Saat orang tua Keenan tahu bahwa putranya tiba-tiba menceraikan dan mempulangkan Nilam ke rumah kakaknya tanpa memberi tahu mereka, orang tua Keenan buru-buru berkunjung ke rumah Keenan untuk menegur sang anak. "Keenan, apa-apaan ini? Kenapa kamu malah menceraikan Nilam tanpa memberi tahu apa pun kepada kami?!"Keenan yang menyambut kedatangan orang tuanya dengan dingin, hanya membalas dengan ketus. "Nggak usah ikut campur urusanku lagi, Ayah, Ibu. Aku nggak mau jadi boneka kalian lagi."Kedua orang tua Keenan saling pandanh dengan tatapan tak mengerti mendengar jawaban Keenan, dan sang ibu pun bertanya apa maksud Keenan mengatakan hal seperti itu. "Boneka? Apa maksudmu dengan boneka? Jelaskan apa yang sebenarnya terjadi!"Keenan tersenyum sinis melihat ibunya yang tampak terkejut dengan ucapannya, lalu menjawab dengan suara dingin. "Apa ibu pikir bisa membohongi aku selamanya? Hah, sayang sekali, kebohonganmu sudah terbongkar sekarang, Bu! Aku sudah tahu semua kebenaran di balik
Keenan mengatakan hal itu engan kening berkerut dalam, terang terangan menunjukkan ekspresi tak suka atas pertanyaan Jihan tersebut.Sialnya, suara Keenan yang marah terdengar hot dan seksi di mata Jihan.Hanya mendengar seperti itu saja, jiwa Jihan bergejolak untuk menaklukkan pria ini di atas ranjang.Toh sudah berapa lama dia tidak disentuh lelaki? Setelah kabur dari Will, Jihan puasa bercinta, sehingga keinginan itu begitu menggebu sekarang, apalagi saat mendengar kata Keenan yang ingin dihibur. Jihan buru-buru menanggapi ucapan Keenan dan tersenyum lebar, berbisik lembut dengan desahan menggoda."Jadikan aku PSK pribadimu malam ini, Keenan. Aku temanmu, bukankah tugas teman adalah menghibur temannya yang sedang bersedih?"Keenan hanya menjawab 'hmmm' dan mematikan telepon. Begitu mereka bertemu di lobi hotel yang dipesan Jihan, Jihan menyambut kedatangan Keenan dengan sumringah, menempelkan gundukan miliknya yang tidak begitu besar di lengan Keenan, Keenan melirik mantan istri
Larut malam, Nilam terbangun karena ponselnya berbunyi, sebuah chat dari nomor tak dikenal, masuk ke dalam pesan WhatsApp-nya. Keningnya berkerut dalam saat membaca chat dari orang tak dikenal, disertai sebuah foto di mana ada suaminya, yang masih dalam proses perceraian dengan dirinya, tengah ttertidur lelap di sebuah ranjang dengan tubuh yang hanya tertutup selimut, bersandar dengan seorang wanita yang sangat sangat Nilam kenal. Itu adalah Jihan. Isi chat nya pun sangat provokatif. "Kamu bisa lihat, kan, sekarang? Gimana, Nilam? Aku bener, kan? Kamu bakal diusir Keenan dan aku yang gantiin tempat kamu. Emang dari awal, yang lebih cocok jadi pendamping Keenan itu aku, bukan kamu."Kantuk Nilam hilang seketika, berganti dengan kemarahan dan kekecewaan saat melihat foto dan isi chat itu. "Apa ini...?! Kami belum sah bercerai tapi dia sudah tidur dengan wanita lain?! Mas Keenan, kamu benar-benar keterlaluan!" serunya sambil memandang foto yang dikirim Jihan dengan tangan gemetar he
Arrrggghhh, kenapa aku satu lift lagi sama dia? Apakah kantor ini hanya memiliki satu lift saja?!'Nilam mengumpat dalam hati dan buru-buru berdiri membelakangi Gallen karena tak mau pria itu tahu bahwa dia sedang menangis, sehingga akan mendapatkan kata-kata kejam yang membuat Nilam semakin sakit hati. Lift tertutup dan berjalan ke lantai bawah, Nilam masih berdiri di pojokan menjauh dari Gallen dan sibuk mengusap air matanya, berusaha menangis tanpa suara agar tidak diketahui Gallen. Untungnya Gallen tak mengatakan apa pun dan berdiri tegap memandang ke arah depan, hal itu membuat Nilam lega, karena tidak mendapat kata-kata pedas dari pemilik perusahaan suaminya ini. Beberapa saat kemudian pintu lift terbuka, menandakan kalau keduanya sudah sampai di lantai yang mereka tuju. Sebelum berjalan keluar, Gallen tiba-tiba mengambil sesuatu dari balik saku jas, sebuah sapu tangan berwarna hitam dengan bentuk yang sangat elegan dan mewah, lalu memberikan benda itu kepada Nilam. "Nih, p
