Begitu keluar dari pintu kamar, Audrey langsung berhadapan seorang pria yang berdiri menunggu. Pria itu memiliki irish mata amber, sekilas terlihat cokelat karena diteduhi oleh bulu matanya yang lebat, pria itu memiliki pahatan wajah yang tegas dengan bibir merah alami. Siapa pria itu? Audrey tidak mengenalnya. Pria itu mendekat tanpa menunjukan ekspresi. “Saya Jach, orang yang akan mendampingi Anda selama dua puluh empat jam,” ucap Jach memperkenalkan diri terlebih dahulu. “Aku ada di rumah, tidak perlu pendampingan,” bisik Audrey tidak nyaman. “Ini adalah perintah,” jawab Jach dingin. Audrey membuang muka, tidak lagi berbicara. Kakinya yang sakit, berjalan gemetaran sambil menggigit bibir untuk menahan suara ringisan, mengambil langkah demi langkah jarak yang membawanya pergi menjauh dari kamar. Jach yang berjalan dibelakang Audrey, tidak bisa menghindar dari pemandangan aneh yang didepannya. Audrey yang berpura-pura menjadi Aurelie itu terlihat ringkih sakit, siapapun dapat
Tok tok tok “Masuk!” perintah Dante dengan tangan yang tidak berhenti menulis di kertas, sekilas pria itu melirik pintu untuk melihat kedatangan Jach yang masuk ke dalam ruangannya. “Ada sesuatu yang ingin kau sampaikan?” tanya Dante. “Saya ingin menanyakan sesuatu.""Tentang apa?""Tugas saya adalah mengawal Aurelie Harper untuk memastikan dia tidak kabur dan membuat masalah. Apakah saya juga bertanggung jawab dalam menjaga kesehatannya?” tanya Jach. Tangan Dante berhenti menulis, hatinya langsung terganggu oleh perasaan aneh begitu nama ‘Aurelie Harper’ disebutkan. Ini bukan sekadar perasaan tidak nyaman seperti biasanya, suatu kebencian yang murni dan selalu membuatnya sangat marah hingga jijik. Hari ini, ada perasaan asing yang muncul dan sulit untuk Dante definisikan. Tepatnya setelah Dante tahu bahwa Aurelie Harper seorang perawan. Dante sangat sulit menerima kenyataan itu. Masih sangat tidak masuk akal jika Aurelie Harper tidak pernah tidur dengan lelaki manapun
Arunika dari upuk timur terlihat cerah dan cantik keemasan, membawa kehangatan lembut yang menembus gorden tipis di jendela yang masih terbuka. Dikesunyian yang masih pagi, Audrey bergerak gelisah dalam tidurnya, wajahnya terlihat pucat pasi berselimut keringat dingin. Diantara suara napasnya yang tersendat-sendat tidak beraturan, terdengar samar-samar rintihan kesakitan dari bibirnya yang mengering. Audrey demam, seluruh otot tubuhnya berdenyut sakit, membuatnya tidak memiliki banyak kekuatan untuk bangun dari tempat tidur. Sepanjang malam, sendirian Audrey menangis sampai kelelahan. Emosinya yang tidak stabil dan keadaan mentalnya yang semakin terguncang telah menumbangkan sisa-sisa kekuatan yang dia miliki. Kini, Audrey tidak tahu kapan dia bisa bangkit dan turun dari sofa tempatnya tidur. Pendengarannya berdenging, dan pandangannya yang berkabut oleh halusinasi, terbayang-bayang kenangan buruk hari yang lalu. Hari dimana Salma meninggalkannya di rumah ini dan Dante menodain
