Share

153. Bagian 17

last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-04 01:02:16

Tetapi jauh sebelum Aria Amante mendapat tugas menghancurkan batu lentera penyebar penyakit di Bukit Tengkorak, Begawan Mega Merah pernah berkata, bahwa kelak apa pun yang terjadi, Aria Amante harus mempertahankan kuil itu dan melindungi dari jamahan tangan-tangan sesat.

Tak boleh ada yang merusak kuil itu, tak boleh ada yang masuk ke ruang cipta hening, sampai suatu saat nanti kuil itu akan lenyap dengan sendirinya, dan Aria Amante akan menerima titisan ilmu dari semua ilmu yang dimiliki Begawan Mega Merah.

Aria Amante mematuhi tugas sebagai juru kunci Kuil Mega Merah sejak kematian gurunya. Sampai suatu saat, ia melihat seorang perempuan yang terdesak dengan luka berdarahnya dari serangan dua orang lelaki tak dikenal oleh Aria Amante. Merasa iba melihat nasib gadis itu, Aria Amante cepat ambil tindakan selamatkan gadis itu. Ilmu pengobatan dari gurunya digunakan, dan gadis itu selamat dari maut yang nyaris merenggut nyawanya. Gadis itulah yang kemud

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Ksatria Pengembara Season 2   153. Bagian 18

    Aria Amante hanya sunggingkan senyum berlesung pipit itu, kemudian ia ucapkan kata, "Lelaki bukan jaminan pengisi hati yang damai! Lelaki kadang menghadirkan sejuta keresahan di hati, dan menjadi sang penyiksa jiwa! Rasa-rasanya belum waktunya aku berurusan dengan masalah hati lelaki.""Hi hi hi!" Gincu Perawan tertawa. Bodoh amat kau! Lelaki memang bukan jaminan pengisi hati yang damai, tapi lelaki bisa kita jadikan alat hiburan! Jangan jadikan lelaki pengisi hati, bisa ngelunjak dia, Aria ! Hi hi hi! Hidup seperti aku inilah contoh hidup yang tak pernah merasa disiksa jiwanya oleh lelaki, melainkan dipuasi batinnya oleh kelemahan lelaki yang bisa kupermainkan kapan saja! Nyawa lelakipun bisa kupermainkan dengan sekehendak hatiku! Hi hi hi!"Hanya senyum yang ada di wajah Aria Amante kala itu. Langkah kakinya pelan mengikuti irama langkah kaki Gincu Perawan. Hanya langkah kaki itu yang bisa didampingi dan diikuti, tapi cara hidup dan jiwa liar dari Gincu Pera

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-04
  • Ksatria Pengembara Season 2   153. Bagian 19

    Gincu Perawan tersenyum tipis, lalu melanjutkan langkahnya sambil ucapkan kata, “Apakah kau tak berhasrat memiliki Pusaka Pedang Merah?"“Aku tidak berani punya hasrat seperti itu!" jawab Aria Amante jujur. Karena dia memang perempuan yang polos dan menyukai kejujuran.“Kalau kau memiliki Pedang Merah, kau akan menjadi orang sakti yang sulit ditumbangkan. Mungkin pula tak ada tandingannya!"“Apakah begitu sifat orang yang memiliki Pusaka Pedang Merah?" Aria Amante justru merasa heran dengan penjelasan Gincu Perawan. Karena menurut pendapatnya, jika benar apa yang dikatakan Gincu Perawan, lantas mengapa sang Begawan Mega Merah mati di tangan orang? Bukankah Begawan Mega Merah dikenal sebagai pemilik Pusaka Pedang Merah?"Mendiang guruku sendiri pernah menceritakan hal itu padaku, dan ia kagum dengan kesaktian dan kehebatan yang dimiliki Pedang Merah! Tetapi ia juga mengatakan, tak ada orang yang bisa mencu

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-04
  • Ksatria Pengembara Season 2   153. Bagian 20

