Menolak keinginan kedua mertuanya, Cinta tidak tega. Namun dia juga tidak bisa melakukan perannya sebagai istri yang selalu melayani suami. Karena surat perjanjian yang sudah dia tanda tangani. Jika Cinta mau menerima ini semua, itu artinya dia sudah tidak memiliki harga diri. Setelah ini, Rafasya akan semakin mudah untuk menginjak harga dirinya. Cinta berusaha untuk menahan air matanya agar tidak terjatuh. Meskipun hatinya terasa perih. Rasanya sungguh sangat sakit jika sudah menyangkut harga diri. Faktanya, harga dirinya sebagai seorang istri sudah tidak ada sejak hari pertama menikah dengan Rafasya. Jadi apakah Cinta masih harus memikirkan tentang harga diri? Apakah Cinta harus menerima permintaan dari kedua mertuanya? Rafasya tersenyum dan mengusap kepala istrinya. "Mama bilang baksonya harus dapat dan jangan pulang jika tidak dapat bakso." Melihat raut wajah istrinya, Rafasya tahu bahwa Cinta memendam rasa sakit di hatinya. Sakit yang dia ciptakan untuk sang istri. Jika d
Cinta sangat senang ketika melihat bakso berukuran besar yang hampir memenuhi mangkok. Bakso beranak yang selalu menjadi favoritnya bersama denga Hana dan Nara. "Abang apa gak mau? " Tanya Cinta yang tersenyum manis. Rafasya menggelengkan kepalanya. Padahal perutnya sudah minta diisi namun ditahannya."Beneran nggak mau?" Cinta memandang Rafasya dengan tersenyum. "Iya, masih terlalu pagi jadi belum selera. " Rafasya beralasan. Cinta menganggukkan kepalanya. "Kalau gitu Cinta makan ya.""Iya," jawab Rafasya yang mulai fokus dengan handphone nya. Sesuai selera, makan bakso beranak dengan kuah yang pedas. Cinta memasukkan kecap, saus dan samal rawit kedalam mangkok baksonya. Setelah itu dia mulai fokus menikmati bakso favoritnya dan segelas teh hangat. "Bakso beranak di sini benar-benar enak Abang, dagingnya enak dan lembut." Cinta memasukkan potongan daging yang ada di dalam bakso ke dalam mulutnya. Rafasya memandang istrinya sambil menelan air ludah. "Enak ya dek?" Cinta mengan
Niat hati ingin duduk santai di taman sambil menenangkan pikiran. Namun ternyata apa yang dilihat membuat darahnya mendidih. Tubuhnya terasa panas ketika melihat Rafasya bermesraan dengan Cinta. Marah dan emosi, seperti ini yang dirasakan oleh Karin. Dengan mata kepalanya, dia melihat Cinta dan Rafasya sedang duduk mesra di taman sambil memakan kembang gula. Dengan penuh kemarahan, Karin mencoba menghubungi nomor ponsel milik Rafasya, namun panggilannya tidak tersambung. Karin ingin turun dari mobil dan menghajar Cinta. namun otaknya masih bekerja dengan baik. Jika hal itu dilakukannya, sudah pasti akan menimbulkan keributan. Rafasya akan marah dan membela istrinya. Sedangkan Karin, akan dicap sebagai wanita yang tidak tahu malu. Dia akan mendapat cibiran dari para netizen. Yang lebih buruk lagi, dia akan ditinggal oleh para penggemar. Cap sebagai pelakor pun akan dia Terima. Karin belajar dari kesalahan yang telah dilakukannya. Karena emosi dia sampai melampiaskan kemarahannya de
Rafasya berjalan sambil memegang tangan istrinya. Meskipun Cinta sudah beberapa hari kembali dari Paris, namun tetap saja rasa rindu belum terlepaskan. Bahkan dia ingin selalu bersama dengan Cinta di setiap waktu. Cinta hanya diam saat suaminya membawa masuk ke dalam mall terbesar di jakarta. Kebetulan saat ini sudah jam 10 pagi, hingga mall sudah buka. Lihatlah, dengan memakai piyama tidur, Cinta akan masuk ke toko tas ternama. "Semoga aja bang Rafa gak malu bawa istrinya yang berpenampilan seperti ini, " Gumamnya pelan. "Apa sayang? " Rafasya tidak begitu mendengar apa yang dikatakan istrinya. "He... He.... Gak ada sih, abang apa gak malu bawa Cinta pakai baju seperti ini? " Cinta akhirnya memilih untuk bertanya. Jika Rafasya malu, mungkin dia akan membeli tas di lain waktu. "Kenapa harus malu, adek cantik, pakai baju juga. Terkecuali gak pakai baju, barulah abang malu," jawab Rafasya dengan tersenyum. "Beneran? " Cinta bertanya untuk meyakinkan jawaban dari suaminya. "Iya
