Cahaya lembayung senja merambat pelan, menembus masuk ke dalam gua batu, mewarnai dindingnya yang kasar dan sedikit basah dengan semburat jingga nan samar.
Di tengah keheningan, seorang pria berambut lurus dan panjang keperakan tengah duduk bersila dengan mata terpejam. "Dia datang!" Seruan samar namun tegas terlepas dari bibirnya. "Akhirnya aku menemukan jejak keberadaan jiwanya!" Kelopak matanya terbuka perlahan, menampilkan sepasang iris abu-abu kebiruan berkilau dalam temaram, seperti pecahan es yang memantulkan cahaya bulan. Ia memiliki bentuk wajah bulat telur, berkulit halus seputih porselen, memancarkan pesona yang begitu menawan. Orang ini adalah Yin Long, seorang jenderal perang yang juga memiliki keahlian di bidang medis dari Alam Naga Langit yang sengaja turun ke bumi untuk mencari keberadaan pecahan jiwa junjungannya. "Ini benar-benar orang itu!" Sosok itu melesat terbang keluar gua, lalu hinggap dan berdiri di atas tempat tertinggi dengan sikap anggun berwibawa. Penampilan itu kian sempurna ketika jubah putih serta rambut peraknya melambai, berkibar diembus angin. "Setelah tiga ratus tahun menunggu, akhirnya aku menemukan jejak kekuatan jiwa Yang Mulia Raja!" gumam Yin Long dengan mata berbinar. "Fluktuasi energi spiritual ini sepertinya berasal dari hutan di sebelah barat daya itu." Yin Long memejamkan mata untuk berkonsentrasi, merasakan gelombang-gelombang energi yang membuatnya bergembira. Yin Long berdiri tegak bak tombak tertancap di tanah. Kedua tangannya terangkat di depan dada, jemarinya dengan cekatan melakukan serangkaian gerakan-gerakan segel tangan guna menyalurkan energi spiritual. Energi spiritualnya bergetar, merambat ke udara, menelusuri setiap denyut kekuatan yang mendekat, mencari sumber gelombang yang telah ia rasakan sejak tadi. Dalam masa ini, ia terlihat sangat gagah seperti seorang penguasa medan perang yang baru saja memenangkan peperangan. Keindahan sosoknya hampir tak berbanding, tetapi aura kekuatan di sekelilingnya justru membawa ketakutan yang luar biasa. Ruang di sekitarnya bergetar, udara seakan tertahan di bawah tekanan tak kasat mata yang terpancar dari tubuh Yin Long, seakan membekukan gerakan semua benda. BLAR! Tiba-tiba, gelombang energi yang familiar kembali meledak di udara, menembus batas penghalang yang melindungi tempat ini. Getarannya begitu kuat, meresap hingga ke tulang, beresonansi dengan keberadaan pria itu. Yin Long membuka mata dan tersenyum, untuk kemudian melesat cepat ke arah Hutan Sawo Alas di sebelah barat daya Gunung Dawu, tempat yang diyakini sebagai sumber datangnya sesuatu yang sedang ia cari selama tiga ratus tahun ini. "Yang Mulia, hamba datang!" ***** Di sisi lain, tepatnya pada wilayah barat Kerajaan Pangkuran, sebuah kerajaan besar di tanah Jawa Dwipa yang terkenal subur, makmur, tentram dan damai sentausa tanpa adanya peperangan antar kerajaan. "Ah, sakit!" Seorang pria muda berpakaian hanfu biru muda tiba-tiba saja menjerit keras sambil memegangi perut bagian bawahnya, di mana titik pusat dantiannya terasa meledak. Gerak kaki pemuda itu terseok-seok, terhuyung dan terlatih. Wajahnya sudah sepucat bunga kapas, tampak begitu menyedihkan. Ia masih berusaha terus berjalan menembus keremangan senja sambil meringis menahan sakit. "Aku tak sanggup lagi! Perutku rasanya ingin meledak!" rintihnya, dalam keputusasaan. Pemuda itu berhenti berjalan