum lebar dan mempercepat laju mobilnya. Begitu sampai rumah, tebakannya benar. "Kamu benar-benar sudah tidur." Keenan kembali tersenyum lebar saat melihat Nilam yang berbaring tenang di atas ranjang, dia tadi bilang kalau tidak jadi menjenguk kakaknya, karena sang kakak tiba-tiba ada acara, karena itu sekarang Nilam ada di rumah. Keenan melepas jas nya dan berjalan ke arah Nilam yang sudah tidur dengan tenang di ranjang, dia tidak marah saat melihat sang istri yang sudah tertidur begitu dia sampai di rumah. Toh ini sudah dia atas pukul dua belas malam, istrinya akan sangat kasihan jika menunggu dirinya pulang sampai selarut ini. Meski rasanya ada yang agak beda malam ini. Biasanya, meski pulang selarut apa pun, Nilam akan menunggu kedatangan Keenan
Awalnya Nilam tidak curiga sama sekali bahwa Keenan telah membohongi dirinya, dia tetap bersiap pergi ke rumah kakaknya, sampai ketika kakaknya memberi tahu Nilam bahwa dia tidak ada di rumah karena pergi ke pernikahan teman suami sang kakak yang ada di luar kota. Nilam pun mengurungkan niatnya pergi ke rumah kakak yang masih satu kota dengannya dan menonton serial drama di televisi sambil menunggu Keenan pulang. Beberapa waktu berlalu, tiha-tiba kakak perempuannya itu menelepon. "Lam, kamu beneran ada di rumah saat ini? Bukannya sedang ke luar kota?"Nilam merasa pertanyaan kakaknya sangat aneh, meski begitu, dia tetap mengangguk. "Iya, Kak. Aku ada di rumah, mas Keenan sedang lembur jadi aku nggak ke mana-mana," jawabnya, Nilam memang tidak berbohong karena saat ini dia tengah sibuk menonton serial drama di rumah. "Keenan lembur? Lembur apa?" kejar kakaknya, suatu hal yang tak biasa bagi kakak Nilam untuk kepo pekerjaan Keenan, selama ini, meski mereka adalah ipar, hampir tida
Security itu menoleh dan langsung bersikap hormat kepada dua orang yang baru keluar tersebut. "Ah, selamat malam tuan boss Gallen dan pak Rizky," sapanya dengan sangat sopan. Nilam menoleh pada dua orang pria, yang tampak sangat berkuasa itu. Gallen, presiden direktur tempat Keenan bekerja, dan sekretarisnya, Rizky. Gallen, yang memiliki pembawaan dingin dan tak tersentuh, memandang Nilam tanpa tersenyum dan bertanya dengan suara datar kepada security. "Siapa wanita ini?""Oh, tuan boss, ini katanya pak Keenan lembur, padahal saya baru keliling kantor tadi sepi, hanya ruangan Anda yang nyala," jawab security itu dengan sigap. "Iya, Bu. Maaf, tapi hanya kami berdua yang lembur malam ini. Di sini juga sangat jarang ada lembur," sahut Rizky dengan sopan, yang segera menyadari situasi yang terjadi kenapa ada perdebatan antara wanita asing ini dengan security mereka. "Tapi....""Bukannya Keenan tadi sore keluar dengan seorang wanita? Itu bukan istrinya?" tanya Gallen, menoleh kepada
"Hamil?"Keenan menanyakan hal itu sembari memandang wajah Nilam, yang membuat wanita itu langsung gugup karena takut ditolak mentah-mentah oleh Keenan. Namun, dia sudah terlanjur percaya ucapan kakaknya bahwa hanya dengan hamil dan memiliki anak, bisa membuat Keenan berhenti bertemu Jihan dan terus membohongi dirinya seperti ini, karena itu, Nilam membulatkan tekadnya dan menjawab pertanyaan sang suami. "Iya, Mas. Tiba-tiba aja aku pengen punya anak biar nggak bosan di rumah sendirian."Untungnya respon Keenan ternyata cukup positif. Dia tidak kontra dengan permintaan Nilam tersebut. "Hmm, aku nggak nolak. Aku setuju kita buat anak. Kalo kamu pengen hamil, itu artinya mulai sekarang kita harus rajin bercinta agar kamu segera hamil, iya kan?"Keenan mengatakan hal itu dengan tatapan menggoda, yang dibawa Nilam dengan gugup. "I-iya, Mas...."Keenan tertawa melihat istrinya yang gugup dan berjanji akan ikut bekerja sama dengan baik untuk kehamilan Nilam. Pagi itu mereka sepakat aga
