Share

Bab 85. Luka Masa Lalu

Penulis: Anggrek Bulan
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-28 12:26:51

"Asep! Kamu mau kemana lagi?" Bu Rika berteriak seperti biasanya. "Dasar nggak punya akhlak, diajak ngomong orang tua malah pergi!"

Teriakan ibunya yang semakin membahana, tak mempan sama sekali bagi Asep saat ini. Dia tetap saja pergi dengan dada yang penuh rasa emosi.

"Ini semua gara gara Nisa! Dia yang sudah bikin anakku jadi kayak gini!"

Bu Rika berkacak pinggang di depan pintu rumahnya sambil mendelik.

Apa pun keburukan yang terjadi dalam hidupnya dan juga Asep, tentu saja yang disalahkan tetap Nisa.

"Awas saja kamu ya. Aku akan buat perhitungan!" Bu Rika masih berteriak.

Wanita paruh baya itu pun keluar dan mengambil baju Asep yang diletakkan di luar secara sembarangan, setelahnya dia ingin masuk ke dalam.

"Rika ... kamu itu kenapa sih terus saja teriak teriak?!" Suara seorang wanita dari samping sontak membuat Bu Rika menoleh.

Bu Rika tahu siapa pemilik suara itu. "Jengkel aku itu sama Asep, Mbak."

Ternyata yang mengacak bicara adalah Bu Eni, kakak kandung Bu Rika, yang meman
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Ketika Suami Mendua, Majikanku Menginginkan Cinta   Bab 86. Berharap Hidayah

    "Eka?!"Bu Rika sedikit terpekik melihat menantu keduanya itu turun dari angkot, setelah sekian minggu tidak bertemu.Eka tersenyum simpul dan menyalami kedua wanita paruh baya itu."Eka ... lama ndak jumpa ya." Bu Eni tetap selalu ramah seperti biasanya.Meski tidak suka dengan apa yang diakukan oleh Asep dan Eka, tetapi Dia selalu berusaha bersikap baik pada semua orang. Pun dia selalu berusaha untuk tak mencampuri urusan orang lain. Hanya sekedar nasehat saja yang dj diberikan. Kecuali orang orang tersebut meminta dia untuk membantu memberikan solusi untuk suatu masalah.Tetapi karena bu Rika adalah adik kandungnya sendiri, dia juga berusaha untuk memberikan nasehat, tetapi pun itu tak melewati batas wajar."Iya, Bude." Eka menganguk dan tersenyum lagi.Bu Rika nampak senang melihat Eka. "Kamu kemana aja sih, kok kayak hilang di telan bumi begitu." Sepertinya wanita paruh baya ini tak menyangka jika Eka akan datang.Bu Rika sebenarnya masih begitu mengharapkan Eka, hanya saja perem

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-29
  • Ketika Suami Mendua, Majikanku Menginginkan Cinta   Bab 87. Tak Menyerah

    "Benar memang begitu adanya. Saranku sih, kamu nggak usah balik lagi kesini. Karena Nisa pantas mendapatkan pria yang lebih baik, dari pada hanya seorang sampah masyarakat seperti kamu."Rasa amarah dan juga sakit hati dirasakan oleh Asep saat ini. Tetapi dia lebih memilih untuk diam, karena memang itu lah kenyataanya. "Kenapa kamu diam, Sep? Salah ya omonganku tadi?" Joko memandang sinis ke arah Asep.Bukan hanya Joko yang membenci pria itu, tetapi rasanya semua warga kampung pun merasakan hal yang sama. Mereka semua tahu seperti apa Nisa yang selama ini telah berusaha untuk membanting tulang untuk memberikan nafkah untuk keluarga. Nisa yang kalem dan dikenal baik hati dan ramah. Tapi apa yang didapatkan? Malah pengkhianatan yang begitu besar.Bukan hanya itu, para warga juga teramat geram karena perlakuan Asep dan Eka pada Ais."Saranku sih, lebih baik kamu sekarang juga pergi dari kampung ini." Intonasi bicara Joko kini semakin tak bersahabat saja. "Karena, semua warga masih in

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-31
  • Ketika Suami Mendua, Majikanku Menginginkan Cinta   Bab 88. Ambisi

    Tiba tiba, dari arah dalam proyek ke luar semua mobil sedan mewah berwarna putih metalik. "Nah, itu si bos besar yang pasti bersama dengan Bu Nisa. Sepertinya mereka berdua akan menjemput Ais ke sekolah."Pria tua itu berucap dengan wajah yang nampak hormat. Terang saja, bos besar itu meski terlihat dingin, tetapi sebenarnya begitu baik pada semua pekerja. Pun bos Ryan juga sangat royal. Tak jarang ketika waktu gajian, maka para pekerja yang rajin akan selalu diberi bonus."Bu Nisa bersama dengan bos?" Asep seperti perlu memperjelas indra pendengarannya. Pak tua segera mengangguk. "Pokoknya Bu Nisa itu sangat beruntung, diperlakukan bos besar seperti seorang ratu. Sayangnya, beliau sepertinya belum membuka hati."Asep terasa nyeri di dalam hati. Matanya dari tadi tak luput dari mobil mewah itu, yang saat ini sedang berhenti sejenak. Karena si sopir sedang turun."Apa Bu Nisa nggak punya suami?" Asep kembali bertanya."Kata orang sini sih punya. Tapi tepatnya sebentar lagi jadi jand

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-31
  • Ketika Suami Mendua, Majikanku Menginginkan Cinta   Bab 89. Tetap Benci

    "Bu. Om Ryan itu baik banget. Ais suka."Gadis kecil itu berseloroh setelah selesai belajar. Nisa menghela nafas panjang dan tersenyum. Ini bukan kali pertama sang anak mengucapkan kalimat yang sama."Iya, beliau memang baik sekali."Tak dipungkiri, Nisa atau bahkan orang lain pun bisa melihat kebaikan dari pria bule itu. Kebaikan tulus yang diberikan pada semua orang. Tetapi memang terlihat berbeda sekali dengan yang dicurahkan pada Nisa dan Ais.Ais pun dengan cepatnya kemudian membeberkan semua kebaikan dan perhatian yang diberikan oleh Ryan. Meski pun beberapa hal Nisa sudah melihat sendiri, tetapi Dia tetap mendengarkan dengan baik celoteh putrinya itu."Beda banget sama Ayah." Tiba tiba raut wajah gadis kecil itu berubah kesal. "Jahat."Nisa mendengus pelan mendengar hal itu. Jika mengatakan tentang Ryan, memang selalu pada ujung ujungnya Ais akan membandingkan dengan Asep. Tak salah sih sebenarnya, memang begitu keadaannya. "Harusnya dulu ibu menikah bukan dengan Ayah, harusn

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-05
  • Ketika Suami Mendua, Majikanku Menginginkan Cinta   Bab 90. Sidang Pertama

    "Bu, aku nggak mau ketemu Ayah." Ais menarik tangan Nisa dengan wajah kecilnya yang penuh kegelisahan. Langkah mereka mendekati gedung pengadilan yang lusuh di ujung jalan, membuat Nisa merasa sesak di dada. Namun, dia tetap tenang, berusaha menunjukkan kekuatannya di depan Ais. "Ayah nggak bisa apa-apa, Sayang. Ibu yang akan melindungi Ais," jawab Nisa sambil tersenyum lembut, berusaha menenangkan putrinya. Mereka melangkah ke dalam gedung yang sepi, di mana suara pintu tua berderit menyambut mereka. Di dalam, sudah ada beberapa orang duduk di kursi kayu yang terlihat tua, termasuk Asep yang duduk di ujung ruangan dengan tatapan penuh dendam. Nisa menuntun Ais menuju tempat duduk yang paling jauh dari Asep, berusaha menjaga jarak. Tak ada rasa takut di hati Nisa, hanya rasa muak pada lelaki yang pernah menjadi suaminya itu. Kini, Asep hanyalah bayangan dari masa lalunya yang kelam, seorang pria yang sudah jatuh miskin dan kehilangan segalanya. "Sini, duduk dulu, Sayang," ujar Nis

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-21
  • Ketika Suami Mendua, Majikanku Menginginkan Cinta   Bab 91. Mediasi

    Matahari baru saja terbit ketika Nisa menyiapkan sarapan di dapur. Pikirannya masih terbelah antara ketegangan yang dirasakan kemarin di pengadilan dan kecemasannya tentang mediasi yang akan mereka hadapi hari ini. Meskipun ia merasa kuat dan yakin bahwa hukum berada di pihaknya, tetap saja ada rasa gelisah yang merayap di hatinya.Ais, yang baru selesai mandi, muncul dengan rambut yang masih basah dan handuk kecil menggantung di lehernya. Gadis kecil itu terlihat lebih tenang hari ini, meski Nisa tahu bahwa dalam hatinya, Ais masih merasa takut."Bu, hari ini kita ke pengadilan lagi?" tanya Ais dengan suara lembut."Iya, Sayang. Kita harus bertemu lagi dengan Ayah untuk mediasi," jawab Nisa sambil tersenyum, mencoba memberikan ketenangan.Ais mengangguk, meski jelas bahwa dia tidak suka dengan rencana itu. "Om Ryan nggak datang hari ini?"Nisa menggeleng. "Nggak, Sayang. Om Ryan harus kerja di pabrik. Tapi beliau titip salam buat Ais, katanya Ais harus jadi anak pemberani."Mendengar

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-21
  • Ketika Suami Mendua, Majikanku Menginginkan Cinta   Bab 92. Bimbang

    Pagi itu, Nisa bangun lebih awal dari biasanya. Setelah mempersiapkan sarapan sederhana, ia menyiapkan seragam Ais dan mengecek ulang tas sekolah putrinya. Hari ini adalah hari penting, bukan hanya karena Nisa harus bekerja, tetapi juga karena tekanan dari sidang perceraian yang semakin mendekat. Namun, ia mencoba untuk tidak memikirkannya terlalu banyak, fokus pada apa yang bisa ia kendalikan.“Nak, ayo bangun, sudah hampir waktu berangkat sekolah,” ujar Nisa lembut saat membangunkan Ais.Ais menggeliat sebentar sebelum membuka matanya dan tersenyum melihat ibunya. "Pagi, Bu.""Pagi, Sayang. Ayo, Ibu sudah siapin sarapan, nanti kita bisa berangkat lebih cepat," Nisa mengusap kepala Ais dengan sayang.Tak butuh waktu lama bagi Ais untuk bersiap. Gadis kecil itu duduk di meja makan dengan wajah ceria, meski Nisa bisa merasakan ada sedikit ketegangan di balik senyum putrinya.“Bu, nanti Ais dijemput siapa sepulang sekolah?” tanya Ais sambil mengunyah roti bakarnya.“Ibu sudah minta Pak

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-22
  • Ketika Suami Mendua, Majikanku Menginginkan Cinta   Bab 93. Badai Gosip

    Pagi itu, suasana desa terasa lebih riuh dari biasanya. Nisa, yang baru saja selesai mengantar Ais ke sekolah, berjalan cepat menuju pabrik. Langkahnya tergesa, bukan karena dikejar waktu, tetapi karena perasaan tak nyaman yang terus menggelayut di hatinya. Sejak meninggalkan rumah tadi, ia merasakan ada sesuatu yang berbeda. Tatapan tetangga yang biasanya ramah kini tampak menghindar, seolah ada sesuatu yang ingin mereka katakan tapi tak berani.Setibanya di pabrik, Nisa langsung disambut oleh beberapa pekerja yang memulai aktivitas mereka. Namun, ada sesuatu yang aneh dalam cara mereka menyapa. Sapaan yang biasanya disertai senyum tulus, kini terasa dingin dan penuh keraguan. Nisa mencoba mengabaikannya, berpikir mungkin hanya perasaannya saja."Nisa, ada rapat pagi ini dengan Pak Ryan. Kita harus menyelesaikan laporan mingguan," kata Andi, yang baru saja datang dan berjalan bersamanya menuju kantor.Nisa mengangguk. "Iya, Ndi. Sudah siap kok."Saat mereka berjalan berdampingan, And

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-22

Bab terbaru

  • Ketika Suami Mendua, Majikanku Menginginkan Cinta   Bab 118. Awal yang Baru - Tamat

    “Ryan, aku nggak tahu apakah ini keputusan yang benar,” Nisa membuka percakapan sambil menggenggam secangkir teh di tangannya. Mereka duduk di teras rumah Nisa, suasana malam yang tenang membuat percakapan mereka terdengar lebih dalam.Ryan menatapnya lembut, senyum kecil terlukis di wajahnya. “Apa yang membuatmu ragu, Nisa? Aku pikir kita sudah melewati begitu banyak hal bersama.”Nisa menghela napas, menatap lurus ke depan. “Aku khawatir tentang Ais. Dia sudah terlalu banyak melihat perubahan dalam hidupnya. Aku nggak ingin membuat keputusan yang salah dan menyakitinya lagi.”Ryan mengangguk, memahami sepenuhnya perasaan Nisa. “Aku mengerti, Nisa. Ais adalah prioritas kita. Aku juga sudah memikirkan ini dengan sangat hati-hati. Aku ingin memastikan bahwa kita semua, termasuk Ais, siap untuk melangkah ke tahap ini.”Nisa terdiam sejenak, merenung. Ryan selalu membuatnya merasa aman, dan Ais pun tampak begitu dekat dengan Ryan. Sejak mereka kembali dari Taiwan, Ais tidak henti-hentiny

  • Ketika Suami Mendua, Majikanku Menginginkan Cinta   Bab 117. Keputusan Andi

    Sore itu, suasana desa terasa lebih hangat dari biasanya. Matahari mulai tenggelam, menciptakan pemandangan yang indah di atas sawah-sawah yang hijau. Nisa dan Ryan duduk di bawah pohon besar dekat rumah Nisa, menikmati teh hangat sambil memandangi Ais yang bermain dengan anak-anak desa lainnya. Suasana damai ini adalah sesuatu yang sudah lama dirindukan oleh Nisa."Aku nggak percaya kita sudah melalui semua ini, Ryan," kata Nisa dengan senyum kecil di wajahnya. "Rasanya seperti mimpi."Ryan tersenyum, menatap Nisa dengan penuh kasih sayang. "Aku juga, Nisa. Tapi ini nyata. Kita di sini, bersama-sama, dan itu yang paling penting."Nisa mengangguk pelan. "Ya, kamu benar. Aku bersyukur atas semua ini."Mereka berdua terdiam sejenak, menikmati kedamaian yang jarang mereka rasakan. Namun, suasana itu tiba-tiba terganggu oleh suara langkah kaki yang mendekat. Nisa menoleh dan melihat Andi berjalan ke arah mereka, wajahnya tampak sedikit canggung."Selamat sore," sapa Andi sambil tersenyum

  • Ketika Suami Mendua, Majikanku Menginginkan Cinta   Bab 116. Usaha Terakhir Asep

    Malam itu, Nisa sedang duduk di teras rumah keluarga Ryan di Taiwan. Angin sejuk berhembus pelan, membawa aroma bunga-bunga yang mekar di taman. Ais sedang bermain di dekat kolam ikan, tertawa ceria sambil menunjuk-nunjuk ikan-ikan yang berenang. Nisa merasa damai, seolah-olah semua beban hidupnya mulai berkurang sejak dia tiba di tempat ini. Namun, ketenangan itu tiba-tiba terganggu oleh dering telepon di sakunya.Nisa mengambil ponsel dan melihat nama yang terpampang di layar. Asep. Hatinya seketika merasa tidak nyaman. Dia tahu, setiap kali Asep menghubunginya, selalu ada masalah yang dibawanya.Dengan sedikit ragu, Nisa mengangkat telepon itu. “Halo?”Suara Asep terdengar dingin di seberang sana. “Nisa, kamu di mana sekarang? Aku tahu kamu sama Ryan di luar negeri. Jangan berpikir kamu bisa lari dari aku.”Nisa menarik napas panjang, berusaha tetap tenang. “Asep, aku sedang bersama Ais. Aku nggak lari dari siapa pun. Aku hanya ingin tenang dan fokus merawat anak kita.”“Apa maksud

  • Ketika Suami Mendua, Majikanku Menginginkan Cinta   Bab 115. Perjalanan

    “Ais, udah siap? Nanti kita terlambat!” Nisa memanggil putrinya sambil melipat beberapa pakaian terakhir ke dalam koper. Suaranya terdengar setengah berteriak, mencerminkan kegugupan yang dirasakannya sejak pagi.“Iya, Bu! Sebentar lagi!” sahut Ais dari kamar sebelah. Suara ceria anaknya menenangkan sedikit kekhawatiran di hati Nisa. Meskipun ini bukan perjalanan pertamanya ke Taiwan, kali ini terasa berbeda. Kali ini, dia tidak berangkat sebagai seorang pekerja migran, tetapi sebagai tamu istimewa keluarga Ryan, orang yang semakin dekat dengannya setiap hari.Ryan muncul di pintu, senyum khasnya menenangkan Nisa yang masih sibuk memastikan semuanya tertata rapi. “Jangan khawatir, Nisa. Kita punya banyak waktu sebelum pesawat lepas landas. Kamu udah siap?”Nisa mengangguk, meski masih ada rasa cemas di wajahnya. “Aku cuma nggak mau ada yang ketinggalan, Ryan. Ini perjalanan yang penting, aku harus memastikan semuanya sempurna.”Ryan tertawa kecil dan berjalan mendekat, meletakkan tang

  • Ketika Suami Mendua, Majikanku Menginginkan Cinta   Bab 114. Bimbang Lagi

    Suasana sore yang cerah menyelimuti desa, membuat pepohonan yang rindang tampak lebih hijau dari biasanya. Di sebuah rumah sederhana di ujung desa, Nisa sedang duduk di ruang tamunya, memandangi secangkir teh yang mulai mendingin di tangannya. Pikirannya dipenuhi dengan berbagai perasaan yang bercampur aduk sejak pesta desa beberapa hari yang lalu. Andi sudah mengungkapkan perasaannya, dan meskipun Nisa menghargai kejujurannya, dia masih belum bisa memutuskan apa yang harus dilakukan.Tiba-tiba, pintu rumahnya diketuk. Nisa segera berdiri dan membuka pintu, menemukan Ryan berdiri di ambang pintu dengan senyuman ramah."Ryan? Silakan masuk," ujar Nisa, mencoba menyembunyikan keterkejutannya.Ryan tersenyum lebar, mengangguk sopan sebelum melangkah masuk. "Terima kasih, Nisa. Aku nggak ganggu, kan?"Nisa menggeleng cepat. "Nggak sama sekali. Ada yang bisa aku bantu?"Ryan duduk di kursi kayu yang ada di ruang tamu. Matanya yang biru menatap Nisa dengan lembut. "Sebenarnya, aku datang un

  • Ketika Suami Mendua, Majikanku Menginginkan Cinta   Bab 113. Rencana Besar Andi

    Mentari pagi mulai menyinari desa, menerangi pepohonan dan rumah-rumah yang masih tampak tenang. Di sudut desa, di sebuah warung kecil yang dikelola oleh Bu Sri, Andi duduk sambil menikmati secangkir kopi hitam yang baru saja diseduh. Pikirannya melayang, memikirkan Nisa dan bagaimana akhir-akhir ini dia merasa semakin jauh dari wanita yang diam-diam dia cintai sejak lama.Setelah melihat kedekatan Nisa dengan Ryan, Andi mulai merasa tersisih. Dia melihat bagaimana Nisa tersenyum lebih sering saat bersama Ryan, bagaimana matanya berbinar saat Ryan berbicara dengannya, dan bagaimana Nisa tampak nyaman berada di dekat pria itu. Hati Andi mencelos setiap kali dia melihat itu, tapi dia bukan tipe orang yang mudah menyerah.Andi tahu bahwa dia harus melakukan sesuatu, sesuatu yang besar dan tidak biasa, jika dia ingin mendapatkan hati Nisa. Selama ini, dia hanya diam dan mengamati dari jauh, tetapi kali ini dia bertekad untuk bertindak. Dia tidak bisa membiarkan Ryan merebut Nisa begitu sa

  • Ketika Suami Mendua, Majikanku Menginginkan Cinta   Bab 112. Lagu Lama

    "Nisa, tolonglah, ini demi Ais. Dia butuh ayahnya," suara Asep terdengar serak dan penuh kepalsuan saat dia berdiri di depan rumah Nisa. Matahari siang menyinari wajahnya yang tampak lelah, tetapi di balik ekspresi simpatinya, ada niat tersembunyi yang Nisa kenal dengan sangat baik.Nisa berdiri di ambang pintu, menatap mantan suaminya dengan tatapan yang tak lagi goyah. Sudah terlalu banyak air mata yang dia tumpahkan karena Asep, terlalu banyak kebohongan dan manipulasi yang dia terima. Kali ini, Nisa tidak akan membiarkan Asep mempengaruhi dirinya lagi, terutama ketika menyangkut Ais."Asep, aku tahu apa yang kamu coba lakukan," kata Nisa dengan suara tegas. "Jangan gunakan kesehatan Ais sebagai alasan untuk membuat aku kembali padamu. Ais baik-baik saja sekarang, dan aku nggak butuh campur tanganmu untuk merawatnya."Asep menghela napas panjang, mencoba bersikap seolah dia benar-benar peduli. "Nisa, aku ini ayahnya. Aku punya hak untuk ada di hidupnya, apalagi saat dia sedang saki

  • Ketika Suami Mendua, Majikanku Menginginkan Cinta   Bab 111. Di Persimpangan Hati

    "Ais sudah mulai makan lebih banyak hari ini, Alhamdulillah," ujar Nisa dengan suara lembut, sambil menutup pintu kamar putrinya. Senyum tipis terukir di wajahnya, namun kelelahan yang tertinggal jelas tampak di matanya. Ryan, yang sedang duduk di ruang tamu kecil rumah Nisa, menoleh dengan ekspresi lega. "Syukurlah. Aku sudah khawatir banget. Dia butuh banyak istirahat untuk pulih sepenuhnya." Nisa duduk di samping Ryan, menghela napas panjang. "Iya, aku juga khawatir. Melihat dia sakit parah kemarin benar-benar bikin aku merasa tak berdaya. Untung ada kamu yang selalu siap membantu, Ryan. Aku nggak tahu bagaimana aku bisa melewati semua ini tanpa kamu."Ryan tersenyum hangat, menatap Nisa dengan penuh perhatian. "Aku senang bisa membantu, Nisa. Kamu nggak usah merasa terbebani sama sekali. Kamu tahu, Ais itu udah kayak anakku sendiri. Aku akan selalu ada buat dia dan buat kamu."Kata-kata Ryan itu membuat hati Nisa terasa hangat. Selama Ais sakit, Ryan selalu berada di sisinya, me

  • Ketika Suami Mendua, Majikanku Menginginkan Cinta   Bab 110. Ketegangan yang Meninggi

    “Bagaimana, Nisa?” Suara lembut Ryan memecah kesunyian. Dia berdiri di pintu kamar rumah sakit, membawa secangkir teh hangat untuk Nisa.“Dia belum juga membaik,” jawab Nisa pelan, suaranya parau karena terlalu banyak menangis. Dia menerima cangkir itu dengan tangan gemetar, menatap teh itu sebentar sebelum meletakkannya di meja kecil di samping tempat tidur. “Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan, Ryan. Rasanya aku ingin menggantikannya saja, biar dia nggak perlu merasakan sakit ini.”Ryan menarik kursi ke dekat Nisa, duduk di sampingnya. “Kamu sudah melakukan yang terbaik, Nisa. Ais anak yang kuat, dia akan melewati ini. Kita harus percaya itu.”Nisa menggigit bibir bawahnya, berusaha menahan air mata yang kembali menggenang di pelupuk matanya. “Tapi aku tetap merasa bersalah, Ryan. Kalau saja aku lebih memperhatikannya, mungkin ini tidak akan terjadi. Aku terlalu sibuk dengan masalah-masalahku sendiri...”Ryan menghela napas, lalu menatap Nisa dengan penuh pengertian. “Kamu nggak

DMCA.com Protection Status