Semua orang berjalan cepat ke arah Arumi yang terjatuh pingsan, ketika mendengar penolakan demi penolakan dari adiknya.
Arumi reflek memegangi kepalanya yang pusing dan nyut-nyutan. Dia berjalan mundur berusaha untuk tidak terjatuh ke atas lantai.Bruk…Prang…"Arumi! Istriku!" Teriak Dzaky yang melihat istrinya terjatuh pingsan.Sahwa memegangi salah satu genggaman tangannya Arumi dengan semakin menangis, kecewa pada dirinya sendiri yang menyebabkan kakaknya sakit."Sahwa lepaskan tanganmu dari tangan anakku!! Apakah ini yang kamu inginkan ha!!" Bentaknya Bu Narti dengan tatapan mata menghunus hingga ke jantung hatinya Sahwa.Ibu Narti menghempas tangannya Sahwa dengan kuat hingga tangannya Sahwa terantuk ke atas meja."Argh!!" Ringisnya Sahwa yang tanpa sengaja mengenai sudut meja.Sahwa yang di bentak seperti itu segera mundur dan melepaskan pegangan tangannya tersebut."Ini semua gara-gara kamu yang keras kepala! Kamu lebih mementingkan kepentingan kamu sendiri daripada kesehatan kakakmu!" Hardiknya Bu Narti lagi.Sahwa tidak tega melihat kakaknya yang tiba-tiba tidak sadarkan diri lagi. Bu Narti sangat panik melihat putrinya itu. Sedangkan Dzaky segera membantu istrinya agar segera sadar."Arumi,apa yang terjadi padamu Nak? Mama ada disini menemanimu, Mama mohon sadarlah," ratapnya Bu Narti.Dzaky menatap ke arah Sahwa," ini semua gara-gara kamu yang bersitegang untuk menolak keinginannya. Jika terjadi sesuatu pada istriku! Aku tidak akan pernah mengampuni dan memaafkanmu," ancamannya Dzaky.Sahwa membantu mamanya untuk menyadarkan kakaknya itu. Dengan bersusah payah. Berselang beberapa menit kemudian, Arumi sadar juga dan sudah duduk di atas kursi lusuh milik ibunya.Sahwa tersudut dan terpojok dengan keadaan yang ada. Dia tidak mungkin menolak lagi permintaan ketiganya. Sahwa terduduk bersimpuh di hadapan mamanya Bu Narti."Apakah sudah tertutup kemungkinan jalan lain yang bisa kalian tempuh? Kenapa meski dengan aku pilihannya Mbak? Bukannya di luar sana banyak wanita yang rela menjual rahimnya demi apa? Demi karena kekayaan," Sahwa berujar yang terus berjuang untuk menolak rencana mereka.Di atas pangkuannya terdapat sebuah kertas yang bertuliskan beberapa nominal uang yang membuat semua orang akan jelalatan dan bola matanya seketika berwarna hijau.Air matanya terus menetes membasahi pipinya, dia tidak mungkin menolaknya dan sulit untuk menerimanya mengingat jika dia sudah berjanji kepada seorang laki-laki dan mereka berencana akan menikah tahun depan."Dek Sahwa memang banyak wanita yang lebih cantik dari kamu, tapi bagiku kamu yang paling tepat untuk memberikan bayi penerus keluarga besarnya Mas Dzaki. Andaikan ada wanita yang lebih pantes dari kamu. Untuk apa aku repot-repot buang-buang waktu untuk kesini membujukmu," jelas Arumi panjang lebar.Sesekali Zahwa menyeka air matanya itu yang terus membasahi pipinya yang sedikit tirus.Ya Allah aku harus bagaimana? Aku sudah berjanji dengan Abang Fadlan dan aku bukan tipe orang yang suka ingkar janji. sedangkan hari ini aku harus menyetujui permintaan mereka untuk menikah dengan kakak iparku sendiri.Sahwa meremas kertas cek yang bertuliskan satu milliar itu, Bu Narti yang melihat apa yang dilakukan oleh putri bungsunya segera bertindak cepat untuk mencegahnya."Stop! Apa yang kamu lakukan Sahwa? Ini adalah cek yang sungguh sangat besar jumlahnya. Jika Mama yang memegang uang ini kita bisa beli rumah dan segera pergi dari kampung miskin, kotor dan kumuh