Di tengah malam yang gelap gulita, Audrey duduk menghadap telepon umum.
Digenggamnya beberapa koin uang yang tersisa.
Sejak perceraian orang tuanya, masa kecil Audrey hanya penuh dengan pemandangan suram. Sang ayah terjatuh dalam jurang depresi. Setiap hari dia berangkat bekerja sebagai buruh pabrik dan meninggalkan Audrey sendirian di rumah. Upah buruh yang tidak seberapa selalu habis untuk biaya makan dan mabuk-mabukan Arman, tidak jarang Arman menjual barang-barang rumah demi bisa mabuk. Audrey pun harus bertahan di rumah yang berdinding tambalan kayu yang saat hujan akan bocor dan saat musim salju selalu ada banyak arang yang terbakar di setiap penjuru tempat karena tidak ada penghangat ruangan. Audrey sangat marah. Namun, dia tidak bisa membenci sikap ayahnya setelah mendengar cerita dari banyak orang bahwa Arman berubah menjadi pemabuk semenjak ditinggal oleh isterinya yang berselingkuh. Menyedihkannya sejak Audrey menginjak usia lima belas tahun, Arman mulai berhenti bekerja karena terkena kanker. Sehingga, ketika Audrey lulus sekolah SMA, dia harus banting tulang menerima pekerjaan apapun untuk menggantikan peran ayahnya agar bisa bertahan hidup dan mencari biaya pengobatan. Satu tahun setelah Audrey lulus sekolah, kini keadaan Arman semakin parah dan tidak lagi bisa hanya meminum obat di rumah. “Keadaan ayah Anda semakin memburuk, namun biaya untuk kemoterapi cukup banyak, pihak rumah sakit tidak dapat memberi keringanan lagi,” ucap seorang perawat, “Untuk melakukan beberapa kali kemoterapi dan biaya lainnya, kemungkinan Anda butuh seratus ribu dollar.” Audrey terhenyak kaget, darimana dia bisa mendapatkan uang sebesar itu? “Apa dengan kemoterapi, ayah saya bisa sembuh?” tanya Audrey. “Ya, ada banyak pasien yang bersih dari kanker setelah kemoterapi.” Audrey mengusap sikunya dengan tangan yang berkeringat dingin. “Tolong lakukan yang terbaik untuk ayah saya, saya akan mengusahakan semua biayanya,” pinta Audrey dengan suara bergetar menahan tangisan. “Waktu Anda hanya tinggal dua hari lagi Nona Audrey. Hubungilah kerabat Anda agar bisa mereka bisa membantu.” “Saya akan mengusahakannya,” jawab Audrey penuh keyakinan saat itu. Tapi, kini Audrey putus asa. Seluruh kenalan dan kerabat Arman yang ditelpon untuk meminta pertolongan–menyatakan bahwa mereka tidak bisa. Tes! Gerimis mulai turun, membawa kilauan cahaya di bawah terangnya lampu jalanan. Wajah Audrey terangkat, matanya berkaca-kaca menahan tangisan putus asanya, tidak tahu harus kemana lagi kini dia meminta pertolongan. Dikeluarkannya buku kecil dari saku jaketnya yang lusuh, melihat satu-satunya nomer telepon yang belum dia coba hubungi, yaitu ibunya. Sejak ditinggal pergi bercerai, wanita itu sama sekali belum pernah datang berkunjung menemui Audrey, bahkan sekadar menanyakan kabar. Sejujurnya, Audrey sama sekali tidak pernah tahu seperti apa kehidupan ibu dan kembarannya sekarang. Begitupun dengan rupa ibunya yang telah tidak ada lagi dalam ingatan. Apakah bisa, kini Audrey menghubunginya untuk meminta tolong? Setelah cukup lama mempertimbangkannya dalam perenungan, Audrey masuk ke dalam ruang telepon umum lagi dan memasukan koin-koin terakhir yang dia miliki, mengharapkan bantuan ditengah keputus asaannya. Suara deringan telepon yang tersambung terdengar. Audrey menantinya sambil merapalkan do’a, berharap ibunya bersedia membantunya. “Hallo,” suara seorang wanita terdengar dibalik telepon. Bibir Audrey bergetar, beberapa kali dengan mengatur napas untuk mengumpulkan keberanian berbicara, “Saya ingin berbicara dengan Nyonya Salma.” “Saya Salma, Anda siapa?” Audrey meringis, menekan dadanya yang berdebar kencang menyadari bahwa itu suara ibunya yang