Sahwa harus dihadapkan pada pilihan yang sulit dalam hidupnya. dia harus merelakan masa depannya untuk menjadi istri siri dari kakak iparnya sendiri, hanya demi mendapatkan keturunan pewaris tunggal tahta kerajaan perusahaan Dzaky suaminya Arumi kakaknya Sahwa. Awalnya dia menolak mentah-mentah keinginan dan permintaan kakak, Mama dan kakak iparnya tersebut. Tetapi, pilihan itu sangat sulit ketika dia mengutarakan alasannya untuk menentang dan menolaknya. Sehingga mau tidak mau,Sahwa pun akhirnya mengalah demi kebahagiaan kakaknya. Apalagi ketika mamanya mengecapnya sebagai anak durhaka. Sehingga mau tidak mau Sahwa tidak punya pilihan lain yang lebih bagus selain menikah dan menjadi mesin cetak keturunan. "Mbak Sahwa aku melakukan semua ini bukan karena alasan semata karena kondisi kesehatannya Mbak, tapi demi Mama aku tidak ingin dicap anak durhaka!" tegasnya Sahwa.
view moreSahwa yang mendengar perintahnya Dzaky dengan meninggikan volume suaranya itu segera bersiap-siap untuk ke kamar mandi. Tetapi, baru beberapa langkah kakinya menuju ke arah kamar mandi."Stop!" Teriak Dzaky."Ada apa Tuan Muda Dzaky?" Tanyanya Sahwa yang tidak paham kenapa dirinya disuruh untuk berhenti."Kamu mau ngapain ke kamar mandi? Bukannya aku perintahkan padamu untuk bersiap melayaniku di ranjang!" Ketusnya Dzaky yang masih mengeringkan rambutnya dengan menggunakan selembar handuk."Sa-ya mau ganti pakaian dulu Tuan Muda," jawabnya Sahwa sekenanya saja.Dzaky menatap jengah ke arah istrinya itu, "Kamu tidak perlu berganti pakaian atau apapun, karena bagiku kamu tidak akan pernah berubah menjadi cantik dimataku!" Sarkasnya Dzaky.Sahwa pun berdiri mematung dengan pakaian gamis dan cadar yang sedari tadi melekat pada wajahnya. Dzaky pun sebenarnya enggan untuk menyentuh Sahwa, akan tetapi ketika mengingat perkataan dari istri pertamanya Arumi tentang keberlangsungan hubungan per
Sahwa menatap intens ke arah pria yang berstatus anak buah dari suaminya itu dengan tatapan matanya yang sulit diartikan.Kenapa aku diperlakukan seperti itu merasakan kehangatan yang tiba-tiba menjalar ke dalam lubuk hatiku yang terdalam.Apakah seperti ini merasakan memiliki seorang kakak laki-laki, memang sejak kecil aku sudah memiliki Mbak Arumi tapi kehidupan kami sebagai kakak adik sungguh jauh berbeda dengan kehidupan orang lain.Galang segera berdehem dan mengeraskan suaranya itu agar Sahwa segera tersadar dari lamunannya."Hemmph! Nyonya Sahwa kita sudah sampai di mall," ucapnya Galang.Sahwa menjadi salah tingkah ketika ketahuan diam-diam menghayal dan memerhatikan Galang."Iya Pak Galang," balasnya Sahwa yang kemudian berjalan mengekor membuntuti kemanapun perginya Galang.Galang yang berjalan di depannya Sahwa membuka percakapan keduanya setelah bebas langkah kakinya menuju ke arah lebih jauh ke dalam area mall."Masuklah dan pilihlah beberapa pakaian yang cocok untuk dirim
"Hemph!" Pak Penghulu segera berdehem kuat untuk membuyarkan lamunannya Dzaky dan mengajaknya ke dunia real.Galang memegangi lengannya Dzaky tapi, tidak berpengaruh sedikitpun sehingga diam-diam dia menekan kuat tangannya Dzaky agar segera tersadar dari lamunannya itu."Augh," keluhnya Dzaky yang reflek melototkan matanya saking terkejutnya dengan kekuatan tangannya Galang yang tidak disangka-sangkanya.Galang hanya memberikan kode melalui kepalanya agar Dzaky melihat ke arah Pak Penghulu. Dzaky yang mengerti dengan arti kode tersebut, menetralkan perasaannya ketika tersadar dengan apa yang dilakukannya itu."Maafkan saya Pak, tolong dilanjutkan," perintahnya Dzaky.Sedangkan Sahwa sedari tadi hanya menundukkan kepalanya karena tidak ingin melihat langsung wajah pria yang dilihatnya cukup sangar di penglihatannya itu."Baiklah bapak ulangi, Tuan Muda Dzaky Nashif Fathan saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan Nak Athiyyah Sahwa Shabiyah dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan p