    "Pisau ini beracun ganas jika sampai menggores kulit tubuh manusia," kata Gincu Perawan. "Orang yang tergores atau terkena pisau kecil ini akan hangus terbakar dan tak dapat ditolong lagi!""Dari mana kau tahu?"“Aku kenal pemiliknya!" jawab Gincu Perawan."Siapa pemiliknya? Apakah Jagal Bawoh atau Dewi Asmara Darah?""Bukan!" jawab Gincu Perawan dengan tegas. "Pisau ini milik seorang tokoh tua dari Pantai Selat Timur.""Maksudmu... Eyang Sambar Nyawa?""Benar!""Tidak mungkin!" sanggah Aria Amante. "Eyang Sambar Nyawa adalah teman baik Begawan Mega Merah! Ia juga baik kepadaku!""Di balik kebaikan seseorang tak mungkinkah tersimpan kebusukan?""Ya. Memang. Tapi tidak begitu untuk Eyang Sambar Nyawa!"Baru saja Aria Amante selesai bicara begitu, tiba-tiba Gincu Perawan terpekik, “Awas!" sambil ia sentakkan kaki dan melenting di udara, demikian pula halnya dengan gerakan mendadak Aria Amante. Tubuhnya s

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-04
  • Ksatria Pengembara Season 2   153. Bagian 21

    “Angin Sambar Nyawa yang hanya datang sewaktu-waktu jika diinginkan oleh pemiliknya!" seru Gincu Perawan, rambutnya beterbangan ke arah belakangnya. Matanya menyipit menahan derasnya angin menerpa."Siapa pemilik Angin Sambar Nyawa ini?!""Siapa lagi kalau bukan Eyang Sambar Nyawa!"Di hati Aria Amante menggumamkan nama itu dengan nada heran sekali, ia kenal betul dengan Eyang Sambar Nyawa. Hubungannya nyaris seperti hubungan antara murid dan guru, karena Eyang Sambar Nyawa sering kasih saran dan pandangan hidup kepada Aria Amante. Bahkan sering juga Eyang Sambar Nyawa mengingatkan kepada Aria agar menjadi murid yang baik yang selalu taat kepada perintah dan ajaran gurunya.Jika benar Eyang Sambar Nyawa yang bikin ulah seperti ini, lantas apa maksudnya? Apa pula maksud Eyang Sambar Nyawa dua kali melepaskan pisau beracun untuk membunuh Aria? Atau, jangan-jangan yang jadi sasaran adalah Gincu Perawan? Bukan Aria ? Rasa- ras

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-05
  • Ksatria Pengembara Season 2   153. Bagian 22

    Langkah kakinya masih bergerak pelan sambil matanya mengelilingi seluruh tempat itu. Lantai pun disentak-sentakkan pakai kaki, mencari kemungkinan adanya suara geduk yang berongga. Jika ada suara gedukan kaki berongga, itu pertanda ada ruang bawah tanah. Tapi beberapa lantai yang sempat diperiksanya, tidak ada yang punya suara geduk sedikit menggema. Itu artinya tak ada ruang bawah tanah di bawah bangunan tersebut.Kini, Gincu Perawan tiba di depan ruang cipta hening, ia pandangi dinding dan pintu lebih dulu. Susunan batu diperhatikan semua. Tapi tak ada yang bisa dijadikan alasan sebagai sesuatu yang perlu dicurigai. Susunan batu itu merapat lekat tak sedikit pun bisa digeser atau dilepas.Pintu dipandanginya. Pintu itu terbuat dari lempengan baja yang sangat kokoh dan tua. Warnanya sudah berubah hitam keabu-abuan. Pintu itu tidak berengsel. Jadi menurut dugaan Gincu Perawan, pintu itu bergerak menggeser ke kiri atau ke kanan jika ingin membukanya. Tak ada lu

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-05
  • Ksatria Pengembara Season 2   153. Bagian 23

    Wusss! Dugggh!Tak ada gerakan pada pintu, tapi tubuh Gincu Perawan terpental ke belakang dan jatuh nyaris terlentang."Gila! Pintu itu punya kekuatan membalikkan pukulan tenaga dalam! Sama saja aku menendang diriku sendiri tadi?!"Gincu Perawan bangkit. Telapak tangannya gigih digaruknya. Tapi pada saat itu terdengar suara berucap dari arah belakangnya,"Sebentar lagi akan buntung kedua tanganmu itu, Anak Manis!"Terkejut Gincu Perawan mendengar sapaan itu. Ia cepat palingkan wajah dan kerutkan dahi. Seorang lelaki tua yang rambut dan kumisnya telah beruban seperti jenggotnya, telah berdiri di sana, mengenakan pakaian abu-abu dengan kainnya yang menyilang di dada sampai pundak. Pundak satunya bebas tak tertutup kain. Dari rambut putihnya yang botak di bagian dekat dahi itu, Gincu Perawan segera mengenali orang tersebut, yang tak lain adalah si Eyang Sambar Nyawa. Jari-jari kesepuluh kukunya itu berwarna hitam runcing walau tak terlalu panjang. Kuk

