Beranda / Romansa / Kill My Husband! / 3. Pembunuh dengan Masa Lalu Kelam

Share

3. Pembunuh dengan Masa Lalu Kelam

Penulis: Mustacis
last update Terakhir Diperbarui: 2021-12-24 19:17:31

Sejak berumur enam tahun, Bandit sudah dipaksa memasuki dunia kriminal. Tugas pertamanya adalah mengantarkan paket berisi narkoba dengan aman. Ayahnya adalah orang yang mendapatkan keuntungan atas semua kerja keras di masa kecilnya itu.

Hidup berdua dengan sang ayah saat ibunya sudah meninggal membuat Bandit tak masalah melakukan itu asal dia bisa membeli pakaian, makan dan juga membeli bunga untuk dia letakkan di makam ibunya. 

Di umurnya yang ke-15 tahun, seorang perempuan datang bersama anak gadis yang umurnya tak jauh berbeda dengan Bandit. Mereka diperkenalkan sebagai istri baru Ayah dan juga anak tirinya.

Bukannya senang ataupun benci karena posisi ibunya sekarang terisi oleh perempuan lain, Bandit malah merasa kasihan. Karena sang ayah bukanlah laki-laki bertanggung jawab yang akan memberikan kebahagiaan untuk mereka.

Renata dan ibunya mengalami penyiksaan yang selama ini Bandit dapatkan. Rumah mereka yang kecil hanya diisi dengan suara bantingan botol alkohol, jeritan dan raungan kemarahan. Darah terus meluberi lantai. Setiap hari.

Lima tahun kemudian, ibu Renata bunuh diri. Tak sanggup mengalami semua penyiksaan yang tiada henti itu. Mungkin menurutnya neraka akhirat lebih baik ketimbang neraka yang diciptakan oleh suaminya sendiri.

Bandit bekerja lebih keras. Untuk melindungi Renata, membayar biaya sekolah Renata sampai kuliah pun Bandit melakukan segalanya untuk membiayai pendidikan gadis itu. Tujuannya hanya satu. Membuat Renata menemukan jalan yang lebih baik. Tak apa jika dia harus melakukan kejahatan demi kejahatan, meski itu pembunuhan sekalipun.

"Kenapa Kakak melakukan itu?" Pandangan Renata teramat pedih saat melihat Bandit yang lagi-lagi pulang di saat fajar dengan wajah babak belur, tangan bersimbah darah dan pakaian yang sobek-sobek.

Bandit sama sekali tak memedulikan terlihat seperti apa dirinya sekarang. "Kau harus keluar dari sini. Dengar. Selesaikan kuliahmu. Lalu keluar dari sini. Cari tempat yang jauh dan hiduplah dengan baik."

Waktu itu Renata menunduk. Raut wajahnya terlalu rumit untuk dipahami oleh Bandit. Sebelum ayahnya bangun dan membuat ulah lagi, cepat-cepat Bandit mendorong Renata keluar rumah. 

"Jangan pulang sebelum aku menjemputmu. Tinggallah dulu di tempat temanmu." 

Selalu begitu. Bandit selalu melarang Renata pulang jika urusannya di kampus sudah selesai. Ia akan menjemput sang adik saat semua pekerjaannya sudah dia lakukan. Tak ingin Renata bertemu dengan ayahnya saat dia tidak ada di rumah.

Tapi malam itu saat Bandit hendak menjemput sang adik, temannya mengatakan bahwa Renata telah pulang. 

"Ada laki-laki tua yang mengaku sebagai ayahnya, dan Renata mengakui. Jadi aku biarkan mereka pulang."

Secepat kilat Bandit berlari, mengabaikan pikirannya yang mencoba menenangkan, bahwa tak apa. Mungkin ayahnya sudah sadar dari pengaruh alkohol dan obat-obatan. Tak apa-apa. Bandit sepenuhnya mengabaikan kata-kata penenang itu. Jantungnya berdebar tak karuan. Pikirannya berkecamuk.

Saat dia masuk ke rumah, yang dilihatnya adalah Renata yang luruh di lantai bersimbah air mata, gemetar ketakutan dan juga babak belur. Pakaiannya sobek, dan dikelilingi beberapa pria besar yang tersenyum culas dan kotor.

