Nilam bertanya dengan hati-hati untuk memastikan, sekali lagi melirik ke arah meja kantor Keenan Yang penuh lalu beralih pada suaminya yang kini berdiri di depan Nilam. Memikirkan hal itu saja, membuat pipinya berubah memanas.Keenan yang melihat wajah istrinya yang sedang malu-malu, mengulurkan tangan untuk menyentuh pipi sang istri dengan penuh kasih. "Kamu semakin hari semakin suka blak blakan kalau sedang bicara, ya, Lam."Mendengar itu, Nilam pun mendongak untuk menatap suaminya, mendesah sedikit sebagai jawaban, lalu memandang sang suami dengan ekspresi lembut. "Aku tahu betul apa tugasku menjadi istrimu, Mas," jawabnya, patuh. Yang sangat disukai Keenan. Jawaban yang keluar dari mulut Nilam sangat memuaskan Keenan, buktinya dia tersenyum lebar dan ekspresi tegasnya berubah melembut.Pria itu kini sedikit membungkuk. Tangan Keenan yang besar menepuk lembut pipi Nilam yang berisi, dari tatapannya Nilam langsung tahu bahwa suaminya sudah turn on. "Jadi, kau sudah bisa menebak
"Pak, boss Gallen memanggil Anda ke ruangan beliau."Seorang staff yang masuk setelah mengetum pintu dan membuat aktivitas panas yang dilakukan Keenan kepada istrinya terhenti, memberi tahu dengan sopan bahwa ada pekerjaan mendadak yang baru saja diperintahkan Gallen untuk dikerjakan Keenan. "Hah? Oh, oke. Oke. Aku akan segera datang," jawab Keenan dengan buru-buru karena sang boss adalah orang yang sangat on time dan teliti, pria itu paling tidak suka dibuat menunggu, apalagi oleh bawahannya. Staff yang memberi tahu hal itu kepada Keenan mengangguk dan pamit keluar, sementara Keenan menoleh kepada Nilam yang beberapa saat lalu tanpa sengaja dia dorong mundur karena terkejut ada ketukan pintu tiba-tiba. "Lam, tunggu di sini dulu, ya. Aku ada pekerjaan sebentar.""Iya, Mas. Santai aja."Nilam menjawab dengan tersenyum sementara Keenan setelah meremas pelan tangan Nilam, segera berjalan keluar ruangan untuk menemui sang boss yang berada di lantai atas kantor ini. Nilam menunggu Keena
Nilam pulang dan mencoba melupakan kekesalannya pada Gallen, atasan Keenan yang telah membuat dia sakit hati dengan perkataannya yang nyelekit. "Dia tahu apa memangnya? Seenaknya saja mengatakan kalo aku nggak berani mengambil pilihan, huh! Semoga aku tidak bertemu dia lagi!"Nilam bersungut-sungut sendiri dan mengusir ucapan pedas Gallen dari kepalanya. Untuk membuat dirinya tenang, akhirnya Nilam melakukan perawatan tradisional yang biasa dia lakukan untuk membuat tubuhnya menjadi glowing, untuk menyambut kedatangan Keenan suaminya nanti malam. Dia masih sangat yakin bisa membuat Keenan bertahan dengannya dan memutuskan untuk mengambil hati Keenan dengan tubuhnya, seperti yang biasa dia lakukan selama ini. Dan begitu Keenan pulang, yang disambut Nilam dengan baju seksi dan tubuh yang sudah dirawat dengan baik seharian, ekspresi Keenan cerah, membuat Nilam merasa bangga telah berhasil membuat suaminya sumringah begitu pulang ke rumah. "Nilam, Nilam, kamu memang tidak pernah memb
Pipi Nilam seketika tertoleh ke samping karena tamparan keras yang dilayangkan Keenan padanya. Nilam yang tak tahu apa-apa, memegang pipinya yang terasa perih dan memerah, sambil memandang Keenan dengan tatapan ning. "M-Mas... apa—"Keenan melotot padanya sebelum Nilam menyelesaikan pertanyaan, dengan mata mendelik dan tangan menunjuk-nunjuk ke arah Nilam, Keenan berteriak dengan penuh amarah. "Kamu... dasar wanita tak tahu diri! Berani-beraninya kamu, ya!! Ternyata selama ini kamu telah kongkalikong sama ibu buat ngebohongin aku!"Nilam yang masih memegangi pipi yang terasa perih akibat tamparan keras dari tangan kekar Keenan, semakin kebingungan. "Ibu? Apa maksudmu, Mas? Kongkalikong apa? Aku nggak ngerti sama sekali, kenapa kamu tiba-tiba pulang, nampar aku dan nuduh aku kongkalikong sama ibu? Sebenarnya apa yang terjadi, Mas???"Nilam menanyakan hal itu dengan wajah meringis menahan sakit, baru sadar bahwa ujung bibirnya robek dan sedikit berdarah karena tamparan dari Keenan t
