Suaminya itu mengambil kaca yang ada di sampingnya dan menjawab."Ini semua hadiah untukmu dariku, Lam. Nah, sekarang, coba pelembab ini di bibirmu."Ragu, Nilam pun mengambil pelembab tersebut dari tangan Keenan dan mulai mengoleskannya di bibir.Seketika kedua netra berbinar cerah saat pelembab tersebut teraplikasi sempurna di bibir, teksturnya ringan dan wangi stroberi yang lembut menenangkan hati Nilam. Ini keren.Barang mahal memang beda. Dia langsung menyukai pelembab bibir ini dalam sekali coba.Nilam tersenyum sendiri melihat bibirnya yang kini terlihat sedikit basah.Tiba-tiba ...."M-Mas Keenan?!"Keenan hanya menatap Nilam dengan kedua matanya yang jernih dan bibir yang masih menempel di bibir istrinya tersebut.Jantung Nilam seketika berdebar sangat kencang saat tiba-tiba dicium oleh suaminya di depan umum. Beberapa detik kemudian, Keenan menjauhkan bibirnya seraya menatap acuh tak acuh."Aku hanya sedang membantumu melakukan testimoni tentang produk ini," ucapnya, lalu
Tanpa menunggu jawaban Nilam, Keenan lantas menarik turun resleting celananya sebelum mulai melakukan kegiatan panas tersebut, sementara Nilam, diam-diam jantungnya berdebar kencang karena ini pertama kalinya, dia akan melakukan hal seperti ini di dalam mobil."Mau, kan?" tanya Keenan sekali lagi, yang dijawab Nilam dengan anggukan. Senyum pria itu seketika melebar dengan wajah sumringah. "Pintar, ayo kita lakukan ini."Keenan yang sudah turn on mulai menjalankan aksinya.Dress bagian bawah milik Nilam kini sudah tersingkap ke atas, menumpuk di pinggang karena bagian atas yang ditarik ke bawah oleh Keenan dengan tak sabar, sementara celana dalam yang dia pas sudah raib entah ke mana.Keenan mulai melayangkan kissmark di leher dan dada, sebelum mulai memasuki lubang Nilam dengan benda miliknya yang sudah mengeras dan ketat.Nilam memejamkan mata saat benda itu mulai masuk, dulu memang terasa sakit, tapi kini, setelah lubangnya terbiasa, hal itu terasa nikmat.Sejujurnya, Nilam juga m
Begitu urusannya selesai dengan Jihan, Keenan segera melajukan mobilnya pulang ke rumah. "Nilam pasti udah tidur jam segini, sepertinya menyenangkan mencumbu dirinya saat sedang tidur," ucap Keenan sembari melihat jam tangan, tersenyum lebar dan mempercepat laju mobilnya. Begitu sampai rumah, tebakannya benar. "Kamu benar-benar sudah tidur." Keenan kembali tersenyum lebar saat melihat Nilam yang berbaring tenang di atas ranjang, dia tadi bilang kalau tidak jadi menjenguk kakaknya, karena sang kakak tiba-tiba ada acara, karena itu sekarang Nilam ada di rumah. Keenan melepas jas nya dan berjalan ke arah Nilam yang sudah tidur dengan tenang di ranjang, dia tidak marah saat melihat sang istri yang sudah tertidur begitu dia sampai di rumah. Toh ini sudah dia atas pukul dua belas malam, istrinya akan sangat kasihan jika menunggu dirinya pulang sampai selarut ini. Meski rasanya ada yang agak beda malam ini. Biasanya, meski pulang selarut apa pun, Nilam akan menunggu kedatangan Keenan