dan memilih untuk duduk di bawah sebatang pohon besar, lalu bersandar dengan mata terpejam. Tangannya bahkan sampai gemetar ketika ia berusaha mencari pegangan. "Sejak aku memasuki hutan ini, aku merasa ada mata-mata yang terus mengikuti pergerakanku," bisik pria muda itu, suaranya berbaur dengan irama hujan. "Dari auranya, aku merasa mereka bukan orang-orang yang bermaksud baik." "Jika demikian, sebaiknya aku segera mencari tempat persembunyian yang aman." Pemuda itu merasa tubuhnya kian melemah hingga rasanya tak sanggup untuk bangkit lagi. Jadi dia hanya mengandalkan sisa-sisa tenaganya untuk merangkak ke arah semak-semak di samping pohon besar. "Apakah aku akan tertangkap oleh mereka, atau mati di hutan ini?" tanyanya pelan, disertai keputusasaan. Dawai irama gerimis begitu deras menyirami bumi pertiwi. Langit kelam dengan gumpalan awan hitam, sesekali dicambuk gelegar lidah petir. Suasana sungguh sangat menyeramkan bagi makhluk penghuni bumi yang saat ini terjebak dalam lebatnya curah hujan. Kilat saling berkejaran dan bertarung di angkasa senja yang mulai temaram. Surya kian menenggelamkan diri di balik mega petang dan bagai tak ingin menyisakan lagi jingga terang warna lembayung sebagai penerang. Semua pemandangan yang terpampang, hanya saksi bisu suatu peristiwa menegangkan di bawah siraman air hujan. "Tangkap pemuda itu dan segera bawa dia ke hadapanku, hidup atau mati!" perintah tegas seorang pria berhasil mengagetkan pemuda yang baru saja masuk ke dalam rimbun semak-semak. Pemuda itu menjadi ketakutan dan mencoba memberanikan diri untuk mengintip ke arah sumber suara. Matanya melihat adanya sosok manusia bertubuh tinggi semampai dengan jubah hitam yang telah basah sebagian oleh curah hujan. "Siap, Yang Mulia Penasihat Agung!" sahut para pria berjubah hitam lainnya yang segera melesat menerobos hutan dengan lebatnya rimbun semak liar. Desahan panjang hanya terdengar oleh si pemilik napas yang menengadahkan wajah bercadar hitamnya ke langit, bagai sengaja menentang hujan sambil berseru, "Akhirnya! Setelah penantian panjang, aku menemukanmu kembali!" "Kebangkitannya tidak boleh ditunda lagi. Menunggu hanya ratusan tahun bukanlah waktu yang terlalu lama. Segerakan apa yang sudah menjadi seharusnya!" "Siap, Yang Mulia Penasihat Agung!" seru para pengikut pria berjubah hitam dengan topeng naga hitam yang melekat di wajahnya. "Hahahaha!" "Hahahaha!" Derai tawa berkepanjangan terdengar bergema di sekitar tempat tersebut, bagai membelah kegelapan, mengiringi kepergian sosok berjubah hitam yang sekarang berjalan dengan diikuti oleh para pengikutnya. Bayangan-bayangan sosok-sosok menyeramkan itu kemudian menghilang di balik kegelapan, hanya menyisakan sayup- suara orang bersyair disertai irama musik aneh yang terdengar mistis di antara rinai hujan senja. "Terus bersembunyi di balik gelap namun hati menginginkan terang." "Selama hidup berdiam sebagai bayangan, tetapi tak ingin kesuraman terus datang" "Langit terang memaksa diri untuk menjadi sekelompok pengecut yang takut akan teriknya sinar matahari." "Namun, kali ini aku datang menentang kehendak langit, hanya untuk sesuatu yang harus kumiliki!" "Tak peduli gelap malam datang atau terik mentari membakar. Aku hanya menginginkan satu hal ...." "Yaitu, kematian yang akan menjadi sebuah awal kehidupan lainnya!" Untaian kalimat yang cukup membingungkan dan bernada