Saat orang tua Keenan tahu bahwa putranya tiba-tiba menceraikan dan mempulangkan Nilam ke rumah kakaknya tanpa memberi tahu mereka, orang tua Keenan buru-buru berkunjung ke rumah Keenan untuk menegur sang anak. "Keenan, apa-apaan ini? Kenapa kamu malah menceraikan Nilam tanpa memberi tahu apa pun kepada kami?!"Keenan yang menyambut kedatangan orang tuanya dengan dingin, hanya membalas dengan ketus. "Nggak usah ikut campur urusanku lagi, Ayah, Ibu. Aku nggak mau jadi boneka kalian lagi."Kedua orang tua Keenan saling pandanh dengan tatapan tak mengerti mendengar jawaban Keenan, dan sang ibu pun bertanya apa maksud Keenan mengatakan hal seperti itu. "Boneka? Apa maksudmu dengan boneka? Jelaskan apa yang sebenarnya terjadi!"Keenan tersenyum sinis melihat ibunya yang tampak terkejut dengan ucapannya, lalu menjawab dengan suara dingin. "Apa ibu pikir bisa membohongi aku selamanya? Hah, sayang sekali, kebohonganmu sudah terbongkar sekarang, Bu! Aku sudah tahu semua kebenaran di balik
Keenan mengatakan hal itu engan kening berkerut dalam, terang terangan menunjukkan ekspresi tak suka atas pertanyaan Jihan tersebut.Sialnya, suara Keenan yang marah terdengar hot dan seksi di mata Jihan.Hanya mendengar seperti itu saja, jiwa Jihan bergejolak untuk menaklukkan pria ini di atas ranjang.Toh sudah berapa lama dia tidak disentuh lelaki? Setelah kabur dari Will, Jihan puasa bercinta, sehingga keinginan itu begitu menggebu sekarang, apalagi saat mendengar kata Keenan yang ingin dihibur. Jihan buru-buru menanggapi ucapan Keenan dan tersenyum lebar, berbisik lembut dengan desahan menggoda."Jadikan aku PSK pribadimu malam ini, Keenan. Aku temanmu, bukankah tugas teman adalah menghibur temannya yang sedang bersedih?"Keenan hanya menjawab 'hmmm' dan mematikan telepon. Begitu mereka bertemu di lobi hotel yang dipesan Jihan, Jihan menyambut kedatangan Keenan dengan sumringah, menempelkan gundukan miliknya yang tidak begitu besar di lengan Keenan, Keenan melirik mantan istri
Larut malam, Nilam terbangun karena ponselnya berbunyi, sebuah chat dari nomor tak dikenal, masuk ke dalam pesan WhatsApp-nya. Keningnya berkerut dalam saat membaca chat dari orang tak dikenal, disertai sebuah foto di mana ada suaminya, yang masih dalam proses perceraian dengan dirinya, tengah ttertidur lelap di sebuah ranjang dengan tubuh yang hanya tertutup selimut, bersandar dengan seorang wanita yang sangat sangat Nilam kenal. Itu adalah Jihan. Isi chat nya pun sangat provokatif. "Kamu bisa lihat, kan, sekarang? Gimana, Nilam? Aku bener, kan? Kamu bakal diusir Keenan dan aku yang gantiin tempat kamu. Emang dari awal, yang lebih cocok jadi pendamping Keenan itu aku, bukan kamu."Kantuk Nilam hilang seketika, berganti dengan kemarahan dan kekecewaan saat melihat foto dan isi chat itu. "Apa ini...?! Kami belum sah bercerai tapi dia sudah tidur dengan wanita lain?! Mas Keenan, kamu benar-benar keterlaluan!" serunya sambil memandang foto yang dikirim Jihan dengan tangan gemetar he
Arrrggghhh, kenapa aku satu lift lagi sama dia? Apakah kantor ini hanya memiliki satu lift saja?!'Nilam mengumpat dalam hati dan buru-buru berdiri membelakangi Gallen karena tak mau pria itu tahu bahwa dia sedang menangis, sehingga akan mendapatkan kata-kata kejam yang membuat Nilam semakin sakit hati. Lift tertutup dan berjalan ke lantai bawah, Nilam masih berdiri di pojokan menjauh dari Gallen dan sibuk mengusap air matanya, berusaha menangis tanpa suara agar tidak diketahui Gallen. Untungnya Gallen tak mengatakan apa pun dan berdiri tegap memandang ke arah depan, hal itu membuat Nilam lega, karena tidak mendapat kata-kata pedas dari pemilik perusahaan suaminya ini. Beberapa saat kemudian pintu lift terbuka, menandakan kalau keduanya sudah sampai di lantai yang mereka tuju. Sebelum berjalan keluar, Gallen tiba-tiba mengambil sesuatu dari balik saku jas, sebuah sapu tangan berwarna hitam dengan bentuk yang sangat elegan dan mewah, lalu memberikan benda itu kepada Nilam. "Nih, p