Awalnya Nilam tidak curiga sama sekali bahwa Keenan telah membohongi dirinya, dia tetap bersiap pergi ke rumah kakaknya, sampai ketika kakaknya memberi tahu Nilam bahwa dia tidak ada di rumah karena pergi ke pernikahan teman suami sang kakak yang ada di luar kota. Nilam pun mengurungkan niatnya pergi ke rumah kakak yang masih satu kota dengannya dan menonton serial drama di televisi sambil menunggu Keenan pulang. Beberapa waktu berlalu, tiha-tiba kakak perempuannya itu menelepon. "Lam, kamu beneran ada di rumah saat ini? Bukannya sedang ke luar kota?"Nilam merasa pertanyaan kakaknya sangat aneh, meski begitu, dia tetap mengangguk. "Iya, Kak. Aku ada di rumah, mas Keenan sedang lembur jadi aku nggak ke mana-mana," jawabnya, Nilam memang tidak berbohong karena saat ini dia tengah sibuk menonton serial drama di rumah. "Keenan lembur? Lembur apa?" kejar kakaknya, suatu hal yang tak biasa bagi kakak Nilam untuk kepo pekerjaan Keenan, selama ini, meski mereka adalah ipar, hampir tida
Security itu menoleh dan langsung bersikap hormat kepada dua orang yang baru keluar tersebut. "Ah, selamat malam tuan boss Gallen dan pak Rizky," sapanya dengan sangat sopan. Nilam menoleh pada dua orang pria, yang tampak sangat berkuasa itu. Gallen, presiden direktur tempat Keenan bekerja, dan sekretarisnya, Rizky. Gallen, yang memiliki pembawaan dingin dan tak tersentuh, memandang Nilam tanpa tersenyum dan bertanya dengan suara datar kepada security. "Siapa wanita ini?""Oh, tuan boss, ini katanya pak Keenan lembur, padahal saya baru keliling kantor tadi sepi, hanya ruangan Anda yang nyala," jawab security itu dengan sigap. "Iya, Bu. Maaf, tapi hanya kami berdua yang lembur malam ini. Di sini juga sangat jarang ada lembur," sahut Rizky dengan sopan, yang segera menyadari situasi yang terjadi kenapa ada perdebatan antara wanita asing ini dengan security mereka. "Tapi....""Bukannya Keenan tadi sore keluar dengan seorang wanita? Itu bukan istrinya?" tanya Gallen, menoleh kepada
"Hamil?"Keenan menanyakan hal itu sembari memandang wajah Nilam, yang membuat wanita itu langsung gugup karena takut ditolak mentah-mentah oleh Keenan. Namun, dia sudah terlanjur percaya ucapan kakaknya bahwa hanya dengan hamil dan memiliki anak, bisa membuat Keenan berhenti bertemu Jihan dan terus membohongi dirinya seperti ini, karena itu, Nilam membulatkan tekadnya dan menjawab pertanyaan sang suami. "Iya, Mas. Tiba-tiba aja aku pengen punya anak biar nggak bosan di rumah sendirian."Untungnya respon Keenan ternyata cukup positif. Dia tidak kontra dengan permintaan Nilam tersebut. "Hmm, aku nggak nolak. Aku setuju kita buat anak. Kalo kamu pengen hamil, itu artinya mulai sekarang kita harus rajin bercinta agar kamu segera hamil, iya kan?"Keenan mengatakan hal itu dengan tatapan menggoda, yang dibawa Nilam dengan gugup. "I-iya, Mas...."Keenan tertawa melihat istrinya yang gugup dan berjanji akan ikut bekerja sama dengan baik untuk kehamilan Nilam. Pagi itu mereka sepakat aga
Nilam bertanya dengan hati-hati untuk memastikan, sekali lagi melirik ke arah meja kantor Keenan Yang penuh lalu beralih pada suaminya yang kini berdiri di depan Nilam. Memikirkan hal itu saja, membuat pipinya berubah memanas.Keenan yang melihat wajah istrinya yang sedang malu-malu, mengulurkan tangan untuk menyentuh pipi sang istri dengan penuh kasih. "Kamu semakin hari semakin suka blak blakan kalau sedang bicara, ya, Lam."Mendengar itu, Nilam pun mendongak untuk menatap suaminya, mendesah sedikit sebagai jawaban, lalu memandang sang suami dengan ekspresi lembut. "Aku tahu betul apa tugasku menjadi istrimu, Mas," jawabnya, patuh. Yang sangat disukai Keenan. Jawaban yang keluar dari mulut Nilam sangat memuaskan Keenan, buktinya dia tersenyum lebar dan ekspresi tegasnya berubah melembut.Pria itu kini sedikit membungkuk. Tangan Keenan yang besar menepuk lembut pipi Nilam yang berisi, dari tatapannya Nilam langsung tahu bahwa suaminya sudah turn on. "Jadi, kau sudah bisa menebak
