"Hei, apa yang sedang kalian bicarakan?" Aldi tampaknya tak senang dengan keakraban mereka.
"Kamu tak perlu tahu, jadi fokuslah dengan rencanamu..." Dessy sengaja membisikinya. "Jangan sampai Anna berubah pikiran, aku sudah susah payah membuatnya setuju."Setelah berbicara begitu, Dessy kembali menjauhkan diri. "Well, aku akan turut serta mengatur semuanya dengan sempurna."Entah itu ikhlas berasal dari hatinya, tak ada yang tahu. Namun itu berhasil membuat Anna tersenyum."Hei, jangan diam saja, segeralah istirahat, besok kita harus mendatangi Wedding Organizer terbaik."Dessy mengemasi barang belanjaan Anna yang berantakan, dia sedikit mengeluhkan itu. "Kamu belanja sebanyak ini untuk apa? Kamarmu sudah penuh dengan barang yang kamu borong.""Hanya cemilan kecil, kamu pasti akan tertarik." Mereka tak lagi peduli dengan Aldi yang masih berdiri di ruang tamu, namun kini pria itu malah bernafas lega karena sebentar lagi wanita"Benarkah? Kamu serius Kak? Kalau begitu terima kasih banyak." Anna tak mengira Randy menyetujui sarannya, pria itu ternyata menerima perjodohan darinya. Karena tak menganggap dirinya orang lain lagi, Anna memeluk dua teman sekaligus sahabatnya itu dengan erat. Namun, Randy malah merasa aneh, jantungnya malah berdetak lebih cepat. 'Aku sungguh tidak bisa membiarkan ini.' Perlahan pria itu menghindar dari Anna, ia tak mau membuat dirinya jatuh lebih dalam lagi, tahu kenapa? Randy tetap menyimpan perasaannya pada Anna. Tapi demi mengalihkannya, Randy sengaja menyibukkan diri mengotak-atik ponsel, membuka media sosial setelah dua wanita yang di sekitarnya itu kini sibuk berbincang. "Ehmm, kalau begitu lanjutkanlah obrolan kalian, aku akan keluar sebentar..." *** Di tempat lain, Aldi masih menyelesaikan pekerjaannya yang tinggal sedikit, namun bunyi notifikasi yang tak berhenti membuatnya agak terganggu. "Siapa
Anna lagi-lagi menyendiri di luar ruangan menghibur diri agar moodnya kembali, namun suara mobil mendecit, sebuah truk terlihat dari arah berlawanan tanpa bisa di kendalikan oleh supirnya, suara teriakan terdengar menyebut nama Anna, Namun semuanya terlambat, dentuman keras yang jatuh ke aspal menarik perhatian orang-orang. "Anna ...!!!" Pemilik suara yang tadi berteriak memanggilnya langsung histeris melihat kejadian itu dan menemukan Anna sudah tergeletak tak berdaya di jalan. "Tidak, Anna bangun, bangun..." Isak tangis itu berujung penyesalan karena membiarkannya pergi sendirian. "Maafkan aku Anna, kumohon sadarlah." Derap langkah kaki yang berlarian menghampiri mereka. Ia bahkan tak bisa berbuat apa-apa selain meletakkan kepala Anna dalam pangkuannya. "Tolong bantu panggilkan ambulan." Suaranya serak di tengah kasak-kusuk kerumunan. "Semuanya, tolong bantu kami." Sirine ambulan me
"Dessy, bukannya tadi kamu bilang mau makan? Kenapa kamu diam saja?" Di tanyai begitu, Dessy agak bimbang, "Tidak, aku belum lapar... Jadi aku akan pergi menyapa teman-teman kita di sana. Kamu tak ikut?" "Hei, kamu jangan berdalih, ayo ikut makan bersama di satu meja.""Aku..." belum sempat dia bicara, tubuhnya di tarik paksa untuk duduk di meja yang sama dengan mereka. Beberapa pasang mata menyadari kecanggungan itu, namun Anna segera mengalihkannya, membuat Aldi memberikan selembar tisu setelah sebagian wajah Anna terkena cipratan saus cabai. "Ups! Maaf, sepertinya aku memencetnya terlalu kuat." Meski kelihatan malu-malu, Anna cukup takut penampilannya kali ini malah menjadi lelucon, sigap ia membersihkannya tanpa bekas.Lain halnya dengan Dessy yang masih kaku, dia bahkan tak berani menatap suaminya sedikitpun. uhukk… uhukk… Entah bagaimana dirinya bisa tersedak, padahal yang dia makan hanya cemilan ringan yang
Di dalam mobilnya, Randy merenungkan ulang sikapnya, meski masih kesal dirinya terus dipojokkan, tapi rasa bersalah muncul setelah kepergian Dessy. "Tidak bisa begini, aku harus segera menyusul Dessy ke bandara, semoga saja masih sempat."Sigap, ia langsung melajukan mobilnya, meninggalkan area parkir mobil. Tring… laju mobilnya melambat saat mendengar ponselnya berbunyi. "Ya halo…""Halo, apa ini keluarga Ibu Dessy Febrina?" Randu membesarkan matanya, bahkan jantungnya berdetak lebih cepat penasaran dengan apa yang akan di sampaikan oleh di pemanggil."Ya… ada apa?""Datanglah secepatnya, saya akan mengirimkan alamatnya sekarang…""Maksud anda? Ada apa ini sebenarnya?" Namun panggilannya terputus begitu saja, sebuah pesan singkat masuk membuat dahinya mengerut. "Dessy di rumah sakit? Jadi dia belum berangkat?" Begitu Randy menyimpan ponselnya, gegas ia menginjak pedal gas, melajukan mobilnya dengan cepat. "Aku harus segera ke sana."
