Suratan Takdir Sang Anak Paranormal

Suratan Takdir Sang Anak Paranormal

last updateHuling Na-update : 2021-11-06
By:  anoen_27Kumpleto
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
3 Mga Ratings. 3 Rebyu
90Mga Kabanata
6.7Kviews
Basahin
Idagdag sa library

Share:  

Iulat
Buod
katalogo
I-scan ang code para mabasa sa App

Synopsis

Mandala wangi, sebut saja namanya, Angi, adalah seorang gadis blasteran Indo-Belanda yang berasal dari keluarga paranormal. Ia merasa muak dengan ritual keluarganya yang selalu berhubungan dengan dunia mistis. Lalu, ia melarikan diri dan menjalani kehidupannya seperti manusia lain pada umumnya. Namun, siapa sangka langkahnya itu menjadi bumerang bagi dirinya sendiri. Di sisi lain, kisah percintaannya menjadi rumit. Ia mencintai sahabatnya, Adhimas. Tetapi, ia sudah memiliki calon suami yang berasal dari makhluk gaib, suratan takdirnya sebagai keturunan paranormal. Akankah Angi bisa melalui kisah cintanya? Siapa yang akan ia pilih? Selamat membaca!

view more

Kabanata 1

Prolog

“Tak bisakah mereka menghargai keberadaanku?" ucap Angi. "Tak bisakah mereka menilaiku dengan cara yang lain?.” Menggumam suaranya di sudut sebuah kota yang ramai dan tak bersahabat. 

 

Sebuah kota tempat ia tinggal dan menghabiskan masa mudanya untuk mencari penghasilan. Sebuah kota yang memberikan harapan besar untuk seorang Angi. Kota harapan dan masa depan, Jakarta. 

 

Hiruk pikuk isi kehidupan Jakarta membuat Angi merenung tentang tujuan dan impian ia untuk melangkah dan berpijar di ibu kota ini. Keangkuhan ibu kota ini, kegaduhan kota raksasa ini membuatnya seperti semut yang kapan saja dan dimana saja bisa terinjak tak berbekas.

 

”Sungguh aku muak dengan kehidupan ini. Benar-benar tidak ada yang bisa aku harapkan dari semua ini,” ucapnya lagi. Angi merintih dan menangis di sudut jalan ibu kota dengan baju lusuh dan memegang erat lembaran-lembaran kertas bukti pengabdiannya bertahun-tahun di perguruan tinggi.

 

Tak lama hujan pun turun mengiringi kegelisahan dan keresahan hati Angi atas kejamnya kehidupan Jakarta. Lembaran-lembaran kertas itupun ternodai oleh hujan yang tak sabar ingin memeluk tubuh Angi. Percikan air dari trotoar pun jatuh bertubi-tubi dan tak bisa diredam. Percikan itu membuatnya sadar bahkan air pun tak bisa disentuh oleh bumi kota jahanam ini. Hujan ini hanya sekedar menyapa tanpa tau harus menyapa siapa dan berakhir dimana.

 

”Tuhaannnn…, apa lagi rencanamu? Aku sungguh tak bisa berharap apapun dari keadaanku saat ini,” menangis Angi dalam kesedihan ditemani sang hujan yang tak kunjung pergi. 

 

”Hujan, tolong sampaikan doaku kepada langit yang cerah bahwa aku sudah tak sanggup menanggung beban hidup seperti ini,” rintih Angi.

 

Rupanya hujan mendengar rintihan doa dari sang pejuang hidup ini. Hujan pun bergegas pergi dan memanggil sang langit cerah. Terlihat warna langit yang berubah menjadi cerah. Lembayung senja menghiasi langit ibu kota yang kotor nan lusuh. Nampak sang pelangi perlahan melingkari ibu kota raksasa ini. Pertanda bahwa hujan telah selesai melakukan tugasnya. 

 

Perlahan, mulai terlihat orang-orang berlalu lalang di sekitar tempatnya duduk. Mereka terlihat sangat takut sekali dengan hujan. Mereka bahkan tak suka dengan hadirnya hujan. Sungguh peradaban kota yang sangat unik.

 

Tapi di sebrang jalan raya ini, Angi melihat hal berbeda. Angi melihat sekumpulan anak kecil dengan pakaian seadanya dan tak terlihat apik sangat menikmati hujan yang turun ke bumi kota ini. Mereka seakan menunggu kehadiran hujan tersebut sejak lama. Mereka memuja bahkan memeluk erat air hujan tersebut. Mereka takjub dengan apa yang telah hujan berikan diatas langit kota yang keras ini. Seperti sebuah harta karun gratis ditengah kerasnya kehidupan.