"Mungkin ini shock yang terjadi setelah kecelakaan, tolong Anda jangan terlalu mengejutkan dirinya dan berilah penjelasan yang lembut tentang apa yang terjadi saat dia kembali sadar nanti, Tuan Muda."Dokter yang dipanggil oleh Gallen, menjelaskan kondisi Nilam dengan sopan. Gallen hanya bisa menarik napas panjang.Dia menyugar rambutnya ke belakang dengan ekspresi lelah, memandang seorang perempuan muda yang kini kembali terbaring tak sadarkan diri di atas kamar tidur rumah sakit."Kenapa sejak tinggal di kota ini, aku terus terlibat peristiwa yang merepotkan, sih?" desahnya lelah.Ini hari kesepuluh sejak dia dipanggil oleh kakeknya ke kota ini karena akan diangkat sebagai direktur utama hotel yang dikelola sang kakek.Sejak hari pertama, dia terus mendapatkan masalah, berurusan dengan staff hotel yang korup dan para penjilat, sangat melelahkan.Lalu, mobil yang dia kendarai menabrak wanita ini saat sedang dalam perjalanan pulang dari hotel, mengakibatkan dia koma sehingga dirawat d
Nilam seperti kehilangan akal sehat, saat kini tengah duduk di sebuah ruangan super mewah dengan interior luar biasa, milik seseorang yang beberapa saat lalu dia tampar pipinya.Wajah wanita cantik itu sedikit memucat saat melihat plakat di depan meja pria itu, ada tulisan jabatan PRESIDEN DIREKTUR di sana.Gallen, pria yang telah ditampar Nilam pagi tadi, duduk dengan nyaman di kursi milik Presiden direktur, menatap Nilam tanpa ekspresi."Nona Nilam."Suaranya berat saat memanggil Nilam, matanya yang tajam menatap lurus ke arah wanita itu, mengirimkan intimidasi.Namun, bukannya takut atau terintimidasi, Nilam malah menghela napas panjang.Pasalnya, gaya seperti itu mengingatkan dia pada seseorang pria yang sangat dibencinya, Keenan. Gayanya yang dingin dan mengintimidasi membuat Nilam muak, dia teringat pada sosok yang menghancurkan hidupnya dan mengantarkan Nilam pada penderitaan panjang. "Langsung katakan saja apa maksud tujuanmu, kalau kau ingin memberiku 100 juta seperti yang
Nilam mendesah.Matanya menatap sayu pada Gallen,Dengan wajah sedih dan terlihat sangat putus asa, Nilam mengucap kata-kata yang keluar dari mulutnya."Kamu tahu sebagai pegawai rendahan, aku nggak mungkin punya uang sebanyak itu, bukan, Tuan Gallen," ucap Nilam dengan wajah memelas, berharap Gallen ini merasa kasihan padanya dan membatalkan tuntutan.Namun, hal itu sepertinya sama sekali tak mempengaruhi Gallen. Dia memasang wajah tanpa ekspresi, hanya mengangkat satu alisnya dengan tak tertarik.Tahu bahwa ekspresi andalan tidak berpengaruh pada Gallen, Nilam menarik napas panjang.Seluruh sendi rasanya sudah lemas. Tak bisa berpikir apa pun lagi saat ini, dia merasa uang itu sangat banyak, membayangkannya saja sudah tak sanggup. Kenapa cobaan datang bertubi-tubi seperti ini?Nilam menjambak pelan rambutnya, merasa sangat frustrasi.Mengenaskan.Gallen yang mulai kasihan kepada wanita yang duduk di depannya tersebut, menarik napas panjang."Baiklah. Untukmu aku punya dua tawaran
"Tentu saja," jawab Gallen dengan enteng, menatap Nilam dengan ekspresi malas."Kamu sama saja telah kubeli seharga 600 juta, setelah dipotong 100 juta atas permintaan ganti rugimu tadi. Jadi, bukankah posisimu sekarang nggak lebih dari sebuah barang di mataku?"Mendengar itu, Nilam tak bisa berkata-kata, melihat ke arah Gallen sebelum kemudian menatap pakaiannya sendiri."Kamu sungguh-sungguh ingin aku melepas semua ini?"Gallen hanya mengangkat satu alis, duduk di kursinya dengan menopang dagu."Yah, sisakan pakaian dalam, aku nggak ingin mataku yang suci ini ternodai."Nilam hanya mendengus sesaat ketika mendengar Gallen menyebut bahwa areas sensitifnya membuat matanya ternoda.Belajar dari pengalaman sebelumnya, semakin dia mengelak maka si berengsek ini akan menghukum lebih kejam, karena itu, tanpa mengajukan protes, Nilam mulai membuka kancing kemejanya satu persatu.Meski dengan perasaan dongkol bukan main.Satu kancing, dua kancing, sudah terbuka, ketika tangan Nilam menyentuh