Erangan kesakitan Audrey terdengar kala dia didudukan di lantai kamar mandi, bibirnya yang pucat bergelumutk hebat dan tenggorokannya mengering sangat perih meski sekadar untuk bernapas. Tanpa rasa iba sedikitpun, Irina menyalakan shower dan langsung membasahi tubuh Audrey dengan air dingin. Audrey mengejang kaku tidak dapat mengendalikan keadaan tubuhnya yang mendadak diguyur air dingin. “Nona bangun!” panggil Irina setengah berteriak. Audrey menangis dalam rintihan, tubuhnya semakin menggigil dibawah guyuran air dingin yang tidak berhenti Irina arahkan kepadanya. Sekuat tenaga Audrey berusaha membuka mata, samar-samar dia melihat Irina dan Megan dengan pandangan berkabut. “Sudah, cukup!” pinta Audrey memohon. “Saya tidak akan berhenti sampai Anda bangun!” tegur Irina dengan bentakan, namunnya tidak berhenti membasahi tubuh Audrey yang kian memerah karena suhu tubuh yang naik. Megan bertolak pinggang dengan senyuman puas, menyaksikan wajah tersiksa Aurelie Harper yang selama i
“Bagaimana keadaannya?” tanya Dante ketika dokter yang menangani Audrey mulai melepas selang infuse menandakan bahwa perawatannya telah selesai. “Sekarang demamnya telah turun dan suhu tubuhnya mulai stabil, beliau perlu beristirahat beberapa hari kedepan untuk pemulihan.” Sekilas Dante melirik Audrey yang masih terbaring tidak munjukan tanda-tanda bahwa dia akan segera bangun setelah dua jam lamanya terbaring. “Tidak ada masalah lain lagi kan?” tanya Dante lagi. “Tolong perhatikan makanannya, beliau kekuranan gizi dan mengalami setres, jangan lupa minum obatnya juga agar tidak demam lagi. Saya permisi.” Samar Dante mengangguk mempersilahkan dokter pergi diantar oleh Jach. Dante cukup terkejut mengetahui Aurelie Harper bisa jatuh tumbang karena demam dan setres. Satu minggu yang lalu sebelum Aurelie berhasil kabur, Dante sempat memergokinya tengah meminum banyak obat. Sempat Dante menduga bahwa itu obat pencegah kehamilan, namun ternyata obat penenang. Apa mungkin, sa
Dokter yang telah menangani Audrey akhirnya pergi dan pintu gerbang kediaman Dante kembali tertutup rapat. Selagi masih diluar, Jach mengambil kesempatan untuk menghubungi seseorang. “Anjing yang titipkan, aku sudah memeriksanya,” ucap Jach begitu sambungan telepon tersambung pada seseorang. Sempat ada jeda panjang yang terjadi sampai akhirnya orang yang telah Jach telepon menjawab, “Bagaimana keadaannya?” “Anak anjing yang dititipkan tengah sakit, butuh satu atau dua hari untuk bisa kembali pulih setelah perawatan,” jawab Jach pada seseorang yang berada dibalik telepon dengan nada akrab tidak mempedulikan Dorothy yang sempat lewat didepannya. “Singkirkan obat penenangnya jika kau menemukannya.” “Aku mengerti,” jawab Jach lagi dengan cepat. “Jaga dia, aku mengandalkan bantuanmu.” “Aku mengerti,” jawab Jach sebelum memutuskan sambungan teleponnya, menyudahi percakapan singkatnya dengan seseorang yang perlu dia beritahu tentang keadaan Aurelie Harper dan menyamarkannya sebagai s
“Ayah mau kemana?” bisik Audrey berlari lebih cepat mengikuti kepergian Arman menuju tempat yang gelap dan sepi. Samar-samar suara bentakan terdengar, menuntun Audrey untuk mendekati suara itu. Langkah Audrey terhenti di belokan jalan, degup jantungnya berdebar kencang. Dengan pupil mata bergetar, Audrey membekap mulutnya untuk menahan teriakan histeris, menyaksikan Arman tengah dipukuli oleh dua orang lelaki besar, setiap pukulan terdengar begitu keras dan menohok sampai membuat Arman meraung kesakitan tergonjang-ganjing tidak memiliki kekuatan untuk melawan. Audrey tidak dapat melakukan apapun selain diam mematung, bersembunyi di kegelapan, menyaksikan penyiksaan demi penyiksan yang diterima ayahnya hingga yang kurus itu tersungkur ke aspal dalam keadaan babak belur. Seseorang memeriksa pakaian Arman dengan paksa, mengambil semua uang hasil dari pekerjaan tambahan yang Arman lakukan selama dua minggu terakhir. “Jangan! Jangan mengambilnya!” teriak Arman dengan gusi yang penuh d
