Saat hari pernikahan dan hendak melaksanakan ijab kabul, Luna malah dikhianati oleh calon suaminya, yaitu Agam. Pria itu terang-terangan menggandeng sahabatnya sendiri dengan begitu mesra. Harusnya, saat itu menjadikan hari yang sakral dan paling bahagia untuk Luna. Akhirnya, keduanya gagal untuk melanjutkan pernikahan. Agam lebih memilih sahabatnya daripada Luna. Keluarga masing-masing pun merasa malu. Lantas, di tengah rasa sakit hati dan terpuruk karena cinta, Luna malah bertemu dengan seorang pria tampan nan manis. Akankah Luna bisa menerima cinta pria itu dan mampu membuka lembaran baru bersamanya?
View MoreSetelah mandi, Luna segera mengenakan baju kaos lengan pendek berwarna putih, serta celana jeans. Tak banyak pakaian yang berada di dalam koler berukuran size 16 itu. Ia juga tak menemukan pakaian kesayangannya di dalam saja. Maklum saja karena Bu Tari yang asal-asalan menaruh baju-baju ini.Mengingat hal tersebut, Luna jadi bersedih lagi. Mimik wajahnya berubah drastis, tak seceria tadi. Di pojok ranjang, Luna kembali menitikkan bulir bening di sudut matanya.Ia mendongak, menatap ke langit-langit kamar berwarna cream muda ini. Bagaimana pun, kedua orang tuanya telah lancang mengusirnya dari rumah hanya karena gagal bersanding dengan Agam hari ini."Aku seperti trauma untuk membuka hati lagi setelah kejadian ini. Agam dan Sabrina benar-benar sudah kelewatan! Bisa-bisanya mereka berkhianat di belakang aku," ujarnya disertai dengan isak tangis.Walaupun begitu, nasi sudah menjadi bubur. Untuk mengeluh pun, tiada guna lagi. Luna mencoba untuk melupakan keja
"Dengan cara apa kamu bisa membantuku?" Wajah Luna sedikit tegang."Nanti kita bicarakan di rumahku, ya," balas Fanno sambil menyuap nasi ke dalam mulut.Suasana saat ini dibumbui dengan sedikit ketegangan. Entah apa yang akan dibicarakan Fanno padanya. Luna melirik sekilas wajah tampan itu. Baru pertama kenal, Fanno sudah menyuguhkan kebaikan terhadapnya.Luna mengangguk pelan serta mengunyah makanan. Pria yang ada di depannya tak peduli terhadap penampilannya yang sudah acak-acakan. Di samping Fanno duduk, ada koper merah muda miliknya.'Dia ternyata pria yang baik.'***Di depan rumah mewah nan besar, bernuansa putih krim yang menyuguhkan pemandangan elegan, Fanno menghentikan mobilnya tepat di halaman. Mata Luna menatap takjub ke sekitar sini. Celingak-celinguk melihat keindahan taman depan yang berhiaskan bermacam-macam bunga.Ada juga beberapa penjaga bertubuh besar sedang berjaga di depan gerbang dan pintu masuk. Fanno lantas m
"Lun, kok, kamu bawa koper segala, sih?" tanya Agam saat melihat Luna."Apa pedulimu, hah?!" Luna menatap tajam ke arah Agam. "Sana pergi! Urusi saja si Sabrina!"Agam meraih pergelangan tangan Luna, tapi sedetik kemudian langsung ditepisnya dengan kasar. Ia sudah tak peduli lagi dengan mantan kekasihnya itu. Luna memutuskan untuk terus berjalan.Namun, Agam rupanya masih mengikuti langkahnya. Pria itu lalu mencekal pergelangan tangannya lagi."Apa, sih?! Lepasin tangan aku gak?!" Luna naik pitam dan berusaha berontak, melepaskan cekalan Agam dari pergelangan tangannya.Agam menggelengkan kepalanya dan berucap, "aku gak akan lepasin kamu. Kamu ceritakan dulu apa yang terjadi."Luna mencebik sesaat. Rupanya pria itu tak sadar diri karena terus ingin tahu apa yang terjadi. Padahal Luna seperti ini karena Agam juga."Kamu gak perlu tahu lagi apa yang terjadi sama aku, Gam! Hubungan kita pun sudah berakhir, kan?" Luna berhasil melepaskan