 

”Aku tersenyum, ah iya akhirnya aku sadar aku bisa tersenyum,” berkata Angi dengan nada sedikit antusias.

 

Mendengar anak-anak tersebut bernyanyi hujan, Angi teringat masa kecilnya. Masa dimana tidak ada beban apapun kecuali PR dari sekolahnya. Angi teringat kala itu ia mulai berteman dengan hujan. Angi tak pernah menyentuh hujan sebelumnya karena orang tuanya selalu bilang hujan akan membuatmu basah dan jelek. Tetapi teman-temannya terlihat sangat senang dan berpesta dibawah hujan yang sedang turun lebat. Mereka seakan-akan sedang mendapat hadiah dari langit. 

 

Angi yang sedang berdiri di teras rumahnya memberanikan diri untuk menyentuh air yang jatuh dari atas genting. Angi mulai dengan memasang jemarinya dan membiarkannya basah. 

 

Angi berkata pada dirinya, ”basah sedikit tidak apa-apa."

 

Angi memulai lagi dengan membasahi kakinya. Angi membiarkan celana yang ia pakai ikut merasakan senangnya air hujan. Angi berpikir bahwa celananya sangat menerima keberadaan air hujan itu. Akhirnya, Angi memberanikan diri untuk membiarkan seluruh tubuhnya diselimuti hujan deras yang sedang turun di depan rumahnya. Angi tidak merasa basah dan jelek dibawah gemuruh hujan. Angi hanya merasakan bahagia seperti semua dosanya luntur terbawa oleh arus hujan.

 

”Angiiii.., masuk ke dalam!,” terdengar suara merdu yang sangat tidak asing di telinganya.

 

Angi. Begitu sapaannya. Mandala Wangi Permata nama terindah yang diberikan oleh kedua orang tuanya. Angi anak kedua dari dua bersaudara. Orang tuanya tidak memiliki banyak harta tapi mereka selalu berkecukupan. Angi memiliki seorang kakak laki laki. Mereka berbeda 7 tahun. Raka itu nama kakaknya. Dia tak banyak berbicara pada Angi. Dia banyak melakukan kegiatan bersama bapak setiap harinya. Bapak Angi selalu berjuang keras agar emak selalu tersenyum saat bapak pulang. Angi senang kehidupan keluarganya berjalan dengan baik. 

 

Namun saat ini keadaannya sedang yang tidak baik. Semua tidak semudah yang dibayangkan saat sebelum Angi memutuskan pergi ke kota ini. Semua informasi yang ia dapat tentang kemewahan dan kejayaan kota ini menjadikannya berbinar tentang kehidupan yang lebih mapan. Angi memutuskan pergi ke kota ini dengan persiapan dan rencana yang begitu matang. Sayang, semua itu hanya rencana. Tuhan lebih tahu harus bagaimana dan dengan cara apa ia hidup.

 

Angi saat ini hanyalah seorang yang sedang duduk di sudut jalan kota Jakarta. Angi seperti kertas kosong tanpa nama dan tanpa pemilik. Ia tak pandai menyapa orang. Ia tak pandai tersenyum manis. Semua itu terasa berat baginya.

Banyak orang berjalan di depannya. Mereka terlihat seperti sama. Tidak ada penolakan dan pasrah. Udara pengap dan kotor adalah bukti kerja keras mereka terbayarkan dengan rupiah. Sayup-sayup suara rintihan kendaraan terdengar sudah tak kuat menahan panas dan beban di atas aspal ini. 

 

Angi mengangkat kepalanya dan melihat ke atas langit jingga ini berharap ia bisa melewati semua ini. Angi berdiri dari tempat lusuhnya dan mulai melangkah menuju rumah. Perjalanan menuju rumah terasa begitu jauh. Rasanya angi tak ingin cepat pulang. Begitu berat rasanya menjalani hidup dengan mandiri. Angi yang masih baru dan tak tahu apa-apa hanya bisa menerka dan berharap bahwa semuanya akan baik-baik saja.

 

“Akhirnya, aku tiba di tempat tinggal sementara ini. Senang rasanya bisa kembali kesini,” menggumam Angi saat membuka kedua sepatu pantofel hitamnya.

