Dante menuruni satu persatu anak tangga, menghampiri Salma yang telah berhasil mengantar kembali putrinya sesuai dengan apa yang dijanjikan.
Dinginnya sikap Salma berubah dalam sekejap, wanita itu tersenyum ramah saat berdiri di hadapan Dante. “Aku telah menasihati Aurelie, aku yakin sekarang dia telah belajar dari kesalahannya dan tidak akan membuat masalah lagi. Tolong maklumi perilakunya karena dia masih muda dan kini sedang sakit,” ucap Salma. Alis Dante sedikit terangkat, melihat Audrey yang tengah tertunduk tidak memiliki keberanian untuk menunjukan wajahnya, biasanya gadis itu akan menyelak seperti anjing menggonggong dengan wajah terangkat angkuh, bertindak tidak tahu malu. Entah apa yang sudah dibuat Salma hingga dia bisa membuat putri kesayangannya menjadi sedikit lebih tenang? Apa karena ini ada hubungannya kondisinya yang lupa ingatan? Jika dilihat dengan teliti, kondisi fisik Aurelie juga jauh lebih kurus dari yang terakhir kali. Meski begitu, Dante tidak akan pernah percaya dengan aktingnya, paling-paling setelah Salma pergi, sifat Aurelie akan kembali. Sampai kapanpun Aurelie Harper tetaplah seorang gadis pendosa yang harus menerima banyak hukuman. Aurelie Harper harus mendapatkan derita dan sakit sampai membuatnya merasakan sekarat di tengah kehidupan. Dante tidak akan pernah memaafkan kesalahannya, selamanya dia akan membenci Aurelie Harper. “Putrimu akan akan dikurung di rumah ini mulai sekarang, kebebasannya ada ditanganku,” ucap Dante dengan lantang. Salma mengangguk patuh, terlihat begitu jelas bahwa Salma sangat memperhatikan suasana hati Dante Arnaud dibandingkan menenangkan Audrey yang akan dia tinggalkan dalam keadaan tidak tahu apapun. “Aku mengerti Dante, mulai sekarang kuserahkan Aurelie sepenuhnya padamu,” jawab Salma berpura-pura pasrah. Nyatanya, Salma bisa dengan mudah menyerahkan putrinya pada Dante karena orang yang dia serahkan bukanlah Aurelie, namun Audrey. “Baguslah jika sekarang kalian sedikit tahu diri,” ucap Dante tidak sopan. “Aku permisi,” pamit Salma perlahan mundur dan berbalik pergi dengan langkah yang tanpa beban. Tangan Audrey terkepal kuat menggenggam sakit yang menusuk-nusuk dada. Dia memandangi kepergian Salma begitu saja tanpa berbicara sepatah katapun, seolah memandangnya pun seperti tidak sudi. Audrey tahu jika Salma telah memberi uang yang banyak padanya, dan semua yang terjadi hari ini adalah bagian dari kewajiban Audrey untuk membayar apa yang sudah Salma berikan padanya. Tapi Audrey juga masih anak Salma bukan? Audrey dan Aurelie dilahirkan dari rahim Salma, namun mengapa Audrey diperlakukan seperti seekor kucing yang dibuang di pinggir jalan? Di sisi lain, Dante tersenyum sinis melihat kesedihan yang Audrey tunjukan saat memandangi kepergian ibunya. Sudah Dante duga, gadis manja, sombong dan tidak tahu diri seperti Aurelie akan segera menunjukan sifat aslinya lagi sekalipun dia benar-benar lupa ingatan. “Kuharap, kau sudah puas pergi kaburnya karena mulai hari ini, kau tidak akan lagi mendapatkan kebebasan hidupmu,” ucap Dante. Mendengar itu, kulit Audrey meremang. Gadis itu menelan salivanya dengan kesulitan, terintimidasi oleh ancaman menakutkan yang tidak dipahami. Apa yang harus Audrey lakukan sekarang? Hanya dengan mendengar