Nilam bertanya dengan hati-hati untuk memastikan, sekali lagi melirik ke arah meja kantor Keenan Yang penuh lalu beralih pada suaminya yang kini berdiri di depan Nilam. Memikirkan hal itu saja, membuat pipinya berubah memanas.Keenan yang melihat wajah istrinya yang sedang malu-malu, mengulurkan tangan untuk menyentuh pipi sang istri dengan penuh kasih. "Kamu semakin hari semakin suka blak blakan kalau sedang bicara, ya, Lam."Mendengar itu, Nilam pun mendongak untuk menatap suaminya, mendesah sedikit sebagai jawaban, lalu memandang sang suami dengan ekspresi lembut. "Aku tahu betul apa tugasku menjadi istrimu, Mas," jawabnya, patuh. Yang sangat disukai Keenan. Jawaban yang keluar dari mulut Nilam sangat memuaskan Keenan, buktinya dia tersenyum lebar dan ekspresi tegasnya berubah melembut.Pria itu kini sedikit membungkuk. Tangan Keenan yang besar menepuk lembut pipi Nilam yang berisi, dari tatapannya Nilam langsung tahu bahwa suaminya sudah turn on. "Jadi, kau sudah bisa menebak
"Pak, boss Gallen memanggil Anda ke ruangan beliau."Seorang staff yang masuk setelah mengetum pintu dan membuat aktivitas panas yang dilakukan Keenan kepada istrinya terhenti, memberi tahu dengan sopan bahwa ada pekerjaan mendadak yang baru saja diperintahkan Gallen untuk dikerjakan Keenan. "Hah? Oh, oke. Oke. Aku akan segera datang," jawab Keenan dengan buru-buru karena sang boss adalah orang yang sangat on time dan teliti, pria itu paling tidak suka dibuat menunggu, apalagi oleh bawahannya. Staff yang memberi tahu hal itu kepada Keenan mengangguk dan pamit keluar, sementara Keenan menoleh kepada Nilam yang beberapa saat lalu tanpa sengaja dia dorong mundur karena terkejut ada ketukan pintu tiba-tiba. "Lam, tunggu di sini dulu, ya. Aku ada pekerjaan sebentar.""Iya, Mas. Santai aja."Nilam menjawab dengan tersenyum sementara Keenan setelah meremas pelan tangan Nilam, segera berjalan keluar ruangan untuk menemui sang boss yang berada di lantai atas kantor ini. Nilam menunggu Keena
Nilam pulang dan mencoba melupakan kekesalannya pada Gallen, atasan Keenan yang telah membuat dia sakit hati dengan perkataannya yang nyelekit. "Dia tahu apa memangnya? Seenaknya saja mengatakan kalo aku nggak berani mengambil pilihan, huh! Semoga aku tidak bertemu dia lagi!"Nilam bersungut-sungut sendiri dan mengusir ucapan pedas Gallen dari kepalanya. Untuk membuat dirinya tenang, akhirnya Nilam melakukan perawatan tradisional yang biasa dia lakukan untuk membuat tubuhnya menjadi glowing, untuk menyambut kedatangan Keenan suaminya nanti malam. Dia masih sangat yakin bisa membuat Keenan bertahan dengannya dan memutuskan untuk mengambil hati Keenan dengan tubuhnya, seperti yang biasa dia lakukan selama ini. Dan begitu Keenan pulang, yang disambut Nilam dengan baju seksi dan tubuh yang sudah dirawat dengan baik seharian, ekspresi Keenan cerah, membuat Nilam merasa bangga telah berhasil membuat suaminya sumringah begitu pulang ke rumah. "Nilam, Nilam, kamu memang tidak pernah memb
Pipi Nilam seketika tertoleh ke samping karena tamparan keras yang dilayangkan Keenan padanya. Nilam yang tak tahu apa-apa, memegang pipinya yang terasa perih dan memerah, sambil memandang Keenan dengan tatapan ning. "M-Mas... apa—"Keenan melotot padanya sebelum Nilam menyelesaikan pertanyaan, dengan mata mendelik dan tangan menunjuk-nunjuk ke arah Nilam, Keenan berteriak dengan penuh amarah. "Kamu... dasar wanita tak tahu diri! Berani-beraninya kamu, ya!! Ternyata selama ini kamu telah kongkalikong sama ibu buat ngebohongin aku!"Nilam yang masih memegangi pipi yang terasa perih akibat tamparan keras dari tangan kekar Keenan, semakin kebingungan. "Ibu? Apa maksudmu, Mas? Kongkalikong apa? Aku nggak ngerti sama sekali, kenapa kamu tiba-tiba pulang, nampar aku dan nuduh aku kongkalikong sama ibu? Sebenarnya apa yang terjadi, Mas???"Nilam menanyakan hal itu dengan wajah meringis menahan sakit, baru sadar bahwa ujung bibirnya robek dan sedikit berdarah karena tamparan dari Keenan t