Sahwa menatap ke arah kedatangan Galang dengan senyuman simpulnya."Maaf ganggu, apa Non Sahwa sudah siap?" Tanyanya Galang yang berbasa-basi sebentar sebelum menyampaikan maksud kedatangannya."Non Sahwa sudah siap sedari tadi Tuan Galang," jawabnya Diah yang mewakili Sahwa untuk menjawab pertanyaan dari Galang.Galang menatap ke arah Diah sebelum mengutarakan keinginannya itu, sedangkan Diah yang ditatap seperti itu cepat tanggap."Maaf Tuan, apa ada yang bisa saya bantu?""Tolong carikan kain yang bisa dipakai sebagai cadar penutup wajahnya Non Sahwa," pintanya Galang.Diah dan Sahwa yang mendengar perkataan itu cukup dibuat tercengang dengan permintaan tersebut."Kain cadar! Kenapa dan untuk apa harus memakai penutup wajah segala? Bukannya wajahnya Non Sahwa secantik ini kok disembunyikan yah," Diah semakin keheranan dengan kenyataan yang barusan didengarnya."Tolong tidak perlu mengeluarkan pertanyaan segala! Cukup penuhi apa yang diminta oleh tuan muda Dzaky atau Anda mengingink
Dzaky menatap punggung kepergian dari Sahwa, dia mengusap wajahnya dengan gusar."Kenapa meski Arumi mandul! Andaikan dia tidak mandul hal semacam ini tidak akan pernah terjadi pada hidupku!"Galang diam-diam tersenyum tipis menanggapi perkataan gerutunya Dzaky."Makanya jangan jadi orang kaya! Paling utama kenapa meski menikah dengan wanita yang sudah jelas-jelas sudah ketahuan mandulnya, tapi malah tetap menikahinya," cibirnya Galang yang terkadang mengeluarkan kata-kata yang menunjukkan sikapnya yang tidak menyukai Arumi.Berselang beberapa menit kemudian, semua orang yang berada di dalam rumah itu takjub melihat penampilan dan perubahan positif dari wajahnya Sahwa.Diah sang penata rias pengantin itu memegangi kedua lengannya Sahwa dengan senyuman lebarnya."Masya Allah Anda sangat cantik Nona, aku yakin calon suaminya Anda pasti akan jatuh cinta berkali-kali hingga Anda tua nanti," ucapnya Diah.Sahwa yang tidak percaya dengan perkataan dan segala pujian yang diberikan untuknya h
Bu Narti bersorak gembira kegirangan saking senangnya anak yang selama ini diasuhnya tanpa sepengetahuan dari siapapun tentang asal usul Sahwa yang sebenarnya.Bu Narti menatap selembar foto yang sudah usang bahkan gambarnya telah kabur dan hanya tersisa sebagian yang terlihat."Ternyata mengakui kamu itu hanya anak angkatku saja membuatku bisa mendapatkan uang yang cukup banyak dari Dzaky. Biarlah rahasia tentang siapa kamu dan gimana caranya aku mendapatkanmu cukup aku saja yang mengetahuinya, bahkan Arumi dan semua orang yang mengenalku mengaggap kamu adalah putri kandungku,"Bu Narti membuka sebuah amplop putih yang isinya cukup tebal. Uang yang diberikan oleh Dzaky untuknya, sebelum dia dan Sahwa berangkat ke pulau Dewata Bali.Kedua pasang matanya langsung berbinar binar seketika melihat begitu banyak uang pecahan seratus ribu rupiah dalam genggamannya. Bahkan Bu Narti mengambil uang itu kemudian melemparnya ke atas hingga mengenai wajah,kepala dan sepreinya."Hahaha, akhirnya a