"Pak, boss Gallen memanggil Anda ke ruangan beliau."Seorang staff yang masuk setelah mengetum pintu dan membuat aktivitas panas yang dilakukan Keenan kepada istrinya terhenti, memberi tahu dengan sopan bahwa ada pekerjaan mendadak yang baru saja diperintahkan Gallen untuk dikerjakan Keenan. "Hah? Oh, oke. Oke. Aku akan segera datang," jawab Keenan dengan buru-buru karena sang boss adalah orang yang sangat on time dan teliti, pria itu paling tidak suka dibuat menunggu, apalagi oleh bawahannya. Staff yang memberi tahu hal itu kepada Keenan mengangguk dan pamit keluar, sementara Keenan menoleh kepada Nilam yang beberapa saat lalu tanpa sengaja dia dorong mundur karena terkejut ada ketukan pintu tiba-tiba. "Lam, tunggu di sini dulu, ya. Aku ada pekerjaan sebentar.""Iya, Mas. Santai aja."Nilam menjawab dengan tersenyum sementara Keenan setelah meremas pelan tangan Nilam, segera berjalan keluar ruangan untuk menemui sang boss yang berada di lantai atas kantor ini. Nilam menunggu Keena
"Siapa yang sedang menggoda—"Nilam tidak bisa melanjutkan ucapannya karena telunjuk Gallen yang kini berada di bibirnya, memberi isyarat pada wanita itu agar diam. "Di mataku, kamu sedang menggoda seorang pria tadi," jawab Gallen, berbisik di samping telinga Nilam. Karena jarak di antara mereka yang begitu dekat, Nilam merasa kesusahan bernapas, apalagi saat aroma harum khas Gallen menyerbu indra penciumannya. "Hey, Nil."Gallen yang masih memenjara tubuh Nilam dengan kedua tangan, memanggil wanita itu dengan suara dingin."Ya, Mas?"Gallen memegang dagu Nilam sehingga membuat Nilam mendongak untuk menatap tengah matanya, begitu pandangan mereka saling bertemu, Gallen yang tampaknya masih marah, berkata dengan mata sedikit menyipit."Jangan senyum-senyum genit ke pria lain selain aku. Sugar Daddy-mu ini nggak terima, ngerti?" titahnya dengan suara tajam tanpa bisa dibantah.Kening Nilam berkerut mendengar ucapannya tersebut, dia pun menatap mata yang kelihatan marah itu dengan pen
Anehnya, jauh di dalam lubuk hati Nilam, dia malah menunggu lagi moment seperti malam itu.Wanita itu juga merasa jika di pertemuan kedua ini Gallen meminta dilayani lebih jauh, maka dia mungkin dengan rela akan memberikannya.Bagaimana pun juga, sebagai sugar baby, Nilam sudah menghabiskan uang Gallen puluhan juta, jadi dia merasa tak enak hati kalau tidak memberi imbalan apa pun.Sayangnya, sampai detik ini, Gallen tak pernah membutuhkan jasanya lagi.Dia seperti dibuang untuk kedua kalinya."Hey, Nil. Kamu ini nggak butuh apa pun apa giman? Kenapa kamu hanya menggunakan uangku untuk makan, gunakanlah berbelanja baju dan yang lainnya sekali-kali."Suatu hari Gallen mengirim pesan yang lumayan panjang untuk Nilam, kesempatan itu tidak diabaikan oleh Nilam yang yang secara aneh merindukan pesan-pesan singkat pria tersebut.Beberapa hari ini memang Gallen tak mengirim chat apa pun, mungkin dia sangat sibuk. Pria seperti Gallen kan super sibuk, jadi Nilam memahami keadaannya.Nilam buru