selama ini tidak pernah diketahui. “Sa saya Audrey, adik Aurelie.” Hening…. Salma tidak memberikan reaksi apapun dibalik teleponnya setelah tahu dia berbicara dengan Audrey, kembarannya Aurelie. “Kebetulan sekali, bagaimana kabarmu Audrey?” tanya Salma setelah cukup lama diam. Audrey mengusap sudut bibirnya tidak kuasa menahan tangisan yang sudah mendesak. “Saya baik-baik saja, ta tapi ayah sakit,” jawabnya terbata. “Kau butuh bantuan?” tanya Salma langsung menyadarinya. Audrey terdiam sejenak, menggenggam erat gagang telepon. “Jika Ibu berkenan, saya ingin meminta tolong kepada Ibu,” jawab Audrey tidak membuang waktu, itu koin terakhirnya dan dia tidak bisa menghubungi Salma lagi jika waktunya telah habis. “Jadi apa yang kau butuhkan?” Audrey tercekat kaget mendengar tanggapan ibunya yang begitu cepat menjawab tanpa meminta banyak kepastian apakah Audrey jujur atau berbohong. Beberapa kali Audrey mengatur napasnya, mengumpulkan keberanian untuk berkata, “Saya butuh seratus ribu dollar untuk ayah kemoterapi,” jawab Audrey terbata. “Itu uang yang cukup besar, kau bisa mendapatkannya asal bersedia memenuhi satu syarat.” Tanggapan baik Salma yang langsung bersedia membantu meski harus syarat, sedikitpun tidak memunculkan kecurigaan, justru membangkitkan harapan Audrey untuk bisa memperjuangkan kesembuhan ayahnya. “Syarat apa yang harus saya penuhi?” tanya Audrey dengan penuh semangat.Apapun akan dia lakukan jika itu bisa membuat ayahnya kemoterapi dan sembuh dari sakitnya.
Mungkin, Tuhan menjawab doanya lewat sang ibu?
“Syaratnya akan dibicarakan besok, sekaligus membawa uang yang kau butuhkan. Dimana kau sekarang berada?” tanya Salma semakin memperbesar harapan Audrey.“Saya ada di rumah rumah sakit kota Lapolez.”“Tunggu saja besok, sampai jumpa.”Sambungan telepon terputus begitu saja tanpa ada pembicaraan apapun lagi padahal masih ada waktu yang tersisa satu menit untuk bisa Audrey gunakan berbicara dengan ibunya.Audrey sempat berpikir, ibunya akan berbicara sesuatu untuk menguatkannya dan saling menanyakan kabar lebih lanjut, tapi ternyata sikap Salma cukup dingin.Apa karena Audrey menelponnya ditengah malam dan mengganggu waktu tidurnya?Audrey keluar dari ruang telepon umum, kembali masuk ke rumah sakit dengan segenggam harapan bahwa besok dia menemukan jalan keluar dari segala masalah yang tengah dihadapinya.***Sebuah pertemuan yang dijanjikan akhirnya terjadi.Sepanjang malam Audrey menanti dengan cemas, berpikir bahwa ibunya akan datang ke kota Lapolez untuk menemuinya, Audrey ingin se
Di sisi lain, Arman terbaring di ranjang rumah sakit, masih dalam keadaan tidak sadarkan diri. Tubuhnya kurus kering, wajahnya terlihat pucat memiliki banyak cekungan tajam karena kehilangan banyak berat badan. Audrey yang baru datang, langsung menggenggam tangan Arman dengan penuh kehati-hatian. Dia ingin menghabiskan sisa-sisa waktu yang dia miliki untuk menatap lekat wajahnya yang akan dirindukan. Rasanya masih seperti mimpi, menghadapi kenyataan jika Audrey harus pergi meninggalkan Arman tanpa bisa berpamitan dan menceritakan keadaannya. Audrey harus merahasiakan kepergiannya ke ibu kota. Merahasiakan pengorbanan yang harus dilakukan untuk kesembuhan Arman. Menyembunyikan segunung ketakutan yang harus disimpan dalam diam. Ayahnya hanya perlu tahu bahwa Audrey pergi jauh untuk bekerja. Audrey tertunduk mengecup punggung tangan Arman, menyembunyikan tangisan yang tidak dapat dibendung lagi. “Aku akan melakukan segalanya untuk Ayah, karena itu aku mohon, segeralah sembuh aga