Bandit menerjang. Menghabisi orang-orang berwajah busuk itu. Kendati dirinya berdarah-darah sebab senjata tajam mereka terkadang mengenai tubuh Bandit. 

"SIALAN! HEH ANAK SETAN! KAU TAHU SIAPA MEREKA? MEREKA AKAN MEMBAYARKU 20 KALI LIPAT JIKA ANAK INI BISA MELAYANI MEREKA!"

Wajah Bandit yang dihiasi dengan noda darah semakin menegang. Digendongnya Renata pergi. Embusan napasnya begitu kasar, seperti bom yang akan meledak sebentar lagi.

"Kau mau pergi? Aku bisa menemukan kalian di mana pun kalian bersembunyi! Berikan anak itu padaku."

Langkah Bandit yang hampir mencapai pintu berhenti. 

"Kau pikir pelangganku cuma mereka? Aku sudah mempromosikan anak itu ke mana-mana. Banyak yang mengantri untuk mendapatkan keperawanannya. Ke mana pun kau membawanya, dia akan tetap dikejar oleh seluruh preman kenalanku."

Bandit berbalik. Dengan Renata yang gemetar dalam gendongannya, dihunusnya ayahnya berang. 

"Kau tak bisa menghindar. Coba saja. Kau hanya akan membuatnya sengsara seumur hidup."

Bandit menggeram. "Tak ada yang boleh menyakitinya. Akan kubunuh semuanya."

"Oh ya? Sayangnya mereka akan tetap mengejar gadis itu. Puluhan ah tidak, ratusan orang akan mengejar untuk mendapatkannya. Karena ini adalah taruhan yang kubuat."

Taruhan konyol sekaligus kotor tentang siapa yang bisa mendapatkan keperawanan anak gadis yang sangat cantik itu, maka semua uang taruhan akan terbagi dua. Sebagian untuk ayah Bandit sebagian lagi untuk sang pemenang.

Malam itu Bandit putus asa. Geraman amarahnya memenuhi setiap sudut rumah kecil mereka. Diperbaikinya posisi Renata dalam gendongannya, seperti menggendong seorang balita. Lalu dengan pecahan botol di atas lantai, ditusuknya jantung sang ayah secepat kilat sambil terus mempertahankan agar Renata tak melihat aksinya.

Ia benar-benar muak. Tak peduli dirinya harus masuk penjara dunia ataupun penjara akhirat. Bandit sudah tidak tahan dengan semua kelakukan bejat ayahnya.

Si ayah keparat itu akhirnya mati. Mereka terbebas, tapi hanya ada dalam angan bandit. Mereka dikejar di mana-mana. Oleh polisi dan juga oleh preman-preman yang mengincar keperawanan Renata.

"Jangan memaafkanku karena aku harus melakukan ini. Setelah semua ini selesai, pergilah yang jauh. Kau boleh membenciku, tapi hiduplah dengan baik."

Bandit melakukan hal yang paling kejam, mengambil keperawanan Renata di malam saat mereka kembali melarikan diri dari kejaran orang-orang menyeramkan itu, semata agar Renata terbebas dari jerat para preman gila itu. Meskipun ia tahu, luka yang ia berikan kepada gadis itu tidaklah kecil.

Renata menangis. Mungkin menyesal telah mempercayai penjahat keparat seperti Bandit yang tega membujuknya untuk melakukan perbuatan keji itu. Meski ia tahu semua ini dilakukan sang kakak untuk membuatnya terbebas.

Renata terbebas, dari jerat preman sedangkan Bandit merelakan dirinya untuk masuk ke dalam jeruji besi. 

Tak ada yang mengejarnya lagi sebab keperawanannya sudah raib, tak lagi menarik bagi preman-preman itu. Taruhan konyol itu sudah bubar.

"Kenapa kau ke tempat ini? Aku bilang hiduplah dengan baik, bukan seperti ini."

Tangan Renata masih dicengkeram oleh Bandit. Saat ini ia tahu bahwa Bandit begitu marah. 

"Bukan urusanmu. Baik atau tidaknya hidup yang kujalani tak ada hubungannya denganmu."

"Renata." Napas Bandit berembus kasar. "Pergi yang jauh. Jalani hidup yang kau inginkan, bukan begini caranya untuk membenciku."