beberapa patah kata yang sempat terucap dari mulut Dante Arnaud, Audrey bisa merasakan jika Dante adalah pria yang dingin dan kejam. Perlahan wajah Audrey terangkat, menunjukan sebuah senyuman, berharap dapat mencairkan suasana yang sedang tegang. “Perempuan tidak tahu malu,” decih Dante berbalik pergi, memanggil seorang pelayan untuk membantu membawakan koper Audrey. Audrey mengusap dadanya dengan penuh tekanan, tampaknya mulai dari hari ini dia harus siap dan terbiasa mendengar celaan Dante. “Kau akan tetap berdiri di sana seperti gelandangan, atau aku perlu meminta seseorang memasang pengekang anjing di lehermu agar kau bisa diseret masuk?” tegur Dante dengan ancaman yang semakin kasar. Audrey tersentak kaget, dengan langkah yang berat gadis itu mengikuti seorang pelayan yang membawakan kopernya. Audrey ingat, dia tidak boleh sungkan karena sebelumnya Aurelie tinggal di sini. Begitu Audrey masuk ke dalam rumah, gadis itu terperangah kesulitan menyembunyikan kekagumannya pada rumah yang akan ditempati. Begitu besar dan megah, mungkin luasnya sebesar gedung sekolah dasarnya yang berada desa. Sayangnya, kemegahan yang ada didepan mata berbanding balik dengan suasananya yang dingin tidak menyenangkan, terutama tatapan tidak bersahabat para pelayan saat melihat kedatangan Audrey. Kekaguman Audrey sirna dengan cepat, berganti was-was. Audrey sama sekali tidak tahu apa yang sudah Aurelie lakukan, hingga dia menciptakan situasi seperti ini. Ini menjadi sebuah pertanda tidak baik untuk Audrey, karena mulai dari hari ini hingga tugasnya selesai, semua kebencian dan hal-hal buruk yang tertuju pada Aurelie justru akan diterima Audrey. *** Dante menghisap cerutunya dalam-dalam, menyandarkan bahu kokohnya pada sandaran kursi rotan. Pikiran Dante sedang berkelana, terbayang-bayang masalahnya yang rumit seperti benang kusut, tidak bisa di tarik sembarangan. Jika saja tidak ada seorang Aurelie Harper muncul dalam hidupnya, semuanya akan baik-baik saja. Aurelie Harper memang masih sangat muda, namun jangan salah, dosa yang dia perbuat lebih jauh besar dari jumlah usianya. Rahang Dante mengeras, setiap kali terbayang wajah Aurelie Harper, gejolak amarah selalu memanaskan dada. Dante harus segera memberi Aurelie pelajaran sebelum dia pergi kabur lagi seperti apa yang sempat terjadi. Tidak peduli sekalipun Aurelie melupakan dosa-dosanya pada Dante karena hilang ingatan, Aurelie harus tetap menebusnya dengan jumlah yang setimpal. Dante mematikan cerutu yang baru setengah dia habiskan. Pria itu beranjak dari tempatnya, mengambil dua simpul hitam sutra hitam yang tergeletak di atas meja kerjanya!Tanpa tahu apa yang terjadi, Audrey kini tengah terperangah takjub kala memasuki kamar yang akan ditempati. Ruangan yang disebut kamar itu lebih luas dari gubuk tempatnya tinggal bersama Arman! Di dalam kamar itu, barang-barang milik Aurelie juga sudah tertata rapi, sehingga Audrey tidak perlu menggunakan pakaian dekilnya lagi. Dengan riang Audrey melompat naik ke ranjang yang luas, berguling-guling diatas atas lembutnya sprei. Sejenak menikmati sesuatu yang selama ini tidak pernah dia dapatkan dalam hidupnya. Andai saja Arman ada disini, dia pasti tidak akan lagi sakit sebadan-badan karena tidur diranjang sekeras batu. Tanpa sadar Audrey tertawa, berpikir bahwa kini dia sedang terjebak dalam negeri dongeng. Dibandingkan seperti sedang disandera, justru Audrey merasa seperti sedang menikmati liburan mewah di sebuah hotel. Brak! “Setelah kehilangan kebebasan dan ingatan, apa sekarang kau sudah mulai gila?” Suara dingin Dante berhasil menghentikan tawa Audrey, perlah