ancaman dari pria berjubah hitam itu lalu disusul oleh seruan dari para pengikutnya. "Hidup, Yang Mulia Penasihat Agung!" "Hidup!" "Hidup, Raja Naga Kegelapan!" "Hidup!" "Bangkitkan Yang Mulia Raja Naga!" "Bangkitkan!" "Tegakkan kembali bendera kejayaan Klan Naga Hitam kita! "Tegakkan!" Suara tawa panjang mengerikan membelah derasnya hujan, bersaing dengan kilat petir yang saling bersahutan, kian menambah ketegangan dalam dada seseorang yang tengah mengintai aktifitas di sana dengan jantung berdebar kencang. Seseorang berseru lantang, "Cepat tangkap dia!"Di sisi lain, masih di dalam Hutan Sawo Alas. Serumpun semak belukar bergerak-gerak akibat baru saja disusupi seseorang yang berlarian menerobos gerimis deras dan masuk begitu saja ke Hutan Sawo Alas yang terkenal angker. "Ternyata mereka semua memang mengejarku!" seru pemuda yang bersembunyi di balik rimbun semak belukar. Ketakutan dan kedinginan akibat siraman air hujan telah membuat tubuh basah kuyupnya gemetaran, seakan membeku di tempat. "Mengapa mereka semua mengejarku?" Pemuda itu berbisik dengan suara lemah dan bergetar. Ketakutan benar-benar telah mencengkeram perasaan anak muda tersebut, hingga wajah tampan dan manis miliknya semakin tampak pucat pasi dengan badan menggigil. "Pa--paman, to--tolong A--aku! Aku takut!" Anak muda lelaki itu merintih dalam ketakutan sambil memeluk lututnya. "Paman! Ampuni aku yang sudah melanggar larangan Paman An Se!" Pemuda belia itu terus bergumam dalam ketakutan. "Di mana dia?" Suara seorang pria bernada kasar dan dingin yang s
Pemuda itu berlari sambil memegangi perutnya yang tiba-tiba saja mengalami nyeri luar biasa. Meskipun hal ini sering ia alami sedari kecil, tapi bisakah penyakit sialan itu tidak datang sekarang? "Itu dia! Kejaaaar!" seru salah seorang sosok berjubah hitam sambil menunjuk ke arah bayangan kecil yang berlarian menyeruak hutan. Meskipun kaki-kakinya sesekali terpeleset dan hampir terjatuh, tetapi pemuda yang mengenakan pakaian hanfu biru muda itu tetap berusaha untuk bangkit dan kembali berlari meski tubuhnya sempoyongan. "Kepung dia! Ingat, jangan sampai bocah sialan itu lolos lagi!" seru pimpinan pemburu yang harus membawa anak tersebut untuk dihadapkan kepada sang pimpinan. Para pengejar segera melesat dengan gesit bagaikan terbang dan berhasil mengejar serta mengepung bocah lelaki buruan mereka. "Jangan!" Pemuda itu mengangkat kedua tangannya ke atas dengan sikap memohon, sedangkan dia sendiri melangkah mundur dan memutar tubuhnya untuk melihat seberapa banyak para pengepun
"Te--terima kasih, Kakak Tampan, Dewa Penolongku!" ucap bocah lelaki sambil menggenggam ujung jubah putih dari penolongnya."Pergilah kalian semua!" Pria berjubah putih memerintah dengan tegas dan dingin kepada orang-orang berjubah hitam yang berusaha bangkit dari jatuhnya dan berdiri dengan tertatih-tatih.Para pria berjubah hitam tidak ada yang bersuara barang sepatah kata pun. Mereka saling berpandangan, dan memberi isyarat satu sama lain, untuk kemudian secara serentak melangkah mundur tanpa perlawanan.Sepertinya, mereka bersiap-siap untuk meninggalkan tempat tersebut dengan tanpa meninggalkan jejak sama sekali. Hal itu membuat anak muda berpenampilan berantakan di balik punggung pria berjubah putih pun menjadi sangat heran sekaligus merasa takjub akan wibawa penolongnya."Kakak ini sungguh sangat hebat!" Anak lelaki itu memuji dalam hati.Dia sungguh mengira, jikalau penolongnya ini adalah orang yang sangat hebat dan tentunya pandai dalam olah seni bela diri.Hutan Sawo Alas sem