"Tiga puluh lima juta?" Cinta mengulang kembali perkataan Sherly. "Iya murcee, murah cekali." Sherly tertawa kecil. Cinta diam dan memandang tas yang sudah memikat hatinya. "Ini apa tidak ada potongan harga?" Si pramuniaga tersenyum sambil sedikit melirik Rafasya. "Sebentar ya mbak Cinta, saya akan temui si bos dulu," pamitnya. "Tidak usah pakai diskon." Rafasya berkata ketika wanita pramuniaga akan pergi.Rafasya merupakan pengusaha yang terkenal. Semua orang tahu seperti apa kekayaan yang dimilikinya. Melihat istrinya meminta potongan harga tentu saja membuat dia malu, seakan tidak mampu untuk membayar harga tas yang dinilainya tidak seberapa. "Tidak apa mas, saya temui Bos saya." Sherly dengan cepat pergi meninggalkan Cinta dan Rafasya. "Kenapa gak langsung bayar aja dek?" Rafasya memandang Cinta. Bagi Rafasya, uang segitu tidaklah besar namun berbeda dengan istrinya. Cinta hanya diam dan memandang tas ditangannya. Dia begitu sangat malas ketika memandang wajah suaminya. Ha
Cinta dan Rafasya makan di restoran yang ada di mall. Pria itu tersenyum ketika melihat istrinya makan dengan lahap. "Abang, setelah makan kita langsung pulang ya." Cinta tersenyum dan menghabiskan jus apel di dalam gelas berukuran besar. "Iya, sudah ngantuk ya?" Rafasya berkata dengan lembut sambil mengusap kepala istrinya.Cinta menutup mulutnya yang sedang menguap. Sungguh dia merasa malu dengan kebiasaan yang seperti ini. Setelah selesai makan matanya terasa berat dan tidak sabar untuk segera bisa tidur menjelang sampai ke rumah. "Ya sudah kalau gitu ayo pulang." Rafasya tidak ingin mengulur waktu, karena dia tidak tega melihat istrinya yang sudah kesusahan untuk menahan kelopak matanya. Jika seandainya ini bukanlah di mall sudah pasti Rafasya akan menggendong tubuh sang istri. Jujur dia merasa tidak tega melihat Cinta yang sudah ngantuk berat. Namun permasalahannya jika pria itu melakukan hal tersebut, sudah pasti akan menarik perhatian seluruh pengunjung yang ada di sana. Bi
"Cinta?" Rafasya bertanya sambil memandang wartawan.Cinta tahu bahwa Rafasya tidak akan mampu menjawab pertanyaan dari si wartawan. Sudah pasti alasannya tidak ingin menyakiti hati Karin yang begitu sangat dicintai oleh suaminya."Iya cinta, apa mas Rafasya mencintai Mbak Cinta? "tanya si wartawan dengan tersenyum. Cinta terdiam tanpa bisa berkata apa-apa namun ekspresi wajahnya seketika berubah ketika sang suami mencium keningnya dengan penuh kasih sayang. "Jika ditanya cinta dengan istri, jujur saya sangat mencintai dan menyayangi Istri saya. Saya bersyukur menikah dengannya. Awal mula Saya memang menolak pernikahan ini karena memang sebelumnya saya sudah memiliki kekasih. Namun ternyata pilihan orang tua saya tidak salah dan saya sudah mencintai istri saya dan bahkan sangat mencintai. "Rafasya memberitahukan kepada dunia seperti apa besar cintanya untuk sang istri. "Usia Mas Rafasya dengan mbak Cinta ini cukup jauh ya, sekitar 11 tahun. Bisa berikan pengalaman ketika memiliki i
Karin merasakan tubuhnya yang begitu amat lemas dan kepala yang seakan ingin pecah. Jangankan untuk beranjak dari atas tempat tidur, dengan posisi berbaring seperti ini saja dia sudah merasakan seisi kamar yang berputar. Air mata wanita itu kembali menetes ketika mengingat apa yang dilihatnya di taman tadi. Masih terbayang jelas di pelupuk matanya ketika Rafasya bermesraan bersama dengan istrinya. Mana janji setia?Mana janji akan selalu bersama?Mana janji yang akan menikahnya?Karin menangis ketika mengingat perubahan sikap Rafasya. Mengapa semudah itu menggantikan posisi dengan wanita lain. Marah, Karin begitu sangat marah dan ingin meluapkan kemarahannya. Namun tidak tahu kepada siapa. Apalagi kondisinya yang sangat lemah. Karin mengambil vitamin yang diberikan dokter untuknya dan kemudian meminumnya. Wanita itu berharap kondisinya akan membaik setelah meminum vitamin dan juga obat untuk pereda rasa pusing dan mualnya."Aku ingin bertemu dengan Jake." Karin menjangkau ponsel m