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-05
  • Ksatria Pengembara Season 2   153. Bagian 24

    "Itu lebih baik kalau memang kau bisa, Anak Manis!""Tua bangka banyak cakap kau, hiii!"Crass!Sinar merah keluar dari telapak tangan Gincu Perawan. Tapi Gincu Perawan sendiri yang pekikkan suara tertahan, ia tersentak mundur dengan tangan segera ditarik kembali, karena rasa sakit perih begitu menyengat akibat keluarnya tenaga dalam bersinar merah itu. Sedangkan tenaga dalam yang sudah telanjur terlepas itu ditangkap dengan kibasan tangan Eyang Sambar Nyawa. Sinar itu menjadi bulatan semacam bola yang bernyala-nyala diatas telapak tangan Eyang Sambar Nyawa. Kemudian, Eyang Sambar Nyawa melemparkan bulatan merah tersebut ke arah sebuah batu bersusun yang ada di samping ruang pemujaan tersebut.Wuttt! Duarr! Batu itu pecah bagai dilempar dengan bahan peledak yang cukup kuat. Lalu, Eyang Sambar Nyawa palingkan pandang ke arah Gincu Perawan sambil sunggingkan senyum tuanya yang menggeramkan hati Gincu Perawan."Gila! Tenaga dalamku bisa ditangkapnya?!

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-05
  • Ksatria Pengembara Season 2   153. Bagian 25

    "Gincu Perawan...?!" Aria Amante terkejut sekali, terlebih setelah melihat kedua telapak tangan Gincu Perawan hampir putus, berdarah dan sangat menjijikkan. Tulang-tulang jarinya nyaris terlihat semua."Oh, apa yang terjadi, Gincu Perawan...?!" Aria Amante cepat menolong orang yang selama ini dianggap sebagai temannya itu. Gincu Perawan sendiri tak mau terlihat lemah di depan Aria Amante, ia cepat bangkit dengan napas ditarik dalam-dalam."Tanganmu...? Oh, tanganmu hampir putus, Gincu Perawan!""Jangan hiraukan tanganku! Biarlah luka ini, yang penting aku bisa mengusir si Eyang Sambar Nyawa dari dalam kuil! Dia bermaksud mencuri pedang pusaka dari kamar itu!""Tapi... tapi tanganmu ini pasti terkena Racun Kulit Api! Kau telah memegang pintu ruang cipta hening, bukan?!""Hmmm... anu... iya, secara tak sadar tadi aku memegangnya untuk menghindari serangan si Eyang Sambar Nyawa!""Oh, aku lupa tak bilang padamu, bahwa pintu itu tidak b

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-05

Bab terbaru

  • Ksatria Pengembara Season 2   218. Bagian 17

    Setelah melihat Jejaka Emas memahami maksud perkataannya, Bintang segera melangkah ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Berjarak 3 tombak dari Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, Bintang menghentikan langkahnya.“Tidak ada yang kalah juga tidak ada yang menang dalam sebuah peperangan. Lebih baik kita berdamai dan hidup berdampingan Ayah Mertua” ucap Bintang dengan menyebut Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sebagai ayah mertuanya. Tentu saja kenyataan itu tak bisa Bintang pungkiri. Walau bagaimana, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal adalah ayah mertua baginya.Tatapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal masih terlihat dingin kearahnya, dan terdengar suara beratnya. “Kenapa kau menolak untuk menjadi penguasa dunia, Bintang? Bukankah itu keinginan semua laki-laki didunia ini! Tahta dan Kekuasaan?!”Bintang menggeleng, lalu berkata, “Aku lebih suka kedamaian. Buat apa meraih kekuasaan, kalau hidup selalu tidak tenang” Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terdiam saat mendengar kata-kata Bintang.Binta

  • Ksatria Pengembara Season 2   218. Bagian 16

    Semua terdiam!Sunyi!Tak ada satu suarapun yang terdengar, kecuali desau angin!Sementara itu, keadaan semua orang yang tadinya terpaku, kini sudah bisa bergerak, masing-masing saling menatap satu sama lain, lalu mengedarkan pandangan mereka ke arah sekitar. Apa yang baru saja terjadi, berasa seperti mimpi.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal pun masih terpaku berdiri ditempatnya, memandangi jari manis tangan kanannya yang sudah kosong, tidak ada lagi Cincin Sulaiman yang biasa terpatri.Di pihak Jejaka Emas, Bintang lebih dulu tersadar dengan keadaan yang terjadi. Masih terlihat keringat dingin di sekujur tubuh Bintang. Rasa sakit yang baru saja dialami oleh Bintang bukan sekedar dalam angan-angan, tapi Bintang benar-benar dapat merasakan bagaimana tubuhnya terhempas dengan keras ke sebuah alam, dimana di alam itu, berbagai macam orang dengan segala macam siksaannya. Bintang benar-benar merasakan kesakitan yang amat sangat yang membuat tubuhnya seperti ditusuk oleh ribuan