"Aku tak menduga Dessy bisa pergi secepat ini. Ini sangat tidak adil! Kami bahkan belum sempat melakukan rencana bisnis yang sudah kami buat sebelumnya." Anna tak bisa berhenti menangis, untungnya di situasi ini Aldi tetap disisinya."Sudahlah, jangan tangisi lagi, jasadnya tidak akan tenang kalau kamu terus begini. Kita berdoa saja, agar ia diberikan tempat yang layak di akhirat sana."Anna terisak, dia masih belum yakin dengan kemalangan yang terjadi. "Mengapa dia pergi begitu cepat?"Aldi mengelus lembut kepala istrinya, "Aku tahu ini akan sulit untuk kita, kita tidak pernah tahu akan takdir dan kenapa ini bisa terjadi. Kepergiannya juga meninggalkan jejak yang luar biasa, bukankah selama ini kamu merasakan kebersamaan itu?"Meski kepalanya mengangguk, namun air matanya tetap tak bisa dihentikan. Kepalanya menyandar di bahu sang suami. "Jadi, kita harus merelakan kepergiannya, kamu mengerti?"Bagaimanapun Anna menyangkalnya, ia tetap tidak bisa tidak bersedih.***"Aku ingin kamu
Ayunda mana percaya, memang selembar foto itu tampak tak asing, ia pernah melihatnya di suatu tempat, tapi dimana?Ah, dia bahkan lupa dengan itu."Biarkan aku duduk menjelaskannya."Ayunda membuka jalan membiarkan pria asing itu masuk ke dalam rumahnya, dirinya tentu tetap waspada, buru-buru dia mengendong putranya yang masih terlelap di sofa.Ayunda menyadari pria itu memandang anak umur 3 tahun itu dengan cara yang berbeda. "Apa dia putramu?" Pria itu mencoba mengelus pipinya, namun Ayunda tak membiarkan itu terjadi. "Jangan sentuh dia!" Adrian jelas kaget dengan pekikan yang tiba-tiba, dia mengurungkan niatnya dan mencoba memahami situasi itu dengan senyuman ringan. "Aku tahu kamu masih tidak terima dengan hal yang tiba-tiba ini, tapi jika kuceritakan, apa kamu akan percaya?"Memikirkannya, Ayunda agak ragu, tapi tetap saja itu membuatnya penasaran. "Katakan.""Kuharap sebelum ajalku tiba, aku akan menebus semu
Nada panggilan yang tak berhenti menganggu aktivitas Ayunda, dengan terpaksa dia menjawab nomor asing itu dengan nada ketus. "Halo..."Apa?""Baiklah saya akan segera ke sana." Begitu panggilan terputus, Ayunda langsung membanting ponselnya dengan keras, untung saja dia menjatuhkan itu ke ranjang empuk, jika tidak benda pipih itu sudah hancur berkeping-keping. Jujur, entah kenapa saat ini dirinya begitu panik, padahal kemarin saat pria yang mengaku-ngaku sebagai ayah itu datang, Ayunda malah mengabaikannya, tapi kini setelah tahu pria bernama Adrian itu sedang terbaring di rumah sakit, dirinya begitu tergesa-gesa berkemas dan pergi ke sana."Uwwaa..." Suara tangis anak kecil membuat semua mata tertuju pada sosok pemuda kecil yang melihat ibunya tiba-tiba terkapar di lantai.Saat tiba di depan rumah sakit, Ayunda merasa kepalanya berat, seolah dunia sedang berputar. Anna yang kebetulan lewat dan menyaksikan itu, langsung me
"Sudahlah, sekarang kamu tinggal pilih saja, mengikutiku atau nyawamu akan bergantung pada pisav ini." Ayunda bahkan tak bisa berteriak karena takut dengan ancamannya, sedangkan putranya masih tertidur di mobil tak jauh dari tempatnya berdiri. "Tolong jangan sakiti aku, dan biarkan kami pergi sekarang." Pria itu mendengkus. "Kau kira, aku bodoh?" Gigi taring yang menyeringai, membuat Ayunda semakin bergidik. "Lalu apa yang kamu inginkan?" Ayunda bahkan tidak mengetahui wajah pemilik topeng perompak yang sedang menyekapnya kini, mempercayai akan keselamatan nyawanya apa tidak akan berbahaya? "Ikut denganku..." Ayunda di tarik oleh pria itu kedalam mobil milik Ayunda, dia bahkan di paksa menyerahkan kunci mobil pada pria itu. Begitu sabuk pengaman sudah terpasang, Ayunda mengambil posisi duduk di jok belakang, tapi tiba-tiba laju mobil di buat sangat cepat hingga dengan si