Jatayu mengerutkan alis. "Mengapa Adik Langit terkejut, apakah namaku terdengar aneh?" "Tidak! Tidak ada yang aneh dengan nama Kakak." Langit sedikit tergagap. "Itu nama yang bagus dan terdengar sangat gagah." "Ba--baiklah, Kak Jatayu." Langit menganggukkan kepala. "Baguslah. Sekarang kita bisa saling berteman." Pria berjubah putih bangkit dan mengawasi keadaan sekitarnya. "Oh ya, Adik Langit. Sebaiknya kita segera mencari tempat yang nyaman untuk berlindung. Hari sudah sangat gelap. Aku juga khawatir jika mereka akan mengejarmu lagi." Jatayu kemudian melihat sebatang pohon besar berdaun rindang yang dirasa bisa dijadikan tempat berteduh untuk sementara waktu. Pria itu pun segera mengajak Langit untuk berteduh. "Kamu tunggulah sebentar di bawah pohon ini!" "Kakak Jatayu hendak pergi ke mana?" bertanya Langit sambil duduk bersandar pada pokok batang pohon besar. Tubuhnya terasa kian melemah akibat dari kelelahan dan ketakutan yang baru saja menyerangnya. Terlebih lagi, sak
Namun pria itu tidak memedulikan keadaannya saat ini, karena pikirannya sedang dibuat sangat tidak menentu atas hilangnya seseorang yang sangat penting baginya. Walau keluh kecil sekalipun tidak terlontar, tetapi nyala api obor berhasil menampilkan sirat wajah penuh kekhawatiran dan kesedihan.Dia adalah An Se, seorang pria keturunan keluarga bangsawan dari daratan Tiongkok yang tak sengaja terdampar di Pulau Jawa bersama dengan beberapa kerabat dan para pengikutnya dua belas tahun yang lalu. Hal itu dikarenakan adanya suatu tragedi yang terjadi pada keluarganya, dan mengharuskan mereka semua melarikan diri sejauh mungkin dari negerinya.Seluruh Keluarga An dibantai secara keji oleh sekelompok orang suruhan yang menjalankan tugas dari orang yang menginginkan Keluarga An binasa hanya demi suatu persaingan bisnis perdagangan.Beruntungnya, An Se dan kakaknya, An Mei, berhasil diselamatkan. Mereka pergi hanya dengan sekelompok kecil pengikut setia hingga sampai di Tanah Jawa ini, tepatny
"Jika melihat keadaan kita sekarang ini, memang sudah tidak mungkin untuk mencarinya lebih jauh lagi. Akan sangat berbahaya sekali jika keberadaan kita tercium oleh para penduduk desa itu, Tuan." Paman Lan berucap sambil mengikuti arah pandangan tuannya. "Maafkan paman, Tuan Besar! Bukannya paman tidak mencemaskan keadaan tuan muda, tetapi kita semua juga mengetahuinya." Paman Lan takut jika ucapannya tadi akan menyinggung sang majikan. An Se hanya bisa menarik napas sesaat, untuk kemudian mengembuskannya secara perlahan guna melepaskan keresahan hatinya. "Paman memang benar. Kalau begitu, mintalah mereka semua untuk pulang kembali ke lembah. Biar kita lanjutkan pencarian esok hari." "Siap, laksanakan perintah!" Paman An Lan yang merupakan salah seorang tetua dari Keluarga An segera memanggil salah seorang dari para pengikut An Se agar memberitahukan kepada semua orang, bahwa pencarian dihentikan untuk sementara waktu. An Se mendesahkan napas berat sambil berbalik badan dan ber