 

Segera angi membuka pintu yang terkunci dan masuk ke dalam ruangan yang gelap. Udara pengap dan panas mengelilingi setiap sudut ruangan. Dengan segera angi menyalakan lampu dan kipas angin sebagai pengupah rasa panas. Angi mengganti pakaiannya yang basah dan lusuh. Kemudian ia berbaring di atas tempat tidurnya. Angi memikirkan bagaimana rencana Tuhan esok hari. 

 

Kemudian, ia melihat handphone di tangannya sudah menunjukkan pukul 21.00 malam hari. Handphone yang sejak tadi ia bawa seharian tidak memberikan manfaat apapun. Ia hanya menatap layar dan memandangi wallpaper di handphone nya.

 

”Hari ini begitu melelahkan, bisakah besok lebih baik,” harap Angi sebelum ia tertidur.

 

Tak sadar dengan keadaannya yang sudah terlelap. Wallpaper handphone Angi masih menyala dengan kontras cahaya tinggi terlihat gambar abstrak di HP itu. Tak nampak jelas dan absurd.

Palawakin
Susunod na Kabanata
I-download

Pinakabagong kabanata

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Mga Comments

user avatar
Wiwit Sunarti
adhimas kemana ?
2022-07-22 10:34:19
0
user avatar
Alsa damufa
baru kali ini baca cerita misteri yang alur nya berbeda dengan cerita misteri yang lain, terus buat cerita yang seperti ini Thor beneran bagus ini.
2022-03-16 23:24:37
0
user avatar
Chandra
...... pemuda yang tidak terduga
2022-02-12 22:42:41
0
90 Kabanata
Prolog
“Tak bisakah mereka menghargai keberadaanku?" ucap Angi. "Tak bisakah mereka menilaiku dengan cara yang lain?.” Menggumam suaranya di sudut sebuah kota yang ramai dan tak bersahabat.  Sebuah kota tempat ia tinggal dan menghabiskan masa mudanya untuk mencari penghasilan. Sebuah kota yang memberikan harapan besar untuk seorang Angi. Kota harapan dan masa depan, Jakarta.  Hiruk pikuk isi kehidupan Jakarta membuat Angi merenung tentang tujuan dan impian ia untuk melangkah dan berpijar di ibu kota ini. Keangkuhan ibu kota ini, kegaduhan kota raksasa ini membuatnya seperti semut yang kapan saja dan dimana saja bisa terinjak tak berbekas. ”Sungguh aku muak dengan kehidupan ini. Benar-benar tidak ada yang bisa aku harapkan dari semua ini,” ucapnya lagi. Angi merintih dan menangis di sudut jalan ibu kota dengan baju lusuh dan memegang erat lembaran-lembaran kertas bukti
last updateHuling Na-update : 2021-09-05
Magbasa pa
Teman Lama
Angi terlelap dalam tidur dengan membawa sejuta kejenuhan dalam pengalaman hidupnya yang tak bisa ia tanggung sendiri.  Wallpaper HP itu masih menyala dengan cahaya yang mulai redup di genggaman tangannya. HP Smartphone tersebut memiliki ukuran layar 5-inchi dan tidak menggunakan nada dering. Hanya getaran yang diaktifkan saat ada notifikasi masuk. Tak lama cahaya itu pun mulai redup dan mati. Tak sadar Angi menggerakkan tanggannya kebawah dan HP itu terjatuh tergeletak di atas lantai. Layar HP itu mulai memancarkan sinar hangat yang mulai menyelimuti seisi ruangan. Ruangan kamar kos Angi yang kecil dan pengap itu berubah menjadi sangat terang seperti ruangan dengan banyak lampu-lampu di atasnya.  Suara gemuruh angin mulai keluar dari layar handphone Angi yang sedang tergeletak di atas lantai tersebut. Denting suara jam dinding kamar Angi terdengar begitu jelas setiap detiknya. 
last updateHuling Na-update : 2021-09-05
Magbasa pa
Teman Lama, Ku Tunggu