“Kau sudah mengantar Aurelie kembali?” tanya Daud, suami Salma.“Sudah. Aku juga sudah memperingatinya agar dia tidak membuat masalah lagi, karena aku tidak akan lagi ikut campur urusan Aurelie selama dia bersama Dante, kau tidak perlu khawatir,” jawab Salma dengan penuh keyakinan.“Aku masih mentoleransi kesalahan Aurelie karena dia masih muda, namun kali ini tidak ada kesempatan apapun lagi untuknya, aku sudah muak dengannya. Pastikan dia tidak membuat masalah lagi jika kau peduli pada pernikahan kita,” peringat Daud.“Aku berjanji, kali ini tidak akan lagi.”“Kupegang kata-katamu.”Salma tersenyum penuh keyakinan.Daud tidak tahu saja jika Salma telah mengatur sebuah rencana untuk memperbaiki kekacauan yang dibuat Aurelie, yaitu dengan menjadikan Audrey perisai yang menggantikan semua tanggung jawab Aurelie. Karena itulah Salma bisa percaya diri menjanjikan Aurelie tidak akan membuat ulah lagi.Ya, sejak menikah dengan Daud, Aurelie tumbuh dalam gelimang harta. Semua kebutuhannya
Dante Arnaud, dia adalah seorang pengusaha wine yang hanya diketahui nama dan wajahnya oleh segelintir orang. Dibalik ketenaran wine yang dia produksi, Dante menjalani kehidupannya secara tertutup dan jauh dari sorotan, beberapa kali winenya mendapatkan penghargaan di kancah internasioanl, selama itu juga Dante hanya mengirim perwakilannya untuk menunjukan diri. Saking tertutupnya, tidak ada banyak yang tahu tentang kehidupannya, bahkan beberapa orang yang sempat melayaninya sekalipun, hanya keluarganya yang tahu siapa itu Dante Arnaud. Dante hidup dikalangan keluarga yang berada, ayahnya adalah seorang pemilik hotel dan ibunya seorang professor di universitas bergengsi. Tidak sejalan dengan apa yang diajarkan orang tuanya, sejak masih muda Dante lebih gemar mempelajari minuman hingga memutuskan berhenti sekolah, memfokuskan diri untuk mengembangkan wine yang digemarinya. Setelah lebih dari sepuluh tahun melakukan banyak usaha, kini Dante telah menuai hasil dari kerja kerasn
Cahaya sinar matahari sudah mulai redup menandakan malam akan segera datang, kehangatan yang sempat menembus jendela berganti dingin. Audrey masih mengurung diri di dalam kamarnya, masih bergumul dengan sakit yang tidak dia ketahui bagaimana cara untuk mengatasinya. Sekasar apapun Audrey membersihkan tubuhnya hingga kulitnya berdarah perih, dia tetap merasakan kehinaan dan kekotoran yang begitu melekat. Sekeras apapun Audrey mencuci seprai untuk menghilangkan jejak nodanya, namun kenangan buruk itu tetap tertanam dikepala. Audrey meringkuk di sofa seperti sebuah janin yang rentan, setiap kali dia melihat kearah ranjang, seluruh kulitnya meremang dan dia menangis, terbayang kenangan menakukan yang telah terjadi. Audrey menarik napasnya dalam-dalam, merasakan perih ditenggorokannya yang mengering. Audrey haus dan lapar, namun dia segan untuk keluar apalagi harus bertemu dengan lelaki jahat, bernama Dante Arnaud. Audrey belum siap menerima ini semuanya, mentalnya sedang terkoyak,
Arman menggenggam erat kertas itu dengan tangan gemetar, rangkaian tulisan yang dibuat oleh balpoin luntur terkena beberapa tetes air matanya. Arman tertunduk menangis pilu, menangisi kepergian Audrey harus menghabiskan masa remajanya dengan bekerja. Arman tidak menyangkal bahwa dia memang bukanlah ayah yang baik untuk Audrey. Setiap kali melihat wajah Audrey yang mirip ibunya, kebencian didalam hatinya pada Salma selalu terpupuk, Arman selalu kembali teringat pengkhianatan Salma dan membuatnya hidup dalam kubangan keterpurukan. Kebencian Arman pada Salma membuatnya mengabaikan Audrey dan tidak pernah memberikan masa kecil yang indah untuknya. Sering kali Arman meninggalkannya dirumah sendirian tanpa memikirkan keadaannya, sering kali Audrey kelaparan karena Arman lebih mementingkan diri membeli minuman, sering kali mereka bertengkar karena penagih hutang datang. Bahkan ketika Arman sudah diponis kanker dan tidak bekerja lagi, dengan keras kepala dan egoisnya dia masih sering me
Begitu keluar dari pintu kamar, Audrey langsung berhadapan seorang pria yang berdiri menunggu. Pria itu memiliki irish mata amber, sekilas terlihat cokelat karena diteduhi oleh bulu matanya yang lebat, pria itu memiliki pahatan wajah yang tegas dengan bibir merah alami. Siapa pria itu? Audrey tidak mengenalnya. Pria itu mendekat tanpa menunjukan ekspresi. “Saya Jach, orang yang akan mendampingi Anda selama dua puluh empat jam,” ucap Jach memperkenalkan diri terlebih dahulu. “Aku ada di rumah, tidak perlu pendampingan,” bisik Audrey tidak nyaman. “Ini adalah perintah,” jawab Jach dingin. Audrey membuang muka, tidak lagi berbicara. Kakinya yang sakit, berjalan gemetaran sambil menggigit bibir untuk menahan suara ringisan, mengambil langkah demi langkah jarak yang membawanya pergi menjauh dari kamar. Jach yang berjalan dibelakang Audrey, tidak bisa menghindar dari pemandangan aneh yang didepannya. Audrey yang berpura-pura menjadi Aurelie itu terlihat ringkih sakit, siapapun dapat
Tok tok tok “Masuk!” perintah Dante dengan tangan yang tidak berhenti menulis di kertas, sekilas pria itu melirik pintu untuk melihat kedatangan Jach yang masuk ke dalam ruangannya. “Ada sesuatu yang ingin kau sampaikan?” tanya Dante. “Saya ingin menanyakan sesuatu.""Tentang apa?""Tugas saya adalah mengawal Aurelie Harper untuk memastikan dia tidak kabur dan membuat masalah. Apakah saya juga bertanggung jawab dalam menjaga kesehatannya?” tanya Jach. Tangan Dante berhenti menulis, hatinya langsung terganggu oleh perasaan aneh begitu nama ‘Aurelie Harper’ disebutkan. Ini bukan sekadar perasaan tidak nyaman seperti biasanya, suatu kebencian yang murni dan selalu membuatnya sangat marah hingga jijik. Hari ini, ada perasaan asing yang muncul dan sulit untuk Dante definisikan. Tepatnya setelah Dante tahu bahwa Aurelie Harper seorang perawan. Dante sangat sulit menerima kenyataan itu. Masih sangat tidak masuk akal jika Aurelie Harper tidak pernah tidur dengan lelaki manapun