ini," cicitnya Bu Narti yang megambil alih cek tersebut.Tapi, karena Dzaky yang melihat langsung apa yang dilakukan oleh ibu mertuanya segera berujar untuk menghentikan apa yang akan dilakukan oleh Bu Narti."Ibu, apakah uang yang putrimu Arumi kirimkan setiap bulan tidak cukup?" Ketusnya Dzaky yang sudah bersiap untuk meninggalkan ruangan tamu rumah itu.Arumi menatap tajam ke arah ibunya dan sedikit kesal dengan sikap matre ibunya. Bu Narti yang ditatap seperti itu,salah tingkah."Mama tidak ada niat untuk mengambil uangnya Sahwa kok. Mama hanya membaca berapa banyak uang yang tertulis di atasnya saja," tampiknya Arumi yang mewakili mamanya untuk meminta maaf atas kesalahpahaman yang terjadi.Dzaky sesekali melirik ke arah Sahwa, baru kali ini ada perempuan yang menolak menikah denganku. Walaupun hanya menikah siri saja dan bakal menjadi orang kaya karena aku bukan orang yang tidak tau balas budi."Tapi, Mama apa lupa dengan lamarannya Abang Fadlan tahun lalu? Mama kan sudah menerima pinangannya dan setuju kami menikah. Kalau aku menikah dengan suami kakakku apakah ini bukan berkhianat dan menipu kepercayaannya abang Fadlan," ungkapnya Sahwa yang mengingatkan kepada mamanya akan hal tersebut.Sahwa masih berusaha untuk membujuk mama dan kakaknya agar segera membatalkan rencana pernikahan keduanya. Arumi tersenyum simpul sambil berjalan ke arah adiknya itu."Kalau masalah itu sangat mudah dan gampang diatur dek Sahwa. Kan kamu akan menikah satu tahun lagi dari sekarang dan kamu akan hamil selama sembilan bulan saja. Jadi setelah kamu melahirkan anak kami,kau bisa menikah dengan pria yang bernama Fadlan itu."ucapnya Arumi dengan mudahnya."Astaughfirullahaladzim, apa tanggapannya bang Fadlan dan kedua orang tuanya, apabila mengetahui kalau aku tidak per*wan lagi!?" Sahwa sedikit meninggikan volume suaranya itu dengan tatapan matanya nanar menatap ke arah ibunya.Bu Narti kembali saling melempar tatapan mata dengan putri sulungnya itu. Bu Narti cepat tanggap darurat untuk membantu putrinya itu."Itu urusannya Mama, kamu tidak perlu khawatir dengan masalah itu. Mama yang akan menjelaskannya semua masalah tersebut. Masalah akibat setelah kamu melahirkan itu urusan belakangan." Bujuknya Bu Narti yang kelabakan mendengar perkataan dari Sahwa.Sahwa hanya sesegukan mendengar perkataannya Bu Narti yang selalu menganggap segala sesuatu itu semudah membalik telapak tangan saja."Kamu tidak akan melahirkan secara normal, teknologi sekarang semakin canggih dan kamu juga tidak akan mengalami kesakitan sedikitpun, ketika akan melahirkan dan kamu bisa menjalani operasi di bagian miss v mu setelah berhasil melahirkan putra untuk suamiku," imbuhnya Arumi.Sahwa membulatkan matanya saking terkejutnya mendengar perkataan dari kakaknya itu. Dengan mudahnya mengatakan solusi yang paling tepat untuk adiknya mengatasi kegelisahan dan kerisauan Sahwa. Sahwa seperti mati kutu dan tidak bisa membela hak atas dirinya sendiri."Sahwa, anggap saja ini adalah permintaan terakhirnya Mama padamu Nak. Mungkin umurnya Mama tidak akan lama lagi, jadi Mama mohon penuhilah keinginan mama untuk terakhir kalinya. Lihatlah kakakmu walau sakit dia masih mengemis belas kasihmu," Bu Narti menunjuk ke arah Arumi.Arumi terkadang duduk dan berbaring agar Sahwa lebih peka dan prihatin dengan kondisinya. Arumi lyang terduduk dengan raut wajahnya yang dibuat pucat sedemikian rupa.Sahwa menghela nafasnya dengan cukup berat dan hanya pasrah kepada Allah SWT