Angin berderu dengan dahsyatnya, datang dari dua sosok pria yang saling berlawanan tanpa adanya suatu gerakan tubuh sama sekali. Pepohonan dan semak belukar ikut bergolak hebat, hingga daun-daun serta ranting-ranting banyak yang patah akibat serangan badai angin kekuatan gaib tersebut. Semua benda ringan beterbangan, berbenturan dan terus berputar-putar tanpa henti.Tentu saja, perang kekuatan gaib tingkat tinggi itu juga membuat para hewan di Hutan Sawo Alas juga menjadi sangat terkejut dan panik. Mereka pun lari tunggang langgang bagaikan sedang dikejar oleh sepasukan hantu jahat yang siap menerkam dan melumat hingga hancur menjadi debu dan abu."Anak muda ini memiliki darah yang sangat istimewa, akan tetapi juga seperti sudah tercemar oleh darah dari mahluk kegelapan." Pria berjubah ungu tuan terus mengerahkan kekuatannya untuk menekan kekuatan anak muda di hadapannya yang ternyata masih belum bisa sepenuhnya menggunakan kekuatan tenaga dalam bawaan lahirnya. "Sepertinya, anak mud
"Dan ini juga yang terakhir kalinya kukatakan, kalau Jatayu ini tetap tidak akan menyerahkan Langit kepada siapa pun!" Jatayu tetap pada pendiriannya."Kamu begitu bersikeras, Jatayu. Maka aku pun tidak punya pilihan lain lagi." Pria berjubah ungu tua meluruskan tangan kanannya ke bawah hingga sejajar dengan paha. Telapak tangan lelaki tersebut tiba-tiba saja mengeluarkan segumpal cahaya ungu terang yang berpijaran. "Majulah, Jatayu! Kuharap kamu tidak mengataiku sebagai orang dewasa yang telah berbuat curang, karena telah melawan dan menindas anak kecil sepertimu!""Apa? Orang itu mengatakan aku anak kecil?" Jatayu bertanya dalam hati dan merasa sangat tidak suka atas perkataan pria tersebut. "Sepertinya, dia terlalu meremehkan aku!"Jatayu pun segera menyiapkan kekuatannya dengan melakukan hal yang serupa dengan pria berjubah ungu. Tetapi yang keluar dari telapak tangan dan tubuh Jatayu bukanlah cahaya, melainkan asap hitam beracun yang teramat pekat dan segera menyebar ke segala ar
Pria muda itu kemudian bergegas ke ruangan lain dan berniat segera menyiapkan beberapa hidangan makan malam ala kadarnya untuk disantap mereka berdua. Sesampainya di dapur, Yin Long langsung mengeluarkan barang-barang yang disimpan di dalam sabuk ruang, seperti bahan obat dan mainan yang rencananya akan diberikan kepada An Zi. Sabuk ruang milik Yin Long adalah suatu tempat penyimpanan gaib yang memiliki daya tampung cukup besar. Benda ini semacam alam kecil yang tercipta pada sabuk keramat miliknya. Ukurannya sendiri bisa dikatakan sangat luas hingga bisa menampung banyak sekali benda. Ini adalah benda dari Alam Naga Langit, sebuah dimensi lain tempatnya dirinya berasal dan barang semacam ini tentu saja sangat jarang ada di bumi pada zaman ini. Yin Long tersenyum sendiri saat memainkan benda bulat dari kayu yang sekarang berputar di atas meja. Dia bergumam, "An Zi dan Rakandaru pasti senang dengan mainan ini. Rasanya sangat
An Se tanpa sadar melamunkan masa lalunya yang teramat kelam. Bayangan demi bayangan para pembantai yang sedang menghabisi keluarganya seakan berlarian di matanya.Hampir tak ada tanah atau lantai yang tidak dibanjiri oleh genangan darah. Cairan merah kehidupan tersebut tersimbah dari mayat-mayat penghuni kediaman Klan An. Sebanyak tiga ratus tiga puluh delapan orang tewas dibantai dengan keji hanya dalam waktu dua jam, dan pelakunya adalah sekelompok pembunuh bayaran paling kejam di Wilayah Hunjing.Sampai saat ini, An Se masih memiliki perasaan dendam terhadap mereka semua. Namun, dia juga sudah tidak mungkin melakukan pembalasan atas peristiwa tersebut. Baginya, sekarang, dia hanya ingin semua orang yang tinggal bersamanya hidup dengan baik dan bahagia."Tak peduli sejauh apa pun burung terbang mengelilingi dunia, dia tetap ingin kembali sarangnya. Namun, itu adalah hal yang sangat mustahil bagi orang kecil tanpa kekuatan ini." An Se berucap s