Lelaki kasar dan urakan ini benar. Renata membenci segala yang ada dalam kehidupannya dulu, termasuk dirinya sendiri.

"Aku akan mengurusnya, jadi pergilah malam ini. Ke mana saja asal jangan di tempat seperti ini."

"Jangan bodoh! Pergi ke mana saja bukan berarti aku akan aman dan hidup dengan baik!  Kau saja yang pergi, jalani hidupmu sebagai pembunuh bayaran dan menyingkir dariku selamanya."

Renata alias Serina si wanita penghibur kelas atas, yang pernah menjadi adik yang begitu ingin dilindungi oleh Bandit, berbalik pergi setelah menghempaskan genggaman tangan Bandit.

Bandit mengepalkan tangan di kedua sisi tubuhnya. Ia menggeram sebelum mengucapkan janji itu. "Aku akan menjemputmu."

Bab terkait

  • Kill My Husband!   4. Izora yang Hanya Nikmat untuk Ditiduri

    Peluh membasahi tubuh indah Izora. Dirinya masih sangat sadar ketika Darius semakin mempercepat hunjamannya. Ia mendesah pelan, semata untuk tak membolongi harga diri Darius.Bahwa ia tak merasakan apa-apa.Kendati dirinya mendesah dan merintih. Itu hanyalah palsu.Izora hanya berbaring diam di bawah tindihan Darius sambil menerima semua perlakuan lelaki itu."Ah, Marina."Sudah berulang kali nama asing itu meluncur dari mulut Darius. Setiap ia kali ia berada pada puncak kewarasannya, nama itu akan selalu hadir menghiasi percintaan mereka."Kau sangat nikmat, Marina!"Tak ada usaha sedikit pun yang dilakukan Izora untuk mengoreksi kesalahan itu. Pura-pura ia memasang ekspresi rumit yang menandakan betapa hebatnya lelaki itu menggagahinya.Kening Izora berkerut, matanya terpejam. Ia lengkungkan punggungnya saat hunjaman Darius semakin cepat sampai tubuh lelaki itu gemetar, Izora ikut bergetar. Meski

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-24
  • Kill My Husband!   5. Bunuh Suamiku

    Saat Izora turun dari mobil, yang dia lihat hanya kegelapan. Diperiksanya kembali pesan dari orang kepercayaannya, alamatnya betul di sini.Di depan sana cuma ada gudang saat Izora menyalakan senter pada ponselnya. Ia menghela napas pelan sebelum mengangkat kaki menuju satu-satunya bangunan di tempat ini.Hawanya lumayan mengerikan, cukup untuk membuatnya sedikit merinding. Diketuknya pintu besi yang berkarat itu dan tak ada jawaban.Meski sedikit ragu, Izora kembali mengetuk. Lalu memutuskan untuk menarik pegangannya saat beberapa lama masih tetap hening.Tak terkunci. Bunyi geretan yang memekakkan telinga membuatnya mendengus sedikit kesal karena terkejut.Izora sudah terbiasa dengan gelap. Tak masalah baginya. Namun, ia tetap harus berjalan dengan senter ponselnya jika tak mau tersandung sesuatu atau diserang oleh seseorang yang tak dikenal, karena ini betul-betul gelap. Tak ada sedikit pun cahaya yang bisa membantunya berjalan kecua

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-24
  • Kill My Husband!   6. Izora yang Palsu

    Izora keluar dari gudang yang teramat gelap itu. Sama sekali tak ada getaran pada tubuhnya sekalipun ia hampir saja mati di tangan beruang besar yang sangat buas.Gaun yang mencetak lekuk tubuhnya dengan pas itu makin mengukuhkan bagaimana tangguhnya wanita itu. Ia berjalan angkuh menuju mobilnya, tak takut sedikit pun meskipun lelaki besar bernama Bandit itu bisa saja berlari menghampirinya dan kembali mencekiknya dengan brutal.Izora menyentuh lehernya sesaat setelah memasuki mobil. Lumayan perih dan ia yakin akan ada bekas di sana.Ia menyalakan mesin mobilnya sambil menelepon Ronald melalui speaker. "Kau yakin dia seahli itu?""Maksudmu Bandit?""Hm.""Sejak remaja dia sudah mendalami profesi itu. Tak sembarang orang bisa menyewa jasanya. Terakhir yang kutahu salah satu anggota inti DPR berhasil membujuknya. Lalu tak ada kabar lagi, karena tahu-tahu dia sudah berada di penjara."Izora mengernyit. Pegangannya pada setir kemud