akan yang terbaik untuknya."Maafkan saya Mas, mungkin saya menerima lamaran ini karena hanya demi kesehatan dan kebaikan kakakku," ucapnya Sahwa yang tertunduk lesu.Sahwa dalam hatinya menjerit seolah dia menumpahkan segala keluh kesahnya dalam hatinya dan menyampaikannya ke Robbi Sang Maha Pencipta.Entah kenapa Mama sejak dulu selalu menolak apapun yang aku inginkan sedangkan dengan Mbak Arumi, walaupun terbilang sulit dan terkesan tidak baik. Mama Narti akan mengabulkan permohonan dari Mbak Arumi.Sahwa melihat ke arah Mama dan kakak satu-satunya yang dimilikinya itu secara bergantian.Seperti halnya hari-hari sebelumnya dan hari ini juga, aku kembali dipaksa untuk memenuhi keinginan Mbak Arumi dan aku tidak punya pilihan lain untuk menolak lagi.Entah mama apakah akan memukulku seperti biasanya atau akan lebih menyiksaku.Sahwa menghela nafasnya dengan cukup berat dan menyeka air matanya yang terus menerus menetes membasahi pipinya itu dengan gusar."Baiklah aku terima segala permintaan kalian, demi Mbak Arumi dan Mama aku akan melakukannya." Sahwa menatap ke arah calon suami sirinya itu.Sedangkan Dzaky pun membalas tatapannya Sahwa perempuan yang bakal dinikahi demi sebuah kata memiliki keturunan penerus keluarga besarnya. Sahwa berdiri dari posisi duduknya itu sambil memega
"Ibu! Kenapa ibu tega banget menyuruhku menikah dengan suami kakakku sendiri!? Kenapa Mama melakukannya! Apa salahku padamu Mah!?" Sahwa bangkit dari posisi duduknya dan berlari kecil ke arah mamanya yang berjalan ke arah dalam kamar.Bu Narti yang mendengar teriakannya Sahwa segera menghentikan langkahnya itu dan tersenyum penuh arti melihat sikapnya Sahwa."Baiklah karena kamu bertanya dan ingin mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Kenapa dan apa alasannya aku lebih memilih menukar kebahagiaan dan kebebasan kamu dengan kebahagiaan putriku Arumi itu karena kamu adalah hanya anak pungut saja! Kamu bukanlah anak kandungku sendiri!"Bu Narti mengatakan hal tersebut tanpa peduli dengan perasaannya Sahwa yang sungguh terkejut mendengar perkataan dari mamanya itu. Tubuhnya linglung ke belakang saking terkejutnya mendengar perkataan dari mamanya tersebut."Itu tidak mungkin! Mamah pasti hanya bercanda dan sedang marah kan sehingga mengatakan hal ini!" Tampiknya Sahwa yang sama sekali tid
Bu Narti bersorak gembira kegirangan saking senangnya anak yang selama ini diasuhnya tanpa sepengetahuan dari siapapun tentang asal usul Sahwa yang sebenarnya.Bu Narti menatap selembar foto yang sudah usang bahkan gambarnya telah kabur dan hanya tersisa sebagian yang terlihat."Ternyata mengakui kamu itu hanya anak angkatku saja membuatku bisa mendapatkan uang yang cukup banyak dari Dzaky. Biarlah rahasia tentang siapa kamu dan gimana caranya aku mendapatkanmu cukup aku saja yang mengetahuinya, bahkan Arumi dan semua orang yang mengenalku mengaggap kamu adalah putri kandungku,"Bu Narti membuka sebuah amplop putih yang isinya cukup tebal. Uang yang diberikan oleh Dzaky untuknya, sebelum dia dan Sahwa berangkat ke pulau Dewata Bali.Kedua pasang matanya langsung berbinar binar seketika melihat begitu banyak uang pecahan seratus ribu rupiah dalam genggamannya. Bahkan Bu Narti mengambil uang itu kemudian melemparnya ke atas hingga mengenai wajah,kepala dan sepreinya."Hahaha, akhirnya a