Audrey mengikuti jejak kaki Arman dengan menjaga jarak agar tidak terkena marahnya. Sesekali Audrey bersembunyi setiap kali langkah Arman terhenti. Beberapa kali Arman batuk sambil menyeka mulutnya yang berdarah, tidak jarang dia duduk sejenak karena kondisi tubuhnya yang sakit. Sesampai di depan rumah, Arman membasuh wajahnya yang terluka dan berkumur sebelum akhirnya masuk dan langsung membaringkan dirinya di atas kursi rotan, matanya terpejam berpura-pura tidur. Tidak mempedulikan kehadiran Audrey sudah Arman ketahui bahwa sejak tadi mengikutinya, dan kini Audrey tengah membantu melepaskan sepatunya yang kotor. Audrey datang membawa pakaian bersih dan meletakannya di atas meja. Samar terdengar suara langkah Audrey yang pergi menjauh. Dalam tidurnya, Arman mengusap air mata yang lolos terjatuh. Hati Arman memaki, dia marah pada keadaan yang terus menerus menjeratnya dalam kesulitan. Arman marah, setiap kali dia mengalami kesulitan, semuanya selalu terjadi karena Salma
Chapter 63Pertanyaan Aurelie tidak dapat Dante jawab, ketegangan yang terjadi di dalam kamar itu akhirnya berakhir dengan Dante pergi meninggalkan kamar tanpa penyelesaian apapun. Namun, Dante pergi membawa kebimbangan yang mengganggu pikirannya.Amarah membara hilang dalam sekejap, berganti menjadi rasa penasaran yang memunculkan banyak pertanyaan di kepala. Sepanjang hari Dante menghabiskan waktunya di dalam ruangan kerja untuk minum tanpa melakukan apapun, melamunkan sesuatu yang terus menerus mempengaruhi pikiannya.Aurelie Harper memiliki personal branding yang jahat dan berbahaya. Dengan mata kepalanya sendiri, Dante sering melihat gadis itu berprilaku tercela!Anehnya, selama lima tahun mengenal Aurelie, tidak pernah sekalipun Aurelie terlibat masalah dengannya. Setiap kali mereka bertemu, Aurelie selalu tenang dan cenderung lebih banyak diam, sibuk dengan dirinya sendiri dan tidak mempedulikan apapun yang ada sekitarnya.Semakin Dante pikirkan kebenaran itu, kini Dante mula
Dante mengundang Daud Harper datang ke rumah dengan bertujuan baik, sejenak dia menyingkirkan egonya karena Aurelie Harper tengah mengandung. Gadis itu tidak bisa berada dalam tekanan dan dia membutuhkan sesuatu yang menyenangkannya. Sudah menjadi rahasia umum jika Aurelie Harper mendapatkan begitu banyak kasih sayang dari orang tuanya.Aurelie sangat dimanjakan sejak kecil. Apapun yang Aurelie inginkan selalu terpenuhi, apapun kesalahan yang telah Aurelie perbuat tidak pernah sekalipun membuat orang tuanya murka apalagi menghukumnya.Karena terlalu dimanja itulah, Aurelie Harper menjadi tidak mandiri, selalu seenaknya bahkan tidak pernah merasa bersalah setiap kali berbuat jahat karena dia tahu, orang tuanya akan melindunginya apapun yang terjadi.Saat mendengar Aurelie mengingau, memanggil nama ‘ayah’ dalam mimpinya. Dante meyimpulkan bahwa gadis itu tengah merindukan ayahnya, karena alasan itulah Dante mempertemukan mereka berdua.Bukankah Dante sudah mengambil keputusan yang bena