Yin Long langsung mengangkat tubuh Pangeran Hei Xian dan membawanya pergi dari tempat tersebut. Sebelum pergi, Yin Long melambaikan tangannya dengan elegan dan segumpal cahaya bola api perak pun langsung menyambar mayat kedua orang pria berbadan kekar yang dibunuhnya.Mayat-mayat itu pun terbakar seketika dilahap oleh inti api perak milik Yin Long. Tentu saja, jasad-jasad itu langsung terurai dan menghilang dengan tanpa meninggalkan bau dan jejak. Dengan teknik penyamaran, pria itu juga tak lupa mengubah warna rambut Pangeran Hei Xian menjadi hitam agar tidak menimbulkan kecurigaan orang lain.Yin Long kemudian melesat terbang dengan membawa tubuh Pangeran Hei Xian untuk dirawatnya di Lembah Pakisan. Saat dirinya mulai dekat dengan area lembah, dia memutuskan untuk mendarat dan berjalan kaki saja agar tidak menimbulkan pertanyaan-pertanyaan dari para penduduk yang berpapasan dengannya.Bagaimanapun juga, identitasnya sebagai m
Pangeran Hei Xian mengangguk. "Ya, Paman. Aku merasa tubuhku jauh lebih baik. Terima kasih, Paman. Hanya saja ... sekarang aku merasa bingung, ke mana aku harus pergi dan bertempat tinggal.""Maksudnya?" Yin Long mengernyitkan kedua alis matanya. "Apa yang terjadi denganmu?"Pangeran Hei Xian. "Aku ...."Pangeran Hei Xian kembali memasang wajah sendu dan dia akan mulai lagi mengarang cerita palsu. "Aku sudah tidak memiliki tempat tinggal dan orang tua lagi. Sebelum orang-orang kejam itu menculikku, mereka sudah terlebih dahulu membunuh ayah dan ibuku dan juga membakar kediamanku."Yin Long tertegun, tak menyangka jika nasib anak ini sungguh malang. Dia mulai mempertimbangkan untuk membawanya ke Lembah Pakisan. Namun, bagaimana dengan sikap penduduk di sana jika dia membawa orang asing?"Kalau paman boleh tahu, apa tujuan mereka dengan mengejarmu, Ah Xian?" Suara Yin Long mengejutkan lamunan Pangeran Hei Xian.Pangeran Hei Xian me
"Ah Xian." Yin Long sampai mengulangi panggilannya. "Ah Xian!""Oh!" Bai Xian tersentak dari lamunannya. Kegugupan di wajahnya terlihat lucu dan polos. Melihat ini, Yin Long merasa gemas juga. Mimik muka pemuda ini terlihat seperti seseorang yang ia kenal di masa lalu. Namun, rasanya sangat tak mungkin kalau keduanya adalah satu orang."Sepertinya kamu melamun dan ada yang sedang kamu pikirkan. Lihatlah, aku sudah selesai membalut cederamu dan kamu masih tidak menjawab pertanyaanku." Yin Long berucap seraya merapikan kain balutan pada kaki Bai Xian."Maaf, Paman. Aku sedang memikirkan nasibku hari ini yang rasanya sangat sial." Pangeran Hei Xian mulai mengarang cerita lagi. "Oh ya, tadi Paman bertanya tentang apa?"Yin Long. "...."Yin Long sangat ingin memukul dirinya sendiri hingga pingsan.Bagaimana mungkin sejak tadi dia dia setengah berteriak dan Pangeran Hei Xian tidak mendengarnya?"Maaf, Paman. Aku bena