Dzaky menatap punggung kepergian dari Sahwa, dia mengusap wajahnya dengan gusar."Kenapa meski Arumi mandul! Andaikan dia tidak mandul hal semacam ini tidak akan pernah terjadi pada hidupku!"Galang diam-diam tersenyum tipis menanggapi perkataan gerutunya Dzaky."Makanya jangan jadi orang kaya! Paling utama kenapa meski menikah dengan wanita yang sudah jelas-jelas sudah ketahuan mandulnya, tapi malah tetap menikahinya," cibirnya Galang yang terkadang mengeluarkan kata-kata yang menunjukkan sikapnya yang tidak menyukai Arumi.Berselang beberapa menit kemudian, semua orang yang berada di dalam rumah itu takjub melihat penampilan dan perubahan positif dari wajahnya Sahwa.Diah sang penata rias pengantin itu memegangi kedua lengannya Sahwa dengan senyuman lebarnya."Masya Allah Anda sangat cantik Nona, aku yakin calon suaminya Anda pasti akan jatuh cinta berkali-kali hingga Anda tua nanti," ucapnya Diah.Sahwa yang tidak percaya dengan perkataan dan segala pujian yang diberikan untuknya h
Sahwa menatap ke arah kedatangan Galang dengan senyuman simpulnya."Maaf ganggu, apa Non Sahwa sudah siap?" Tanyanya Galang yang berbasa-basi sebentar sebelum menyampaikan maksud kedatangannya."Non Sahwa sudah siap sedari tadi Tuan Galang," jawabnya Diah yang mewakili Sahwa untuk menjawab pertanyaan dari Galang.Galang menatap ke arah Diah sebelum mengutarakan keinginannya itu, sedangkan Diah yang ditatap seperti itu cepat tanggap."Maaf Tuan, apa ada yang bisa saya bantu?""Tolong carikan kain yang bisa dipakai sebagai cadar penutup wajahnya Non Sahwa," pintanya Galang.Diah dan Sahwa yang mendengar perkataan itu cukup dibuat tercengang dengan permintaan tersebut."Kain cadar! Kenapa dan untuk apa harus memakai penutup wajah segala? Bukannya wajahnya Non Sahwa secantik ini kok disembunyikan yah," Diah semakin keheranan dengan kenyataan yang barusan didengarnya."Tolong tidak perlu mengeluarkan pertanyaan segala! Cukup penuhi apa yang diminta oleh tuan muda Dzaky atau Anda mengingink
"Hemph!" Pak Penghulu segera berdehem kuat untuk membuyarkan lamunannya Dzaky dan mengajaknya ke dunia real.Galang memegangi lengannya Dzaky tapi, tidak berpengaruh sedikitpun sehingga diam-diam dia menekan kuat tangannya Dzaky agar segera tersadar dari lamunannya itu."Augh," keluhnya Dzaky yang reflek melototkan matanya saking terkejutnya dengan kekuatan tangannya Galang yang tidak disangka-sangkanya.Galang hanya memberikan kode melalui kepalanya agar Dzaky melihat ke arah Pak Penghulu. Dzaky yang mengerti dengan arti kode tersebut, menetralkan perasaannya ketika tersadar dengan apa yang dilakukannya itu."Maafkan saya Pak, tolong dilanjutkan," perintahnya Dzaky.Sedangkan Sahwa sedari tadi hanya menundukkan kepalanya karena tidak ingin melihat langsung wajah pria yang dilihatnya cukup sangar di penglihatannya itu."Baiklah bapak ulangi, Tuan Muda Dzaky Nashif Fathan saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan Nak Athiyyah Sahwa Shabiyah dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan p
Sahwa menatap intens ke arah pria yang berstatus anak buah dari suaminya itu dengan tatapan matanya yang sulit diartikan.Kenapa aku diperlakukan seperti itu merasakan kehangatan yang tiba-tiba menjalar ke dalam lubuk hatiku yang terdalam.Apakah seperti ini merasakan memiliki seorang kakak laki-laki, memang sejak kecil aku sudah memiliki Mbak Arumi tapi kehidupan kami sebagai kakak adik sungguh jauh berbeda dengan kehidupan orang lain.Galang segera berdehem dan mengeraskan suaranya itu agar Sahwa segera tersadar dari lamunannya."Hemmph! Nyonya Sahwa kita sudah sampai di mall," ucapnya Galang.Sahwa menjadi salah tingkah ketika ketahuan diam-diam menghayal dan memerhatikan Galang."Iya Pak Galang," balasnya Sahwa yang kemudian berjalan mengekor membuntuti kemanapun perginya Galang.Galang yang berjalan di depannya Sahwa membuka percakapan keduanya setelah bebas langkah kakinya menuju ke arah lebih jauh ke dalam area mall."Masuklah dan pilihlah beberapa pakaian yang cocok untuk dirim