Genangan darah bercampur dengan air terlihat dilantai kamar mandi, Audrey duduk meringkuk dibawah shower, gadis itu tengah menangisi peristiwa menakutkan yang telah terjadi.Setelah apa yang telah terjadi, kini Audrey tidak tahu harus berbuat apa.Bagaimana keadaan Daud sekarang? Apakah dia baik-baik saja? Apa yang dipikirkan semua orang setelah melihat apa yang terjadi? Apakah mereka semua akan menghakimi Audrey karena telah melukai ayahnya sendiri.Bagaimana cara Audrey bercerita tentang kebenaran yang telah terjadi?Jika Audrey berkata jujur, apakah seseorang akan percaya bahwa seorang Aurelie Harper telah dilecehkan oleh ayah tirinya sendiri dan dia hanya sedang melindungi diri!Jika Audrey berkata jujur, apakah Daud akan membuat perhitungan dengannya? Apakah Salma akan berpihak pada Daud dan berusaha melindungi kehormatan nama keluarganya dibandingkan melindungi kehormatan putrinya?Audrey meringis dalam tangisan, sentuhan Daud yang tertinggal ditubuhnya masih terasa, masih menin
“Argghht” Daud mengerang kesakitan, memegangi sisi kepalanya yang telah terpukul. “Kau.. apa yang sudah kau lakukan? Berani-beraninya kau memukulku!” geramnya dengan gigi saling mengetat, menatap tajam Audrey dengan penuh amarah.Dada Audrey bergerak naik turun bernapas tidak beraturan, tangannya gemetar hebat menggenggam erat sisa-sisa pecahan gelas yang membuat tangannya berdarah terluka.Sakit yang ada ditangan tidak ada bandingnyannya dengan hatinya yang kini telah terhunus begitu dalam. Amarah, terhina dan takut menjadi satu. Tidak pernah sedetikpun Audrey berpikir bahwa sesuatu yang tercela ini akan terjadi.Audrey tidak menyangka jika pria yang terbalut dalam pakaian mewah seperti orang terhormat itu memiliki prilaku yang sangat tercela.Jadi, apa ini yang terjadi selama ini pada Aurelie Harper? Aurelie dilecehkan oleh ayah tirinya sendiri!Daud, pria bajingan itu tidak hanya telah merusak rumah tangga Arman dan Salma, dia juga telah merusak Aurelie.Jika saja pertemua ini tid
Audrey menutup potret photo keluarga Aurelie Harper yang telah lama dia pandangi. Meski didalam potret photo terlihat seperti keluarga harmonis, Audrey tetap tidak dapat menghindar dari perasaan tidak nyaman menelusup masuk ke dalam dada. Andai bisa, Audrey ingin menolak bertemu dengan ayah tiri Aurelie Harper itu.Lagipula siapa yang mau bertemu dengannya?Kebijaksanaan yang telah dibuat Dante sama sekali tidak berguna!Jika harus berkata jujur, Audrey tidak mengenal Daud, mereka berdua tidak memiliki urusan apapun yang perlu dibicarakan. Audrey juga tidak sudi bila harus melihat wajah lelaki yang telah menghancurkan keluarganya.Sampai kapanpun, tidak akan pernah Audrey lupakan setiap dosa orang yang telah membuat hidup Audrey menderita.Beberapa kali Audrey mengatur napasnya untuk mendapatkan ketenangan. Saat ini Daud tidak tahu jika orang yang ditawan Dante Arnaud adalah Audrey, maka Audrey harus berpura-pura menjadi Aurelie Harper, putri tiri yang selama ini berada dalam pengasuh
Di sudut kota Melbourne, seorang pria muda terlihat duduk dengan wajah gelisah, tidak bosan dia terus melihat layar handpone, menantikan seseorang untuk datang menemuinya.Pria itu adalah Raiden Arnaud, adik kandung Dante sekaligus tunangan Aurelie Harper.Sudah satu bulan dia terkurung di Australia dengan berbagai pengawasan yang mengekang seluruh kebebasannya. Kemanapun dia pergi dan apapun yang dia lakukan, selalu ada orang yang mengikutinya, memastikan bahwa dia tidak akan bisa pulang tanpa izin kakaknya, Dante Arnaud.Raiden rela kehilangan kebebasan hidupnya, menentang keluarganya, menyakiti kakaknya demi membela seorang penjahat yang bernama Aurelie Harper.Bahkan ketika dia tahu jika saat ini Aurelie harus melahirkan anak untuk Dante. Raiden dengan tegasnya menganggap Aurelie sebagai pasangannya, menolak untuk membatalkan pertunagangan mereka yang telah berlangsung selama satu tahun.Raiden tetap mencintai Aurelie Harper tanpa peduli meski semua orang memakinya, mengatakan bah