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-24
  • Kill My Husband!   7. Menjemput Renata

    Jaket kulit cokelat yang warnanya sudah pudar, celana jeans belel yang robek-robek di bagian lutut dan paha, dan kaus putih yang sudah berganti warna menjadi kekuningan. Dengan penampilan yang sama, Bandit kembali ke club itu.Dan ia mesti mendapati tatapan meremehkan si bartender bernama Andi kemarin malam. Laki-laki rapi yang berwajah seperti orang Jepang itu menyapukan pandangannya pada penampilan Bandit yang tidak berubah, lalu mendengus bosan."Buat apa lagi kau ke sini? Kurasa bukan untuk memesan minuman dan berjoget seperti orang gila di lantai dansa."Bandit hanya berdiri, sama sekali tak menyentuh kursi tinggi di sampingnya. Ia menatap lurus ke dalam mata Andi, seolah ingin mencongkel alat penglihatan lelaki berkulit putih itu."Renata."Mendapati tatapan yang teramat tajam dari laki-laki berpenampilan urakan dan seram seperti Bandit, Andi akhirnya menunduk. Lututnya tiba-tiba gemetar dan jantungnya berdegup lebih cepat."Sialan. Ak

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-02
  • Kill My Husband!   8. Menculik Sang Adik

    Sampai kapan pun Bandit akan terus berada dalam tempurung rasa bersalah atas berubahnya segala yang ada dalam diri Renata.Dirinya yang membuat gadis manis itu terjebak di kubangan lumpur ini. Dia yang harus bertanggung jawab atas segalanya.Seolah ada belati yang sangat tajam mencabik-cabik dada Bandit. Diberinya Renata tatapan kesakitan. "Kau hidup dengan baik di sini?"Di tempat ini? Melayani banyak laki-laki setiap malam. Dia bilang hidupnya baik?"Aku tak akan mengganggumu setelah kau keluar dari sini. Aku mohon." Kepala itu menunduk, meratapi sepatunya yang kotor dan sudah tak layak dipakai. Napasnya kian memberat menahan desakan untuk memaksa wanita ini pergi."Hentikan ini. Pergilah."Tak ada harapan dan tak ada kesempatan yang diberikan oleh Renata. Maka saat dia meninggalkan tempatnya dan menjauh, Bandit mengambil langkah pasti. Membopong tubuh Renata di pundaknya dan bergegas memotong hiruk pikuk yang meledak itu.

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-05
  • Kill My Husband!   9. Serangan Saat Bercinta

    Untuk kesekian kalinya, Izora melirik arloji mungil di pergelangan tangannya. Sudah lewat pukul sebelas malam dan pembunuh bayaran itu belum juga muncul. Ia tak melihat tanda-tanda keberadaannya di mana pun di sudut restoran ini, padahal di belakang foto Darius yang ia berikan, tertulis pukul Sembilan.Makan malam dengan klien Darius bersama istrinya hampir berakhir. Pembicaraan bisnis mereka sudah selesai, yang tersisa hanya basa-basi sebelum Pak Haryono dan istrinya berdiri kemudian mengulurkan tangan ke hadapan Darius.“Saya sangat senang dengan kualitas produk-produk Anda. Tak ada satu pun yang mengecewakan saya.”Darius membalas uluran tangan itu sambil melemparkan senyum bersahabat. “Ah, senang bisa menjadi pilihan Anda di antara banyaknya brand ternama yang sedang naik daun.”Ketiganya tertawa, sedang Izora hanya tersenyum tipis. Tidak menangkap di mana letak lucunya.Izora ikut menyalami Pak Haryono dan istriny

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-10
  • Kill My Husband!   10. Pembunuh Macam Apa Kau?

    Bandit merasakan sakit yang amat sangat di kepalanya saat satu tinjunya kembali melayang ke wajah pria di bawahnya. Kepalanya berat, matanya mengabur dan berdenyut perih.Satu jam yang lalu dia masih bersimpuh di depan club. Merasakan disorientasi saat pemukul bisbol dihantamkan ke kepalanya. Dilihatnya Renata memandang dingin ke arahnya."Sudah kubilang pergi. Kau mau mati di sini?"Bandit merasa pusing. Tidak. Ia tidak ingin roboh sekarang. Ia harus membawa Renata pergi dari sini."Pergi kalau masih ingjn hidup." Renata berbalik, memperlihatkan punggungnya yang tegak dan tidak peduli."Jika aku membawa uang untuk menebusmu, apa kau akan ikut denganku?""Ya, bawa yang banyak, Berengsek." Bukan Renata yang menjawab, melainkan salah satu pengawal. "Dia bernilai tiga miliar. Kau bisa bawa dia dan lakukan apa pun yang kau mau."Renata berhenti sejenak, lalu kembali melangkah, menghilang di balik pintu club."Pergi kau. Janga

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-11
  • Kill My Husband!   11. Pembunuh Tiga Miliar

    Napas Bandit meluncur. Berkali-kali. Keras dan putus-putus. Rasa panas itu membabi buta berlari dari perut, dada, kerongkongan hingga ke kepalanya. Untuk berkedip saja rasanya sangat sulit.Dari ekor matanya, ia lihat wanita itu menyandarkan kepala pada kursi di sampingnya sambil menghela napas dan memijat pangkal hidung.Tentu saja. Dia pasti kesal.Bandit datang tanpa persiapan yang matang. Pikirannya terbelenggu antara ingin membebaskan Renata dari tempat terkutuk itu dan segera mendapatkan uang yang mereka minta. Membuat ia sepenuhnya lupa bahwa target pertamanya setelah ia hiatus dari bunuh membunuh itu bukanlah orang sembarangan.Taksi berhenti. Pintu di seberangnya terbuka dan wanita bernama Izora Farzan itu keluar, kemudian kembali dengan napas yang menyentak kasar, lalu tahu-tahu baju dan celana Bandit dirabanya. Memasukkan tangan pada setiap kantong yang ada pada pakaian Bandit.Sedang Bandit mengerang parau ketika sentuhan-sentuhan

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-13

Bab terbaru

  • Kill My Husband!   Terima kasih.

    Halo, ini author Mustacis. Terima kasih sudah mengikuti dan mendukung Izora dan Bandit. Jangan sungkan untuk kasih masukan yang berarti supaya aku bisa terus memperbaiki tulisan aku dan mempersembahkan yang terbaik untuk kalian 😘 Cerita Pembunuh Suamiku adalah tantangan kedua yang aku berikan kepada diri sendiri setelah 'Tertawan Dua Suami' juga tamat. Semoga kalian bisa terhibur, ada sedikit pelajaran yang bisa diambil dan puas dengan cerita ini. Kalau kalian suka dengan cerita-cerita aku, kalian bisa pantengi akun F4ceb00k aku: Mustacis Kim untuk dapet info-info seputar cerita aku. Terima kasih banyak. Jangan lupa masukkan komentar yang banyak supaya cerita ini bisa masuk di beranda promosi dan Izora-Bandit bisa semakin dikenal banyak pembaca 🙏🏻 Sampai jumpa di karya-karya aku selanjutnya ❤️❤️

  • Kill My Husband!   SPECIAL BAB 5 Kita Sudah Lengkap

    “Dia sudah tidur?”Bandit mengintip dari balik bahu Izora, pada Ciara yang sudah telentang nyenyak. Kedua tangan kecilnya mengepal di sisi kepala dan napasnya berembus hangat dengan teratur.Sedang Izora menyangga kepala dengan sebelah tangan dan tangan yang lain masih menepuk pelan paha Ciara. Ia menoleh sebentar kepada Bandit.“Dia baru saja tidur,” bisiknya.Bandit mengangguk lalu menyandarkan dagunya pada lengan Izora. Menatap pemandangan Ciara yang tertidur damai tidak punya beban dan ketakutan apa pun.“Dia sangat menggemaskan.”Izora menyetujui dengan senyuman. Entah sejak kapan dia seringkali tersenyum konyol, tapi saat ini pikirannya sama dengan pikiran sang suami.Suami.Dulu dia membenci kata itu, sekarang ia menyanjungnya. Menghitung berapa banyak istri yang bahagia di dunia ini seperti dirinya.Bisakah ia sebut ini sebagai keluarga?Keluarga