"Astaga!" pekik seorang pria yang sedang mengerem mobil. Ia terkejut karena mendapati seorang wanita tengah berpakaian baju pengantin dan terjatuh tepat di depan mobilnya.Fanno Bagaskara langsung ke luar dari mobil. Ia langsung melihat kondisi wanita tersebut. "Kamu tidak apa-apa?" tanyanya sembari celingak-celinguk menatap keadaannya.Namun, Luna sepertinya enggan bertatapan dengan pria itu. Pandangannya tertunduk ke bawah, hingga tak melihat dengan jelas. Ia pun lantas bangkit berdiri dan segera berlari kecil.Fanno merasa agak sedikit heran melihat wanita itu. Berpakaian baju pengantin, tetapi terlihat kumal, riasan wajahnya sudah mulai luntur, dan rambut yang jadi acak-acakan, tak karuan. Namun, itu semua membuatnya jadi penasaran. Ia sekilas melihat wajah wanita itu."Dia kenapa, ya? Sekilas terlihat cantik, sih." Fanno terus geleng-geleng kepala sambil memikirkannya.Fanno jadi memikirkan wanita itu yang sudah berjalan cukup jauh. Lantas, ia
"Mana pengantin prianya?" tanya sang penghulu yang sedari tadi menunggu kedatangan mempelai pria. Namun, sampai sekarang tak tampak batang hidungnya. "Saya sudah cukup lama menunggu di sini."Luna Baswari, wanita yang ingin dinikahi oleh Agam Herlambang, sudah menunggu sejak tadi. Begitu pun dengan kedua orang tua masing-masing yang terlihat cemas bukan main. Raut wajah Luna mendadak berubah menjadi cemas. Ia kemudian menelepon pria itu berkali-kali, tetapi tak kunjung jua Agam mengangkat panggilan tersebut."Sabar Pak Penghulu, mungkin sebentar lagi mempelai prianya akan datang," ujar ayah Luna, bernama Agus.Penghulu itu pun akhirnya mau menunggu lagi. Padahal sudah cukup lama berada di sini. Luna sedari tadi terus memikirkan Agam. Di mana pria itu kini berada. Panggilan teleponnya tak diangkat satu kali pun.Luna kini menghampiri kedua orang tuanya yang berada di jejeran belakang. Kemudian, ia genggam tangan sang Ibu untuk membuatnya sedikit tenang.
"Mana pengantin prianya?" tanya sang penghulu yang sedari tadi menunggu kedatangan mempelai pria. Namun, sampai sekarang tak tampak batang hidungnya. "Saya sudah cukup lama menunggu di sini."Luna Baswari, wanita yang ingin dinikahi oleh Agam Herlambang, sudah menunggu sejak tadi. Begitu pun dengan kedua orang tua masing-masing yang terlihat cemas bukan main. Raut wajah Luna mendadak berubah menjadi cemas. Ia kemudian menelepon pria itu berkali-kali, tetapi tak kunjung jua Agam mengangkat panggilan tersebut."Sabar Pak Penghulu, mungkin sebentar lagi mempelai prianya akan datang," ujar ayah Luna, bernama Agus.Penghulu itu pun akhirnya mau menunggu lagi. Padahal sudah cukup lama berada di sini. Luna sedari tadi terus memikirkan Agam. Di mana pria itu kini berada. Panggilan teleponnya tak diangkat satu kali pun.Luna kini menghampiri kedua orang tuanya yang berada di jejeran belakang. Kemudian, ia genggam tangan sang Ibu untuk membuatnya sedikit tenang.
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments