Beranda / Romansa / Kill My Husband! / 1. Si Pembunuh Buas

Share

Kill My Husband!
Kill My Husband!
Penulis: Mustacis

1. Si Pembunuh Buas

"ANJING! MATI KAU SIALAN!" 

Sebuah pisau lipat diacungkan tepat di depan muka Bandit. Sedikit lagi ujung pisau yang tajam itu akan menembus bola matanya.

Seorang pria berbadan dua kali lebih besar darinya menindih dengan sekuat tenaga. Hidung besarnya berkerut-kerut menandakan dia sudah mencapai batas kekuatannya.

Bandit mengamati bagaimana lawan yang sedang berada di atasnya itu terengah-engah. Tujuannya hanya terfokus untuk menusuk salah satu bagian tubuh Bandit, tapi lupa mengunci kekuatannya.

Maka Bandit mengapit badan orang itu, menjepitnya dengan kuat sampai pria itu mengerang kesakitan lalu membalik tubuhnya.

"BANGSAT! SETAN SIALAN! LEPASKAN AKU!"

Laki-laki yang kulitnya lebih cerah dibanding Bandit itu tengkurap di atas lantai penjara yang berdebu dan berkarat. Kedua tangannya terpelintir ke belakang. Kekuatan dan pergerakannya dikunci dengan mudah oleh Bandit.

"LEPASKAN, ANAK JALANG! ORANG RENDAHAN YANG LAHIR DARI PEREMPUAN JALANG SEPERTI IBUMU TAK PANTAS MENYENTUHKU!" 

Rahang Bandit semakin mengeras. Otot-otot wajahnya menyembul. Dengan sekali embusan napas kasar, ia menekan kepala pria itu dan membantingnya ke lantai. Ia yakin, wajah orang itu sudah bonyok.

Tiga orang yang berada satu sel dengannya tak berani melerai. Wajah mereka ketakutan, beringsut ke sudut sel dan menjauh sepenuhnya dari perkelahian yang berbahaya itu.

Sedangkan di luar sana menjadi gaduh. Suara-suara penuh semangat tahanan dari sel lain mengiringi pukulan membabi buta Bandit pada kepala orang itu.

"LANJUTKAN! HAJAR! AKU BERTARUH UNTUKMU!"

"AKU BERTARUH TIGA KALI LIPAT!"

"HEY, IDIOT! MEMANGNYA KAU PUNYA UANG DI SINI?!"

Bandit terus memukul. Napasnya berhenti dan ia hanya menyerang sesuai insting liarnya, seolah korban yang berada di bawahnya adalah batu yang tak akan mati jika dia menghajar tanpa kendali.

"SIKAT! BUAT MAMPUS SEKALIAN!"

Kulit cokelat Bandit basah karena keringat. Hanya melihat badan yang penuh otot itu akan membuat siapa saja beringsut ketakutan, ditambah dengan geraman murka serta pukulan yang tak henti melesat menghancurkan kepala pria di bawahnya.

"WOHOOO! BUNUHHHH!!!!!"

"BIKIN DIA CACAT, JAGOAN!"

Seruan-seruan brutal itu seolah menjadi bensin yang menggerakkan seluruh kekuatan Bandit untuk menghajar lebih keras lagi. Kepalan tangannya sudah dipenuhi dengan darah. Di matanya ada kilat membunuh yang menyeramkan.

Ia mengangkat tubuh pria gempal itu dengan satu tangan, terlihat begitu enteng baginya. Lalu dihempaskannya ke dinding sel, berkali-kali sampai pria itu tak lagi terdengar bernapas. 

"HEH! APA-APAAN INI?!" Seorang petugas berseragam membelalak ketika melihat pemandangan penuh darah itu. Kendati pupilnya bergetar ia tetap berusaha mengeraskan wajah untuk menghentikan perkelahian sepihak itu.

Pandangan Bandit tajam menyapu sang petugas. Tubuh dalam genggamannya ia banting ke lantai secara kasar. Punggung tangannya dihiasi oleh darah serta dadanya yang telanjang dipenuhi dengan keringat. 

Pintu sel itu terbuka. Sang petugas yang sepertinya sudah mencapai setengah baya itu berkacak pinggang dengan sangar. 

"APA YANG KALIAN LAKUKAN DI SINI?! INI SEL PENJARA BUKAN ARENA TINJU!" 

Tak ada yang berani menjawab. Kewibawaan sang petugas di depan mereka yang sudah susah payah menelan semua kengeriannya kalah jauh dengan aura membunuh yang menguar dari tubuh Bandit. Ditambah dengan tampilan mengerikannya. 

Rambut panjang yang menjuntai di sekitar dahinya semakin menambah intensitas kebengisan tatapan lelaki itu. Cambang dan bulu-bulu yang berjejeran serampangan di rahangnya membuat tampang Bandit semakin sangar. Ditambah dengan tubuh setengah telanjang, otot-otot yang menyembul dan kulit gelap yang berkeringat. 

Lengkap sudah. Seolah mereka tengah melihat seekor beruang jantan yang akan menelan mangsa yang sudah dia cabik-cabik dengan cakar dan taringnya.

"Kau membuat ulah lagi. Lagi-lagi aku harus menghadapi kelakuan bejatmu di sini!"

Bandit tak bereaksi. Ia tetap berdiri kokoh. Dadanya kembang kempis. Keseluruhan tubuhnya yang diselimuti oleh otot-otot yang menyeramkan membuat si petugas menelan ludah, sedikit gugup. Namun, berusaha cepat menguasai situasi.

"Kau lihat dia?" Sang petugas menurunkan jari untuk menunjuk korban Bandit yang sudah tergeletak hampir kehilangan nyawa. "Kau hampir membunuhnya! Hari ini kau keluar dari sini. Jika dia betul-betul mati maka masa hukumanmu akan ditambahkan. Kau mau berada di tempat ini selamanya?!"

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Olive PJ
Bandit sadis ......
goodnovel comment avatar
Bintu Ikhwani
Nggak nyangka yang bikin cerita ini cewe .........
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status