Dante menuruni satu persatu anak tangga, menghampiri Salma yang telah berhasil mengantar kembali putrinya sesuai dengan apa yang dijanjikan. Dinginnya sikap Salma berubah dalam sekejap, wanita itu tersenyum ramah saat berdiri di hadapan Dante. “Aku telah menasihati Aurelie, aku yakin sekarang dia telah belajar dari kesalahannya dan tidak akan membuat masalah lagi. Tolong maklumi perilakunya karena dia masih muda dan kini sedang sakit,” ucap Salma. Alis Dante sedikit terangkat, melihat Audrey yang tengah tertunduk tidak memiliki keberanian untuk menunjukan wajahnya, biasanya gadis itu akan menyelak seperti anjing menggonggong dengan wajah terangkat angkuh, bertindak tidak tahu malu. Entah apa yang sudah dibuat Salma hingga dia bisa membuat putri kesayangannya menjadi sedikit lebih tenang? Apa karena ini ada hubungannya kondisinya yang lupa ingatan? Jika dilihat dengan teliti, kondisi fisik Aurelie juga jauh lebih kurus dari yang terakhir kali. Meski begitu, Dante tidak akan p
Tanpa tahu apa yang terjadi, Audrey kini tengah terperangah takjub kala memasuki kamar yang akan ditempati. Ruangan yang disebut kamar itu lebih luas dari gubuk tempatnya tinggal bersama Arman! Di dalam kamar itu, barang-barang milik Aurelie juga sudah tertata rapi, sehingga Audrey tidak perlu menggunakan pakaian dekilnya lagi. Dengan riang Audrey melompat naik ke ranjang yang luas, berguling-guling diatas atas lembutnya sprei. Sejenak menikmati sesuatu yang selama ini tidak pernah dia dapatkan dalam hidupnya. Andai saja Arman ada disini, dia pasti tidak akan lagi sakit sebadan-badan karena tidur diranjang sekeras batu. Tanpa sadar Audrey tertawa, berpikir bahwa kini dia sedang terjebak dalam negeri dongeng. Dibandingkan seperti sedang disandera, justru Audrey merasa seperti sedang menikmati liburan mewah di sebuah hotel. Brak! “Setelah kehilangan kebebasan dan ingatan, apa sekarang kau sudah mulai gila?” Suara dingin Dante berhasil menghentikan tawa Audrey, perlah
“Kau sudah mengantar Aurelie kembali?” tanya Daud, suami Salma.“Sudah. Aku juga sudah memperingatinya agar dia tidak membuat masalah lagi, karena aku tidak akan lagi ikut campur urusan Aurelie selama dia bersama Dante, kau tidak perlu khawatir,” jawab Salma dengan penuh keyakinan.“Aku masih mentoleransi kesalahan Aurelie karena dia masih muda, namun kali ini tidak ada kesempatan apapun lagi untuknya, aku sudah muak dengannya. Pastikan dia tidak membuat masalah lagi jika kau peduli pada pernikahan kita,” peringat Daud.“Aku berjanji, kali ini tidak akan lagi.”“Kupegang kata-katamu.”Salma tersenyum penuh keyakinan.Daud tidak tahu saja jika Salma telah mengatur sebuah rencana untuk memperbaiki kekacauan yang dibuat Aurelie, yaitu dengan menjadikan Audrey perisai yang menggantikan semua tanggung jawab Aurelie. Karena itulah Salma bisa percaya diri menjanjikan Aurelie tidak akan membuat ulah lagi.Ya, sejak menikah dengan Daud, Aurelie tumbuh dalam gelimang harta. Semua kebutuhannya
Dante Arnaud, dia adalah seorang pengusaha wine yang hanya diketahui nama dan wajahnya oleh segelintir orang. Dibalik ketenaran wine yang dia produksi, Dante menjalani kehidupannya secara tertutup dan jauh dari sorotan, beberapa kali winenya mendapatkan penghargaan di kancah internasioanl, selama itu juga Dante hanya mengirim perwakilannya untuk menunjukan diri. Saking tertutupnya, tidak ada banyak yang tahu tentang kehidupannya, bahkan beberapa orang yang sempat melayaninya sekalipun, hanya keluarganya yang tahu siapa itu Dante Arnaud. Dante hidup dikalangan keluarga yang berada, ayahnya adalah seorang pemilik hotel dan ibunya seorang professor di universitas bergengsi. Tidak sejalan dengan apa yang diajarkan orang tuanya, sejak masih muda Dante lebih gemar mempelajari minuman hingga memutuskan berhenti sekolah, memfokuskan diri untuk mengembangkan wine yang digemarinya. Setelah lebih dari sepuluh tahun melakukan banyak usaha, kini Dante telah menuai hasil dari kerja kerasn