Benarkah? Aku tidak apa-apa mas,” Angi langsung menjawab kekhawatiran Adhimas.  Teman dekat yang sudah beberapa bulan tak menghubungi Angi. Angi mulai berpikir apakah Adhimas mengetahui apa yang ia alami semalam. Karena ini bukan hal yang pertama kali terjadi pada Angi. Ketika ia dalam keadaan tersakiti sekalipun Adhimas mengetahuinya.  ”Mas, malam ini ada waktu ketemuan gak? Aku mau cerita sesuatu nih sama kamu,” berkata Angi dalam percakapan telepon.”Oke, Ketemuan nanti malem ya. Sekalian makan malam. Lokasinya nanti aku kabarin,” respon Adhimas menjawab permintaan Angi. Adhimas, teman Angi yang selalu ada dalam setiap langkahnya. Dimana pun Angi berada, Adhimas selalu berada tidak jauh dengannya. Bahkan, ke kota Jakarta sekalipun Adhimas tetap mengikuti Angi. Sejak kecil,
last updateHuling Na-update : 2021-09-05
Magbasa pa
Masa Lalu
Suasana malam hari kota Jakarta turut menjadi pengantar tidur Angi. Suara sayup-sayup kendaraan yang masih berlalu-lalang di jalan raya. Suara kehidupan kota yang tak akan pernah tertidur. Bagi sebahagian orang, malam menjadi siang mereka. Kehidupan malam yang menggantikan siang ini benar-benar membuat sang kota menjadi arogan. Di tempat lain, Adhimas yang baru saja mengirim pesan WhatsApp kepada Angi kemudian memasukkan HP nya ke dalam handbag kecil miliknya. ”Sudah sampai, pak,” berkata sang supir taksi. ”Oh, iya, pak. Terima kasih,” respon Adhimas. Ia bergegas turun dari taksi tersebut dan berjalan menuju rumahnya.   * Adhimas adalah seorang pria tampan bertubuh tegap dan memiliki tinggi di atas pria Indonesia pada umumnya. Kulit kuning langsat membaluti tubuhny
last updateHuling Na-update : 2021-09-05
Magbasa pa
Ruang Interview
Sudah suratan takdir dari Sang Maha Kuasa bahwa jalan hidup Angi penuh dengan dunia mistis. Sebagai manusia, Angi tidak mampu mengubah takdir. Namun, ia masih berjuang untuk menjadi manusia yang lebih baik.  Angi yang masih terbaring lelap di tempat tidurya tak sadar bahwa waktu sudah menunjukkan pukul 05.00 pagi. Ia terbangun karena mendengar suara adzan subuh berkumandang. Ia bergegas untuk melaksanakan ibadah shalat subuh. “Alhamdulillah malam ini aku diberikan tidur yang nyenyak,” bersyukur Angi dalam untaian doa kepada sang pencipta.  “Aku lelah dengan para makhluk gaib yang bermunculan di depanku,” keluh Angi dengan indra keenam yang ia miliki.  “Semoga makhluk yang mengganggu tidurku kemarin lusa tidak menjadi bahaya bagiku,” ucap Angi dengan kekhawatiran. Angi kemudian bergegas me
last updateHuling Na-update : 2021-09-05
Magbasa pa
Takdir
“Tak kusangka takdir arwah laki-laki itu begitu pilu,” ucap Angi yang sedang duduk di kursi kamarnya.  “Apakah dia akan kembali ke alamnya? Atau tetap dalam belenggu sang ular raksasa itu?” tanya Angi mendalam. ”Aku bukan super hero yang bisa menolong orang lain. Hanya kelebihan dari sang pencipta ini yang ku jaga,” ucap Angi dengan nada kesal. ”Andai saja aku tidak punya indra keenam ini. Mungkin hidupku akan lebih tenang. Aku tak perlu menyaksikan hal-hal gaib seperti tadi.” Kejadian kecelakaan tadi membekaskan rasa pilu dan misteri untuk Angi. Ia merasa kecewa karena tak bisa membantu apapun terhadap sang korban kecelakaan. Di sisi lain, ia bertemu dengan sang ular yang tak asing baginya.  “Aku harus menanyakan soal ini kepada ayah,” ucap Angi. “dan makhluk yang selalu menggangguku itu. Menyebalkan.” Angi kemudian mengambil handphone dan langsung menelpon ayahnya yang berada di kampung. Angi menceritakan semua kejadian yan
last updateHuling Na-update : 2021-09-28
Magbasa pa
KELUARGA