"Baiklah, Paman. Aku akan berusaha untuk menahannya." Pangeran Hei Xian berucap lirih sambil mengangguk. Di mata biru Pangeran Hei Xian, ada kilat kesedihan yang mendalam atas tewasnya dua orang prajuritnya. Namun, ia menyembunyikan perasaan sedihnya dengan sangat dalam. 'Nasi sudah menjadi bubur, menyesal pun sudah tak ada gunanya. Dan jika nantinya ayah menyalahkanku Ats hal ini, maka aku siap menerima hukuman darinya,' pikir Pangeran Hei Xian sambil tertunduk. Yin Long merasa khawatir jika pembalutan di kaki Pangeran Hei Xian akan menimbulkan rasa sakit. Jadi, dia berinsiatif untuk mengajaknya berbicara guna mengalihkan perhatian dan mengurangi ketegangan suasana hati pasien barunya ini. "Ah Xian," panggil Yin Long dengan suara pelan namun cukup mengagetkan orang di depannya. "Ya--ya!" Pangeran Hei Xian sedikit tergagap karena dia tengah melamun. "Sebelum bertemu mereka, sebenarnya kamu in
Telapak tangan Yin Long menutup secara perlahan dan penyaluran hawa murni pada tubuh Pangeran Hei Xian pun segera terhenti."Aku tidak tahu, Paman. Mungkin ini penyakit lamaku kambuh lagi." Pangeran Hei Xian menjawab dengan napas tersengal. Deras keringat yang bercucuran dari keningnya sudah dapat menjadi pertanda akan usaha kerasnya dalam mengendalikan pergolakan pada dirinya.Yin Long berpikir keras tentang kondisi Bai Xian. Ketika tenaga dalamnya masuk, dia merasa ada energi yang nyaris sama menyambut dan menyatu dengan kekuatannya. Namun tak lama kemudian, suatu terjangan kekuatan lain langsung menghantam bola energi murni yang siap menyebar ke seluruh tubuh Bai Xian."Jangan-jangan dia telah terkontaminasi oleh kekuatan para prajurit naga hitam!" Yin Long terkejut dengan dugaannya sendiri.Yin Long lantas bergeser untuk memeriksa keadaan kaki pemuda berambut putih ini. Dia meraba sepanjang kaki yang ternyata sebagian sudah membengkak. Tulang
Yin Long mengira jika orang ini sedang mencurigai kemungkinan pil darinya mengandung racun. Dia tersenyum tipis dan lembut dengan pandangan mata hangat yang membuat pemuda belia di hadapannya merasa nyaman. "Adik, apa yang kamu pikirkan? Makanlah semuanya. Percayalah, itu benar-benar pil pemulih. Tidak ada racun di dalamnya." Yin Long berusaha meyakinkan. Pangeran Hei Xian merasa sedikit malu. "Maaf, Tuan. Saya bukan meragukan khasiat pil ini, apa lagi mencurigai adanya racun. Hanya saja, Anda begitu murah hati kepada orang yang baru Tuan temui. Saya jadi tidak enak. Terima kasih, Tuan ...." "Panggil saja aku dengan sebutan kakak atau Paman Yin. Tolong jangan sebutkan hal seperti itu lagi, baik sekarang ataupun nanti. Kita ini sama-sama manusia yang sudah seharusnya saling tolong-menolong." Yin Long segera menyela. 'Padahal aku ini bukan manusia." Yin Long berkata dalam hati. 'Meski aku sebenarnya bukanlah
"Anak muda itu. Bagaimana aku bisa sampai melupakan dia?" Yin Long bergegas menghampiri Pangeran Hei Xian yang ternyata mulai tersadar. Jari-jari Pangeran Hei Xian mulai bergerak satu per satu dengan gerakan lemah. Mata pemuda itu terbuka sedikit dan semua yang tertangkap di penglihatannya hanya kekacauan di mana-mana. Tempat itu seperti baru saja terkena badai angin topan yang dahsyat. Yin Long berjongkok di samping tubuh Pangeran Hei Xian dan langsung meraih kepala pemuda itu untuk kemudian disandarkan di lengannya. "Sepertinya dia sudah mulai tersadar," gumam Yin Long. Namun, Yin Long tercekat saat melihat dari dekat wajah pemuda berpakaian serba putih seperti dirinya. Pakaian anak muda itu pun memiliki model yang nyaris sama, yaitu hanfu. Jelas sekali terlihat, jika pemuda tersebut bukan berasal dari Tanah Jawa. Itu bisa dilihat dari tekstur kulitnya yang halus dan putih. Dia juga berhidun