  • Ksatria Pengembara Season 2   218. Bagian 15

    “Bangunlah kalian berdua!” kembali suara lembut tapi tegas itu terdengar menyapa keduanya, hampir bersamaan Bintang dan Jejaka Emas memalingkan wajah mereka kearah depan. Wajah keduanya berubah. Berjarak hanya beberapa tombak dihadapan mereka, terlihat sosok seorang laki-laki tua berwajah agung dan teduh. Mengenakan pakaian putih disekujur tubuhnya. Senyumnya terlihat begitu agung dan teduh. Bintang dan Jejaka Emas terkejut, karena tadi, tidak ada seorangpun yang ada ditempat itu selain mereka berdua.Lelaki tua berparas agung itu terlihat duduk diatas sebuah batu putih yang bila diperhatikan dengan seksama. Batu itu tidaklah menyentuh tanah, alias mengapung diudara.“Kemari!” Terdengar suara lembut dan tegas kembali menyapa Bintang dan Jejaka Emas. Walau keduanya tak melihat bibir lelaki tua itu bergerak, tapi Bintang dan Jejaka Emas yakin, kalau lelaki tua itulah yang menyuruh mereka.Lagi-lagi Bintang dan Jejaka Emas diliputi keheranan, karena tubuh mereka tiba-tiba saja bangkit be

  • Ksatria Pengembara Season 2   218. Bagian 14

    Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat geram saat melihat tak satupun dari pihak lawan yang mau bersikap setia kepadanya. “Kalian semua rupanya benar-benar ingin mati, jangan katakan kalau aku tidak memberikan kalian kesempatan...” ucap Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal berpaling kearah seluruh pasukannya yang ada dibelakangnya.“Bunuh mereka semua!”Satu perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah cukup untuk membuat pasukannya bergerak kedepan dengan senjata terhunus. Siap untuk membunuh lawan-lawan mereka yang sudah tak berdaya ditempatnya.Mendengar perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, membuat pucat wajah-wajah dari pihak lawannya. Sebagian mengeluarkan keringat dingin membayangkan kematian yang akan segera mendatangi mereka, sementara sebagian lagi tampak mampu bersikap tenang dan sudah siap menerima nasib, karena memang sejak awal pertempuran, mereka sudah siap untuk mati. Ada satu hal yang setidaknya membuat mereka mati dengan tenan

  • Ksatria Pengembara Season 2   218. Bagian 13

    Sementara itu dipihak Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal juga ikut bingung melihat kejadian itu, Bintang yang kini tampak tengah diperebutkan oleh ke-4 wanita cantik. Di benak mereka terbersit pikiran, ‘Apa mereka tidak menyadari kalau saat ini tengah berperang’. Hal ini membuat semua orang geleng-geleng kepala melihatnya.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat menatap ke arah Bintang dengan tatapan dingin. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal maju beberapa langkah kedepan. Seketika keadaan riuh ditempat itu langsung berhenti. Hening. Bahkan keributan kecil diantara Bintang dengan ke-4 gadisnya juga ikut terhenti dan kini mereka ikut menatap kearah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tak ada yang bersuara, semua perhatian tertuju langsung ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tiba-tiba saja dari pihak seberang, sesosok tubuh melangkah kehadapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Dia adalah Jejaka Emas. Jejaka Emas memang sangat kesal melihat keberuntungan Bintang yang dike

  • Ksatria Pengembara Season 2   218. Bagian 12

    “Hai! Utusan Dewa. Kami akan menghentikan peperangan ini bila Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah terkalahkan, tapi bila tidak. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa!” Raja Munaliq Dari Timur memberikan jawaban diiringi anggukan oleh kedua raja jin lainnya, juga para prajurit yang berada dibawah kendali mereka.Apa yang dikatakan oleh Raja Munaliq Dari Timur memang tidak salah. Selama Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal tidak bisa dikalahkan, maka kemenangan akan selalu menjadi milik mereka. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa.Kini balik Una Lyn yang terlihat terdiam ditempatnya. Jejaka Emas yang melihat hal itu, segera beranjak maju untuk memberikan tanggapannya.Bleegaarrr!Sebuah suara keras ledakan terdengar keras membahana di tempat itu, begitu kerasnya sampai membuat tempat itu bergetar laksana digoncang gempa skala sedang. Ada yang jatuh terduduk karena tak kuat menahan getaran yang terjadi, tapi masih banyak pula y