Angi yang masih dalam keadaaan pingsan itu kemudian terbangun karena suara HP yang berdering. Nada dering HP tersebut memecah keheningan di kamar Angi. Musik instrumental khas jawa yang menjadi nada dering Angi ini seakan mengantarkannya untuk terbangun.Angi yang baru saja tersadar dari pingsannya langsung mencari HP yang berdering. Tak disangka sang kakek buyut menelpon Angi. “Kenapa kakek buyut nelpon ya?” ucap Angi sambil menatap layar HP yang berdering. “Assalamualaikum, Angi. Gimana kabarmu ndok? Kamu sehat kan di sana?” berkata sang buyut kepada Angi yang masih duduk di atas lantai. ”Aku sehat kek. Kakek tumben menelpon Angi. Ada apa kek?” ucap Angi. ”Semalam Ki Slamet datang kepada kakek. Katanya dia sudah ngobrol sama kamu ya ndok?” kata sang uyut. ”Kamu sudah siap?” ”Tidak kek, maaf. Aku tidak mau,” balas Angi. “Garis hidupmu adalah menjadi paranormal. Mau kamu jungkir balik di dunia tetap takdirmu adalah paranorma
last updateHuling Na-update : 2021-09-29
Magbasa pa
RUANG ICU
“Pendarahan yang sangat hebat tapi pasien ini bisa melaluinya dengan selamat,” tutur seorang dokter jaga di ruang ICU. “mukjizat itu memang nyata.” “Ini data profil pasien beserta riwayat penyakit yang dideritanya dok,” ucap perawat yang sedang bertugas. “Baik. Tolong resepkan ini kepada pasien, Co-amoxiclav, untuk mempercepat penyembuhan luka dan kesadarannya segera pulih,” ucap sang dokter. “Baik, dok,” ucap perawat. Dokter Alan sebagai dokter jaga di ruang ICU tempat Angi di rawat kemudian memanggil anggota keluarga Angi. Tak lama, datanglah adhimas sebagai perwakilannya. “Dengan keluarga Angi?” tanya dokter. “Saya perwakilan dari keluarganya pak. Keluarga Angi masih di kampung belum tiba disini,” jawab adhimas. ”Baik. Begini pak Adhimas. Saya sampaikan bahwa pasien Angi ini bisa rawat jalan apabila kondisi luka sudah 70% membaik dan kesadarannya sudah stabil. Untuk saat ini kondisinya sudah jauh lebih baik dari sebelumnya t
last updateHuling Na-update : 2021-09-29
Magbasa pa
MENINGGAL
Di tempat lain, suara mikrofon dari ruang ICU terdengar dengan jelas oleh Adhimas yang sedang berada tak jauh dari ruang tunggu pasien. Ia langsung berjalan cepat menuju ruangan Angi. Adhimas terkejut dan tak menyangka sama sekali dengan apa yang terjadi.Ibu kos dan Nisa yang juga sedang berada di ruangan menangis sejadi-jadinya.Ruangan ICU yang dingin menumpahkan rasa kehampaan dan ketidakpastian.Dentingan suara alat bantu itu terdengar semakin tak berirama. Irama demi iramanya mulai tak tersusun dengan rapi. Wajah sang dokter dan perawat tak bisa membohongi kondisi yang terjadi. Wajah pucat pasi menghiasi wajah Angi yang sejak tadi malam tak memberikan perubahan.“Ada apa dok?” tanya Adhimas cepat.“Bagaimana ini bisa terjadi?”“Sabar pak Adhimas. Kami sudah berusaha memberikan yang terbaik untuk pasien. Namun, tiba-tiba saja pasien mengalami penurunan tingkat kesadaran yang sangat tinggi. Semua langsung drop
last updateHuling Na-update : 2021-09-29
Magbasa pa
MENJEMPUT PULANG
Perjalanan bapak dan emak menuju Jakarta berubah menjadi suram. Hanya doa yang bisa mereka panjatkan agar anaknya bisa istirahat dengan tenang di alam sana. Mobil travel itu pun terus melaju dengan cepat menuju Rumah Sakit. Suasana malam kota Jakarta dengan taburan lampu-lampu jalanan yang remang mengiringi perjalanan menuju Rumah Sakit. Jalan raya yang terbentang luas tak satupun terlihat kendaraan berlalu-lalang. Sunyi dan sepi. Namun, gedung-gendung pencakar langit itu seakan masih menunjukkan kehidupan. Terlihat angkuh untuk sosok mata yang sederhana. Perjalanan mulai diiringi gemercik hujan. Tetesan air itu mulai menjatuhi kaca mobil yang terang. Terlihat titik-titik air itu membulat dan memenuhi semua ruang kaca mobil. Tetesan itu jatuh perlahan dan tak membuat gaduh. Hujan itu seakan hanya ingin mengalihkan perhatian mereka yang sedang berkelabu. Iringan hujan terus menemani mobil travel yang melaju di Jl. Diponegoro. Suasana Kenari di malam ha
last updateHuling Na-update : 2021-09-30
Magbasa pa
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status