Sahwa yang mendengar perintahnya Dzaky dengan meninggikan volume suaranya itu segera bersiap-siap untuk ke kamar mandi. Tetapi, baru beberapa langkah kakinya menuju ke arah kamar mandi."Stop!" Teriak Dzaky."Ada apa Tuan Muda Dzaky?" Tanyanya Sahwa yang tidak paham kenapa dirinya disuruh untuk berhenti."Kamu mau ngapain ke kamar mandi? Bukannya aku perintahkan padamu untuk bersiap melayaniku di ranjang!" Ketusnya Dzaky yang masih mengeringkan rambutnya dengan menggunakan selembar handuk."Sa-ya mau ganti pakaian dulu Tuan Muda," jawabnya Sahwa sekenanya saja.Dzaky menatap jengah ke arah istrinya itu, "Kamu tidak perlu berganti pakaian atau apapun, karena bagiku kamu tidak akan pernah berubah menjadi cantik dimataku!" Sarkasnya Dzaky.Sahwa pun berdiri mematung dengan pakaian gamis dan cadar yang sedari tadi melekat pada wajahnya. Dzaky pun sebenarnya enggan untuk menyentuh Sahwa, akan tetapi ketika mengingat perkataan dari istri pertamanya Arumi tentang keberlangsungan hubungan per
Sahwa yang mendengar perintahnya Dzaky dengan meninggikan volume suaranya itu segera bersiap-siap untuk ke kamar mandi. Tetapi, baru beberapa langkah kakinya menuju ke arah kamar mandi."Stop!" Teriak Dzaky."Ada apa Tuan Muda Dzaky?" Tanyanya Sahwa yang tidak paham kenapa dirinya disuruh untuk berhenti."Kamu mau ngapain ke kamar mandi? Bukannya aku perintahkan padamu untuk bersiap melayaniku di ranjang!" Ketusnya Dzaky yang masih mengeringkan rambutnya dengan menggunakan selembar handuk."Sa-ya mau ganti pakaian dulu Tuan Muda," jawabnya Sahwa sekenanya saja.Dzaky menatap jengah ke arah istrinya itu, "Kamu tidak perlu berganti pakaian atau apapun, karena bagiku kamu tidak akan pernah berubah menjadi cantik dimataku!" Sarkasnya Dzaky.Sahwa pun berdiri mematung dengan pakaian gamis dan cadar yang sedari tadi melekat pada wajahnya. Dzaky pun sebenarnya enggan untuk menyentuh Sahwa, akan tetapi ketika mengingat perkataan dari istri pertamanya Arumi tentang keberlangsungan hubungan per
Sahwa menatap intens ke arah pria yang berstatus anak buah dari suaminya itu dengan tatapan matanya yang sulit diartikan.Kenapa aku diperlakukan seperti itu merasakan kehangatan yang tiba-tiba menjalar ke dalam lubuk hatiku yang terdalam.Apakah seperti ini merasakan memiliki seorang kakak laki-laki, memang sejak kecil aku sudah memiliki Mbak Arumi tapi kehidupan kami sebagai kakak adik sungguh jauh berbeda dengan kehidupan orang lain.Galang segera berdehem dan mengeraskan suaranya itu agar Sahwa segera tersadar dari lamunannya."Hemmph! Nyonya Sahwa kita sudah sampai di mall," ucapnya Galang.Sahwa menjadi salah tingkah ketika ketahuan diam-diam menghayal dan memerhatikan Galang."Iya Pak Galang," balasnya Sahwa yang kemudian berjalan mengekor membuntuti kemanapun perginya Galang.Galang yang berjalan di depannya Sahwa membuka percakapan keduanya setelah bebas langkah kakinya menuju ke arah lebih jauh ke dalam area mall."Masuklah dan pilihlah beberapa pakaian yang cocok untuk dirim