Gallen menyeringai senang saat bibir Nilam menyentuh bibirnya sekilas ketika hendak mengambil black card, sementara gigi wanita itu kini menggigit ujung black card di mulut Gallen untuk mengambilnya."Gunakan sepuasmu."Ucapannya tersebut dilontarkan oleh Gallen dengan senyum lebar, sementara Nilam menatap black card yang kini berada di tangannya tersebut dengan mata berbinar-binar.Dulu saat menikah dengan Keenan, dia hanya pernah memegang kartu seperti ini tanpa bisa menggunakannya karena Keenan suami yang pelit, tapi sekarang dia bisa mendapatkannya dengan mudah, benda di tangannya itu seperti harta karun baginya.Seandainya dia sudah melupakan rasa malu, mungkin Nilam akan menciumi black card pemberian Gallen, tapi tentu saja Nilam masih memikirkan image-nya yang mungkin sudah tak tersisa di mata Gallen setelah dia menggigit black card dari mulut pria arogan yang memiliki kepribadian aneh ini. Gallen yang menatap puas Nilam karena berhasil menjatuhkan harga diri perempuan sombong
"Kau kayaknya lagi butuh uang banget, ya? Karena itu kamu datang ke sini begitu cepat?"Gallen, berbisik dengan suara rendah di belakang Nilam. Nilam segera berbalik dan memandang wajah tampan dengan hidung mancung tersebut seraya menelan ludah."L, lalu, apa yang harus kulakukan agar mendapatkan uang darimu?"Dia tergagap, sejujurnya, sampai detik ini tak tahu apa yang membuat Gallen tertarik padanya.Wajah cantiknya?Nilam memang cantik sejak rajin memakai make up dan skincare, tapi tak secantik itu sampai membuat seorang Gallen, pria muda kaya raya yang sudah biasa dikelilingi wanita super cantik, tertarik padanya.Buktinya, beberapa hari ini Gallen telah mengabaikan dirinya. Mungkin pria itu sudah menemukan partner yang lebih cantik. Atau trauma nya sudah sembuh. Lalu apa yang sebenarnya membuat pria ini tertarik dan memanggilnya kembali malam ini?Body-nya?Ah, buah dada yang dimiliki Nilam memang sedikit besar, tapi juga tak sebesar itu sehingga membuat pria tergila-gila.Lalu
Namun, hidup seperti surga bagi Nilam, di mana dia hanya perlu menyodorkan bibir pada Gallen dan mendapatkan uang yang banyak, tidaklah berlangsung lama.Entah karena apa, pria muda tampan itu seakan membuangnya dan tak pernah mengenal dirinya sama sekali.Bahkan ketika Nilam kebetulan di tempat yang sama, Gallen sama sekali tak menoleh kepada Nilam, tatapannya dingin dan menganggap Nilam seperti lalat atau apa pun yang mengganggu dirinya.Padahal Nilam pernah, sudah berdandan secantik dan semenarik mungkin, tapi tetap saja, Gallen tidak menoleh padanya.Ini sangat aneh.Apakah dia sudah bosan?Apakah dia melakukan kesalahan yang tak disadari dan menyinggung perasaan pria itu?Pertanyaan itu terus berputar, tapi tak menemukan jawaban.Tatapan dingin dan acuh tak acuh, disertai wajah muram seperti tak tertarik, adalah tatapan khas Gallen pada orang yang menurut dirinya tak penting, Nilam merasa sedikit sakit hati saat akhirnya ditatap seperti itu oleh Presdir muda tersebut.Padahal saa
"Tentu saja," jawab Gallen dengan enteng, menatap Nilam dengan ekspresi malas."Kamu sama saja telah kubeli seharga 600 juta, setelah dipotong 100 juta atas permintaan ganti rugimu tadi. Jadi, bukankah posisimu sekarang nggak lebih dari sebuah barang di mataku?"Mendengar itu, Nilam tak bisa berkata-kata, melihat ke arah Gallen sebelum kemudian menatap pakaiannya sendiri."Kamu sungguh-sungguh ingin aku melepas semua ini?"Gallen hanya mengangkat satu alis, duduk di kursinya dengan menopang dagu."Yah, sisakan pakaian dalam, aku nggak ingin mataku yang suci ini ternodai."Nilam hanya mendengus sesaat ketika mendengar Gallen menyebut bahwa areas sensitifnya membuat matanya ternoda.Belajar dari pengalaman sebelumnya, semakin dia mengelak maka si berengsek ini akan menghukum lebih kejam, karena itu, tanpa mengajukan protes, Nilam mulai membuka kancing kemejanya satu persatu.Meski dengan perasaan dongkol bukan main.Satu kancing, dua kancing, sudah terbuka, ketika tangan Nilam menyentuh