“Untuk pertama kalinya aku melihatmu bimbang untuk sesuatu yang sederhana. Kau tidak pernah mengalami hal seperti ini jika berurusan dengan pekerjaan, mungkin lain cerita jika ini tentang perempuan dan kau sedang jatuh cinta.”“Itu tidak mungkin," sangkal Jach."Kelemahan laki-laki adalah mudah berjanji, dan kelemahan perempuan mudah percaya."Jach terdiam seketika, tidak dapat menyangkal bahwa saat bersama Audrey dia menjadi sangat mudah berjanji hanya sekadar untuk melihatnya tersenyum. “Aku tidak akan ikut campur urusan pribadimu Jach, aku juga tidak akan pernah menghakimi setiap pilihanmu. Satu hal yang aku pinta, jangan lupakan kewajibanmu sebagai adikku, kau tetap harus segera kembali dan berhenti berkeliaran seperti ini, pekerjaan seperti ini bukan tempatmu.”Kata-kata yang terucap dari Mante terus terngiang dalam ingatan. Membuat Jach bertanya-tanya apa memang benar dia memiliki perasaan pada Audrey?Rasa simpati Jach semakin membesar ketika dia tahu kebenaran bahwa perempuan
Audrey membuka matanya perlahan, pemandangan yang pertama dia saksikan setelah sadar adalah kehadiran seorang perawat yang tengah menanganinya keadaannya. Tubuh Audrey lemas dan tenggorokannya perih saat menelan saliva, padahal sebelumnya Audrey baik-baik saja.Apa yang telah terjadi?Pikiran Audrey mulai berkelana, mencoba mengingat apa yang sebenarnya telah terjadi hingga dia bisa terbaring di ranjang rumah sakit.Audrey ingat sekarang, dia mengalami reaksi alergi setelah makan malam bersama Dante lalu terjatuh pingsan.Karena Salma tidak memberitahu apapun tentang Aurelie Harper, Audrey sampai tidak tahu jika ternyata kembarannya sangat menyukai kacang macadamia.Jika dipikir-pikir, ternyata Audrey dan Aurelie tidak hanya memiliki nasib dan kepribadian yang berbeda, mereka juga memiliki makanan favorit yang saling bertolak belakang.Audrey sangat menyukai gandum, tapi Aurelie alergi pada gandum. Aurelie menyukai kacang macadamia, sementara Audrey alergi pada kacang itu.Mirisnya,
Mendengar jawaban Roberto, senyuman cerah Audrey yang terpancar menghilang dalam sekejap.Diam-diam Audrey meremas pakaianya menyalurkan kegelisahan yang mengusik hati, menerima kenyataan yang tidak semudah dan tidak seindah apa yang dia pikirkan sejak kemarin.Ternyata sesulit ini menjalani kehidupan orang dewasa untuk bisa mendapatkan uang.Apa yang harus Audrey lakukan sekarang? Audrey tidak mungkin pulang membawa kembali kacangnya yang telah susah payah dia kumpulkan sejak kemarin hingga membuat Arman tidak tidur sampai larut malam.Audrey telah berjanji akan menjualnya, begitupun dengan ayahnya yang berharap Audrey untuk berhasil mendapatkan uang.Audrey tidak sanggup jika harus melihat wajah kecewa Arman, apalagi harus mendengar omelannya karena Audrey tidak becus menjual kacang.“Anu, Paman,” panggil Audre ragu-ragu. Roberto yang sempat melayani pelanggan melihatnya sekilas, menatap matanya yang bergetar dan tangan kecilnya yang ditempatkan didada. “Jika diizinkan, saya akan m