Cahaya sinar matahari sudah mulai redup menandakan malam akan segera datang, kehangatan yang sempat menembus jendela berganti dingin. Audrey masih mengurung diri di dalam kamarnya, masih bergumul dengan sakit yang tidak dia ketahui bagaimana cara untuk mengatasinya. Sekasar apapun Audrey membersihkan tubuhnya hingga kulitnya berdarah perih, dia tetap merasakan kehinaan dan kekotoran yang begitu melekat. Sekeras apapun Audrey mencuci seprai untuk menghilangkan jejak nodanya, namun kenangan buruk itu tetap tertanam dikepala. Audrey meringkuk di sofa seperti sebuah janin yang rentan, setiap kali dia melihat kearah ranjang, seluruh kulitnya meremang dan dia menangis, terbayang kenangan menakukan yang telah terjadi. Audrey menarik napasnya dalam-dalam, merasakan perih ditenggorokannya yang mengering. Audrey haus dan lapar, namun dia segan untuk keluar apalagi harus bertemu dengan lelaki jahat, bernama Dante Arnaud. Audrey belum siap menerima ini semuanya, mentalnya sedang terkoyak,
Arman menggenggam erat kertas itu dengan tangan gemetar, rangkaian tulisan yang dibuat oleh balpoin luntur terkena beberapa tetes air matanya. Arman tertunduk menangis pilu, menangisi kepergian Audrey harus menghabiskan masa remajanya dengan bekerja. Arman tidak menyangkal bahwa dia memang bukanlah ayah yang baik untuk Audrey. Setiap kali melihat wajah Audrey yang mirip ibunya, kebencian didalam hatinya pada Salma selalu terpupuk, Arman selalu kembali teringat pengkhianatan Salma dan membuatnya hidup dalam kubangan keterpurukan. Kebencian Arman pada Salma membuatnya mengabaikan Audrey dan tidak pernah memberikan masa kecil yang indah untuknya. Sering kali Arman meninggalkannya dirumah sendirian tanpa memikirkan keadaannya, sering kali Audrey kelaparan karena Arman lebih mementingkan diri membeli minuman, sering kali mereka bertengkar karena penagih hutang datang. Bahkan ketika Arman sudah diponis kanker dan tidak bekerja lagi, dengan keras kepala dan egoisnya dia masih sering me
Chapter 63Pertanyaan Aurelie tidak dapat Dante jawab, ketegangan yang terjadi di dalam kamar itu akhirnya berakhir dengan Dante pergi meninggalkan kamar tanpa penyelesaian apapun. Namun, Dante pergi membawa kebimbangan yang mengganggu pikirannya.Amarah membara hilang dalam sekejap, berganti menjadi rasa penasaran yang memunculkan banyak pertanyaan di kepala. Sepanjang hari Dante menghabiskan waktunya di dalam ruangan kerja untuk minum tanpa melakukan apapun, melamunkan sesuatu yang terus menerus mempengaruhi pikiannya.Aurelie Harper memiliki personal branding yang jahat dan berbahaya. Dengan mata kepalanya sendiri, Dante sering melihat gadis itu berprilaku tercela!Anehnya, selama lima tahun mengenal Aurelie, tidak pernah sekalipun Aurelie terlibat masalah dengannya. Setiap kali mereka bertemu, Aurelie selalu tenang dan cenderung lebih banyak diam, sibuk dengan dirinya sendiri dan tidak mempedulikan apapun yang ada sekitarnya.Semakin Dante pikirkan kebenaran itu, kini Dante mula
Dante mengundang Daud Harper datang ke rumah dengan bertujuan baik, sejenak dia menyingkirkan egonya karena Aurelie Harper tengah mengandung. Gadis itu tidak bisa berada dalam tekanan dan dia membutuhkan sesuatu yang menyenangkannya. Sudah menjadi rahasia umum jika Aurelie Harper mendapatkan begitu banyak kasih sayang dari orang tuanya.Aurelie sangat dimanjakan sejak kecil. Apapun yang Aurelie inginkan selalu terpenuhi, apapun kesalahan yang telah Aurelie perbuat tidak pernah sekalipun membuat orang tuanya murka apalagi menghukumnya.Karena terlalu dimanja itulah, Aurelie Harper menjadi tidak mandiri, selalu seenaknya bahkan tidak pernah merasa bersalah setiap kali berbuat jahat karena dia tahu, orang tuanya akan melindunginya apapun yang terjadi.Saat mendengar Aurelie mengingau, memanggil nama ‘ayah’ dalam mimpinya. Dante meyimpulkan bahwa gadis itu tengah merindukan ayahnya, karena alasan itulah Dante mempertemukan mereka berdua.Bukankah Dante sudah mengambil keputusan yang bena