"Ibu! Kenapa ibu tega banget menyuruhku menikah dengan suami kakakku sendiri!? Kenapa Mama melakukannya! Apa salahku padamu Mah!?" Sahwa bangkit dari posisi duduknya dan berlari kecil ke arah mamanya yang berjalan ke arah dalam kamar.Bu Narti yang mendengar teriakannya Sahwa segera menghentikan langkahnya itu dan tersenyum penuh arti melihat sikapnya Sahwa."Baiklah karena kamu bertanya dan ingin mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Kenapa dan apa alasannya aku lebih memilih menukar kebahagiaan dan kebebasan kamu dengan kebahagiaan putriku Arumi itu karena kamu adalah hanya anak pungut saja! Kamu bukanlah anak kandungku sendiri!"Bu Narti mengatakan hal tersebut tanpa peduli dengan perasaannya Sahwa yang sungguh terkejut mendengar perkataan dari mamanya itu. Tubuhnya linglung ke belakang saking terkejutnya mendengar perkataan dari mamanya tersebut."Itu tidak mungkin! Mamah pasti hanya bercanda dan sedang marah kan sehingga mengatakan hal ini!" Tampiknya Sahwa yang sama sekali tid
Entah kenapa Mama sejak dulu selalu menolak apapun yang aku inginkan sedangkan dengan Mbak Arumi, walaupun terbilang sulit dan terkesan tidak baik. Mama Narti akan mengabulkan permohonan dari Mbak Arumi.Sahwa melihat ke arah Mama dan kakak satu-satunya yang dimilikinya itu secara bergantian.Seperti halnya hari-hari sebelumnya dan hari ini juga, aku kembali dipaksa untuk memenuhi keinginan Mbak Arumi dan aku tidak punya pilihan lain untuk menolak lagi.Entah mama apakah akan memukulku seperti biasanya atau akan lebih menyiksaku.Sahwa menghela nafasnya dengan cukup berat dan menyeka air matanya yang terus menerus menetes membasahi pipinya itu dengan gusar."Baiklah aku terima segala permintaan kalian, demi Mbak Arumi dan Mama aku akan melakukannya." Sahwa menatap ke arah calon suami sirinya itu.Sedangkan Dzaky pun membalas tatapannya Sahwa perempuan yang bakal dinikahi demi sebuah kata memiliki keturunan penerus keluarga besarnya. Sahwa berdiri dari posisi duduknya itu sambil memega
Semua orang berjalan cepat ke arah Arumi yang terjatuh pingsan, ketika mendengar penolakan demi penolakan dari adiknya.Arumi reflek memegangi kepalanya yang pusing dan nyut-nyutan. Dia berjalan mundur berusaha untuk tidak terjatuh ke atas lantai.Bruk…Prang…"Arumi! Istriku!" Teriak Dzaky yang melihat istrinya terjatuh pingsan.Sahwa memegangi salah satu genggaman tangannya Arumi dengan semakin menangis, kecewa pada dirinya sendiri yang menyebabkan kakaknya sakit."Sahwa lepaskan tanganmu dari tangan anakku!! Apakah ini yang kamu inginkan ha!!" Bentaknya Bu Narti dengan tatapan mata menghunus hingga ke jantung hatinya Sahwa.Ibu Narti menghempas tangannya Sahwa dengan kuat hingga tangannya Sahwa terantuk ke atas meja."Argh!!" Ringisnya Sahwa yang tanpa sengaja mengenai sudut meja.Sahwa yang di bentak seperti itu segera mundur dan melepaskan pegangan tangannya tersebut."Ini semua gara-gara kamu yang keras kepala! Kamu lebih mementingkan kepentingan kamu sendiri daripada kesehatan
Suara teriakan seseorang dari dalam kamar membuat rumah yang selalu nampak sepi menjadi ramai, bising dan ribut, akan tetapi di siang hari rumah itu akan terasa sunyi dikarenakan kedua penghuni rumah itu sibuk dengan pekerjaan masing-masing di luar rumah."Tidak!! Aku tidak mau menikah dengan suami kakakku Mah!" Tolak seorang perempuan yang bersitegang dengan perempuan paruh baya.Perempuan muda yang berusia kira-kira 24 tahun itu, menolak mentah-mentah kemauan dan permintaan dari mamanya dengan masih sopan. Dia berdiri dari posisi duduknya, dengan melangkahkan kakinya mundur beberapa langkah ke arah belakang.Plak!!!Suara tamparan itu cukup keras mendarat di pipi kirinya Sahwa. Hingga wajahnya bergerak ke arah samping. Sahwa memegangi pipinya yang terkena tamparan.Wajahnya Sahwa cukup panas dan memerah saking kuatnya tamparan dari wanita yang berstatus sebagai ibunya."Athiyah Sahwa Shabiyah, apa kamu ingin menjadi anak durhaka!?" Bentaknya ibu Narti yang melototkan matanya mendeng...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Mga Comments