  • Ksatria Pengembara Season 2   218. Bagian 11

    Una Lyn sendiri terlihat melakukan salto beberapa kali diudara hingga akhirnya berhasil mendarat dengan mulus ditanah, sedangkan Ifrit juga mampu mendaratkan kedua kakinya ditanah, setelah terseret cukup jauh kebelakang. Darah terlihat merembes dimulut keduanya, sebagai tanda luka dalam yang mereka derita.Seakan tak ingin membuat waktu percuma, Una Lyn terlihat langsung mengangkat tangannya yang tengah memegang pedang naga emas keatas.Wusshh..!Bayangan seekor naga emas melesat keluar dari hulu pedang ditangan Una Lyn. Sementara itu di ujung sana, Ifrit pun terlihat tak ingin tinggla diam.Dugghh!Tongkat ditangannya dihentakkan ke tanah.Wusshh..! Wusshh..! Wusshh..!Banyak sosok bayangan hitam yang keluar dari kepala tongkat dan sosok-sosok bayangan hitam itu tampak membentuk wujud-wujud jin yang tak terhitung jumlahnya yang hampir memenuhi langit. Di tempatnya, Una Lyn cukup terkejut melihat pamer kesaktian yang diperlihatkan oleh Ifrit. Ternyata Ifrit mampu mengeluarkan banyak j

  • Ksatria Pengembara Season 2   218. Bagian 10

    Dughh! Seiring dengan itu Ifrit menghentakkan tongkat ditangannya ke bawah.Werrrr...! gelombang energi terpancar keluar dari tubuh Ifrit yang langsung menyapu seluruh tempat itu. Terjadi keanehan! Pemandangan mencengangkan terjadi. Waktu seolah berhenti, bangsa jin yang tengah bertempur satu sama lain, terdiam seperti patung. Semuanya berhenti bergerak, bukan saja yang ada di tanah, tapi juga yang ada diudara ikut berhenti bergerak.Baik bangsa manusia, bangsa jin, maupun para dewa-dewi, bahkan Jejaka Emas pun ikut berdiri mematung ditempatnya berada. Terlihat perubahan diwajah semua orang, termasuk Jejaka Emas yang berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan dirinya agar bisa kembali bergerak, tapi sejauh ini hanya gerakan yang sangat lamban yang terlihat. Tak ada yang mampu menggerakan tubuh mereka. Sementara itu, di pihak Ifrit, mereka semua tahu, kalau ini adalah salah satu kemampuan Ifrit yang bisa menghentikan waktu.Di depan sana, terlihat Ifrit tersenyum sinis melihat ke arah Jej

  • Ksatria Pengembara Season 2   218. Bagian 9

    Jejaka Emas tak memberi kesempatan sedikitpun bagi Ifrit untuk menghela nafas. Serangan gelang dewanya terus menghantam sosok Ifrit.Sosok Ifrit yang melayang diatas tanah, terus terdesak mundur. Entah sudah belasan ataupun berpuluh-puluh kali serangan gelang dewa menghantam sosoknya, tapi walaupun terdesak. Ifrit sedikitpun tidak terlihat terluka.Jejaka Emas yang melihat hal itu, harus mengakui kekuatan dan kekebalan tubuh Ifrit, tapi anehnya seraya terus melesatkan serangan gelang-gelang dewanya, Jejaka Emas justru tertawa-tawa. Hal ini dikarenakan sosok Ifrit yang terkena serangan beruntun gelang dewanya dari berbagai arah, membuat tubuh Ifrit yang melayang diudara itu tampak terdorong ke kanan, ke kiri, ke belakang dan kedepan, Ifrit seperti tengah berjoget atau bergoyang dangdut. Hal ini pula yang membuat Jejaka Emas kemudian tertawa tergelak-gelak. Bangsa Jin yang ada ditempat itupun bingung dan heran, kenapa Jejaka Emas bertarung sambil tergelak-gelak sendiri.Ifrit terus dig

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status