"Hemph!" Pak Penghulu segera berdehem kuat untuk membuyarkan lamunannya Dzaky dan mengajaknya ke dunia real.Galang memegangi lengannya Dzaky tapi, tidak berpengaruh sedikitpun sehingga diam-diam dia menekan kuat tangannya Dzaky agar segera tersadar dari lamunannya itu."Augh," keluhnya Dzaky yang reflek melototkan matanya saking terkejutnya dengan kekuatan tangannya Galang yang tidak disangka-sangkanya.Galang hanya memberikan kode melalui kepalanya agar Dzaky melihat ke arah Pak Penghulu. Dzaky yang mengerti dengan arti kode tersebut, menetralkan perasaannya ketika tersadar dengan apa yang dilakukannya itu."Maafkan saya Pak, tolong dilanjutkan," perintahnya Dzaky.Sedangkan Sahwa sedari tadi hanya menundukkan kepalanya karena tidak ingin melihat langsung wajah pria yang dilihatnya cukup sangar di penglihatannya itu."Baiklah bapak ulangi, Tuan Muda Dzaky Nashif Fathan saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan Nak Athiyyah Sahwa Shabiyah dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan p
Sahwa menatap ke arah kedatangan Galang dengan senyuman simpulnya."Maaf ganggu, apa Non Sahwa sudah siap?" Tanyanya Galang yang berbasa-basi sebentar sebelum menyampaikan maksud kedatangannya."Non Sahwa sudah siap sedari tadi Tuan Galang," jawabnya Diah yang mewakili Sahwa untuk menjawab pertanyaan dari Galang.Galang menatap ke arah Diah sebelum mengutarakan keinginannya itu, sedangkan Diah yang ditatap seperti itu cepat tanggap."Maaf Tuan, apa ada yang bisa saya bantu?""Tolong carikan kain yang bisa dipakai sebagai cadar penutup wajahnya Non Sahwa," pintanya Galang.Diah dan Sahwa yang mendengar perkataan itu cukup dibuat tercengang dengan permintaan tersebut."Kain cadar! Kenapa dan untuk apa harus memakai penutup wajah segala? Bukannya wajahnya Non Sahwa secantik ini kok disembunyikan yah," Diah semakin keheranan dengan kenyataan yang barusan didengarnya."Tolong tidak perlu mengeluarkan pertanyaan segala! Cukup penuhi apa yang diminta oleh tuan muda Dzaky atau Anda mengingink
Dzaky menatap punggung kepergian dari Sahwa, dia mengusap wajahnya dengan gusar."Kenapa meski Arumi mandul! Andaikan dia tidak mandul hal semacam ini tidak akan pernah terjadi pada hidupku!"Galang diam-diam tersenyum tipis menanggapi perkataan gerutunya Dzaky."Makanya jangan jadi orang kaya! Paling utama kenapa meski menikah dengan wanita yang sudah jelas-jelas sudah ketahuan mandulnya, tapi malah tetap menikahinya," cibirnya Galang yang terkadang mengeluarkan kata-kata yang menunjukkan sikapnya yang tidak menyukai Arumi.Berselang beberapa menit kemudian, semua orang yang berada di dalam rumah itu takjub melihat penampilan dan perubahan positif dari wajahnya Sahwa.Diah sang penata rias pengantin itu memegangi kedua lengannya Sahwa dengan senyuman lebarnya."Masya Allah Anda sangat cantik Nona, aku yakin calon suaminya Anda pasti akan jatuh cinta berkali-kali hingga Anda tua nanti," ucapnya Diah.Sahwa yang tidak percaya dengan perkataan dan segala pujian yang diberikan untuknya h
Bu Narti bersorak gembira kegirangan saking senangnya anak yang selama ini diasuhnya tanpa sepengetahuan dari siapapun tentang asal usul Sahwa yang sebenarnya.Bu Narti menatap selembar foto yang sudah usang bahkan gambarnya telah kabur dan hanya tersisa sebagian yang terlihat."Ternyata mengakui kamu itu hanya anak angkatku saja membuatku bisa mendapatkan uang yang cukup banyak dari Dzaky. Biarlah rahasia tentang siapa kamu dan gimana caranya aku mendapatkanmu cukup aku saja yang mengetahuinya, bahkan Arumi dan semua orang yang mengenalku mengaggap kamu adalah putri kandungku,"Bu Narti membuka sebuah amplop putih yang isinya cukup tebal. Uang yang diberikan oleh Dzaky untuknya, sebelum dia dan Sahwa berangkat ke pulau Dewata Bali.Kedua pasang matanya langsung berbinar binar seketika melihat begitu banyak uang pecahan seratus ribu rupiah dalam genggamannya. Bahkan Bu Narti mengambil uang itu kemudian melemparnya ke atas hingga mengenai wajah,kepala dan sepreinya."Hahaha, akhirnya a
"Ibu! Kenapa ibu tega banget menyuruhku menikah dengan suami kakakku sendiri!? Kenapa Mama melakukannya! Apa salahku padamu Mah!?" Sahwa bangkit dari posisi duduknya dan berlari kecil ke arah mamanya yang berjalan ke arah dalam kamar.Bu Narti yang mendengar teriakannya Sahwa segera menghentikan langkahnya itu dan tersenyum penuh arti melihat sikapnya Sahwa."Baiklah karena kamu bertanya dan ingin mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Kenapa dan apa alasannya aku lebih memilih menukar kebahagiaan dan kebebasan kamu dengan kebahagiaan putriku Arumi itu karena kamu adalah hanya anak pungut saja! Kamu bukanlah anak kandungku sendiri!"Bu Narti mengatakan hal tersebut tanpa peduli dengan perasaannya Sahwa yang sungguh terkejut mendengar perkataan dari mamanya itu. Tubuhnya linglung ke belakang saking terkejutnya mendengar perkataan dari mamanya tersebut."Itu tidak mungkin! Mamah pasti hanya bercanda dan sedang marah kan sehingga mengatakan hal ini!" Tampiknya Sahwa yang sama sekali tid
Entah kenapa Mama sejak dulu selalu menolak apapun yang aku inginkan sedangkan dengan Mbak Arumi, walaupun terbilang sulit dan terkesan tidak baik. Mama Narti akan mengabulkan permohonan dari Mbak Arumi.Sahwa melihat ke arah Mama dan kakak satu-satunya yang dimilikinya itu secara bergantian.Seperti halnya hari-hari sebelumnya dan hari ini juga, aku kembali dipaksa untuk memenuhi keinginan Mbak Arumi dan aku tidak punya pilihan lain untuk menolak lagi.Entah mama apakah akan memukulku seperti biasanya atau akan lebih menyiksaku.Sahwa menghela nafasnya dengan cukup berat dan menyeka air matanya yang terus menerus menetes membasahi pipinya itu dengan gusar."Baiklah aku terima segala permintaan kalian, demi Mbak Arumi dan Mama aku akan melakukannya." Sahwa menatap ke arah calon suami sirinya itu.Sedangkan Dzaky pun membalas tatapannya Sahwa perempuan yang bakal dinikahi demi sebuah kata memiliki keturunan penerus keluarga besarnya. Sahwa berdiri dari posisi duduknya itu sambil memega
Semua orang berjalan cepat ke arah Arumi yang terjatuh pingsan, ketika mendengar penolakan demi penolakan dari adiknya.Arumi reflek memegangi kepalanya yang pusing dan nyut-nyutan. Dia berjalan mundur berusaha untuk tidak terjatuh ke atas lantai.Bruk…Prang…"Arumi! Istriku!" Teriak Dzaky yang melihat istrinya terjatuh pingsan.Sahwa memegangi salah satu genggaman tangannya Arumi dengan semakin menangis, kecewa pada dirinya sendiri yang menyebabkan kakaknya sakit."Sahwa lepaskan tanganmu dari tangan anakku!! Apakah ini yang kamu inginkan ha!!" Bentaknya Bu Narti dengan tatapan mata menghunus hingga ke jantung hatinya Sahwa.Ibu Narti menghempas tangannya Sahwa dengan kuat hingga tangannya Sahwa terantuk ke atas meja."Argh!!" Ringisnya Sahwa yang tanpa sengaja mengenai sudut meja.Sahwa yang di bentak seperti itu segera mundur dan melepaskan pegangan tangannya tersebut."Ini semua gara-gara kamu yang keras kepala! Kamu lebih mementingkan kepentingan kamu sendiri daripada kesehatan