Genangan darah bercampur dengan air terlihat dilantai kamar mandi, Audrey duduk meringkuk dibawah shower, gadis itu tengah menangisi peristiwa menakutkan yang telah terjadi.Setelah apa yang telah terjadi, kini Audrey tidak tahu harus berbuat apa.Bagaimana keadaan Daud sekarang? Apakah dia baik-baik saja? Apa yang dipikirkan semua orang setelah melihat apa yang terjadi? Apakah mereka semua akan menghakimi Audrey karena telah melukai ayahnya sendiri.Bagaimana cara Audrey bercerita tentang kebenaran yang telah terjadi?Jika Audrey berkata jujur, apakah seseorang akan percaya bahwa seorang Aurelie Harper telah dilecehkan oleh ayah tirinya sendiri dan dia hanya sedang melindungi diri!Jika Audrey berkata jujur, apakah Daud akan membuat perhitungan dengannya? Apakah Salma akan berpihak pada Daud dan berusaha melindungi kehormatan nama keluarganya dibandingkan melindungi kehormatan putrinya?Audrey meringis dalam tangisan, sentuhan Daud yang tertinggal ditubuhnya masih terasa, masih menin
“Argghht” Daud mengerang kesakitan, memegangi sisi kepalanya yang telah terpukul. “Kau.. apa yang sudah kau lakukan? Berani-beraninya kau memukulku!” geramnya dengan gigi saling mengetat, menatap tajam Audrey dengan penuh amarah.Dada Audrey bergerak naik turun bernapas tidak beraturan, tangannya gemetar hebat menggenggam erat sisa-sisa pecahan gelas yang membuat tangannya berdarah terluka.Sakit yang ada ditangan tidak ada bandingnyannya dengan hatinya yang kini telah terhunus begitu dalam. Amarah, terhina dan takut menjadi satu. Tidak pernah sedetikpun Audrey berpikir bahwa sesuatu yang tercela ini akan terjadi.Audrey tidak menyangka jika pria yang terbalut dalam pakaian mewah seperti orang terhormat itu memiliki prilaku yang sangat tercela.Jadi, apa ini yang terjadi selama ini pada Aurelie Harper? Aurelie dilecehkan oleh ayah tirinya sendiri!Daud, pria bajingan itu tidak hanya telah merusak rumah tangga Arman dan Salma, dia juga telah merusak Aurelie.Jika saja pertemua ini tid
Audrey menutup potret photo keluarga Aurelie Harper yang telah lama dia pandangi. Meski didalam potret photo terlihat seperti keluarga harmonis, Audrey tetap tidak dapat menghindar dari perasaan tidak nyaman menelusup masuk ke dalam dada. Andai bisa, Audrey ingin menolak bertemu dengan ayah tiri Aurelie Harper itu.Lagipula siapa yang mau bertemu dengannya?Kebijaksanaan yang telah dibuat Dante sama sekali tidak berguna!Jika harus berkata jujur, Audrey tidak mengenal Daud, mereka berdua tidak memiliki urusan apapun yang perlu dibicarakan. Audrey juga tidak sudi bila harus melihat wajah lelaki yang telah menghancurkan keluarganya.Sampai kapanpun, tidak akan pernah Audrey lupakan setiap dosa orang yang telah membuat hidup Audrey menderita.Beberapa kali Audrey mengatur napasnya untuk mendapatkan ketenangan. Saat ini Daud tidak tahu jika orang yang ditawan Dante Arnaud adalah Audrey, maka Audrey harus berpura-pura menjadi Aurelie Harper, putri tiri yang selama ini berada dalam pengasuh