Arunika dari upuk timur terlihat cerah dan cantik keemasan, membawa kehangatan lembut yang menembus gorden tipis di jendela yang masih terbuka. Dikesunyian yang masih pagi, Audrey bergerak gelisah dalam tidurnya, wajahnya terlihat pucat pasi berselimut keringat dingin. Diantara suara napasnya yang tersendat-sendat tidak beraturan, terdengar samar-samar rintihan kesakitan dari bibirnya yang mengering. Audrey demam, seluruh otot tubuhnya berdenyut sakit, membuatnya tidak memiliki banyak kekuatan untuk bangun dari tempat tidur. Sepanjang malam, sendirian Audrey menangis sampai kelelahan. Emosinya yang tidak stabil dan keadaan mentalnya yang semakin terguncang telah menumbangkan sisa-sisa kekuatan yang dia miliki. Kini, Audrey tidak tahu kapan dia bisa bangkit dan turun dari sofa tempatnya tidur. Pendengarannya berdenging, dan pandangannya yang berkabut oleh halusinasi, terbayang-bayang kenangan buruk hari yang lalu. Hari dimana Salma meninggalkannya di rumah ini dan Dante menodain
Sopir yang dipanggil segera keluar, Aurelie yang semula duduk perlahan beranjak dengan sorot mata waspada dan napas memburu menahan gejolak amarah. Aurelie tahu apa yang akan terjadi setelah ini, dan dia sangat membencinya karena tidak bisa berlari pergi.“Bawa Aurelie, dia sedang sakit,” perintah Salma begitu sopirnya sudah datang menghampiri.“Ayo, Nona,” ajak sopir itu mengulurkan tangannya menawarkan bantuan.“Aku tidak mau,” geram Aurelie.“Anda harus pulang.” Sopir itu menarik tangan Aurelie dengan paksa dan tidak mempedulikan teriakannya yang menolak dibawa pergi.Karena takut menjadi perhatian pengendara lain, Salma akhirnya ikut menarik tangan Aurelie dan memaksanya pergi meninggalkan emperan halte.“Jika kau tidak menjadi anak yang penurut, kau akan dimasukan ke dalam bangsal rumah sakit jiwa lagi Aurelie,” peringat Salma mengancam.“Aku tidak mau!” teriak Aurelie mulai beringas, menggigit tangan Salma yang mencengkramnya.“Arrght!” ringis Salma menggunjing tangannya agar gi
Aurelie menjatuhkan tubuhnya di emperan halte bus, mendengar derasnya suara hujan yang membasahi bumi dan angin kencang yang membuat kulitnya meremang kedinginan. Hari ini Aurelie sudah tiga kali naik pesawat, tubuhnya yang mulai lelah berbanding balik dengan isi pikirannya yang masih bergejolak liar membutuhkan obat penenang.Suara helaan napas terdengar dari bibirnya, dengan mata terpejam dia kembali terbayang-bayang wajah Audrey yang baru pertama kali dilihat.Pertemuan singkat itu mengingatkan Aurelie kembali pada mimpinya masa kecilnya selama ini terus muncul disetiap tidurnya.Ada sebuah ketenangan aneh yang Aurelie rasakan saat menyentuh Audrey, begitu persis seperti obat yang meredakan dirinya dari gejolak kegilaan.Apakah mereka akan kembali bertemu? Apakah Aurelie juga akan bertemu dengan seseorang Audrey sebut 'ayah'.Aurelie membuka matanya lagi. “Aku punya ayah dan saudara,” ucapnya seperti sedang bertanya.Aurelie mulai menggigit kukunya dengan keras, tenggelam dalam ke
Malam begitu gelap dan pekat, hujan turun begitu deras, butirannya yang berjatuhan terlihat seperti ribuan cahaya kala tersorot lampu jalanan.Dante duduk sendirian didalam mobilnya sendirian, berkali-kali memukuli kemudi kesulitan untuk menggambarkan hatinya yang saat ini sedang hancur berkeping-keping.Ingin Dante berteriak sekencang mungkin, ingin dia menangis, dan ingin tertawa menertawakan segala kebodohan yang telah dilakukannya selama ini.Sakit yang begitu keras dia terima membuatnya linglung kehilangan akal.Dante sudah tidak mengerti lagi, apa yang kini harus dia lakukan, apa yang dia mau dan kemana arah tujuannya setelah dunianya hancur luluh lantah oleh pengkhianatan.Gemuruh suara petir terdengar menyambar dikegelapan. Dante keluar dari mobilnya dan membiarkan seluruh tubuhnya terbasahi oleh air hujan. Dante berjalan sendirian tanpa arah, membawa semua kebenaran yang masih sulit untuk dia terima bahwa ini semua memang nyata adanya.Tidak ada tempat untuknya pulang, tidak
“Dante!” teriak Serena menangis histeris memanggil Dante yang lebih memilih pergi membawa Raiden dibandingkan disampingnya, menjaganya dari Aurelie yang masih berada disisi ranjang dengan gerak-gerik yang menakutkan.Serena menutup lehernya yang kini mulai mengelurkan darah hingga bercucuran menodai pakaian, wanita itu tersedu-sedu menangis kesakitan menatap tajam Aurelie yang sedang mencari-cari sebotol minuman didalam tasnya.“Ini caramu balas dendam padaku Aurelie! Apa sekarang kau puas?” tangis Serena meratap, masih bisa bersikap seperti seorang korban yang telah terdzolimi. Tangan Aurelie berhenti bergerak, gadis perlahan mengangkat wajahnya dan membalas tatapan Serena.“Aku tidak akan pernah memaafkanmu Aurelie, jika Dante meninggalkanku gara-gara ulahmu! Akan aku buat kau membusuk dipenjara karena telah membunuh ibuku dan menyakitiku!”Pupil mata Aurelie melebar bersama senyuman cerahnya seakan menikmati ancaman Serena. Aurelie menjatuhkan tasnya segera di lantai, menyisakan
Telinga Dante berdenging, bersahutan dengan suara jantung yang bergemuruh kencang. Seluruh tubuhnya membeku kaku, yang tersisa hanya rasa sakit yang teramat kuat disetiap denyut nadinya mendengar sebuah pengakuan yang jauh lebih mengerikan dari apa yang selama ini Dante takutkan.Pengakuan yang begitu gila sampai membuatnya berpikir ini tidak mungkin!Serena isterinya, orang yang telah Dante bela mati-matian dengan berbagai cara ternyata adalah puncak penyebab semua masalah yang ada.Serena telah berkhianat dengan adik kandung Dante sendiri! Jadi, inilah alasan mengapa Raiden berusaha untuk membuat Aurelie tidak dipenjara? Dia takut Aurelie buka suara saat ingatannya kembali?Jadi, inilah alasan dulu Raiden sempat mereservasi restaurant untuk melamar Aurelie, namun semuanya gagal karena Serena tidak suka, lalu terjadilah pertengkaran antara Serena dan Aurelie.Jadi, inilah alasan Serena tidak pernah ngotot meminta Aurelie Harper dipenjarakan dan lebih memilih untuk memaafkannya seper
“Bagaimana keadaan isteri saya Dokter?” tanya Dante.“Beruntung bantuan datang dengan cepat dan segera menanganinya sehingga sampai merusak organ tubuhnya akibat overdosis. Meski begitu, saya sarankan Anda untuk lebih banyak memberi perhatian pada isteri Anda. Nyonya Serena memiliki riwayat korban kejahatan dan pernah keguguran hingga pengangkatan rahim, ini pasti situasi yang sangat berat untuknya, kemungkinan ada faktor psikologis yang membuat isteri Anda nekat meminum obat sebanyak itu,” jawab sang dokter dengan serangkaian penjelasannya.“Saya mengerti Dokter, terima kasih.”Dokter itu mengangguk dengan senyuman. “Kalau begitu saya permisi.”Pandangan Dante mengedar melihat penjuru arah. Sejak dia datang ke rumah sakit, Dante tidak melihat keberadaan keluarganya, terutama ibunya yang selama ini selalu begitu perhatian kepada Serena, kini hanya ada seorang pelayan yang duduk menunggu.Saat Serena masih koma, ibunya selalu datang setiap hari ke rumah sakit dan merawatnya, karena i