  • Kill My Husband!   SPECIAL BAB 4 Darius Sudah Musnah

    Bhanu mengamati dua pusara yang berbaris rapi itu dengan nanar. Padahal baru satu minggu yang lalu dia datang ke sini dan dia harus datang lagi hari ini.Ia menarik napas dalam, merasa déjà vu melihat dua makam yang berdampingan itu. Segalanya berakhir tragis. Hidup sang tuan yang diperjuangkan selama dua tahun akhirnya menemui ajal.Mungkin inilah hukuman yang selalu ditunggu-tunggu sang nyonya. Bhanu merasa sangat sayang. Padahal mereka semua bisa hidup dengan baik.Rumput-rumput di bawah kakinya menyusut ketika ia melangkah meninggalkan area pemakaman yang sudah sepi. Di dalam kepalanya ia masih mengingat pusara yang bertuliskan nama Darius Farzan dan Raline Maharani yang baru saja dia tinggalkan.Ia masuk mobil, bukan lagi milik Farzan. sudah sejak lama Bhanu tidak memakai lagi fasilitas Farzan. Ia sendirian sekarang, tak ada pengawal lain atau bawahan yang bisa ia komando.Bersama dengan sang pemimpin keluarga yang ti

  • Kill My Husband!   SPECIAL BAB 3 SERINA

    Izora baru saja hendak tidur ketika ponselnya bergetar di atas nakas. Nama Serina muncul di layar panggilan. Diamatinya sang suami yang tertidur pulas tanpa baju di sampingnya sambil memeluk Ciara, putri yang mereka rawat sejak kemarin malam.Namanya mirip dengan nama Ibu. Tiara. Karena Izora merindukannya. Ia merindukan sang ibu yang tak pernah lagi ia temui sejak dua tahun lalu. Mereka hanya berbicara lewat telepon sesekali.Ayah dan Adnan sudah mengira Izora meninggal dan diliputi perasaan bersalah setiap hari. Usaha Ayah bangkrut dan tentu saja mereka harus pindah ke rumah yang lebih kecil.Rumah yang dibelikan Izora secara diam-diam.Ayah berhenti bekerja dan Adnan menjadi pegawai kantoran biasa. Kehidupan mereka normal, hanya perasaan bersalah itu yang terus menghantui mereka.Biarlah. Anggap sebagai pembalasan dendam.Ponselnya masih berdering dan gegas Izora mengangkatnya. “Ada apa, Serina? Ini sudah larut malam.&rd

  • Kill My Husband!   SPECIAL BAB 2 Punya Anak?

    SPECIAL BAB 2PUNYA ANAK?Malam ini terasa lengang. Suara ketikan keyboard Izora mendominasi kamar sebelum dia menyadari bahwa malam sudah larut dan Kayman belum pulang.Ia menutup laptopnya dan keluar kamar. Menuruni tangga menuju ruang tengah yang hawanya cukup dingin. Angin berembus masuk lewat celah ventilasi di atas jendela, menerbangkan gorden dan meniup rambut Izora.Izora tidak menunjukkan gestur kedinginan sedikit pun. Ini sudah menjadi makanan kesehariannya. Tinggal di vila yang Darius berikan, terletak di daerah yang tinggi dan dingin. Izora sudah terbiasa kedinginan.Kayman belum pulang dan tidak memberikan kabar apa pun, membuat Izora khawatir. Jangan sampai lelaki itu pulang dalam keadaan terluka seperti yang sudah-sudah.Semoga pekerjaannya malam ini berjalan lancar. Kayman memang biasa pulang terlambat jika ada tugas penting, tapi malam ini Izora lebih khawatir dari biasanya. Firasatnya buruk.Gaun tidu