Di sudut kota Melbourne, seorang pria muda terlihat duduk dengan wajah gelisah, tidak bosan dia terus melihat layar handpone, menantikan seseorang untuk datang menemuinya.Pria itu adalah Raiden Arnaud, adik kandung Dante sekaligus tunangan Aurelie Harper.Sudah satu bulan dia terkurung di Australia dengan berbagai pengawasan yang mengekang seluruh kebebasannya. Kemanapun dia pergi dan apapun yang dia lakukan, selalu ada orang yang mengikutinya, memastikan bahwa dia tidak akan bisa pulang tanpa izin kakaknya, Dante Arnaud.Raiden rela kehilangan kebebasan hidupnya, menentang keluarganya, menyakiti kakaknya demi membela seorang penjahat yang bernama Aurelie Harper.Bahkan ketika dia tahu jika saat ini Aurelie harus melahirkan anak untuk Dante. Raiden dengan tegasnya menganggap Aurelie sebagai pasangannya, menolak untuk membatalkan pertunagangan mereka yang telah berlangsung selama satu tahun.Raiden tetap mencintai Aurelie Harper tanpa peduli meski semua orang memakinya, mengatakan bah
“Untuk pertama kalinya aku melihatmu bimbang untuk sesuatu yang sederhana. Kau tidak pernah mengalami hal seperti ini jika berurusan dengan pekerjaan, mungkin lain cerita jika ini tentang perempuan dan kau sedang jatuh cinta.”“Itu tidak mungkin," sangkal Jach."Kelemahan laki-laki adalah mudah berjanji, dan kelemahan perempuan mudah percaya."Jach terdiam seketika, tidak dapat menyangkal bahwa saat bersama Audrey dia menjadi sangat mudah berjanji hanya sekadar untuk melihatnya tersenyum. “Aku tidak akan ikut campur urusan pribadimu Jach, aku juga tidak akan pernah menghakimi setiap pilihanmu. Satu hal yang aku pinta, jangan lupakan kewajibanmu sebagai adikku, kau tetap harus segera kembali dan berhenti berkeliaran seperti ini, pekerjaan seperti ini bukan tempatmu.”Kata-kata yang terucap dari Mante terus terngiang dalam ingatan. Membuat Jach bertanya-tanya apa memang benar dia memiliki perasaan pada Audrey?Rasa simpati Jach semakin membesar ketika dia tahu kebenaran bahwa perempuan
Audrey membuka matanya perlahan, pemandangan yang pertama dia saksikan setelah sadar adalah kehadiran seorang perawat yang tengah menanganinya keadaannya. Tubuh Audrey lemas dan tenggorokannya perih saat menelan saliva, padahal sebelumnya Audrey baik-baik saja.Apa yang telah terjadi?Pikiran Audrey mulai berkelana, mencoba mengingat apa yang sebenarnya telah terjadi hingga dia bisa terbaring di ranjang rumah sakit.Audrey ingat sekarang, dia mengalami reaksi alergi setelah makan malam bersama Dante lalu terjatuh pingsan.Karena Salma tidak memberitahu apapun tentang Aurelie Harper, Audrey sampai tidak tahu jika ternyata kembarannya sangat menyukai kacang macadamia.Jika dipikir-pikir, ternyata Audrey dan Aurelie tidak hanya memiliki nasib dan kepribadian yang berbeda, mereka juga memiliki makanan favorit yang saling bertolak belakang.Audrey sangat menyukai gandum, tapi Aurelie alergi pada gandum. Aurelie menyukai kacang macadamia, sementara Audrey alergi pada kacang itu.Mirisnya,
Mendengar jawaban Roberto, senyuman cerah Audrey yang terpancar menghilang dalam sekejap.Diam-diam Audrey meremas pakaianya menyalurkan kegelisahan yang mengusik hati, menerima kenyataan yang tidak semudah dan tidak seindah apa yang dia pikirkan sejak kemarin.Ternyata sesulit ini menjalani kehidupan orang dewasa untuk bisa mendapatkan uang.Apa yang harus Audrey lakukan sekarang? Audrey tidak mungkin pulang membawa kembali kacangnya yang telah susah payah dia kumpulkan sejak kemarin hingga membuat Arman tidak tidur sampai larut malam.Audrey telah berjanji akan menjualnya, begitupun dengan ayahnya yang berharap Audrey untuk berhasil mendapatkan uang.Audrey tidak sanggup jika harus melihat wajah kecewa Arman, apalagi harus mendengar omelannya karena Audrey tidak becus menjual kacang.“Anu, Paman,” panggil Audre ragu-ragu. Roberto yang sempat melayani pelanggan melihatnya sekilas, menatap matanya yang bergetar dan tangan kecilnya yang ditempatkan didada. “Jika diizinkan, saya akan m