Nilam mendesah.Matanya menatap sayu pada Gallen,Dengan wajah sedih dan terlihat sangat putus asa, Nilam mengucap kata-kata yang keluar dari mulutnya."Kamu tahu sebagai pegawai rendahan, aku nggak mungkin punya uang sebanyak itu, bukan, Tuan Gallen," ucap Nilam dengan wajah memelas, berharap Gallen ini merasa kasihan padanya dan membatalkan tuntutan.Namun, hal itu sepertinya sama sekali tak mempengaruhi Gallen. Dia memasang wajah tanpa ekspresi, hanya mengangkat satu alisnya dengan tak tertarik.Tahu bahwa ekspresi andalan tidak berpengaruh pada Gallen, Nilam menarik napas panjang.Seluruh sendi rasanya sudah lemas. Tak bisa berpikir apa pun lagi saat ini, dia merasa uang itu sangat banyak, membayangkannya saja sudah tak sanggup. Kenapa cobaan datang bertubi-tubi seperti ini?Nilam menjambak pelan rambutnya, merasa sangat frustrasi.Mengenaskan.Gallen yang mulai kasihan kepada wanita yang duduk di depannya tersebut, menarik napas panjang."Baiklah. Untukmu aku punya dua tawaran
Nilam seperti kehilangan akal sehat, saat kini tengah duduk di sebuah ruangan super mewah dengan interior luar biasa, milik seseorang yang beberapa saat lalu dia tampar pipinya.Wajah wanita cantik itu sedikit memucat saat melihat plakat di depan meja pria itu, ada tulisan jabatan PRESIDEN DIREKTUR di sana.Gallen, pria yang telah ditampar Nilam pagi tadi, duduk dengan nyaman di kursi milik Presiden direktur, menatap Nilam tanpa ekspresi."Nona Nilam."Suaranya berat saat memanggil Nilam, matanya yang tajam menatap lurus ke arah wanita itu, mengirimkan intimidasi.Namun, bukannya takut atau terintimidasi, Nilam malah menghela napas panjang.Pasalnya, gaya seperti itu mengingatkan dia pada seseorang pria yang sangat dibencinya, Keenan. Gayanya yang dingin dan mengintimidasi membuat Nilam muak, dia teringat pada sosok yang menghancurkan hidupnya dan mengantarkan Nilam pada penderitaan panjang. "Langsung katakan saja apa maksud tujuanmu, kalau kau ingin memberiku 100 juta seperti yang
"Mungkin ini shock yang terjadi setelah kecelakaan, tolong Anda jangan terlalu mengejutkan dirinya dan berilah penjelasan yang lembut tentang apa yang terjadi saat dia kembali sadar nanti, Tuan Muda."Dokter yang dipanggil oleh Gallen, menjelaskan kondisi Nilam dengan sopan. Gallen hanya bisa menarik napas panjang.Dia menyugar rambutnya ke belakang dengan ekspresi lelah, memandang seorang perempuan muda yang kini kembali terbaring tak sadarkan diri di atas kamar tidur rumah sakit."Kenapa sejak tinggal di kota ini, aku terus terlibat peristiwa yang merepotkan, sih?" desahnya lelah.Ini hari kesepuluh sejak dia dipanggil oleh kakeknya ke kota ini karena akan diangkat sebagai direktur utama hotel yang dikelola sang kakek.Sejak hari pertama, dia terus mendapatkan masalah, berurusan dengan staff hotel yang korup dan para penjilat, sangat melelahkan.Lalu, mobil yang dia kendarai menabrak wanita ini saat sedang dalam perjalanan pulang dari hotel, mengakibatkan dia koma sehingga dirawat d