  • Kill My Husband!   SPECIAL BAB 1 Dia Bukan Lagi Bandit

    Dua tahun kemudian. “Ah, Kayman …” Tautan jari-jemari itu kian menguat ketika lagi-lagi Izora menggaungkan nama Kayman ke seluruh sudut-sudut kamar. Napasnya yang berembus panas beradu dengan napas pria yang bergerak dengan lihai di atas tubuhnya. Lelaki itu menggila, wajahnya mengeras, keningnya mengernyit menikmati gulungan gairah yang menghantamnya tanpa ampun. Hari yang cerah itu terasa sangat panas, membuat dua tubuh yang telanjang di atas ranjang bermandikan peluh. Sudah sejak tadi dan tak ada siapa pun di antara mereka yang berniat menghentikan aktivitas yang meleburkan hasrat itu. Otot-otot Bandit terdenyut-denyut menggoda Izora. Kulit kecokelatannya basah dan mengalirkan tetesan keringat berbau jantan ke perut Izora. Dari bawah, Izora bisa melihat betapa indahnya lelaki itu. Dari ekor matanya, ia bisa melihat cahaya raja siang mulai memudar dan menyiarkan semburat berwarna oranye dari balik jendela kaca. Berarti hari sud

  • Kill My Husband!   91. Jadilah Istriku. Secepatnya (END)

    “Saya dengar Anda sudah sadar.” Tipikal Bhanu. Kaku dan tegas. Tidak banyak basa-basi.“Ya, seperti yang kau lihat.” Izora masih berada di atas tempat tidur keesokan harinya di saat Bhanu datang.“Saya ikut senang.”Izora mengangguk dan hening merayap kemudian. Hingga lima menit kemudian Serina masuk dan memecahan keheningan itu.“Oh, siapa ini? Bagaimana keadaan tuanmu itu?” Serina melompat ke atas ranjang, di samping Izora sambil memegang apel yang sudah tergigit di beberapa bagian.“Buruk. Beliau koma.”“Bukannya kau sudah memberikan penawarnya?” Serina menggigit apelnya.“Seperti kata laki-laki yang mengaku sebagai orang Nyonya. Tuan menolak obatnya dan berakhir koma.”“Aku bukan lagi nyonya-mu, Bhanu.”“Hmm … kau membingungkan, Tuan Bhanu. Kau setia pada tuanmu tapi malah membantu nyonya-mu berkhianat.&

  • Kill My Husband!   90. Balas Dendam Terakhir

    Pukul lima pagi, Ronald yang berbaring tidak nyaman di sofa ruang tengah bangun dengan tergesa. Sudah lebih dari 72 jam Izora belum sadar.Jantungnya berdebar hebat. Jika Izora betul-betul pergi maka Ronald akan sangat menyesali mengapa dia tidak menahan wanita itu untuk berbuat nekat.Ronald melangkah ragu ke kamar yang ditempati Izora. Ronald takut jika terjadi hal-hal yang buruk. Ia sudah sampai di ambang pintu ketika menemukan Izora berada dalam pelukan Bandit.Ronald mematung. Izora membalas pelukan Bandit dan itu artinya dia sudah sadar.Betapa leganya hati Ronald. Ia langsung menjauh dari kamar itu dan menumpahkan napas selega-leganya.“Oh, Tuhan … aku hampir mati karena khawatir. Syukurlah.”Tanpa basa-basi, Ronald berlari ke kamar sebelah. Melihat Serina dan Flora yang tertidur di atas lantai tanpa alas dan ibu Izora di ranjang.Kesenangan yang melimpah ruah membuat Ronald membangunk

  • Kill My Husband!   89. Izora Farzan Sudah Mati

    “Saya Izora Farzan, istri dari Darius Farzan.” Izora menunduk, agak ragu untuk mengatakan kalimat selanjutnya.“Saya pernah mengandung, anak kembar. Saya sudah memegang hasil USG mereka ketika suami saya memaksa saya untuk menggugurkan mereka. Waktu itu saya tidak mengerti apa alasannya dan kenapa saya juga harus mengangkat rahim dan tidak boleh hamil lagi. Saya tidak tahu.”Wajah sendu Izora memenuhi seluruh stasiun TV nasional dan tersiar ke layar-layar besar gedung pencakar langit di tengah-tengah kota dan pusat perbelanjaan.Orang-orang membeku melihat dirinya di dalam layar. Tanpa air mata dan tanpa wajah yang sedih, tapi sorot matanya sudah mengungkap segalanya.“Saya bertahan untuk mendapatkan penjelasan karena saya tidak pernah melakukan kesalahan apa pun, tapi bukannya mendapat penjelasan, saya malah dilecehkan. Dia memanggil saya Marina—mendiang istri pertamanya—setiap kali dia meniduri saya.&rdquo

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status