Share

Bab 143

Jalan setapak ini berakhir pada sebuah gerbang. Gerbang yang tidak terlalu besar. Tidak ada tulisan apa-apa pada gerbangnya. Warna kuning cerah di gerbang itu, seperti membuatnya menyatu dengan kecantikan alamnya yang mempesona.

Cio San terkesima. Tempat ini begitu indah namun begitu sunyi. Tiada suara seorang pun. Ia memasuki gerbang dengan enteng, walaupun dalam hatinya ia tahu, akan ada ribuan bahaya yang harus diterjangnya.

Tak jauh dari gerbang, tepat di tengah-tengah jalan, terdapat seseorang duduk bersila. Kepalanya gundul. Bajunya berkain kasar dan berwarna kuning cerah. Sekali lihat, siapapun tahu, orang yang duduk itu adalah seorang Hwesio (Bhiksu).

Matanya terpejam. Tubuhnya penuh peluh keringat. Tampaknya sudah sejak tadi ia duduk di tengah jalan. Cio San berjalan mendekatinya dan menyapanya.

“Salam hormat,” ia menjura.

Sang Hwesio membuka mata. Tatapannya teduh. Tapi sinar matanya mencorong. Di dunia ini, mungkin hanya dia seorang yang matanya teduh namun sekaligus mencor
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status