Kesibukan memadati ibukota, orang-orang berjalan kaki dengan cepat melintasi jalanan selagi lampu lalu lintas belum berganti. Diantara banyaknya orang yang sedang beraktivitas, terlihat Jach melewati lalu lalang keramaian, meninggalkan mobilnya yang terparkir di depan sebuah pertokoan.Jach pergi menghampiri Frederick yang tengah berdiri di dekat lampu jalanan, tidak jauh dari gedung kejaksaan tempatnya bekerja.Begitu dekat dalam jangkauan, Frederick langsung berjalan disamping Jach tanpa saling melihat. “Dokument yang kau berikan sudah naik, setelah terbukti melalui penyelidikan, kemungkinan nanti malam atau besok Daud akan segera ditangkap.”“Aku senang mendengarnya.” Jach menjawab tanpa ekspresi “Kau bisa menjamin jika semuanya akan berjalan bersih?”“Tentu saja. Kejahatan besar orang-orang kelas atas pasti akan berusaha ditutupi oleh pihak keluaga dan pihak berkepentingan lainnya demi mempertahankan citra dan kelangsungan bisnis mereka,” jawab Frederick dengan serius.“Kerja bagu
“Victor, hari ini Aurelie akan pergi ke kota Lapolez. Akan ada dokter yang datang memeriksa kesehatan dan kelayakannya melakukan penerbangan, selain itu akan ada seseorang yang datang untuk mengirimkan identitasnya Aurelie. Kabari aku setelah mereka datang, aku akan menyiapkan tiket dan hotel untuk kalian semua.”Victor yang telah mendengarkan baik-baik langsung mengangguk memahami tugas barunya. “Bagaimana dengan Anda Pak?”“Aku akan datang menyusul dari kota lain,” jawab Dante menggantung, tidak berapa lama dia kembali berbicara, “pastikan Aurelie dalam keadaan sehat, jangan lupa langsung memberiku kabar.”“Dimengerti Pak,” jawab Victor dengan satu anggukan.Dante menghela napasnya dengan berat, perlahan dia memutar tubuhnya dan melihat keberadaan Audrey yang kini tengah melihatnya dibalik jendela dengan wajah merah penuh kekhawatiran.Dante sedang terjebak dalam situasi yang cukup membimbangkan, sejujurnya dia masih khawatir dengan kesehatan Audrey yang sakit-sakitan dan bayinya ya
-Audrey kau kemana saja? Angkatlah teleponnya, ini sangat penting dan darurat- -Audrey teleponlah saat kau membaca pesan ini. Ayahmu sangat membutuhkabmu-Sebuah pesan singkat yang dikirim dua hari lalu muncul saat Audrey kembali menghidupkan handponenya.Audrey yang sempat khawatir dengan keadaan Arman selama beberapa hari terakkhir ini kian dibuat kalut.Beberapa kali Audrey mengatur napasnya mengumpulkan keberanian untuk segera melakukan panggilan pada Arman.Disetiap deringan yang tersambung, jantungnya berdebar kencang terjebak dalam kecemasan yang meningkat, bertanya-tanya apa yang sebenarnya telah terjadi pada Arman.“Ayah,” panggil Audrey begitu teleponnya terangkat.“Audrey ini paman Dom, bukan ayahmu,” jawab Dom.“kau kemana saja? Ayahmu kritis sejak beberapa hari lalu!” tegur Dom begitu emosional akhirnya bisa menyampaikan kabar Arman kepada putri yang selama ini telah lama dinantikan kepulangannya.Hati Audrey mencelos, kakinya mendadak lemas perlahan mundur dan bersandar